Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN NUTRISI IKAN 1

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

NUTRISI IKAN

OLEH:
TIM ASISTEN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PANDUAN NUTRISI IKAN 2

MALANG
2014
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
NUTRISI IKAN

Nama :
NIM :
Kelompok :

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


PANDUAN NUTRISI IKAN 3

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
PANDUAN NUTRISI IKAN 4

PENDAHULUAN

Nutrisi (nutrion) adalah kandungan gizi yang dikandung pakan yang


diberikan pada ikan budidaya. Apabila pakan yang diberikan pada ikan
peliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi maka hal ini tidak
saja menjamin hidup dan aktivitas ikan tetapi juga mempercepat
pertumbuhanya. Oleh karena itu, pakan yang diberikan pada ikan budidaya
selama dipelihara, tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu, tetapi juga pakan
tersebut harus memiliki kandungan nutrisi atau gizi yang tinggi. Bila ikan
budidaya mengkonsumsi pakan yang kandungan nutrisinya rendah maka
pertumbuhanya terhambat bahkan ikan timbul gejala-gejala tertentu yang disebut
kekurangan gizi (Malnutrition) (Kordi dan Ghufron, 2010).

Pakan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Di
antara kedua jenis pakan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangannya.Oleh
karena sebab itu, peternak perlu memperhatikan perbedaan kedua jenis pakan
tersebut agar dapat menentukan saat yang tepat untuk menggunakan pakan
alami atau pakan buatan. Pakan alami biasanya digunakan dalam bentuk hidup
dan agak sulit untuk mengembangkanya, karena memperlukan perlakuan
khusus sebelum pakan tersebut diberikan kepada ikan. Sedangkan pakan
buatan,dapat diartikan secara umum sebagai pakan yang berasal dari olahan
beberapa bahan pakan yang memenuhi nutrisi yang diperlukan. Pakan buatan
sering dijumpai dalam bentuk pellet (Syahputra, 2005).

Metodologi dalam pengukuran parameter – parameter yang digunakan


untuk mengetahui nilai nutrisi suatu makanan dan pemanfaatannya oleh ikan
biasanya tidak diterangkan secara rinci (detail) dalam tori. Cara analisa bahan –
bahan makanan, feses dan tubuh ikan (carcass) itu sendiri sangat penting,
karena dari sinilah formulasi pakan dapat disusun dengan baik dan akurat serta
dapat mengetahui pemanfaatan suatu nutrient (misalnya deposisi protein) oleh
ikan . Nilai nutrisi suatu makanan atau bahan makanan dapat pula diukur dari
koefisien cerna makanan tersebut, di mana nilai ini dapat menunjukkan seberapa
baik makanan tersebut dapat dicerna oleh ikan.

Tujuan dari praktikum nutrisi ikan ini adalah melatih mahasiswa agar
mempunyai pengalaman serta terampil dalam mengukur parameter – parameter
yang berhubungan dengan penelitian dalam bidang nutrisi ikan
PANDUAN NUTRISI IKAN 5

ANALISIS PROKSIMAT BAHAN MAKANAN DAN MAKANAN

1.1 Pendahuluan
Analisis proksimat pada umumnya dipergunakan untuk mengetahui
kandungan air, protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), serat kasar
dan abu dari pada bahan makanan maupun makanan. Jumlah BETN dengan
serat kasar merupakan total karbohidrat.
Menurut Gunawan (2010), analisis proksimat adalah pengujian
laboratorium bahan pakan yang akan diformulasi dan diolah menjadi ransum
pelet, crumble, atau mash. Parameter pengujian bahan ini meliputi parameter
kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu, kalsium (Ca), dan fospor (P).
Analisis proksimat merupakan kunci untuk menetapkan pemanfaatan
bahan tercerna atau energy metabolic makanan, bukan untuk mendefinisikan
kandungan zat makanan. Dari hasil analisis proksimat dapat dipergunakan untuk
menyusun ransum makanan sesuai dengan yang dikehendaki dan dapat
mengetahui nilai gizi suatu makanan.

