Anda di halaman 1dari 14

TREN DAN ISU KEPERAWATAN JIWA

“AIDS DAN PENGGUNAAN NAPZA”

A. Pendahuluan

Materi yang akan dibahas pada bab ini meliputi Tren Isu Keperawatan
Jiwa yang berupa tren terbaru yang terjadi pada keperawatan jiwa. Rincian
materi nya dapat berupa keperawatan jiwa, trend dan isu keperawatan jiwa
penyajian materi trend dan isu kasus aids dan napza .Diharapkan setelah
mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami Tren dan Isu
Keperawatan Jiwa.

B. Penyajian Materi
1. Definisi Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang
maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi
terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,
mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas).Prinsip keperawatan jiwa
terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan.Perawat jiwa memberikan perawatan sepanjang
rentang asuhan. Perawatan ini meliputi intervensi yang berhubungan
dengan pencegahan primer, sukunder, dan tersier.
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah intervensi biologi, social, atau
psikologis yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan
kesejahtraan atau menurunkan insiden penyakit dimasyarakat
dengan mengubah factor-faktor penyebab sebelum
membahayakan. Pengkajian kebutuhan akan tindakan keperawatan
preventif termasuk identifikasi :
1. Faktor resiko yang apabila ada pada diri seseorang
membuatnya lebih cendrung mengalami gangguan
2. Faktor pelindung yang meningkatkan respos individu terhadap
stress
3. Populasi target individu yang rentan meengalami gangguan
jiwa atau yang mumgkin menunjukkan respon koping
maladaptive terhadap stressor spesifik atau factor resiko.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sukunder termasuk menurunkan prevalensi
gangguan. Aktiviras pencegahan sukunder meliputi penemuan
kasus dini, skrining, dan pengobatan efektif yang cepat. Intervebsi
krisis adalah suatu modalitas yang terapi pencegahan sukunder
yang penting.
c. Pencegahan Tersier
Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi
beratnya gangguan dan disabilitas yang berkaitan.
d. Rehabilitasi
Adalah proses yang memungkinkan individu untuk kembali
ketingkat fungsi setinggi mungkin. Rehabilitasi jiwa berkembang
dari kebutuhan untuk menciptakan kesempatan bagi individu yang
didiagnosis mengalami gangguan jiwa berat, agar dapat hidup,
belajar dan bekerja dilingkungan masyarakat yang mereka pilih.
Rehabilitasi mengajukan bahwa penderita gangguan jiwa harus
dianggap sama seperti individu yang mengalami disabilatasi. Sama
seperti disabilitasi yang mengalami gangguan fisik, individu yang
mengalami disabilitas jiwa membutuhkan pelayanan dalam
rentang yang luas, sering kali dalam waktu yang lam. Rehabilitasi
jiwa menggunakan pendekatan berpusat pada individu, orang ke
orang yang berbeda dengan model pelayanan medis tradisioanal.
2.Tren dan Isu Keperawatan Jiwa
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun
informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di
kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya.
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang
dibicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik
itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan
tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Tren Issue Keperawatan Jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar
pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.
Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara
meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi
masyarakat. Perkembangan teknologi digital membuat dunia terasa
semakin sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu di akses
dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan,
perkembangan terapi menjadi sebuah media perubahan dalam proses
penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan isu diatas maka advokasi
dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk menekan
penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada
umumnya.
Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua,
tuntutan material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu
membuat beberapa orang mengalami goncangan dalam kehidupannya,
ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi
menjadi tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul,
tekanan ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan -
tekanan yang lain mampu membuat ego defence mechanisme seseorang
menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap penting,
perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak
integritas pribadinya sendiri.
Trend atau issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah
yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-
masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian
dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
c. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
d. Kecenderungan situasi di era global
e. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
f. Kecenderungan penyakit jiwa
g. Meningkatnya post traumatik sindrom
h. Meningkatnya masalah psikososial
i. Trend bunuh diri pada anak
j. Masalah AIDS dan NAPZA
k. Pattern of parenting
l. Perspektif life span history
m. Kekerasan
n. Masalah ekonomi dan kemiskinan

