Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TRIAGE

Untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek Mata Kuliah Emergency


Yang dibimbing oleh : Ns. Heni Dwi Windarwati, s.kep, M.kep, Sp.J

Oleh

GEMA RIZKI PRATAMA 125070218113003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Triage”.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas semester pendek mata kuliah Emergency Universitas Brawijaya.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada ibu Heni Dwi Windarwati, s.kep, M.kep, Sp.J. Karena berkat
bantuan beliau makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Kediri, 22 Februari 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah : ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan penulisan : ............................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 6
2.1 Definisi ................................................................................................................ 6
2.2 Tujuan Triage ...................................................................................................... 6
2.3 Prinsip Triage....................................................................................................... 7
2.4 Klasifikasi Triage .................................................................................................. 8
2.4.1 Triage di Rumah Sakit.................................................................................. 8
2.4.2 Triage 4 Klasifikasi ....................................................................................... 8
2.4.3 Triage Tingkat Prioritas (Labeling) .............................................................. 9
2.4.4 Triage Tingkat Keakutan............................................................................ 10
2.5 Alur Triage ......................................................................................................... 11
2.6 Dokumentasi Triage .......................................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 13
3.2 Saran ................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal
triage modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana
Baron Dominique Jean Larrey (1766 – 1842), seorang dokter bedah yang
merawat tentara Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system
perawatan dalam kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa
memperhatikan urutan kedatangan mereka. System tersebut memberikan
perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang kemudian tentara
diangkut ke rumah sakit/tempat perawatan yang berlokasi di garis belakang.
Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap
berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan
perawatan.
Penggunaan awal kata “trier” mengacu pada penampisan screening di
medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan
suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas
yang paling efisien terhadap hamper 100 juta orang yang memerlukan
pertolongan di unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya. Berbagai system
triage mulai dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan
UGD yang telah melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk
melakukan penanganan segera. Tujuan triage adalah memilih atau
menggolongkan semua pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas
penanganan.

1.2 Rumusan masalah :


1. Apa yang dimaksut Triage?
2. Apa saja tujuan Triage?
3. Apa saja prinsip Triage?
4. Apa saja macam – macam Triage?
5. Pemeriksaan apa yang dapat dilakukan denganTriage?

1.3 Tujuan penulisan :


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai
Triage.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan tentang Triage.
2. Mampu menjelaskan tujuan Triage
3. Mampu menjelaskan prisnsip dasar Triage
4. Mampu menjelaskan macam – macam Triage
5. Mampu melaksanakan Triage
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Triage berasal dari bahasa prancis yaitu “Trier” yang berarti membagi kedalam
tiga kelompok ( department of emergency medicine Singapore general hospital
(DEM SHG), 2005 ). System ini di kembangkan di medan pertempuran dan di
gunakan bila terjadi bencana. Di medan pertempuran, triage digunakan untuk
menentukan prioritas penangan pada perang dunia I. klasifikasi ini digunakan oleh
militer perang , untuk mengindentifikasi dan melakukan penanganan pada tentara
korban perang yang mengalami luka ringan dengan tujuan setelah dilakukan
tindakan penganganan dapat kembali ke medan perang.

Trige adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat
kegawatan kondisinya (zimmermann dan herr, 2006). Triage juga di artikan sebagai
suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cedera yang
di prioritaskan ada tidakny gangguan pada airway (A), Breathing (B), dan circulation
(C), dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya mnusia, dan probabilitas
hidup penderita

2.2 Tujuan Triage


1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat

Sistem Triage dipengaruhi oleh :

1. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan


2. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
3. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
4. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis

2.3 Prinsip Triage


“Time Saving is Life Saving (waktu keselamatan adalah keselamatan hidup), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care Provider.

1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu


Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang
mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di departemen
kegawatdaruratan.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses
interview.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan
bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara
akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien
tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan
tugas terhadap suatu tempat yang diterima untuk suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien
1. Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat
menetapkan hasil secara serempak dengan pasien
2. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan
yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada
seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
3. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarga atau temannya.
2.4 Klasifikasi Triage

2.4.1 Triage di Rumah Sakit


1) Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse
a. Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
b. Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
c. Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
d. Tidak ada dokumentasi
e. Tidak menggunakan protocol
2) Tipe 2 : Cek Triage Cepat
a. Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregistrasi
atau dokter
b. Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
c. Evaluasi terbatas
d. Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera
mendapat perawatan pertama
3) Tipe 3 : Comprehensive Triage
a. Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan
berpengalaman
b. 4 sampai 5 sistem kategori
c. Sesuai protocol

2.4.2 Triage 4 Klasifikasi


Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
Gawat darurat (P1) misalnya cardiac arrest, penurunan
kesadaran, trauma mayor dengan
perdarahan hebat

Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak


Gawat tidak darurat (P2)
memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti
oleh dokter spesialis. Misalnya : pasien
kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya
Keadaan yang tidak mengancam nyawa
tetapi memerlukan tindakan darurat.
Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan
Darurat tidak gawat (P3) dapat langsung diberikan terapi definitive.
Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup,
otitis media dan lainnya

Keadaan tidak mengancam nyawa dan


tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala
Tidak gawat tidak darurat (P4) dan tanda klinis ringan / asimptomatis.
Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan
sebagainya.