1.2 Pengambilan Contoh


Hal yang perlu diperhatikan di dalam analisis proksimat adalah
pengambilan contoh dan ketelitian melaksanakan prosedur analisis. Contoh yang
akan di analisis harus dapat mewakili keseluruhan bahan yang akan dianalisis.
Metode yang umum dipergunakan dalam pengambilan contoh yaitu
“metode kerucut” dengan prosedur sebagai berikut:
1. Bahan ditumpahkan secara bebas sehingga membentuk kerucut, kemudian
ditekan sampai rata.
2. Dibagi menjadi 4 bagian secara diagonal.
3. Mengambil contoh pada bagian tersebut.
4. Contoh dicampur sampai homogen.
5. Untuk bahan kering, contoh yang akan dianalisis harus dihaluskan terlebih
dahulu kemudian diayak dengan ayakan yang mempunyai ukuran lubang 60
mikron.
6. Untuk bahan basah (misal ikan), contoh yang akan dianalisis terlebih dahulu
dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan.
7. Baik contoh bahan kering maupun basah dianalisis dalam bentuk bahan
kering (tidak mengandung air).
PANDUAN NUTRISI IKAN 6

KADAR KERING

Penetapan kadar kering merupakan salah satu bagian yang penting dalam
analisis proksimat dan secara umum telah banyak dipergunakan dalam
pengukuran analitik. Kadar kering sering dipergunakan sebagai indeks daripada
kestabilan dan kualitas suatu bahan makanan.
 Alat :
- Oven
- Petridish
- Timbangan
- Eksikator

 Prosedur
1. Ambil petridish, kemudian dioven pada suhu 1050C selama 4 jam.
2. Setelah itu, pindahkan petridish ke dalam eksikator.
3. Setelah dingin, timbang petridish (a).
4. Timbang 15-30 gram contoh, letakkan contoh ke dalam petridish (b).
5. Kemudian dioven (105 – 1100C) sampai beratnya konstan (untuk bahan
kering dioven ± selama 6 jam, sedangkan untuk bahan basah ± selama
24 jam).
6. Setelah dioven dimasukkan ke dalam eksikator ± 30 menit.
7. Timbang contoh dan petridish (c).
8. Lakukan analisis tersebut mulai prosedur kerja no. 3 dengan 2 ulangan.

 Perhitungan
berat kering c-a
Kadar kering  x100%  x100%
berat contoh b-a
PANDUAN NUTRISI IKAN 7

SKEMA KERJA
PANDUAN NUTRISI IKAN 8

DATA HASIL PENGAMATAN KADAR KERING

Nama bahan :
Nomor :
Tanggal analisa :
Selesai :
berat kering c -a
Kadar kering  x100%  x100%
Rumus : berat contoh b-a

Nomer Berat Berat Berat Berat Berat Kadar Keterangan


sampel petridish sampel + sampel + contoh kering kering
(gr) PD PD (b-a) (c-a) (%)
(a) sebelum sesudah
oven (gr) oven (gr)
(b) (c)
PANDUAN NUTRISI IKAN 9

ANALISA HASIL
PANDUAN NUTRISI IKAN 10

ANALISIS PROTEIN

Protein merupakan senyawa organic nitrogen kompleks yang esensial


bagi proses kehidupan dan merupakan unsur pokok dalam makanan. Dengan
menggunakan metode kjeldahl, kadar protein dapat ditaksir dari hasil analisis
nitrogen yang dikalikan dengan faktor konversi. Berikut adalah faktor konversi
dari beberapa bahan makanan (Tabel 1).

Tabel 1. Faktor konversi beberapa bahan makanan

Bahan Faktor Konversi


Daging ternak, ikan 6,25
Susu, keju, mentega 6,38
Biji-bijian 5,90
Tepung terigu 5,70
Agar-agar 5,55
Minyak biji 5,40

Analisis protein atau nitrogen dengan metode Kjeldahl terbagi dalam tiga
tahap, yaitu:
1. Destruksi komponen dan susunan garam-garam nitrogen
2. Pelepasan nitrogen destilasi
3. Titrasi

 Alat
1. Alat destruksi
2. Alat destilasi
3. Titrasi
4. Timbangan
5. Erlenmeyer
6. Buret
7. Statif dan klem
 Reagents
- H2SO4, NH3-free
- Katalis detruksi: 2 g CuSO4, 5H2O dan 30 g K2SO4
- 40% NaOH: 400 g NaOH dalam 1 liter larutan (bebas NH3)
- 4% asam boraks: 40 g asam boraks dalam 1 liter larutan (bebas NH3)
- Na2CO3 standard
- Methyl orange

 Prosedur
 Standarisasi H2SO4
PANDUAN NUTRISI IKAN 11

1. Timbang 0,2 – 0,3 g Na2CO3, larutkan di dalam 40-50 ml akuades dan


tambahkan 3-4 tetes indicator methyl orange.
2. Titrasi dengan asam sulfat (H2SO4) yang belum diketahui normalitasnya
(titrasi dianggap selesai bila reaksi bewarna merah).

