Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
cara dan bentuk apapun juga tanpa se izin penulis dan penerbit
Diterbitkan oleh :
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
2
Prof.Dr. Nanan Sekarwana, dr, SpA(K) MARS
Gusti Ayu Putu Nilawati,dr, SpA(K)
Risky Vitria Prasetyo,dr,SpA(K)
Jusli Aras, dr, SpA
Retno Palupi,dr,SpA
Muhammad Nur,dr,SpA
Dr. Ninik Asmaningsih,dr,SpA(K)
Prof. Syaifullah Noer, dr,SpA(K)
Endang Lestari Andjani,dr, SpA(K)
Syafrudin Haris,dr, SpA(K)
Dr. Bobby Setiadi Dharmawan,dr,SpA(K)
Agustina Wulandari,dr, SpA(K)
Dr. Partini Pudjiastuti Trihono,dr, SpA(K), MM,Paed
Ketut Suarta,dr,SpA(K)
Reza , dr,SpA
Prof.Dr. Dhany Hilmanto,SpA(K)
Dr. Krisni Subandiyah, dr, SpA(K)
Astrid Kristina Kardani, SpA(K)
........................................
..........................................
.........................................
.........................................
.......................................
..............................................
Konsensus ini disusun oleh UKK Nefrologi IDAI berdasarkan telaah literatur mutakhir dan
diskusi bersama anggota UKK Nefrologi IDAI. Tujuan pembuatan Konsensus adalah untuk
digunakan pedoman, baik untuk dokter spesialis anak maupun untuk spesialis konsultan
nefrologi.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb
3
Wasalamu’alaikum wr wb
SAMBUTAN
KETUA UNIT KERJA KOORDINASI NEFROLOGI IDAI
4
Prof.Dr.dr.Dedi Rachmadi Sambar,SpA(K), M.Kes
5
Dr.dr.Aman Pulungan, SpA(K)
DAFTAR SINGKATAN
6
DAFTAR ISI
7
2.2.6 Tatalaksana gangguan pertumbuhan.........................................
2.3.Tatalaksana Terapi pengganti ginjal PGK pada anak................
2.3.1 Dialisis .....................................................................................
2.3.2 Hemodialisis ............................................................................
2.3.3 CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) ................
2.3.4 Transplantasi ginjal ..................................................................
2.4.Indikasi melakukan rujukan kepada ahli ginjal anak ........................
Daftar pustaka ..........................................................................................
Lampiran .................................................................................................
PENDAHULUAN
Sejak tahun 2002 paradigma lama pengertian gagal ginjal kronik (GGK, chronic renal failure)
mulai berubah menjadi paradigma baru yaitu penyakit ginjal kronik (PGK, chronic kidney
diseases) dengan klasifikasi baru terdiri atas 5 stadium. Perubahan paradigma tersebut
bertujuan agar para praktisi klinis mampu melakukan deteksi dini kelainan sistemik ginjal yang
kronik dan progresif serta mampu berusaha lebih awal mencegah progresifitas PGK.1 2
8
Pengelolaan komprehensif PGK anak membutuhkan waktu lama dan kerjasama tim
multidisiplin PPA (profesional pemberi asuhan) yang terintegrasi baik, sesuai dengan konsep
pelayanan berfokus pada pasien/ “patient centered care”.
1.UMUM
1.1. DEFINISI DAN KLASIFIKASI PGK pada anak
Seorang anak dikatakan menderita PGK apabila selama >3 bulan terdapat salah satu dari
kriteria di bawah ini:1, 3
1. Abnormalitas struktur atau fungsi ginjal, dengan/ tanpa penurunan LFG, dengan
manifestasi satu atau lebih tanda:
a. Kelainan pada komposisi darah atau urin
b. Kelainan pada pencitraan ginjal dan saluran kemih
c. Kelainan pada biopsi ginjal
2. LFG <60 ml/ menit/ 1,73 m2 dengan/ tanpa kerusakan ginjal seperti yang disebutkan pada
kriteria tersebut di atas
Klasifikasi : .................................................
9
1.2.MANIFESTASI KLINIK PENYAKIT GINJAL KRONIK4, 5, 10
1. Gejala awal (PGK stage 1) biasanya tidak spesifik, bisa didaptakan LFG normal,
proteinuria dengan/ tanpa hipertensi ringan.