3. Penyajian Teori AIDS dan NAPZA

A. Faktor-Faktor Kerentanan Penularan HIV/AIDS


1) Kerentanan biologis
Saat berhubungan seks, perempuan memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk terinfeksi HIV. Kemungkinan
penularan HIV dari Laki-laki kepada perempuan 2-4 kali
lebih besar daripada penularan HIV dari perempuan kepada
laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki
selaput mukosa yang lebih luas sehingga mudah mengalami
luka/iritasi. Selain itu perempuan adaah pihak yang
menampung air mani, sedangkan kandungan HIV yang
terdapat dalam air mani lebih banyak jumlahnya daripada
HIV dalam cairan vagina. Perempuan muda dan perempuan
post-menopouse lebih rentan untuk tertular karena memiliki
mukosa vagina yang lebih tipis sementara jumlah cairan
vaginanya lebih sedikit.
2) Ketidaksetaraan gender
Ketidaksetaraan gender yang berlaku di masyarakat dapat
menyebabkan timbulnya masalah sosial, budaya, ekonomi,
dll. Perempuan tidak memiliki kekuasaan untuk menolak
hubungan seksual. Perempuan juga berperan pasif dalam
hubungan seksual, sehingga keputusan mengenai penggunaan
kondom menjadi haknya laki-laki. Tingkat pendidikan
perempuan di Indonesia tidak tinggi. Kemampuan remaja
perempuan untuk mencari informasi mengenai seks pun
dibatasi oleh norma-norma sosial. Akibatnya, perempuan
tidak mendapat informasi yang cukup mengenai reproduksi
dan seks.
3) Kemiskinan
Kemiskinan mendorong timbulnya prostitusi dan
perdagangan anak (terutama remaja putri). Kemiskinan juga
dapat menyebabkan perempuan menjadi pekerja
migran/TKW yang merupakan kelompok yang rentan tertular
HIV. Kemiskinan pun dapat mendorong perempuan dan
remaja putri menerima pekerjaan apa saja, walaupun
terkadang mengancam martabat dan kesehatan mereka
(termasuk tertular HIV).
4) Kekerasan terhadap perempuan
Di banyak tempat, kekerasan pada perempuan dan resiko
tertular HIV memiliki hubungan yang sangat erat. Penelitian
di Afrika Selatan dan Tanzania menunjukkan bahwa
perempuan yang memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk
tertular HIV daripada perempuan yang tidak pernah
mengalami kekerasan. Bentuk kekerasan pada perempuan
yang paling sering ditemui adalah kekerasan yang dilakukan
oleh pasangan terdekat. Kekerasan dalam keluarga ini juga
terjadi di Indonesia, dan angka kejadiannya semakin
meningkat. Kekerasan dan ketakutan akan terjadinya
kekerasan, dapat mencegah perempuan untuk mempelajari
atau mengetahui status HIV-nya serta mendapatkan akses
pada pelayanan HIV/AIDS.

B. Pencegahan dan penularan HIV/AIDS


Melihat berbagai metode penularan dan perilaku berisiko
yang dapat MenularkanHIV, maka kita dapat melakukan
pencegahan penularan HIV dengan berbagai cara sederhana
sebagai berikut :
1. Berperilaku seks yang aman (Abstinen, saling setia dengan
satu pasangan, melakukan seks dengan menggunakan kondom)
2. Mencegah penularan melalui alat-alat tercemar dengan prinsip
“universal precaution”/kewaspadaan universal
3. Pencegahan pada transfusi darah dengan skrining donor

C. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif


Untk menghindari penularan HIV digunakan konsep
ABCDE yang terdiri dari :
1. A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan
seksual bagi orang yang belum menikah
2. B (Be Faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan
seks (tidak berganti-ganti)
3. C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai
oleh pasangan apabila salah satu atau keduanya diketahui
terinfeksi HIV
4. D (Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza
suntik dengan jarum bekas secara bergantian
5. E (Education): Pendidikan seks, yang dapat dilakukan melalui
penyuluhan

D. Pencegahan Melalui Edukasi


1. Lingkungan Sekolah
Dalam pendidikan formal di lingkungan SMP dan SMA
diperlukan pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan
Kesehatan Reproduksi dimasukan sebagai salah satu
ekstrakurikuler yaitu KSPAN (Kelompok Siswa Peduli Aids
dan Narkoba). KSPAN ini juga merupakan salah satu cara
untuk mengurangi jumlah penularan AIDS. Tujuan program
didalam KSPAN ini adalah memberi kesempatan kepada
siswa-siswi untuk mengembangkan diri sendiri sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan
peserta didik dalam hal kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja
dan konseling serta penangulangan HIV –AIDS dan Narkotika
khususnya KSPAN, yaitu :
a. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis
yang lebih baik,pola hidup sehat dan kebugaran.
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
penanggulangan dan penanganan masalah-masalah sosial
yang berkaitan dengan perilaku seksualitas dan perilaku
sosial negatif lainnya
c. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui
internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam materi
KSPAN.
d. Program KSPAN bisa disusun setiap awal tahun pelajaran,
oleh tim pembina KSPAN dengan memperhatikan hasil
evaluasi pelaksanaan program sebelumnya. Secara garis
besarnya program tersebut terdiri dari. Membentuk
pengurus dan merekrut anggota baru.

E. Napza
Berdasarkan proses pembuatannya di bagi ke dalam 3 Golongan :
1) Alami yaitu jenis ata zat yang diambil langsung dari alam
tanpa adanya proses fermentasi atau produksi mslnya : Ganja,
Mescaline, Psilocybin, Kafein, Opium.
2) Semi Sintesis yaitu jenis zat/obat yang diproses sedemikian
rupa melalui proses fermentasi mslnya : Morfin, Heroin,
Kodein, Crack.
3) Sintesis yaitu jenis zat yang dikembangkan untuk keperluan
medis yang juga untuk menghilangkan rasa sakit misal;nya :
petidin, metadon, dipipanon, dekstropropokasifen

Menurut efek yang di timbulkan di bagi dalam 3 golongan:

1) Depresan adalah zat atau jenis obat yang berfungsi mengurangi


aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini dapat membuat pemakai
merasa tenang bahkan tertitur atau tak sadarkan diri misalnya
opioda, opium atau putau , morfin, heroin, kodein opiat
sintesis.
2) Stimulan adalah zat atau obat yang dapat merangsang fungsi
tubuh dan meningkatkan gairah kerja serta kesadaran misalnya
: kafein, kokain, nikotin amfetamin atau sabu-sabu.
3) Halusinogen zat atau obat yang menimbulkan efek halusinasi
yang bersifat merubah perasaan dan fikiran misalnya : Ganja,
Jamur Masrum Mescaline, psilocybin, LSD.

Pengguna napza terbagi dalam 3 tingkatan :