3. Tentukan normalitas asam sulfat dengan perhitungan sebagai berikut:


1000 x gr Na2CO3 
N H2 SO 4 
(53 x ml H2 SO 4 )
53 = ½ BM Na2CO3
1000 = factor koreksi dari gram ke milligram

 Destruksi
1. Timbang 0,2 – 0,3 gr contoh dan masukkan ke dalam labu destruksi.
2. Tambah 1/3 tablet Kjeldahl 2 gr katalis destruksi dan 15 ml asam sulfat
96-98%. Hal yang sama dilakukan pada blanko (tanpa contoh).
3. Masukkan ke dalam rak destruksi, selanjutnya letakkan pada alat
destruksi.
4. Labu ditutup dengan alat yang ada saluran asap.
5. Kran dibuka, hubungkan dengan stop kontak.
6. Dipanaskan antara 200 – 2500C dalam waktu 15 – 25 menit, kemudian
suhu dinaikkan sampai 3800C. tunggu warna sampai jernih (2 jam).
7. Sesudah jernih, panaskan kembali selama 10 menit, kemudian alat
dimatikan.
8. Keluarkan rak beserta cerobong asap dari pemanas, kemudian letakkan
di atasnya. Tunggu sampai dingin (400C, 15 menit).
9. Kran ditutup dan lepaskan alat bercerobong asap.
10. Labu dan rak dikeluarkan dari alat destruksi dan letakkan di atas meja.
11. Tambahkan akuades melalui dinding tabung sebanyak 50 ml.
12. Selanjutnya siap di destilasi.
 Destilasi
Cara menjalankan alat destilasi:
1. Siapkan kontak dihubungkan dan tekan knop power.
2. Kran dibuka, perhatikan lampu “Cooling” harus menyala, bila tidak
menyala kran dibebaskan.
3. Tunggu sampai lampu “start” menyala (5-10 menit).
Analisis:
4. Dalam Erlenmeyer diisi 100 ml asam borak 3% dan tabung destruksi
dipasang pada alat destilasi.
5. Tambah NaOH 40% sampai volume 90-100 ml dengan menekan knop
“add NaOH”.
6. Untuk mulai destilasi, tekan knop “start” dan lampu destilasi menyala.
7. Setelah ada bunyi berarti destilasi selesai, tekan knop “stop”.
PANDUAN NUTRISI IKAN 12

8. Perhatikan volume dalam Erlenmeyer sekitar 150-200 ml, bila belum 150
ml mulai kembali destilasi sampai volume di atas 150 ml.
9. Selanjutnya siap untuk titrasi.

 Titrasi
1. Setelah destilasi selesai, tambahkan indicator methyl-orange sebanyak 3-
5 tetes.
2. Contoh (a) dan blanko (b) dititrasi dengan asam sulfat 0,2-0,4 sampai
terjadi warna merah.
3. Perhatikan minikus buret.
4. Ml titrasi contoh (a’) dan ml titrasi blanko (b’).
5. Lakukan analisis dengan 2 ulangan.

 Perhitungan

N%  14
 ml titrasi contoh  ml titrasi blanko  x H SO ....N
gr contoh x 1000 2 4

 14
 a'b'  xH SO 4 ....N
mgcontoh 2

Kadar protein = N% x factor koreksi

SKEMA KERJA
PANDUAN NUTRISI IKAN 13

DATA HASIL PENGAMATAN ANALISIS PROTEIN

Nama bahan :
Nomor :
Tanggal analisa :
Selesai :
 ml titrasi contoh  ml titrasi blanko 
Rumus : N%  14 x H SO ....N
2 4
gr contoh x 1000

 14
 a'b'  xH SO 4 ....N
mgcontoh 2

Kadar protein = N% x factor konversi

ml titrasi
Berat
Nomer contoh
Nitrogen Keterangan
contoh (gr)
(a)
Blanko
Contoh (a’)
(b’)
PANDUAN NUTRISI IKAN 14