2.4.3 Triage Tingkat Prioritas (Labeling)


Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu
resusitasi dan tindakan bedah segera,
mempunyai kesempatan hidup yang
besar. Penanganan dan pemindahan
Prioritas I (MERAH)
bersifat segera yaitu gangguan pada
jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.
Contohnya sumbatan jalan nafas,
tension pneumothorak, syok hemoragik,
luka terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar tingkat II dan III >
25 %

Potensial mengancam nyawa atau fungsi


vital bila tidak segera ditangani dalam
jangka waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat jangan terlambat.
Prioritas II (KUNING)
Contoh : patah tulang besar, combutio
(luka bakar) tingkat II dan III < 25 %,
trauma thorak / abdomen, laserasi luas,
trauma bola mata.

Perlu penanganan seperti pelayanan


biasa, tidak perlu segera. Penanganan
Prioritas III (HIJAU)
dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superficial, luka-luka ringan.

Kemungkinan untuk hidup sangat kecil,


luka sangat parah. Hanya perlu terapi
Prioritas 0 (HITAM)
suportif. Contoh henti jantung kritis,
trauma kepala kritis.

2.4.4 Triage Tingkat Keakutan


Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar
Kelas I minor) dapat menunggu lama tanpa
bahaya

Kelas II Nonurgen / tidak mendesak (misalnya


ruam, gejala flu) dapat menunggu lama
tanpa bahaya
Semi-urgen / semi mendesak (misalnya
Kelas III
otitis media) dapat menunggu sampai 2
jam sebelum pengobatan
Urgen / mendesak (misalnya fraktur
Kelas IV
panggul, laserasi berat, asma); dapat
menunggu selama 1 jam
Gawat darurat (misalnya henti jantung,
Kelas V
syok); tidak boleh ada keterlambatan
pengobatan ; situasi yang mengancam
hidup

2.5 Alur Triage


1. Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD
2. Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
4. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :
a. Segera – Immediate (MERAH). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa
yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya :
Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR<30x/menit), perdarahan
internal, dsb
b. Tunda – Delayed (KUNING). Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol,
fraktur tertutup pada ekstremitas dengan perdarahan terkontrol, luka
bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
c. Minimal (HIJAU). Pasien mendapat cidera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : laserasi minor,
memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d. Expextant (HITAM). Pasien mengalami cidera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : luka bakar derajat 3
hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna
: merah, kuning, hijau, hitam.
f. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi
atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis
lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran
setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
h. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan,
atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
i. Penderita kategori triase hitam (meninggal) dapat langsung dipindahkan
ke kamar jenazah

2.6 Dokumentasi Triage


1. Waktu dan datangnya alat transportasi
2. Keluhan utama
3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
5. Penempatan di area pengobatan yang tepat (missal : cardiac versus trauma,
perawatan minor vs perawatan kritis)
6. Permulaan intervensi (missal : balutan steril, es, pemakaian bidai, prosedur
diagnostic seperti pemeriksaan sinar X, EKG, GDA, dll
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
istem triage ini digunakan untuk menentukan prioritas penanganan kegawat
daruratan. Sehingga perawat benar-benar memberikan pertolongan pada pasien
yang sangat membutuhkan, dimana keadaan pasien sangat mengancam nyawanya,
namun dengan penanganan secara cepat dan tepat, dapat menyelamatkan hidup
pasien tersebut. Tidak membuang wakunya untuk pasien yang memang tidak bisa
diselamatkan lagi, dan mengabaikan pasien yang membutuhkan.

3.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang dapat
membantu kelancaran praktek Triage Keperawatan di masa yang akan datang, yaitu
:

 Perlunya penambahan pendidikan perawat dalam memahami Triage untuk


membantu perawat di lingkungan kerjanya.

 Perlunya penambahan pelatihan cara Triage untuk meningkatkan


prosentase keberhasilan kesembuhannya.
Daftar Pustaka
1. ENA, 2005. Emergency Care. USA : WB Saunders Company

2. Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta : EGC

3. Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC

4. Kartikawati Dewi N. Buku Ajar Dasar – Dasar Keperwatan Gawat Darurat (2011).
Jakarta. Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai