Anda di halaman 1dari 10

1

2
KAJIAN ASPEK HUKUM SUB KONTRAKTOR
BANGUNAN BAWAH DAN DRAINASE
DALAM MANAJEMEN PROYEK
( Studi kasus pada rencana jembatan Layang Simpang Charitas )
Nurdin Syahril
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jalan Raya Prabumulih Km 32 Inderalaya Ogan Ilir Sumatera Selatan

ABSTRAK
Dalam upaya pencapaian target pembangunan jembatan laying simpang Charitas yang diharapkan dapat selesai
tepat waktu, maka perlu diadakan kajian aspek hukum terutama bangunan bawah dan drainase ditinjau dari segi
manajenen proyek. Dimana perlu dilakukan kajian yang mungkin terjadi dalam pelaksanaannya nanti yang dapat
menghambat jalannya pembangunan karena menyangkut dengan keberadaan lingkungan yang mungkin sulit
dilakukan kompromi bila waktunya telah mendesak. Terutama pada waktu melaksanakan pembangunan bangunan
bawah dan drainase yang sangat membutuhkan antisipasi terhadap keberadaan lingkungan sekitarnya. Untuk itu
perlu dilakukan antisipasi lebih dahulu dan langkah-langkah kemungkinan penyelesaiannya sehingga dapat dengan
mulus dilakukan pembangunan sesuai dengan target pencapaiannya.

Kata Kunci : Aspek Hukum, sub kontraktor, bangunan bawah dan drainase, hambatan dan antisipasi.

1. PENDAHULUAN pengerjaannya kontraktor utama sering kali mem-


berikannya kepada sub kontraktor secara sebagian-
Dewasa ini arus lalu lintas sudah semakin padat sebagian agar pelaksanaan pekerjaan dapat selesai
terutama akibat jumlah kenderaan bermotor sudah tepat pada waktunya. Dan tentunya antara kontraktor
melebihi kapasitas kemampuan jalan yang ada, utama dengan sub kontraktor melakukan pengikatan
terutama dikota besar umumnya dan kota Palembang secara kontraktual bermeterai.
pada khususnya.
Untuk itulah dirasakan perlu membuat suatu 2. TINJAUAN PUSTAKA
persimpangan jalan dengan alternatifnya adalah
pembangunan jembatan layang. Studi kelayakan oleh Aspek Hukum menurut A.V.Atkinson (1985),
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah kota digambarkan sebagai aturan yang diberi hak dan
Palembang untuk jembatan layang tersebut juga dikuatkan oleh suatu masyarakat dari aturan biasa
sudah dilaksanakan. Tetapi penyediaan dananya yang atau ditetapkan oleh suatu masyarakat sebagai hal
memerlukan waktu yang cukup lama dalam persiapan yang mengikat
dan alokasinya. Aspek Hukum dan Kelembagaan menurut Robert
Dalam mewujudkan suatu jembatan layang yang J. Kodoatie, Ph.D (2003) merupakan aspek yang
melintasi jalan dibawahnya haruslah dalam bentang- penting untuk mengetahui sebuah proses hukum dan
an yang kecil-kecil dengan sebagian jembatan yang dasar legalitas dari berlakunya sebuah peraturan
cukup panjang melihat jarak variasi jalan yang perundang - undangan serta kelembagaan yang
diseberangi dan masih dapat dibuatkan pondasi tiang dibutuhkan.
jembatannya, tetapi masih dalam batas aman dan Aspek hukum memberikan justifikasi dari
cukup efisien serta penggabungan berbagai bentuk suatu proses pembangunan. Proses hukum dapat
agar lebih menarik bagi pengguna yang akan berjalan dengan baik bilamana hukum memberikan
melintasinya rasa keadilan pada pihak – pihak yang terkait.
Pembangunan jembatan layang tersebut akan Aspek hukum kontrak menurut Ir.M Natsir.,Msc
dibagi-bagi dalam beberapa bagian yang meliputi (2003) dalam hukum perjanjian berlaku azas-azas
bangunan atas dan bangunan bawah yang dalam sebagai berikut :