ANALISA HASIL
PANDUAN NUTRISI IKAN 15

ANALISIS LEMAK

Lemak merupakan bahan yang tidak larut di dalam air, sangat sedikit larut
di dalam alcohol dan larut di dalam pelarut organic seperti: karbon tetraoksida,
karbon disulfide, ether anhydrase atau petroleum ether.
 Alat
- Goldfisch
- Timbel
- Gelas piala
- Timbangan

 Prosedur
1. Sampel ditimbangsebanyak 5 gram
2. Dibungkus menggunakan kertas saring dan ditali
3. Dimasukkan dalam timbel
4. Ditimbang gelas piala
5. Diisi gelas piala dengan petroleum eter sebanyak 60 ml
Cara Kerja Goldfisch
6. Diletakkan gelas piala di bagian bawah timbel
7. Dialirkan air pendingin pada kondensor
8. Dinyalakan pemanas listrik
9. Diekstraksi selama 3-4 jam
10. Dimatikan pemanas listrik
11. Dimatikan kondensor air pendingin
12. Diambil sisa bahan dari timbel
13. Dioven bahan selama 15 menit dengan suhu 1050C untuk mendapatkan
lemak kasar
14. Ditimbang sampel
15. Dihitung lemak kasar dengan rumus:
(Sampel awal)  (Sampel akhir)
Lemak kasar  x100%
Berat sampel
16. Dipanaskan sisa petroleum eter hingga terbentuk kerak untuk
mendapatkan lemak asli.
17. Ditimbang gelas piala

18. Dihitung lemak asli dengan rumus:


(Gelas piala awal)  (Gelas piala akhir)
Lemak asli  x100%
Berat sampel
PANDUAN NUTRISI IKAN 16

SKEMA KERJA
PANDUAN NUTRISI IKAN 17

DATA HASIL PENGAMATAN ANALISIS LEMAK

Nama bahan :
Nomor :
Tanggal analisa :
Selesai :
(Sampel awal)  (Sampel akhir)
Rumus : Lemak kasar  x100%
Berat sampel

(Gelas piala awal)  (Gelas piala akhir)


Lemak asli  x100%
Berat sampel

Berat
Sampel Sampel Gelas Gelas Lemak Lemak
Nomer sampel
awal akhir piala piala kasar asli
contoh (gr)
(gr) (gr) awal akhir (%) (%)
PANDUAN NUTRISI IKAN 18

ANALISA HASIL
PANDUAN NUTRISI IKAN 19

ANALISIS KADAR ABU/MINERAL

Apabila contoh dipanaskan pada suhu 500-6000C, maka air dan unsur
pokok lainnya yang mudah menguap akan berkembang menjadi uap, sedangkan
bahan organic lainnya akan terbakar menjadi karbondioksida dari nitrogen, silikat
dan klorida. Residu unsure inorganic tersebut merupakan bahan abu. Unsure K,
Na, Ca dan Mg diperoleh dalam jumlah yang sedikit; dan unsure selain itu akan
diperoleh dalam jumlah yang sangat sedikit (Trace elements).
Metode yang dipergunakan untuk analisis abu/mineral yaitu dengan cara
memanaskan bahan pada suhu yang tinggi (500 – 6000C). Kadar abu diperoleh
dari berat abu dibagi berat contoh sebelum dipanaskan.
 Alat
- Oven/tungku perapian
- Timbangan
- Crosible porselin
- Eksikator
- Muffle
- Kompor listrik

 Prosedur
1. Crossible porselin dioven pada suhu 1050C selama 1 jam
2. Masukkan Crossible porselin ke dalam eksikator selama 30 menit
3. Timbang crosible porselin yang telah dioven (a).
4. Timbang contoh bahan kering sebanyak 0,4 – 0,6 gr (b).
5. Tempatkan contoh ke dalam crosible porselin.
6. Kemudian dipanaskan diatas kompor listrik sampai sampel berwarna
hitam arang(± 2 jam).
7. Nyalakan muffle sampai dengan suhu ± 6000C (± 2 jam).
8. Masukkan Crossible porselin beserta sampel ke dalam muffle yang
bersuhu ± 6000C selama ± 2 jam hingga sampel arang memutih
membentuk abu.
9. Masukkan ke dalam eksikator sampai dingin(± 15 menit).
10. Setelah dingin timbang berat pengabuan (c).

