ITS Undergraduate 16008 3106100109 Paper PDF
ITS Undergraduate 16008 3106100109 Paper PDF
Abstrak
Oprit adalah akses penghubung antara jembatan dengan jalan yang ada. Ele-
vasi jalan pendekat yang ada lebih rendah apabila dibandingkan dengan elevasi jem-
batannya. Pada beberapa kasus terdapat keadaan dimana terjadi kerusakan pada
bagian oprit jembatan. Diantaranya yaitu penurunan elevasi oprit yang menyebabkan
patahnya pelat injak pada jembatan.
Agar konstruksi oprit dapat melayani arus lalu lintas sesuai dengan umur
rencana, maka perlu diadakan perencanaan perkerasan yang baik, karena dengan
perencanaan perkerasan yang baik diharapkan konstruksi perkerasan jalan mampu
memikul beban kendaraan yang melintas dan menyebarkan beban tersebut kelapisan-
lapisan di bawahnya dan tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi
jalan itu sendiri. Dengan demikian akan memberikan kenyamanan kepada pengguna
jalan selama masa pelayanan jalan/umur rencana. Mengingat hal tersebut di atas
sangat penting maka perlu dirancang suatu jenis perkerasan yang tepat untuk oprit
Krian Interchange. Ada dua jenis konstruksi perkerasan jalan yang umum kita kenal
saat ini; Konstruksi perkerasan Lentur (flexible pavement) dan konstruksi perkerasan
kaku (rigid pavement).
Perencanaan perkerasan yang digunakan pada proyek tersebut menggunakan
perkerasan kaku (rigid pavement) dan atas alasan itulah pada penulisan Tugas Akhir
ini dilakukan perencanaan perkerasan yang berbeda, yaitu perkerasan lentur (flexible
pavement). Untuk kontruksi oprit itu sendiri menggunakan konstruksi timbunan. Yang
akan dibahas dalam tugas Akhir ini adalah mengenai volume pekerjaan yang diperlu-
kan dalam perencanaan tebal perkerasan lentur (flexible pavement) dan konstruksi tim-
bunan yang ditambah dengan perbaikan pada tanah dasarnya. Oprit yang dijadikan
bahan studi dalam Tugas Akhir ini adalah oprit Krian Interchange pada proyek jalan
tol Surabaya-Mojokerto (sta. 0+675 s/d 0+875).
Konstruksi Perkerasan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah konstruk-
si perkerasan lentur, untuk perkerasan lentur dengan umur rencana 10 tahun dida-
patkan tebal lapisan permukaan setebal 20 cm (Laston),lapisan pondasi atas setebal 20
cm (batu pecah kelas A) dan lapisan pondasi bawah 20 cm (sirtu kelas A). Untuk per-
baikan tanah dasarnya digunakan kombinasi preloading dan Prefabricated Vertical
Drain (PVD) agar waktu settlement bisa lebih singkat untuk mencapai derajat konsoli-
dasi yang ditetapkan. Dan juga geotextile sebagai alternatif perkuatan tanah timbunan,
untuk menjaga agar daya dukung pada timbunan meningkat dan lebih stabil.
PVD yang digunakan berupa jenis PVD “NYLEX FLODRAIN” dengan Spesifi-
kasi Lebar : 100 mm dan dengan ketebalan : 5 mm. Pola pemasangan digunakan pola
segitiga dengan jarak 0,8 m. Sedangkan geotextile menggunakan produk stabilenka
800/100. Geotextile dipasang sejarak 25 cm sebanyak 2 lapis.
Kata kunci : oprit Krian Interchange, perkerasan lentur, timbunan, preloading, PVD,
geotextile.