3
a. Azas Kebebasan Berkontrak /Keterbukaan ekonomi kuat dengan kemungkinan adanya sub-
b. Azas, bahwa Perjanjian adalah Undang-Undang kontraktor dari golongan ekonomi lemah.
bagi yang membuat perjanjian.
c. Azas Konsensualitas FAKTOR RESIKO YANG MASUK
PERTIMBANGAN ASPEK HUKUM
Ini berarti bahwa setiap konstruksi yang akan
didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus
memenuhi hukum dan tata peraturan yang berlaku di
wilayah tersebut. Dengan demikian berarti Aspek
hukum adalah sudut pandang dari segi hukum,
dimana Hukum, dibagi dalam dua bagian utama yaitu
hukum perdata dan hukum pidana sedangkan bagi
jasa konstruksi ada undang- undang Jasa Konstruksi
dan Keppres yang juga menjadi acuan hukum bagi
pemilik proyek ( owner ), Konsultan, kontraktor
termasuk sub kontraktor dan suplyer.
Dalam perjanjian pemborongan dimungkinkan
bahwa kontraktor Utama menyerahkan sub pekerjaan
kepada kontraktor lain yang merupakan sub
kontraktor dengan perjanjian khusus antara kon-
traktor utama dengan sub konraktornya.
Sub kontraktor menurut pengertiannya adalah
kontraktor yang menerima pekerjaan pemborongan
dari kontraktor lain yang lebih bonafid.
Menurut A.V.Atkinson, 1985 , Sub kontraktor
dapat dibagi dalam dua kategori yaitu : Sub
kontraktor Nominated dan Domestic atau sub
kontraktor pilihan dan sub kontraktor Langganan.
Sub kontraktor pilihan adalah yang didapatkan
dengan pemilihan berdasarkan seleksi penawaran
harga yang paling menguntungkan main kontraktor
ataupun yang paling baik dan bertanggung jawab
terhadap pekerjaan yang akan diberikan kepadanya
karena tenaga yang selalu dipakainya adalah tenaga-
tenaga pilihan.
Sub kontraktor Langganan adalah sub kon-
traktor yang selalu membantu penyelesaian pekerjaan
main kontraktor dan biasa diberi sub pekerjaan dan
selalu bertanggung jawab dengan hasil yang
memuaskan main kontraktornya.
Dalam praktek pemborongan bangunan banyak
terjadi adanya sub kontraktor - sub kontraktor ter-
sebut yang nampaknya sangat dibutuhkan oleh
pemborong besar untuk dapat membantu me-
nyelesaikan pekerjaan pemborongan tersebut menurut
bagian- bagian atau bidang- bidang yang telah dibagi-
bagi untuk dikerjakan.
Berdasarkan peraturan pemborongan ba-
ngunan yang ada sekarang juga dimungkinkan Bangunan bawah menurut pengertian kon-struksi
adanya sub kontraktor dalam pekerjaan pemborongan adalah struktur bagian bawah yang di-bangun dari
bangunan. Hal tersebut nampak dalam UUJK Nomor suatu bagian konstruksi. dimana bangunan bawah
18 tahun 1999 pasal 24 mengenai adanya sub yang terdiri dari Pondasi, Pile caps, Abutment atau
penyedia jasa konstruksi yaitu untuk pekerjaan yang Pilar( Pier ) jembatan.
bernilai besar dapat dilaksanakan oleh pemborong