 Perhitungan
berat abu c a
Kadar abu  x 100%  x 100%
berat contoh b
PANDUAN NUTRISI IKAN 20

SKEMA KERJA
PANDUAN NUTRISI IKAN 21

DATA HASIL PENGAMATAN ANALISIS KADAR ABU

Nama bahan :
Nomor :
Tanggal analisa :
Selesai :
berat abu c a
Rumus : Kadar abu  x 100%  x 100%
berat contoh b

Nomer Berat Berat Berat Berat Kadar Keterangan


contoh cawan contoh cawan + abu (gr) abu
(gr) (gr) contoh (c-a) (%)
(a) (b) setelah
dioven (gr)
(c)
PANDUAN NUTRISI IKAN 22

ANALISA HASIL
PANDUAN NUTRISI IKAN 23

ANALISIS FISIK PAKAN

A. Pengujian Floating Ability


Uji daya tahan dalam air dilakukan dengan merendam pelet dalam air dan
dihitung berapa lama pelet tersebut tahan dalam air sampai hancur. Semakin
lama pellet tersebut hancur, semakin baik dan berkualitas pellet tersebut. Selain
dari faktor kekerasan pelet, daya tahan pelet dalam air dapat disiasati dengan
beberapa cara, antara lain yaitu dengan mempergunakan perekat, lama
pengeringan yang optimal dan merata dan memperbesar ukuran pelet seoptimal
mungkin (Handajani dan Wahyu, 2010).

Pengujian standar terhadap daya apung pakan pellet sampai saat ini
masih belum baku. Hasil percobaan pendahuluan terhadap [roduk pakan pellet
terapung komersial mendapatkan bahwa pellet mampu terapung antara 20 – 30
menit. Namun demikian, pada kondisi praktis pakan pellet hanya diperlukan
terapung beberapa menit sebelum dikonsumsi oleh ikan.

Dari uraian tersebut di atas, pengujian floating ability dari pakan pellet
dilakukan sebagai berikut:
1 Ke dalam 1000 ml beaker glass diisi dengan air kran atau air sumur,
ditambahkan aerator setara 8 volt (sebagai pembentuk gelombang air);
2 Ke dalam larutan air tersebut dimasukkan  2 g sample pakan pellet yang
diambil secara acak
3 Pada saat yang sama dipersiapkan stopwatch untuk mengukur waktu pakan
pellet terapung
4 Pengukuran stopwatch dihentikan ketika seluruh butiran pellet mencapai
dasar beaker glass
5 Penentuan daya apung pellet dilakukan terhadap perbedaan kategori: (a)
sangat baik jika daya apung  10 menit; (b) baik pada daya apung 5 – 10
menit; (c) sedang, pada daya apung 1 – 5 menit; dan (d) tidak baik, pada
daya apung  1 menit.

B. Pengujian Water Stability

Menurut Aslamyah dan Yushinta (2009), pengujian fisik yang dilakukan


pada pakan uji adalah pengamatan water stability meliputi kecepatan pecah dan
PANDUAN NUTRISI IKAN 24

dispersi padatan, tingkat kekerasan, serta kecepatan tenggelam. Stabilitas pakan


dalam air atau stabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di
dalam air atau berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan
hancur, meliputi uji kecepatan pecah dan dispersi padatan. Uji kecepatan pecah
mengukur berapa lama waktu sampai pakan hancur di dalam air.

PRINSIP : Penentuan berat kering pakan setelah di rendam dalam air selama
beberapa waktu tertentu.
Cara kerja :
1 Ditimbang ± 5 gram sample pakan pellet yang dihasilkan (ketelitian 0,01 gram)
2 Sample dimasukkan ke dalam gelas beaker yang sudah diisi 200 ml aquadest,
dan dicatat waktu saat perendaman
3 Setelah 3 menit, air diberikan gerakan melalui aerator (8 volt) selama 1
menit
4 Setelah 1 menit, aerator segera diangkat dan sample disaring dengan saringan
0,5 mm
5 Beaker glass dibilas dengan aquadest (gunakan air seefisien mungkin)
6 Berat kertas saring 45  ditimbang, dan diletakkan menutupi corong Burcher
funnel.
7 Sample pellet dipindahkan dari saringan 0,5 mm ke dalam kertas saring,
dengan menggunakan sendok teh. Sisa sampel yang ada dalam saringan
dibilas dengan air.
8 Kertas saring yang telah berisi sample dipindahkan (dengan menggunakan
pinset) ke dalam aluminium foil yang sudah ditimbang sebelumnya.
9 Seluruh bahan dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C, selama 4 jam.
10 5 g sample pakan yang lain (tidak direndam) juga dikeringkan dalam oven
seperti pada proses (9) di atas.
11 Setelah didinginkan, seluruh bahan ditimbang (kertas saring + aluminium foil +
sampel).
12 Water stability adalah perbandingan antara berat kering pakan yang direndam
selama 3 menit dengan pakan yang tidak direndam (sebagai %-recovery)