2. Gejala spesifik (PGK stage 1, 2, 3) berupa:
- Poliuria, nokturia, polidipsi (diabetes nefritogen)
- Gangguan pertumbuhan
- Anemia refrakter
- Edem wajah
- Kulit kering dan gatal
- Artralgia, mialgia dan paraestesia
3. Gejala sindoma uremia (PGK stage 4, 5/ stadium lanjut) berupa:
- Gangguan gastrointestinal
- Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, gagal jantung
- Gangguan SSP: kejang, kelemahan otot, oliguria
- Gangguan ekskresi: oliguria, hiperkalemia
- Gangguan mineral dan tulang/ mineral bone disease (MBD): renal osteodystrophy
1. Gejala akhir (PGK stage 4, 5/ stadium terminal) berupa:
- Proteinuria persisten adalah suatu keadaan di mana ekskresi protein urin tetap positif
pada dua atau lebih pemeriksaan yang dilakukan dengan jarak sedikitnya 2 minggu.
Proteinuria/ albuminuria ringan dapat terjadi pada ortostatik proteinuria, aktivitas
fisik/ latihan yang intens dan demam. Albuminuria postif palsu dihasilkan oleh urin
alkali, urin konsentrat, gross hematuria dan adanya mucus, semen atau leukosit pada
urin.14
- Oliguria
- Hipertensi kronik merupakan komorbid yang sering terjadi pada anak dengan PGK.
Hipertensi terjadi akibat overload cairan, aktivasi renin angiotensin, hiperaktivasi
simpatik, disfungsi endothelial dan hiperparatiroid kronis.15
- Anemia refrakter terjadi ketika fungsi renal turun di bawah 15%, namun anemia
frekuensinya meningkat pada anak dengan PGK. Anemia pada anak dengan penyakit
ginjal kronis terjadi akibat multi faktor yang saling berhubungan, antara lain lama
hidup eritrosit akan lebih singkat seiring peningkatan kadar blood urea nitrogen
(BUN), adanya intestinal blood loss + 6 ml/ m2 BSA pada pasien PGK nondialisis dan
10
meningkat pada pasien hemodialysis serta hilangnya darah akibat terperangkap dalam
peralatan dialysis.1, 9
- Asidosis metabolik biasanya terjadi jika LFG <25 ml/ menit/ 1,73 m2. Asidosis
metabolik berpengaruh buruk terhadap fungsi sel dan berkontribusi meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.16
- Osteodistrofi renal dapat terjadi akibat:9
a. Asidosis metabolis kronis yang menyebabkan perubahan komposisi ion, resorbsi
dan deposisi tulang
b. Gangguan pembentukan vitamin D di ginjal
c. Retensi fosfat dan hipokalsemia merangsang hiperparatiroid sekunder yang
menyebabkan bone turnover cepat sehingga terjadi abnormalitas arsitektur
tulang, epifiseal displacement dan fraktur.
- Gangguan tumbuh kembang akibat gangguan elektrolit, prematuritas karena
intoleransi makanan, muntah berulang dan respon inadekuat terhadap manajemen
nutrisi. Gangguan hormone mempengaruhi pertumbuhan seperti growth hormone dan
somatotropin.9, 17
- Infeksi berulang
- Sindrom uremia kronik terjadi akibat retensi produk nitrogen sehingga
menyebabkan anoreksia, mual, muntah dan stomatitis uremia, tanpa didapatkan
adanya bukti agen spesifik atau toksin uremik sebagai penyebab.1
- Sindrom renokardial menyebabkan kematian 1000 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan populasi normal. Kejadian sindroma renokardial melibatkan mekanisme
neurohumoral dan hemodinamik yang berhubungan dengan penyakit ginjal kronis.
Adanya penyakit gagal jantung melalui low cardiac output menyebabkan pengisian
aliran darah arteri rendah sehingga terjadi injuri ginjal.11-13
11
- Laboratorium: azotemia, anemia, asidosis metabolik, gangguan elektrolit: kalium,
natrium, kalsium dan fosfat
- Radiologi: osteodistrofi, contracted kidney, kardiomegali
- EKG
2. Mencari etiologi PGK dengan pemeriksaan penunjang seperti USG, BNO-IVP dan biopsi
ginjal.