4
Adapun bangunan bawah dalam rencana Drainase air huian hanya boleh disalurkan ke saluran
pembangunan simpang susun meliputi bagian bawah pembuangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
suatu jembatan layang berupa :
a. Pondasi : bore pile cast in situ, 3. METODOLOGI
b. Pile Caps : cast in situ
c. Abutment : cast in situ atau (1) Penilaian suatu permasalahan.
d. Pilar (Pier): Modified Flared–cast in situ. Adapun permasalahan yang sering dihadapi oleh
sub kontraktor dimana dalam tender suatu proyek
Selain itu dalam pembuatan pondasi
besar, biasanya main kontraktor memberikan
umumnya dilakukan pada areal yang baru sehingga
sebagian pekerjaan pada sub kontraktor. Disini dapat
terkadang untuk mencapai areal tersebut perlu
menimbulkan beberapa persoalan bilamana mereka
membuat jalan tersendiri guna transportasi bahan dan
mempertimbangkan proses pemberian sub pekerja-
alat – alat mekanikal untuk melaksanakannya dimana
annya melalui persaingan beberapa sub kontraktor
mungkin akan mela-lui tanah penduduk yang memer-
dengan penawaran terendah baik secara tertulis
lukan strategi pendekatan tersendiri dan kemungkinan
maupun secara lisan atau pertelepon saja.
akan menyebabkan aspek hukum tersendiri pula.
Dimana ada kemungkinan sub kontraktor yang
Drainase menurut pengertian yang umum
sudah menawar rendah setelah disetujui ternyata
adalah saluran air, yang berarti sarana berupa saluran
mengundurkan diri tanpa ada jaminan penawaran,
yang berguna untuk menyalurkan air hujan atau ;
sehingga tidak ada ikatan yang mengharuskan sub
Drainase adalah prasarana yang berfungsi
kontraktor melaksanakan pekerjaan yang ditawarnya.
mengalirkan air permukaan kebagian yang lebih
Ini adalah salah satu aspek hukum hubungan antara
rendah atau kebangunan resapan buatan, dari sini
sub kon-traktor dengan kontraktor utama.
diperoleh pengertian drainase yaitu prasarana yang
Permasalahan lain adalah bila dalam melakukan
berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan,
penawaran kontraktor utama sebelum melakukan
sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat
penawaran terlebih dahulu meminta sub kontraktor
memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan
mengajukan tawaran untuk sub pekerjaan tertentu
manusia.
sehingga dalam mereka mengajukan penawaran untuk
Pada jembatan atau jalan layang suatu sistem
keseluruhan pekerjaan sudah memperhitungkan
drainase yang ada merupakan bagian dari sistem
bahwa tawaran calon sub kontraktornya berada
drainase perkotaan atau lainnya. Pada kota-kota besar
dibawah penawaran mereka, setelah pekerjaan
memiliki sistem drainase, aliran air dari permukaan
borongan secara keseluruhan mereka dapatkan
lantai jembatan yang terkumpul dialirkan melalui
ternyata calon sub kontraktor mereka mengundurkan
lubang-lubang pipa ( inlet ) dan dialirkan ke dalam
diri, sehingga akan menyulitkan posisi kontraktor
saluran riool air hujan dibawah jembatan, untuk
utama dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dan
kemudian dibuang kedalam sungai, danau, atau laut.
akhirnya mereka harus mengerjakannya sendiri akibat
Pembuangan sedapat mungkin dilakukan secara
kemungkinan kesulitan mendapatkan pekerjaan atau
gravitasional.
pun sudah kebiasaan sub kontraktor tersebut
Drainase dirancang agar mampu menampung
menerima sub pekerjaan dari kontraktor utama
aliran air hujan yang dihitung berdasarkan kondisi
tertentu. Sehingga akan sulit baginya untuk menolak
kekuatan batas penampungan volume aliran tersebut
ataupun membatalkan order yang diberikan
di masa mendatang maupun daerah drainase disekitar
kontraktor utama tersebut kepadanya. Bila
lokasi proyek.
diperhitungkan kembali kemungkinan tawaran yang
Drainase jalan layang harus diarahkan ke
diberikan sub kontraktor akan merugi dapat saja
penampungan permukaan atau bawah permukaan
dilakukan negosiasi dengan kontraktor utama
permanen yang memadai untuk menampung aliran air
sehingga ada kebijaksanaan bagi sub kontraktor untuk
dari jalan layang untuk saat ini maupun perkiraan
mendapat kerja tambahan dengan harga yang lebih
masa datang. Hindari pengaliran ke daerah aliran
menguntungkan atau diberikan tambahan dari harga
sungai disekitar lokasi kecuali apabila air tersebut
yang sudah ditawarnya.
dibutuhkan untuk ingasi.
Dalam hubungan antara sipemberi tugas dengan
Daerah bangunan jalan layang yang dapat
Kontraktor utama pada prakteknya jika sipemberi
dirugikan oleh muka air tanah yang secara potensial
tugas tidak menghendaki bahwa pekerjaan dilakukan
sangat tinggi harus dikeringkan dengan baik oleh
oleh sub kontraktor, maka dalam perjanjian
fasilitas drainase bawah tanah yang memadai untuk
pemborongan tersebut dicantumkan dengan tegas
membuang sisa air tanah apabila memungkinkan.
adanya clausula bahwa pekerjaan pemborongan