C. Pengujian Water Absorption


Penyerapan air oleh pakan ditunjukkan sebagai faktor terhadap
persentase berat. Persen penyerapan air oleh pakan dimana perlu penambahan
pada berat bahan setelah dikurangi dengan air yang terdapat dibawah keadaan
PANDUAN NUTRISI IKAN 25

yang spesifik. Water absorptyion dapat mempengaruhi perlengkapan mekanik


dan elektrik (Webar,1972 dalam Tabin, 2010).

PRINSIP: Penentuan persen penambahan berat sampel pakan setelah


perendaman dalam air selama waktu tertentu

CARA KERJA:

1 Ditimbang  5 gram sample pakan pellet (ketelitian 0,01 gram).


2 Sample dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi aquadest
selama : (10 detik, 1, 3, dan 10 menit).
3 Sample dituangkan ke dalam saringan ukuran 0,5 mm.
4 Untuk menghilangkan sisa air, sample dipindahkan ke dalam kertas saring.
5 Sample yang berada pada kertas saring dipindahkan ke dalam aluminium foil
yang sebelumnya sudah diketahui beratnya.
6 Dilakukan penimbangan aluminium foil dan isinya dan dimasukkan kedalam
oven pada suhu 100 C selama 4 jam. Bersamaan dengan itu masukkan pula
sample pakan pellet yang tidak direndam.
7 Setelah di oven sample bersama aluminium foil ditimbang
8 Water absorbtion dihitung berdasarkan perbandingan antara pakan pellet yang
direndam dengan yang tidak direndam.
9 Dibuat grafik hubungan antara absorbsi air dengan waktu perendaman.
PANDUAN NUTRISI IKAN 26

SKEMA KERJA
PANDUAN NUTRISI IKAN 27

DATA HASIL PENGAMATAN ANALISIS FISIK PAKAN


PANDUAN NUTRISI IKAN 28

ANALISA HASIL
PANDUAN NUTRISI IKAN 29

FORMULASI PAKAN

Ada beberapa metode matematik yang sering digunakan dalam membuat


formulasi pakan ikan, diantaranya adalah:
1. Metode bujursangkar Pearson
2. Metode persamaan aljabar
3. Metode lembar kerja (worksheet)
4. Metode program linier

 Metode Bujursangkar Pearson


Metode ini sering sekali digunakan dalam pembuatan pakan ikan sederhana
atau pada pakan tambahan (supplemental feed). Hal tersebut dikarenakan
kesederhanaan metode ini sehingga sulit untuk diterapkan dalam pembuatan
pakan lengkap (complete feed). Proses formulasi pakan menggunakan metode
bujursangkar Pearson adalah sebagai berikut:
a) Gambarlah bujursangkar
b) Masukkan kadar protein yang diinginkan (misalnya 25%) pada bagian tengah
bujursangkar
c) Masukkan kadar protein bahan 1 pada pojok kiri bagian atas bujursangkar dan
prorein bahan 2 pada pojok kiri bagian bawah bujursangkar
d) Kurangi kadar protein masing-masing bahan dengan nilai kadar protein yang
diinginkan (dalam hal ini 25%) secara diagonal, dengan catatan abaikan nilai
negative. Sehingga akan didapatkan hasil pengurangan bahan 1 di pojok
kanan bagian bawah bujursangkar dan pengurangan bahan 2 di pojok kanan
bagian atas bujursangkar.
e) Kurangi kadar protein bahan 1 dengan bahan 2 pada sisi kiri bujursangkar,
disamping itu jumlahlah angka di sisi kanan bujursangkar sehingga
didapatkan hasil yang sama.
Bahan 1 50% 13

25%

Bahan 2 12%- 25 +
38 38
f) Jumlah bahan pakan yang diperlukan untuk membuat formulasi pakan
tersebut dapat diubah dalam satuan unit berat (kg) dengan cara:
(dimisalkan membuat 100 kg pakan dengan kadar protein 25%)
 Bahan 1 = 13/38 x 100 kg = 34,21 kg
 Bahan 2 = 25/38 x 100 kg = 65,79 kg
PANDUAN NUTRISI IKAN 30