BAB I besar kecilnya biaya untuk pembangunan
PENDAHULUAN jalan tol ini juga perlu diperhatikan. Maka
perlu diadakan perencanaan yang baik,
1.1. Latar Belakang karena dengan perencanaan yang baik
Pembangunan fisik yang dilakukan oleh diharapkan konstruksi mampu memikul
Pemerintah bertujuan untuk mengembangkan beban kendaraan yang melintas dan
suatu wilayah. Yang dimaksud dengan pem- menyebarkan beban tersebut kelapisan-
bangunan fisik disini adalah pembangunan pe- lapisan di bawahnya dan tanpa
rumahan, gedung, perkantoran, sekolah, sarana
menimbulkan kerusakan yang berarti pada
hiburan, dan fasilitas – fasilitas lainnya yang
konstruksi itu sendiri. Dengan demikian
dapat menunjang kehidupan masyarakat di sua-
tu wilayah. Seiring dengan pembangunan fisik akan memberikan kenyamanan kepada
yang dilakukan, diperlukan juga sarana penun- pengguna selama masa pelayanan
jang yang diantaranya berupa jalan raya bebas jalan/umur rencana.
hambatan yang dapat menghubungkan satu Dalam perencanaan jalan tol ini
tempat ke tempat lain dengan lancar. banyak terdapat konstruksi oprit. Yang di-
Jawa Timur sebagai propinsi yang mana pada beberapa kasus terdapat kerusa-
mengalami perkembangan lalu lintas yang kan pada bagian oprit jembatan. Dianta-
sangat pesat sehingga dapat menimbulkan ranya yaitu penurunan elevasi oprit yang
dampak yang luas terhadap kondisi jaringan, menyebabkan patahnya pelat injak pada
sebagai contohnya dapat kita lihat kondisi lalu jembatan. Dilihat dari kondisi tanah dasar
lintas transportasi darat di wilayah GERBANG
yang sangat lunak tersebut adalah sangat
KERTOSUSILO (Gresik, Bangkalan,
Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) tidak menguntungkan apabila didirikan sua-
di Jawa Timur. Oleh karena itu perlu ada sebuah tu konstruksi jalan maupun oprit. Kon-
solusi untuk pemecahan masalah tersebut, salah struksi yang ideal direncanakan tidak boleh
satunya adalah dengan cara menambah mengalami differential settlement. Oleh se-
prasarana jalan. Pemerintah Republik Indonesia bab itu, perencanaan nya memerlukan sua-
dalam hal ini Badan Pengatur Jalan Tol/BPJT tu metode perbaikan tanah yang mampu
selaku Regulator Infrastruktur Transportasi untuk menghilangkan pemampatan dan
memutuskan untuk segera membangun jalan tol meningkatkan daya dukung pada tanah da-
yang menghubungkan Kota Surabaya dengan sar. Oprit adalah akses penghubung antara
Kabupaten Mojokerto sebagai alternatif jalan
jembatan dengan jalan yang ada. Elevasi
nasional.
jalan pendekat yang ada lebih rendah apa-
Dalam pembangunannya jalan tol ini bila dibandingkan dengan elevasi jem-
membentang dari Surabaya melewati batannya.
Sidoarjo dan berakhir di Mojokerto dan Yang akan dibahas dalam tugas Ak-
dibagi dalam 5 seksi, yaitu: hir ini adalah mengenai analisa biaya yang
• Seksi IA antara Waru s/d Sepanjang : 2,3 diperlukan dalam perencanaan konstruksi
km timbunan yang ditambah dengan perbaikan
• Seksi IB antara Waru s/d Western Ring pada tanah dasarnya dan juga metode pe-
Road : 4,3 km laksanaannya. Oprit yang dijadikan bahan
studi dalam Tugas Akhir ini adalah oprit
• Seksi II antara Western Ring Road s/d
Krian Interchange pada proyek jalan tol Su-
Driyorejo : 5,1 km rabaya-Mojokerto. Kondisi tanah dasar
• Seksi III antara Driyorejo s/d Krian : 6,3 pada daerah oprit ini merupakan tanah lu-
km nak.
• Seksi IV antara Krian s/d Mojokerto :
18,47 km
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai da-
lam Tugas Akhir ini adalah dapat merencana-
Tinggi Timbunan
kan konstruksi oprit yang stabil ( tidak me-
Perencanaan Tebal Perkerasaan
mampat dan tidak longsor ) beserta tebal perke-
rasan lentur yang sesuai dengan umur rencana Penentuan Hinisial
dan menghitung volume pekerjaan.
Ti
Cek daya
dukung
Y
Perhitungan Vo-
lume Pekerjaan
LET =
∑ LEP + ∑ LEA H initial (m)
6.000
5.000
4.000
3.000
2 2.000
1.000
2 H final (m)
0.600
0.200
0.000
Perhitungan nilai LER disajikan diba- 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000
S
Keterangan:
Pola Segitiga :
Pola Segiempat :
(PVD)
S S S
55
50
S S S
40
S S S S 0,866s
35
)-
S 0,866s
Prefabricated Vertical Drain G
30
(minggu
-
25
0,866s
ke
W
20
0,866s
15
0,866s
10
5
0
0
90
80
70
60
50
40
30
20
10
100
D
3.1 PRELOADING DENGAN KOMBI-
1
2
3
7
NASI PVD
ta
ta
ta
ta
ta
ta
ta
Pada pelaksanaan di lapangan, tinggi
55
timbunan yang dibutuhkan (Hinitial) tidak lang-
sung diurug di atas tanah dasar, sehingga pada
pelaksanaannya dilakukan penimbunan secara
50
bertahap (Preloading). Dalam perencanaan
Tugas Akhir ini penimbunan secara bertahap
direncanakan memiliki kecepatan penimbunan
45
50 cm/minggu. Jumlah tahapan penimbunan
yang dilakukan untuk Hfinal = 4 m adalah :
40
• Hinitial = 6,869 m
• Kecepatan penimbunan = 0,5/minggu
• Jumlah pentahapan = 6,869 / 0.5
Settlement
35
= 13,8 ≈ 14
)
-
Tinggi penimbunan juga harus
30
memperhatikan tinggi timbunan kritis (Hcr)
yang masih mampu dipikul oleh tanah dasar.
(Minggu
-
Dengan bantuan program XSTABL didapatkan
25
Hcr untuk SF = 1,2 (hasil perhitungan XSTABL,
ke
W
SF = 1.267) adalah Hcr = 0,8 meter.
20
Karena tinggi timbunan kritis yang
mampu diterima tanah (Hcr) adalah 0,8 meter
G
5
2. 0
6. 0
4. 1
6. 1
8. 1
4. 2
6. 2
8. 2
4. 3
8. 3
6. 4
8. 4
6. 5
8. 5
tahap kedua bisa langsung dilakukan pada
0.4
0.8
1.2
2.2
3.2
3.6
4.2
4.4
5.2
5.4
Se
minggu kedua.
Untuk penimbunan tahap ketiga dengan H
= 1,5 meter diperlukan penundaan selama 3
minggu untuk mencapai SF > 1,2 yaitu SF =
1,205.
Pada tahap keempat dengan H = 2 meter,
pada penundaan 5 minggu didapat SF = 1,065 <
1,2.
Karena waktu penundaan yang terlalu la-
ma, maka diperlukan perkuatan. Perkuatan di-
rencanakan dengan menggunakan geotextile.
Karena telah dipasang perkuatan tanah,
maka daya dukung tanah dasar tidaklah menjadi
masalah lagi sehingga penimbunan dapat terus
menerus dilakukan tanpa adanya penundaan
pentahapan. Grafik konsolidasi tanah dasar
yang terjadi akibat pentahapan penimbunan da-
pat dilihat pada Gambar 3.6 , sedangkan per-
hitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampi-
ran 6.