5
tersebut dilarang untuk diborongkan lebih lanjut Jenis / klasifkasi kegagalan dari Fundasi-
kepada sub kontraktor, atau dapat juga dicantumkan dalam ?
adanya clausula yang menyatakan bahwa sub No Kegagalan pada tingkat
kontraktor dapat berhubungan langsung dengan 1. Syarat Life Syarat Syarat
pemberi tugas baik dalam urusan pembayaran Kualitas Time kapasitas Keaman
maupun pertanggung jawabannya dalam sub an
pekerjaan dari kontraktor utama yang merupakan Dengan resiko keruntuhan
suatu permasalahan aspek hukum tersendiri.. 2. Kegagalan dalam memenuhi batasan
Untuk menghindari perselisihan antara sub Penurunan vibrasi requirement
kontraktor dan kontraktor utama maka terlebih dahulu settlement
mereka harus mengikuti aturan aturan didalam Dengan resiko gangguan pada struktur ,
undang-undang yang ada seperti Undang undang jasa utilitas, kelakuan fondasi, pengaruh
kontruksi dan KUH Pidana atau KUH Perdata negatif pada struktur, daya dukung dan
sehingga bila terjadi perjanjian antara sub kontraktor penyimpangan geometris struktur.
dengan kontraktor utama yang sudah mengikuti 3. Kegagalan pemenuhan target kontrak
aturan tetap kemudian terjadi perselisihan akan Waktu Biaya Gentleman
mudah dilakukan penyelesaian baik dengan agreement
permusyawarahan atau dengan bantuan pihak ketiga Dengan resiko terjadi kerugian waktu,
ataupun harus melalui pengadilan negeri secara biaya dan kepercayaan
hukum.
Pemenuhan janji-janji yang disepakati ( terma-
(2) Permasalahan pada bangunan bawah suk gentleman – agreement ) mengenai pengerah-
Tanpa mengenal kelemahan-kelemahan,
an alat tertentu, penggunaan metode tertentu,
keuntungan dan kesadaran yang diharapkan penggunaan kualitas material atau alat bantu
terancam merosot atau hilang, dan langkah tertentu, dan lain-lain yang disampaikan dalam
pengamanan bisa keliru arah serta intensitasnya.
memenangkan tender.
Dengan mengenal kelemahan diharapkan dapat Tingkat kewajaran atas resiko yang diambil
membentuk motivasi dan kesadaran bahwa ( acceptable risk ) tercermin dalam penetapan
langkah-langkah pengamanan, control yang teliti
safety factor, sejauh mana besaran safety factor
terhadap kemungkinan terjadinya kelemahan seyogyanya digunakan. Sebagai contoh
adalah untuk salah satu cara untuk mengendalikan ekstrim,verifikasi kapasitas pile meng-gunakan
aspek hukum yang mungkin terjadi.
selected performance-pile-test dipakai safety
Seberapa jauh kelemahan dan resiko dapat
diperkirakan, resiko mana bisa di-eliminir, dapat factor = 2, sedang untuk daerah yang terisolir
diperkirakan, resiko fatal dapat diantisipasi, cara di mana pile-test tidak dimungkinkan dan
pengamanan dalam mengurangi resiko dapat tingkat pengawasan sangat lemah, maka
dipersiapkan dan apa yang dicover asuransi safety-factor yang dianggap wajar adalah 5.
menjadi lebih jelas. Siapa yang harus melakukan Ini akan masuk pertimbangan kewajaran dari
pengamanan, dalam bentuk apa, dengan orientasi aspek hukum dan asuransi. karena mereka pun akan
ke quality - control atau ke quality assurance perlu memberi penilaiannya sendiri sebelum mengambil
diatur lebih jelas dalam aturan Hukum Pelengkap. kesimpulan apa-kah perencana dan pemilik proyek
Melalui penguasaan teknologi kelemahan dan "bermain dengan resiko tinggi" atau "mengakomo-
limitasi jenis fundasi yang paling menguntungkan dasikan resiko yang wajar" dalam pertim-bangan
untuk proyek dapat dipelajari serta digariskan safety factor pada faktor resiko yang masuk
langkah apa yang perlu diperhatikan untuk pertimbangan aspek hukum.
mengamankan konstruksi sebagai designed
capacity dan designed quality untuk menghindari (3) Permasalahan pada drainase
terjadinya kegagalan yang dapat menyebabkan Berdasarkan rencana pembuatan drainase sampai
terjadinya aspek hukum bagi sub kontraktor kepermukaan tanah penyaluran air tidak akan menjadi
pelaksana. permasalahan, yaitu hanya pembuatan saluran pipa –
pipa baja atau paralon yng diletakkan pada pilar-pilar
jembatan yang pada umumnya ditempelkan kepilar
jembatan, hal ini dilakukan agar lebih mudah untuk

6
melakukan perbaikan atau penggantian dibelakang o Perluasan areal perlintasan agar jalur jalan
hari. yang akan dibangun memenuhi standar jumlah jalur
Tetapi pada saluran drainase diatas permukaan yang memadai.
tanah ada kemungkinan akan terjadi hal-hal yang o Saluran pembuangan yang memadai dari
tidak diinginkan yang berakibat terhambatnya rencana proyek ke saluran pembuangan akhir.
pelaksanaan pekerjaan yang merupakan suatu aspek o Pembebasan tanah yang akan memerlukan
hukum bila pengaturan didalam kontraknya belum dana yang besar karena perluasan areal berupa
dijelaskan kemungkinan tersebut. gedung-gedung bertingkat yang bernilai tinggi.
Misalnya dalam pelaksanaan ada hambatan dari
penduduk yang bakal terkena dampak aliran air dari (2)Hubungan pekerjaan dan aspek hukum
saluran yang akan di-buat sehingga mereka keberatan Mengingat kompleksitasnya, pemba-ngunan
untuk dilaksanakan yang harus dicarikan jalan simpang susun simpang Charitas akan melibatkan
keluarnya agar tetap dapat berfungsi dikemudian hari. berbagai bidang pekerjaan spesialisasi. Oleh karena
Selain itu bila pada saat pelaksanaan pembuatan itu diperlukan sub kontraktor yang mengkhususkan
drainase tersebut terjadi perubahan akibat kurang diri melaksanakan pekerjaan pada jenis pekerjaan
telitinya survey lapangan sehingga pada tertentu dilihat dari kebutuhannya.
pelaksanaannya pembuatan drainase tidak dapat Subkontraktor yang diperlukan meliputi jenis
dilaksanakan sesuai gambar rencana karena adanya pekerjaan :
kendala lapangan dimana hal seperti ini merupakan a. Bangunan Bawah dan drainase
aspek hukum dari penjelasan didalam kontrak bila b. Bangunan atas
per-masalahan demikian belum dicantumkan. c. Mekanikal dan Elektrikal.
Berdasarkan peraturan pemborongan bangunan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN yang ada sekarang juga dimung-kinkan adanya sub
kontraktor dalam pekerjaan pemborongan bangunan
(1) Hasil Penelitian Lapangan yang diatur dalam UUJK Nomor 18 tahun 1999 pasal
Melihat situasi dilapangan maka bagian-bagian 22 mengenai adanya pekerjaan pemborongan yang
yang terkena dampak pele-baran jalan adalah halam bernilai besar dapat dilaksanakan oleh pemborong
parkir RS Charitas, Gedung PT Pelni, RM Pagi Sore ekonomi kuat dengan kemungkinan adanya sub-
dan RM Sari Bundo dan gedung-gedung yang kontraktor oleh golongan ekonomi lemah sebagai sub
berdekatan dengan itu. penyedia jasa konstruksi.
Untuk menghindari perselisihan antara sub
kontraktor dan kontraktor utama maka terlebih dahulu
mereka harus mengikuti aturan aturan didalam
undang-undang yang ada seperti Undang undang jasa
kontruksi dan KUH Pidana atau KUH Perdata
Lokasi Jembatan sehingga bila terjadi perjanjian antara sub kontraktor
dengan kontraktor utama yang sudah mengikuti
aturan tetap terjadi perselisihan, akan mudah
dilakukan penyelesaian baik dengan permusya-
warahan atau dengan bantuan pihak ketiga ataupun
harus melalui pengadilan negeri secara hukum.
Pada rencana pembangunan simpang susun
Charitas yang berupa jalan layang bangunan bawah
adalah struktur bagian bawah dari jalan layang berupa
bagian dari konstruksi. yang terdiri dari :
a. Pondasi : bore pile –cast in situ,
b. Pile Caps : cast in situ
Peta 1. Sebagian kota Palembang c. Abutment : cast in situ
Skala : 1 : 100.000 d. Pilar( Pier ): Modified Flared–cast in situ.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan untuk
rencana pembangunan jalan layang simpang
Charitas maka masih diperlukan adanya :