PERHITUNGAN FORMULASI PAKAN


PANDUAN NUTRISI IKAN 31
PANDUAN NUTRISI IKAN 32

PROSES PEMBUATAN PAKAN IKAN

Proses pembuatan makanan merupakan langkah lanjutan setelah formulasi


makanan buatan dibuat sesuai dengan jenis dan tingkat perkembangan ikan.
Pada prinsipnya proses pembuatan makanan ikan meliputi penggilingan bahan
baku, pengayakan, penimbangan, pencampuran dan pencetakan serta
penyimpanan.
Pencetakan makanan buatan disesuaikan dengan kebutuhan atau ukuran
yang dikehendaki seperti bentuk emulsi, tepung, flake, pellet dan remah
(crumble). Bentuk-bentuk tersebut pada umumnya disesuaikan dengan ukuran
atau besarnya ikan yang dipelihara. Dari bermacam-macam bentuk tersebut,
yang akan dipelajari dalam praktikum ini yaitu cara pembuatan pellet dengan
menggunakan mesin pellet.
 Alat
1. Ayakan
2. Alat penggilingan
3. Timbangan
4. Waskom
5. Mixer
6. Alat penyemprot
 Prosedur
1. Buatlah formulasi makanan dengan menggunakan bahan-bahan
tersebut.
2. Semua bahan kecuali minyak digiling atau dihancurkan sehingga
ukurannya menjadi lebih kecil dengan menggunakan alat penggiling
3. Setelah digiling bahan tersebut diayak untuk mendapatkan partikel
sesuai dengan kebutuhan ikan (tingkat perkembangan dan daya
cerna),misalnya:
 Untuk stadia larvamenggunakan ayakan dengan ukuran mata 40 –
105 mikron
 Untuk stadia paska larva menggunakan ayakan dengan ukuran mata
105 mikron ke atas.
4. Timbanglah bahan-bahan menurut komposisi yang telah ditentukan
untuk membuat 10 kg pellet.
5. Semua bahan dicampur ke dalam baskom sampai rata. Hal ini dilakukan
dengan diawali bahan yang takarannya paling sedikit, selanjutnya
ditambahkan bahan yang takarannya lebih banyak dan berlanjut sampai
bahan yang takarannya paling banyak. Pada proses pencampuran
ditambahkan air sedikit demi sedikit sebanyak 10 – 20% dari berat total
PANDUAN NUTRISI IKAN 33

bahan, sehingga komposisi ini memiliki kelembaban tertentu. Apabila


komposisi ini dikepal tidak pecah, maka sudah siap dicetak.
6. Bahan yang telah dicampur tersebut dimasukkan ke dalam mesin pellet
untuk dicetak.
7. Selanjutnya pellet dikeringkan dengan cara dijemur atau dengan alat
pengering lain hingga kadar airnya kurang dari 2%.
8. Apabila diinginkan dalam bentuk cemah (crumble) maka pellet yang
sudah kering digiling.
9. Selanjutnya pellet diayak hingga menghasilkan tepung halus, tepung
kasar dan pecahan pellet atau remah.
10. Pakan buatan siap untuk diberikan atau jika akan disimpan harus pada
tempat yang lembab dengan sirkulasi udara yang baik
11. Batas waktu penyimpanan pakan sekitar 1 – 2 bulan.
PANDUAN NUTRISI IKAN 34

SKEMA KERJA UJI BIOLOGI


PANDUAN NUTRISI IKAN 35

DATA HASIL PENGAMATAN UJI BIOLOGI


PANDUAN NUTRISI IKAN 36

ANALISA HASIL
PANDUAN NUTRISI IKAN 37

KESIMPULAN DAN SARAN


PANDUAN NUTRISI IKAN 38

DAFTAR NAMA ASISTEN

NAMA NO. HP

ALVIN MAULANA (CO. ASS) 083879418973


ANGGARA NUR ARDIANSYAH 085790826075
DWI YULI SRI ASIH 085649446910
GALIH ARDI NUGROHO 08175700332
IFAAF MAZIYYAH 085648559801
JESSICA SILVIA 081265650123
KHOIRUL ANWAR 081296914721
LINI MURNI 085733340764
MUHAMMAD HASAN ALKAFF 085790861725
ABDAN SYAKUR HADI 085669664866

Anda mungkin juga menyukai