3.2 PERENCANAAN GEOTEXTILE 1. Syarat Tidak Terjadi Failure di Lereng AC
(𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝑨𝑨𝑨𝑨𝑨𝑨)𝒙𝒙 𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕
Dalam perencanaan kali ini dipilih geotextile 𝑷𝑷𝒂𝒂𝟏𝟏 ≤
𝑺𝑺𝑺𝑺
STABILENKA tipe 800/100 yang mempunyai
kekuatan tarik maximal arah memanjang = 800 Dimana :
kN/m’ δ = sudut geser antara tanah timbunan
T dan material geotextile ≈ Ø = 30°
Tallow = SF = 1,35 untuk jalan sementara
FSib xFScr xFScd xFSbd
= 2,00 untuk jalan permanen
dimana : ∅
Tallow = Kekuatan geotextile yang ter- Ka = tan(45 − )
2
sedia
T = Kekuatan tarik max geotex- 1 2
tile yang digunakan Pa1 = γH Ka + γH 2 Ka
2
FSid =Faktor keamanan akibat keru- ���� x BC
�γ − γw �AB ���� x tan 30
sakan saat pemasangan ≤ sat
(untuk timbunan = 1.1-2.0) 2
diambil = 1.3 1 30
FScr =Faktor keamanan terhadap ke- = . 1,961. 6,92 . tan(45 − )
rusakan akibat rangkak 2 2
2
30
(untuk timbunan = 2.0-3.0) + 1,961 . 6,9 . tan(45 − )
diambil = 2.5 2
(1,961 − 1)6,9 x 6,9 x tan 30
FScd = Faktor keamanan terhadap ≤
kerusakan akibat bahan- bahan 2
Pa1 = 120,3 t/m’ > 17,61 t/m’
kimia
..................Not OK
(untuk timbunan = 1.1-1.5)
diambil = 1.25
2. Syarat Kekuatan Bahan
FSbd =Faktor keamanan terhadap ke-
𝐏𝐏𝐚𝐚𝐚𝐚 ≤ 𝐒𝐒𝟏𝟏
rusakan akibat aktifitas biologi
Dimana :
dalam tanah
S1 = kekuatan tarik material geotextile
(untuk timbunan = 1.1-1.3)
yang diijinkan (Tallowable)
diambil = 1.2
𝐏𝐏𝐚𝐚𝐚𝐚 ≤ 𝐒𝐒𝟏𝟏
800 120,3 t/m′ > 16,4 t/m′
Tallow =
1.3 x 2.5 x1.25 x1.2 ..........................Not OK
= 164 kN/m
Maka diperlukan beberapa lapis
1. Internal Stability geotextile.
Ka = tan(45 − )
8 5,15 5,93 58,30747 58,30747 973,1282051 8933,74359 2,64
9 4,9 5,68 55,47701 55,47701 932,1025641 9865,846154 2,77
2
∅
Kp = tan(45 + ) Tabel 3.10 Tabel Hasil Perhitungan Panjang Geo-
2 textile di depan Bidang Longsor
Koordinat koordinat pakai koordinat Ld
Jumlah
Pa2 = (½ (γsat2 – γw)h .Ka – 2Su.h.√Ka) +
2 Y x y X tepi (m)
1 30 22,12 30 10 12,12
q.Ka.h 2
3
30,25
30,5
24,97
23,85
36,9
36,9
9,75
9,5
15,22
14,35
= (½ (1,585 – 1)42.0,577 – 4 30,75 23,85 36,9 9,25 14,6
5 31 23,85 36,9 9 14,85
2.0,6.4.√0,577) + 1.0,577.4 6 31,25 23,85 36,9 8,75 15,1
7 31,5 23,85 36,9 8,5 15,35
Pa2 = 2,308 t/m’ 8 31,75 23,85 36,9 8,25 15,6
9 32 23,85 36,9 8 15,85
Pp = (½ (γsat2 – γw)h2.Kp – 2Su.h.√Kp Tabel 3.11 Tabel Hasil Perhitungan Panjang Total
= (½ (1,585 – 1)42.1,732 – Geotextile
1 sisi 1/2 lebar
2.0,6.4.√1,732) Jumlah
Le Ld Ltotal timbunan
panjang pakai 2 sisi
D1=20cm
D2=20cm
D3=20cm