7
Sebagaimana gambar penampang jalan layang b.Agar pemasangan bore pile dengan sebaik
berikut ini : mungkin dan sepenuhnya vertikal dan bera-pa
batas toleransi penyimpangan vertikalitas dan
penyimpangan dari lokasi yang dapat dipenuhi.
c.Agar pada sambungan tidak ada patahan, tidak
ada perlemahan besaran mekanisnya, dan
pengelasannya baik dan efektif.
d.Agar pengawas yakin bahwa fundasi sudah
mencapai lapis dan jenis tanah yang di-
tetapkan.
e.Tidak ada pengecilan lubang bor (sebelum
pembetonan) dan pembesian yang dilakukan,
pengecoran cukup baik dan mencapai kapasitas
desain tanpa ada kerusakan strukturnya.
f.Pembesian , bekisting dan pengecoran Pile cap telah
dilaksanakan cukup baik dan sesuai dengan gambar
dan speknya.
g.Pembesian , bekisting dan pengecoran pilar atau
abutment telah dilaksanakan dengan baik sesuai
Gambar 1. struktur Jembatan dengan gambar dan speknya.
Bila permasalahan tersebut sudah dapat di-
Pondasi dalam rencana pembangunan simpang deteksi sedini mungkin maka seberapa jauh
susun Charitas ini kemungkinan akan digunakan kelemahan dan resiko dapat diperkirakan, resiko
adalah Bore Pile – cast in situ, dimana pemilihan ini mana bisa di-eliminir, resiko fatal dapat di-
disesuaikan dengan keadaan kondisi dilapangan. antisipasi, cara pengamanan dalam mengurangi
Sedangkan ukuran berupa diameter dan panjang resiko dapat dipersiapkan dan apa yang di-cover
tentunya disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan asuransi menjadi lebih jelas.
hasil survey dan investtigasi serta perhitungan dalam Untuk saluran drainase dipermukaan tanah
desain rencana dimana ada kemungkinan akan terjadi hambatan dari
Pile caps merupakan penutup kepala beberapa penduduk yang bakal terkena dampak aliran air dari
bore pile yang terbuat dari konstruksi beton saluran tersebut bila mereka keberatan untuk
bertulang cast in situ dilaksanakan dan harus dicarikan jalan keluarnya
Untuk rencana pembangunan simpang susun untuk tahap pelaksanaan drainase tersebut.
Charitas ini abutment akan menggunakan struktur Selain itu bila pada saat pelaksanaan pem-
beton bertulang cast in situ dimana pengerjaannya buatan drainase tersebut terjadi perubahan dari
yang relatif mudah dan ekonomis, jika dibandingkan desain sehingga pada pelaksanaannya pembu-atan
dengan menggunakan metode yang lain drainase tidak dapat dilaksanakan sesuai gambar
Dan pilar yang akan digunakan adalah dimana hal seperti ini merupakan aspek hukum dari
modified flared – cast in situ yaitu pilar yang penjelasan didalam kontrak bila permasalahan
dimodifikasi dan disesuaikan dengan kein-dahan demikian belum dicantumkan.
kota serta terbuat dari beton bertulang yang di cor Juga dalam penyediaan bahan material untuk
di lapangan. Tinggi minimum pilar sesuai dengan pembuatan drainase kadang kala menemui hambatan
standard perencanaan Jalan / Jembatan Layang dalam mendrop bahan dilokasi yang akan dikerjakan
yaitu setinggi 510 cm. Hal ini dimaksudkan untuk karena kondisi alam atau kondisi rumah rumah
menghindari terjadinya gesekan antara bagian atas penduduk dan mempersulit pengadaan bahan
kendaraan dengan bagian bawah dari bangunan dilapangan, dimana tentunya hal seperti ini
atas (super structure). memerlukan penanganan yang cukup pelik dan perlu
Dalam rencana pembangunan Jalan layang dipersiapkan aspek teknis dan aspek hukum
simpang Charitas untuk bangunan bawah ini harus penyelesaiannya.
lebih dahulu mendeteksi permasalahan yang Untuk menghindari terjadi aspek hukum
mungkin timbul meliputi hal-hal sebagai berikut : dikemudian hari maka dalam tahapan pembebasan
a.Mengenal kelemahan yang mungkin terjadi tanah hendaknya sudah diperhitungkan hal-hal
dalam pelaksanaannya, antisipasi langkah- yang akan menjadi batu sandungan dikemudian
langkah pengamanan hari dan akan menimbulkan sengketa hukum