3. Menentukan stadium PGK dengan pemeriksaan penunjang lengkap.
4. Mencari faktor risiko dan faktor yang memperberat PGK seperti hipertensi, obstruksi
saluran kemih, ISK, dehidrasi dan nefrotoksin.
Perjalanan klinis PGK ibarat perjalanan kereta “one way ticket” menuju gagal ginjal terminal.
Oleh karena itu, tujuan utama pengelolaan PGK adalah menghambat laju progresifitas
gangguan anatomis dan fungsi ginjal yang kronik dan sambil mempertahankan kualitas hidup
anak dengan PGK sesuai potensinya.
Strategi pengelolaan PGK terdiri dari:
1. Terapi konservatif: nutrisi, medikamentosa, menghindari zat nefrotoksik serta mengatasi
infeksi dan gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam-basa
2. Terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy): hemodialisis dan peritoneal dialisis
(continuous ambulatory peritoneal dialysis/ CAPD, continuous renal replacement
therapy/ CRRT) serta persiapan fisik dan psikologis cangkok ginjal bagi resipien dan
donor.
3. Proses pelaksanaan cangkok ginjal
2.2.1.Konservatif
a. Menghambat terjadinya gagal ginjal terminal
- Diet cukup kalori, restriksi protein (Lampiran 1.)
12
- Terapi gangguan reversible seperti infeksi (ISK), hipertensi
- Menghindari obat nefrotoksik
- Pemberian antioksidan, ARB, ACE inhibitor
b. Koreksi gangguan reversibel PGK
- Keseimbangan elektrolit, air, asam-basa
- Terapi hipertensi, gagal jantung
- Terapi anemia: preparat Fe, transfusi PRC, preparat eritropoetin
- Terapi infeksi, pencegahan sepsis
- Pencegahan dan pengobatan osteodistrofi renal dengan diet rendah fosfat,
preparat kalsium, vitamin D3, reparat Al(OH)3 untuk mengikat PO4
c. Psikoterapi
d. Koreksi bedah, terutama untuk etiologi yang berhubungan dengan obstruksi urologis
Koreksi cairan
Koreksi natrium
Na deficit (mmol) = 0.6 x body wt (kg) x (135 – serum Na)
Koreksi kalium
K deficit (mmol) = 0.6 x body wt (kg) x (135 – serum K)
Asidosis
Bicarbonate (HCO3) required (mmol)
= 0.3 x (base deficit) x body wt (kg)
Atau
= 0.3 x (desired HCO3 – actual CO3) x body wt (kg)
13
f. 1 mmol citrate = 1 mmol HCO3
14
Gambar 2. Algoritme dari American Diabetes Association, 2005; KDOdc-BP guidelines
2004 untuk terapi hipertensi pada pasien PGK atau diabetes. *diuretik tiazid hanya boleh
digunakan jika eGFR = 50 ml/mnt, jika tidak sebaiknya digantikan diuretik loop.
15
3. Terapi dengan ESA tidak direkomendasikan pada pasien dengan penyakit keganasan atau
yang mempunyai riwayat penyakit keganasan.
4. Pada sebagian besar orang dengan PGK, terapi ESA seharusnya tidak digunakan untuk
menaikkan Hb diatas 11.5 g/dl
5. Untuk pasien anak, pemilihan konsentrasi Hb dengan terapi ESA harus dipertimbangkan
keuntungan yang potensial (mis. Peningkatan pada kualitas hidup, angka kehadiran / prestasi
di sekolah, dan penolakan transfusi) dan hanaya lain yang potensial.
no ESA
Ferritin > 100ng/ml Ferritin < 100ng/ml
TSAT > 20% TSAT < 20%
Monitor:
Blood pressure ESA Iron
Hb, reticulocyte Supplement
TSAT
Ferritin
Serum potassium Poor Hb response
Serum phospate
16
Look for underlying cause none increase dose of ESA
17
2.2.2.Dialisis kronik dan persiapan cangkok ginjal
e. Hemodialisis kronik 2 – 3 x perminggu atau CAPD
f. Persiapan cangkok ginjal melibatkan Tim Ginjal Rumah Sakit untuk persiapan donor,
resipien serta rencana operasi, postoperasi dan rehabilitasi.