1) User yaitu seseorang yang menggunakan napza sesekali


2) Abuser yaitu seseorang yang menggunakan napza karena
alasan tertentu.
3) Addict yaitu seseorang yang menggunakan napza atas dasar
kebutuhan artinya jika tidak dipenuhi maka akan timbul efek
secara fisik maupun psikis.
F. Dampak Napza
1) Jasmaniah
- Gangguan pada sistem syaraf; kejang-
kejang,halusinasi,gangguan kesadaran,kerusakan syaraf
- Gangguan pada jantung dan pembuluh darah; imfeksi akut
jantung gangguan peredaran darah
- Gangguan pada kulit; alergi abses pernanahan
- Gangguan pada paru-paru; penekanan fungsi pernafasan,
pengerasan jaringan paru2
- Gangguan pada hemopeotik gastrointestinal, penurunan
fungsi sistem reproduksi,gagal ginjal,gangguan pada otot
dan tulang serta berpotensi tertular HIV-AIDS
2) Kejiwaan
- Intoksitasi (keracunan) gejala dimana seseorang telah
merasakan efek penggunaan narkobanya (Mabuk)
- Toleransi istilah yang digunakan untuk menunjukkan
kebutuhan zat seseorang yang lebih banyak untuk
memperoleh efek yang sama setelah pemakaian berulang.
- Withdrawal Syndrome (gejala Putus Zat) biasa dikenal
oleh pecandu dengan sebutan sakau gejala ini akan hilang
jika menggunakan
3) Depedensi (ketergantungan) keadaan dimana seseorang selalu
membutuhkan zat tertentu(Kecanduan )
4) Dampak Sosial
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa prosentase
kriminalitas yang terjadi lebih besar di timbulkan oleh
penyalahgunaan zat psikoaktif yang dapat meningkatkan
perilaku agresif seseorang baik fisik maupun psikis.

G. Bahaya Napza
Persoalan narkoba merupakan persoalan yang harus
ditangani secara sungguh-sungguh oleh seluruh komponen
masyarakat. Bukan saja penanganan bagi penggunanya, melainkan
juga perkembangan bisnis narkoba yang ada di Indonesia sudah
mulai menggelisahkan. Bagaimana pemerintah dan aparat penegak
hokum melalui pemerintah dan aparat penegak hokum melalui
BNN juga memberantas pengedar dan prosdusennya. Kita tidak
ingin di kemudian hari Negara kita dikuasai oleh kartel-kartel
Narkoba seperti yang terjadi di beberapa negara Amerika Latin.
Bila dilihat pada kerusakan dan perubahan sikap maka
pecandu narkoba akan mengalami perubahan yang justru bias
membahayakan diri dan lingkungan, yaitu :
1. Tergila-gila pada narkoba. Lebih mencintai narkoba dari pada
diri sendiri, orang tua dan saudara-saudaranya.
2. Sulit melepaskan diri dari jerat narkoba, karena akan mengalami
penderitaan luar biasa ( sakaw )
3. Dosis pemakain akan bertambah banyak, hingga kematian
menjemput.
4. Sifat dan sikap berubah menjadi ekslusif, egois, sombong,
asocial, jahat (psikologi)
5. Mengalami kerusakan organ tubuh (hati,paru,ginjal,otak dan
lain-lain)
6. Terjangkit penyakit mematikan (HIV/AIDS,sifilis dan
sebagainya).
Akibat penyalahgunaan narkoba
1. Kekerasan
2. Overdosis
3. Kriminalitas
4. Putus sekolah
5. Kecelakaan lalulintas/tempat kerja
6. Gangguan mental
7. Bunuh diri
8. Aids, paru-paru, jantung
Kita hanya sering membaca di media yang melansir berita-
berita artis-artis luar negeri terkenal meninggal akibat overdosis
pada usia yang sangat muda. Tapi nampaknya, berita tentang
narkoba di Indonesia lebih di dominasi oleh berita tentang
penangkapan pemilik narkoba, pesta narkoba, kurir narkoba dan
terakhr pereddaran narkoba di lapas. Dampak narkoba berupa
kematian, kekerasan dan bentuk kriminalitas nampaknya kurang
mendapat tempat bagi media, atau justru karena faktanya yang
tidak muncul ke permukaan sehingga tidak tertangkap wartawan.

Kondisi persoalan narkoba sangat rumit dan hamper tidak


bias terdeteksi, karena terbentuknya jaringan antara produsen,
pegedar dan pengguna merupakan jaringab yang bersifat
“underground”. Terlebih lagi, keluarga sering cenderung
menyembunyikan anggota keluarganya yang menjadi korban
narkoba karena berbagai alasan.