8
dengan pihak yang mungkin terkait dengan terlebih Karena kasus-kasus yang terjadi dengan
dahulu mem-bebaskan tanahnya berbagai kemungkinan penyebab tersebut dapat
menimbulkan kegagalan ( failure ); dan ke-gagalan
(3) Solusi dan penanganan aspek hukum dapat menimbulkan sengketa ( dispute ) dimana
Adapun permasalahan sub kontraktor yang sudah aspek hukum ( legal – administratif ) berperan dan
menawar terlalu rendah setelah disetujui oleh Main memerlukan penyelesaian dengan baik sehingga
kontraktor dan mengundurkan diri karena merasa mengurangi resiko kerugian atau terlambatnya
akan mengalami kerugian sedangkan jaminan waktu penyelesaian proyek.
penawaran tidak ada maka untuk menghindari aspek
hukumnya hendaknya sebelum menyetuji 5. KESIMPULAN
penawarannya sebaiknya kontraktor utama benar-
benar meneliti tawaran terlebih dahulu sehingga sub Aspek hukum dalam suatu permasalahan, dimana
kontraktor tidak akan merugi. penyelesaian Hukumnya, dapat dibagi dua bagian
Pada umumnya sub kontraktor akan menerima yaitu hukum perdata dan hukum pidana sedangkan
pekerjaan yang diberikan oleh kontraktor utama bagi jasa konstruksi ada undang-undang Jasa
walaupun akan merugi dapat saja dilakukan negosiasi Konstruksi dan Keppres yang juga menjadi acuan
dengan kontraktor utama sehingga ada mendapat hukum bagi pemilik proyek ( owner ) , Konsultan,
kerja tambahan dengan harga yang lebih kontraktor termasuk sub kontraktor.
menguntungkan atau diberikan tambahan dari harga Penggunaan fundasi bore pile, pembuatan
yang sudah ditawarnya Pilar, Abutment, Pile cap cara cast in situ cukup
Untuk menghindari perselisihan antara sub tepat untuk jembatan layang simpang Charitas
kontraktor dan kontraktor utama maka terlebih dahulu dengan mengerti keuntungannya, limitasinya,
mereka harus mencantumkan aturan aturan didalam kelemahannya, langkah pengamanannya, cara
undang-undang yang ada seperti Undang undang jasa mengurangi risikonya, dan profesional dalam
kontruksi dan KUH Pidana atau KUH Perdata yang penanganannya, begitu juga dengan pembuatan
dibuatkan secara tertulis dan bila terjadi perselisihan drainase akan memberikan optimisme yang besar
akan mudah dilakukan penyelesaian baik dengan dalam mengurangi aspek hukum yang akan terjadi
permusyawarahan atau dengan bantuan pihak ketiga dengan keberhasilannya.
ataupun harus melalui pengadilan negeri secara Risiko yang sudah diperkecil dapat dialihkan
hukum. keperlindungan asuransi. Tidak mungkin semua
Melalui penguasaan kelemahan dan limitasi risiko tanpa batas dialihkan keperlindungan
rencana pemasangan fundasi , Pile Caps, asuransi, dan juga tidak mungkin semua risiko
Abutment, Pilar ( Pier ) ada hal-hal yang perlu dialihkan ke konsultan atau ke kontraktor atau ke
diperhatikan untuk mengamankan sasaran guna sub kontraktor. Juga tidak bisa pemilik proyek
menghindari terjadinya kegagalan bagi sub dibebaskan dari risiko karena pemilik proyek juga
kontraktor pelaksana turut memberi batasan dan arah dalam memilih
Dalam pembuatan saluran drainase diper- perencana, kontraktor, pengawas, dan perlin-dungan
mukaan tanah adanya hambatan dari penduduk yang asuransi. Di sini azas keadilan yang dilindungi
keberatan untuk dilaksanakan dan harus dicarikan Undang-Undang Negara turut meng-amankan.
jalan keluarnya dari awal mulai peker-jaan agar Bersama-sama mengerti kelemahan dan
drainase tetap dapat berfungsi dike-mudian hari. mengatasinya adalah jalan terbaik untuk meng-
Selain itu bila terjadi perubahan akibat kurang hindari aspek hukumnya.
telitinya survey lapangan sehingga pada pelaksanaan Dengan pengertian seorang ahli adalah sangat
pembuatan drainase tidak dapat dilaksanakan sesuai diperlukan untuk menjembatani hubungan Aspek
gambar rencana, hal seperti ini hendaknya sudah ada Hukum dan Aspek Teknis dalam dunia konstruksi
penjelasan didalam kontrak Juga dalam penyediaan yang memang cukup kompleks tapi bukan dua
bahan material menemui hambatan dalam mendrop Aspek yang tidak dapat dipertemukan.
bahan dilokasi karena kondisi alam atau kondisi Bahwa tanpa mengenal risiko dan kelemahan
rumah- rumah penduduk hal ini memerlukan hubungan atas suasana saling pengertian tidak
persiapan yang matang dan cepat dalam mungkin berubah menjadi saling lempar tanggung
penanganannya dengan memperhitungkan hal-hal jawab, saling tuduh, dan saling tuntut dengan aspek
yang akan ber-masalah dikemudian hari dan akan hukum yang merugikan salah satu pihak.
menimbulkan sengketa maka terlebih dahulu Untuk menghindari kekeliruan dalam pelak-
dilakukan membebaskan tanahnya. sanaan pekerjaan perlu dilakukan penunjukan