Cepat atau lambat PGK akan berkembang menjadi gagal ginjal terminal sehingga diperlukan
usaha tatalaksana komprehensif yang akurat. Dialisis kronik merupakan terapi antara PGK,
sebelum dilakukan cangkok ginjal. Masa persiapan cangkok ginjal penting diperhatikan
sebaik-baiknya. Keberhasilan cangkok ginjal sangat mempengaruhi prognosis ad vitam dan ad
sanam yang lebih baik.4, 7, 8
18
ALGORITMA TATALAKSANA PENYAKIT GINJAL KRONIS
SUSPEK
SN relaps sering relaps, SNRS, proteinuria berulang,
kadar ureum/ kreatinin darah abnormal, hasil
pencitraan / biopsi ginjal, CAKUT
atau
DAFTAR PUSTAKA
19
1. National Kidney Foundation. Clinical practice guidelines for chronic kidney disease:
evaluation, classification and stratification. Am J Kidney Dis. 2002; 39: S1-266.
2. Harambat J, Karlijn J, Kim JJ, Tizard EJ. Epidemiology of chronic kidney disease in
children. Pediatr Nephrol. 2012; 27: 363-73.
3. Dilys W, Fine RN. Chronic kidney disease in children. Pediatrics in Review. 2008; 29.
4. Sinha A. Chronic kidney disease. In: Srivastava R, Bagga A, (ed.). Pediatric
Nephrology 5th ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher, 2011, p. 360-85.
5. Sekarwana N. Chronic kidney disease. Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta: UKK
Nefrologi IDAI, 2011.
6. KDOQI. Clinical practice guideline for nutrition in children with CKD: 2008 update.
American Journal of Kidney Diseases. 2009; 53: S1-S2.
7. Gheissari A, Hemmatzadeh S, Merrikhi A, Tehrani SF, Madihi Y. Chronic kidney
disease in children: a report from a tertiasry care center over 11 years. J Nephropathology.
2012; 1: 177-82.
8. Bradley ACW, Chadha V. Chronic kidney disease in children: the global perspective.
Pediatr Nephrol. 2007; 22: 1999-2009.
9. Kaspar C, Bunchman RBTE. A review of pediatric chronic kidney disease. Blood Purif
2016; 41: 211-7.
10. Yap H, Liu ID. Chronic kidney disease. In: Ng K, (ed.). Pediatric Nephrology On-The-
Go 2nd ed. Singapore: National university hospital, 2015, p. 311-93.
11. Tsuruya K, Eriguchi M. Cardiorenal syndrome in chronic kidney disease. Curr Opin
Nephrol Hypertens. 2015; 24: 154-62.
12. Ronco C, Haapio M, House AA, Anavekar N, Bellomo R. Cardiorenal syndrome. J Am
Coll Cardiol. 2008; 52: 1527-39.
13. Bock J, Gottlieb SS. Cardiorenal syndrome new perspectives. Circulation. 2010; 121:
2592-600.
14. Julie L. Proteinuria in chronic kidney disease, in clinical practice recommendations for
primary care physicians and healthcare providers. Henry Ford Health System. 2011: 24-47.
15. Charlotte H, Schaefer F. Hypertension in children with chronic kidney disease:
pathophysiology and management. Pediatr Nephrol. 2008; 23: 363-71.
16. Jeffrey A, Madias NE. Consequences and therapy of the metabolic acidosis of chronic
kidney disease. Pediatr Nephrol. 2011; 26: 19-28.
20
17. Mehls O, Lindberg A, Nissel R, Haffner D, Hokken-Koelega A, Ranke MB. Predicting
the response to growth hormone treatment in short children with chronic kidney disease. J Clin
Endocrinol Metab. 2010; 95: 686-92.
18. James C, Williams DM, Roth KS. Kidney failure in infants and children. Pediatrics in
Review. 2002; 23.
19. Chaturvedi S, Jones C. Protein restriction for children with chronic kidney disease.
Cochrane Database of Systematic Reviews. 2007; 4.
20. Apostolou A, Karagiozoglou-Lampoudi T. Dietary adherence in children with chronic
kidney disease: a review of the evidence. Journal of Renal Care. 2014; 40: 125-30.
21