Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas pimpinan dan penyertaanNya kami dapat menyelesaikan
Makalah Farmasetika Sediaan Steril ini dengan baik.
Makalah ini memuat penjelasan mengenai Sediaan Steril Ampul. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam peyelesaian makalah ini baik yang secara langsung
maupun tidak langsung.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
mengenai sediaan ampul.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
(Ansel, 1989).
Salah satu bentuk sediaan steril adalah Ampul. Ampul adalah
sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan
yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan
menggunakan alat suntik (Lachman, 1989).
Wadah obat suntik (termasuk tutupnya) harus tidak berinteraksi
dengan sediaan, baik secara fisik maupun kimia karena akan mengubah
kekuatan dan efektifitasnya. Bila wadah dibuat dari gelas, maka gelas
harus jernih dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan, untuk
memungkinkan pemeriksaan isinya. Jenis gelas yang sesuai dan dipilih
untuk tiap sediaan parenteral biasanya dinyatakan dalam masing-masing
monograf. Obat suntik ditempatkan dalam wadah dosis tunggal atau
wadah dosis berganda (Lachman, 1989)
Wadah dosis tunggal biasanya disebut ampul, tertutup rapat dengan
melebur wadah gelas dalam kondisi aseptis. Wadah gelas dibuat
mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari bagian
badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas. Sesudah dibuka, isi
ampul dapat dihisap kedalam alat suntik dengan jarum hipodermik. Sekali
dibuka, ampul tidak dapat ditutup dan digunakan lagi untuk waktu
kemudian, karena sterilitas isinya tidak dapat dipertanggung jawabkan
lagi (Ansel, 1989).
Adapun Keuntungan dan kerugian wadah gelas
Keuntungan :
• Mempunyai daya tahan kimia yang baik sehingga tidak bereaksi
dengan kandungan wadah dan tidak mengabsorbsi atau
mengeluarkan senyawa organik
• Bersifat tidak permeabel sehingga apabila ditutup dengan baik maka
pemasukan atau hilangnya gas-gas dapat diabaikan
• Wadah gelas mudah dicuci
• Bersifat transparan sehingga mudah diamati kandungan di dalamnya
• Mempunyai sifat kaku, kuat, dan bentuknya stabil
Kerugian :
• Mudah pecah dan bobotnya relatif berat
• Untuk zat yang mudah teroksidasi biasa digunakan wadah yang gelap
• Digunakan sekali pakai (Martindale, 1997).
Adapun pengisian pada wadah ampul, meliputi :
Pengisian ampul dengan larutan obat dilakuakn pada sebuah alat
khusus untuk pabrik kecil atau menengah pengisian dilakukan dengan
alat torak pengisi yang bekerja secara manual atau elektris. Melalui
gerak lengannya larutan yangakan diisikan dihisap oleh sebuah torak
kedalam penyemprot penakar dan melalui kebalikan gerak lengan
dilakukan pengisiannya (Voight,1995).
Proses Penyegelan dari ampul, meliputi :
• Dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga
membentuk segel penutup atau segel tarik.
• Segel penutup dibuat dengan melelehkan sebagian gelas dan
menutup bagian yang terbuka
• Segel tarik dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang
berputar di bawah ujungnya, kemudian menarik ujungnya sehingga
membentuk kapiler kecil yang dapat diputar sebelum bagian yang
meleleh tersebut ditutup (Lachman, 1989).
Adapun komponen dari Ampul
1. Zat Aktif
Zat berkhasiat dari suatu senyawa obat yang memiliki efek terapi
2. Zat Tambahan
a. Antioksidan
Penambahan antioksidan dimaksudkan untuk melindungi
bahan aktif yang muda teroksidasi, terutama pada kondisi yang
dipercepat (sterilisasi panas).
b. Pendapar
Bahan pendapar berfungsi untuk menjaga suasana pH yang
disyaratkan untuk banyak produk.
c. Pengawet
Bahan pengawet berfungsi untuk mencegah adanya
pertumbuhan atau perkembangan mikroba dalam sediaan injeksi.
d. Bahan tonisitas
Bahan isotonis berfungsi untuk membantu ketonisitas-an suatu
produk dan mengurangi rasa sakit pada daerah yang diinjeksikan
yang berakhir ke syaraf.
e. Bahan pengkhelat
Bahan ini digunakan sebagai antioksidan dalam bentuk
pengikatan ion logam. Biasa digunakan yaitu EDTA.
3. Zat pembawa
a. Air
Umumnya digunakan air untuk injeksi. Zat pembawa
mengandung air menggunakan air untuk injeksi. Sebagai zat
pembawa injeksi harus memenuhi syarat uji pirogen dan uji
endotoksin bakteri.
b. Bukan Air
Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection)
misalnya ol.sesami, ol.olivarum, olarachidis. Pembawa bukan air
diperlukan apabila :
1. Bahan obatnya sukar larut dalam air
2. Bahan obatnya tidak stabil/terurai dalam air
3. Dikehendaki efek depo terapi
(Bambang,2007 ).
BAB III
MASTER FORMULA
III. 1. Formula
Tiap 10 ml mengandung:
R/ Aminofilin 240 mg
NaCl 2,5 mg
Dapar fosfat:
NaHPO4 0,8%
Na2HPO4 0,942%
(R Voight, 1994)
Ampul merupakan wadah dosis tuggal, wadah dosis tunggal
tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril (Ansel,
1989).
volume kecil yaitu injeksi aminofilin yang dibuat dalam bentuk ampul
1. Zat Aktif
injeksi atau larutan steril teofilin dalam air untuk injeksi yang
sehingga teofilin menjadi lebih stabil dan larut dalam air (Ritiasa
Ketut, 2013).
2. Natrium Klorida
3. Carbon adsorben
1989).
4. Pendapar
(Stefanus, 2006).
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan
kedaan steril. Steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua semua mikroorganisme
hidup.
Ampul merupakan wadah dosis tunggal yang tertutup rapat
dengan melebur wadah gelas dalam kondisi aseptis. Wadah gelas
dibuat mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari
bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas.
III.2. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan ampul lebih memperhatikan lagi
kesterilitasan dari sediaan ampul tersendiri. Agar sediaan yang dibuat
dapat digunakan dan diaplikasikan dalam praktikum steril ke
depannya.
LAPORAN TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
DAN STERIL
“AMPUL”
OLEH:
La Sardi
Wahyumi
Alfia Saputri
Andi Sari Bunga
Yunita Mangampa
Anggie Fifi Winarty
Yuliana A. Dua Bajo
Nadia Saso Paulangan
Kelas : Akfar A
Asisten : Muhammad Afif
LABORATORIUM FARMASETIKA 1
AKADEMI FARMASI KEBANGSAAN
MAKASSAR
2015
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktik
Industri Farmasi, diterjemahkan oleh Suyatmi, S. UI Press ; Jakarta
Ritiasa Ketut, dkk. 2013. Info Obat Indonesia. Parama Abhipraya ; Jakarta.