9
petugas pelaksana yang benar-benar mengerti dan
berpengalaman dibidang tugas yang akan dikerjakan
sesuai dengan prinsip-prinsip dalam manajemen
proyek.
Sedangkan dalam menyusun perjanjian kerja
sama antara kontraktor utama dengan sub-sub
kontraktor baik kontraktor pelaksana bagian-bagian
bangunan maupun suplyer bahan-bahan bangunan
perlu ditangani oleh seorang ahli yang berpengalaman
ataupun ahli hukum yang sudah mengerti
permasalahan yang akan ditanganinya.
Sebaiknya pada setiap perusahaan kontraktor
terutama kontraktor besar harus mempunyai seorang
ahli hukum dan penanganan pelaksanaan lapangan
juga harus seorang ahli tehnik yang berpengalaman
dibidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18


tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
18 tahun 2000 dan Nomor 80 tahun 2003
tentang pedoman pelaksanaan penga-daan barang
/ jasa instansi pemerintah .
3. .Perbandingan Pengaturan antara Keppres No.18
tahun 2000 dengan Keppres no.80 tahun 2003 ,
Tim sosialisasi Keppres no.80 tahun 2003,
Departemen Kimpraswil, Jakarta , 2004.
4. Atkinson, AV 1985. “ Civil Engineering contract
administration” ,first published, Hutchinson,
London Melbeourne Sidney Auckland
Johannesburg,
5. Canfield, DT, Bowman, JH, 1954.” Business,
Legal and Ethical Phases of Engineering “
Second edition, Mc.Graw Hill, Book
Company,Inc, New York, Toronto London,
6. .Marston, DL. 1981. ,”Law for professional
engineers “, second edition, McGraw Hill
Ryerson Limited, Toronto
7. Soedewi, Sri 1982. , “ Hukum Bangunan
Perjanjian Pemborongan Bangunan “ Edisi
Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta,
8. Jervis, Bruce M; Paul Levin, 1988 “
Construstion Law Principles and practice “ Mc
Graw-Hill, Inc, New York, USA,.
9. Werbin, I. Vernon 1952., “ Legal Guide for
Contractor, Architects and Engineers “ Mc Graw
Hill, Inc, New York USA,
10. Shahab, Hamid, 1997. “ Aspek Teknis dan
Aspek Hukum Penggunaan sistem Fundasi
dalam “ Penerbit Djambatan, Jakarta ,

10

Anda mungkin juga menyukai