H. Pencegahan Napza
Mencegah peredaran narkoba dengan melindungi anggota
anggota masyarakat yang belum tersentuh narkoba merupakan
prioritas byang harus dilakukan oleh masyarakat tanpa kecuali
selama ini BNN merancang berbagai kegiatan pencegahan yaitu :
promotif, program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum
memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal sama sekali.
Prinsipnya dengan meningkatkan peranan peranan atau kegiatan
agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga, sehingga
sehingga tidak sempat berpikir utnuk memakai narkoba. Preventif,
melalui kegiatan : kampanye anti penyalagunaan narkoba
penyuluhan seluk beluk narkoba pendidikan dan pelatihan
kelompok sebaya (peers group) upaya mengawasi dan
mengendalikan produksi dan distribusi narkoba dimasyarakat.
Advokasi adan KIE, juga merupakan bentuk komunikasi yang
dilaksnakan sebagai salah satu bentuk program pencegahan.
Advokasi merupakan bentuk rangkaian komuniaksi strategis yang
dirancang secara sistematis dan dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu, baik oleh individu maupun kelompok, dengan maksud
agar pembuat keputusan, membuat kebijakan public yang
menguntungkan bagi kelompok masyarakat marjinal. Kegiatan
advokasi juga dimaksudkan untuk member pencerahan dan
pemberdayaan bagi kelompok marjinal dan menumbuhkan kearifan
dikalangan masyarakat, agar mendukung kebijakan publik tersebut.
KIE merupakan bentuk komunikasi yang dilaksanakan oleh
provider program agar sasaran (individu), keluarga dan
masyarakat) menerima programnya yang ditawarkan dan
melaksanakan perilaku yang ditawarkan. Advokasi merupakan
aksi, perubahan dan komitmen. Sedangkan KIE sebagai suatu
proses intervensi terencana yang menggabungkan pesan-pesan
informasional, pendidikan dan motivasional, untuk mencapai
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang dapat diukur.
Dukungan stakeholder-stakeholder juga sangat diperlukan untuk
melaksanakan program ini.
Bila diperhatikan lebih seksama, penanganan persoalan
penyalahgunaan narkoba bukan saja dominasi pemerintah melalui
BNN dan aparat penegak hokum, tetapi lebih kepada dukungan
masyarakat luas. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk
mengawasi lingkungan untuk mengawasi lingkungan sekitar
tempat tinggalnya, lingkungan sekolah, komunikasi antara orang
tua dan anak yang harmonis tentu sangat penting. Kebutuhan
antara BNN dengan semua masyarakat untuk terus membuka
informasi seputar Narkoba, sehingga menghilangkan kesenjangan
kepentingan.
Di Indonesia dalam 3 tahun terakhir ini penggunaan napza
sangat meningkat penggunaannya baik itu remaja, dewasa hingga
dewasa tua. Bebrapa tahun yang lalu ada beberapa cara pencegahan
pemakaian napza dengan metode dhriva. Dalam dasawarsa terakhir
ini, penggunaan dan peredaran narkoba secara ilegal di seluruh
dunia menunjukkan peningkatan tajam dan merambah semua
bangsa. Penyalahgunaan narkoba juga berkaitan erat dengan
tindak kejahatan, kecelakaan lalu lintas dan saat ini pada tahap
penularan virus HIV/AIDS.
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai dampak dan
informasi mengenai NAPZA dan HIV/AIDS, pengaruh trend, serta
dampak teknologi yang semakin canggih menjadi faktor penyebab
tingginya kasus NAPZA dan HIV/AIDS di Indonesia. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah, akan tetapi pada kenyataannya
dampak yang dirasakan remaja masih belum efektif untuk
menjauhi NAPZA dan HIV/AIDS. Berdasarkan hal tersebut,
melalui “Drhiva (Drugs and HIV/AIDS)” yaitu inovasi game
sebagai media sosialisasi menjadi salah satu solusi untuk dapat
menurunkan angka penyalahgunaan NAPZA dan HIV/AIDS
khususnya bagi remaja di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai