Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEBUTUHAN OKSIGEN
A. PENGERTIAN
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas O2 lebih dari 21% pada tekanan atmosfer sehingga
konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
(http://athearobiansyah.blogspot.com)
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel – sel tubuh. Secara normal elemen tersebut
diperoleh dngan cara menghirup oksigen setiap kali bernapas. Penympaian O2 kejaringan
tubuh ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hemaatologi. Dalam
keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5
cc tiap menit.
Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga
diperlukan fungsi respirasi yang adekuat. Agar sel melakukan metabolisme untuk
menghasilkan energi, sel memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang cukup pada tubuh.
Nutrisi diperoleh dari asupan (intake) makanan dan cairan.
Proses respirasi adalah proses keluar masuknya udara ke paru – paru dan terjadi pertukaran
gas.
(Tarwoto & Wartonah,hal 9)
Respirasi juga berarti gabungan aktivitas mekanisma yang berperan dalam proses suplai
O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2 ( hasil pembakaran sel).
(Iman Somantri, hal 1)
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung kebutuhan.
3. Kartilago Tiroid
Kartialgo terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Addam's
aple).
4. Kartilago krikoid
Cincin kartilago yang utuh di laring (terletsk di bawah kartilago tiroid).
5. Kartilago Aritenoid
Digunakan pada pergerakan pita suara dan kartilago tiroid.
6. Pita suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan suara dan melekat pada
lumen laring.
e. Trakhea
Disebut juga kantong tenggorok yang merupakan perpanjangan dari alring pada
ketinggian tulang vertebrae terokal ke-7 yang bercaabang menjadi dua bronkus.
Ujung cabang trakea disebut carina. Trakea bersifat sangat fleksibel, berotot, dengan
pnjang 12 cm dengan cincin membentuk huruf C.
F. REFLEKS PERNAPASAN
1. Reflex Batuk (Cough)
Dimulai ketika terangsangnya bagian peka saluran pernapasan seperti laring, trachea, dan
bronchus. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor aferen melallui nervus
Vagus menuju medulla oblongata (pusat pernapasan), misalnya benda asin. Kemudian pusat
pernapasan memerintahkan untuk melakukan reflex batuk agar benda itu keluar. Tubuh
merespon dengan menginspirasi udara ke paru – paru, menutupnya glottis oleh epiglottis,
menutup pita suara agar udara inspirasi tertahan di apru – paru. Sehingga terjadi tekanan pada
alveolus yang menyebabkan otot –otot abdomen dan interkostalis interna berkontraksi dan
terjadi ekspirasi mendadak. Ekspirasi kuat membuat epiglotis dan pita suara terbuka
sehingga udara dengan cepat lewat bronchus dan trachea sehingga benda asing itu keluar.
2. Reflex Bersin (Sneeze)
Berbalik dengan reflex batuk, rangsang ditangkap oleh reseptor taktil hidung diteruskan
Nervus Trigeminus dan dilanjutkan ke pusat pernapasan di medulla oblongata.
Reflex ini bermanfaat utnuk mengeluarkan benda asing dari rongga hidung atau saluran napas
bawah.
1.
2. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru –paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan napas yang pendek.
Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak – kanak, diameter dari depan ke belakang
berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thoraks
diasumsikan berbentuk oval. Sampai lanjut usia akan terjadi perubahan pada thoraks dan pola
napas.
2.
3. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga semakin sedikit oksigen yang dapat dihirup individu. Sebagai respon
panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit.
3. Gaya Hidup
Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju, kedalaman pernapasan dan denyut jantung.
4. Status Kesehatan
Orang yang sehat system kardiovaskuler dan pernapsan dapat menyediakan oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
5. Narkotika
Seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman pernapasan ketika depresi pusat
pernapasan di medulla. Sehingga bila memberikan obat-obatan narkotik analgetik perawat
harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
Pernapasan normal dilakukan tanpa usaha. Bernapas yang sulit disebut dypsnoe (sesak
napas). Kadang – kadang terdapat pernapasan cuping hidung. Orthopnoe yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan erdiri seperti pada penderita
asma.
Obstruksi lengkap atau sebagian dapat terjadi sepanjang salluran pernapasan di sebelah atas
atau bawah.
Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi
(inspirasi).
H. MEKANISME PERNAPASAN
1. Pernapasan Dada
Yaitu pernapasan yang melibatkan otot antara tulang rusuk. Mekanismenya berupa:
a. Fase inspirasi berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan rongga dada kecil daripada tekanan di luarnya sehingga udara
luar yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi sebagi fase relaksasi otot antar tulang rusuk ke posisi semula sehingga rongga
dada mengecil. Tekanan rongga dada besar dan udara di dalamnya yang kaya CO2 keluar.
2. Pernapasan Perut
Yaitu pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot –otot diafragma yang
membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya:
a. Fase inspirasi, dimana otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya
rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
b. Fase ekspirasi, dimana terjadi relaksasi otot diafragma (kembali ke posisi semula,
mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebihy besar, akibatnya
udara keluar dari paru – paru.
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh meningkatkan jumlah O2 dari paru – paru, agar pernapasan lebih
cepat dan dalam. Hal ini disebabkan oleh:
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat – obatan.
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti asidosis metabolic.
Tanda dan gejala berupa: napas pendek, nyeri dada, menurunnyakonsentrasi, disorientasi, dan
tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi slveolar tidak adekuat memenuhi penggunaan O2 untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup. Seperti apda atelektaksis (kolaps paru).
Tanda dan gejala berupa: nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejanng, dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Yaitu suatu kondisi ketidakcukupan O2 di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan.
Disebabkan olleh:
a. Menurunnya Hb.
b. Berkurangnya konsentrasi oksigen jika di pegunungan.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen seperti pada keracunan.
d. Menurunnya difusi O2 seperti pada pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan, seperti syok.
f. Kerusakan/ gangguan ventilasi.
Tanda hipoksia : kelelahan, kecemasan, menurunnya konsentrasi, nadi meningkat,
pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan clubbing.
1. Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X
sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian padat udara akan memberikan
udara bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member
kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan cabang utamanya.
Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma bronkogenik, atau untuk membuang benda
asing. Setelah tindakan ini pasien tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai
tikmbul reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke dalam
cabanga trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang bersifat menyebar
yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan.
Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme penyebab penyakit berbagai pneumonia,
bacterial, tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu
proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi
hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
SUMBER PUSTAKA
http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-kebutuhan-oksigenasi.html.
Tarwoto & Wartonah. 2003. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Yeni Kustanti, Christina. 2006. Pemeriksaan Fisik Thoraks. Yogyakarta: AKPER Bethesda
Somantri, Iman. 2008. KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Identiras Penanggungjawab :
Nama
Alamat
Tempat/tanggal lahir
Status
Agama
Suku bangsa/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Hubungan dangan pasien
1. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan siklus O2 dan CO2 antara lain: batuk,
peningkatan produksi sputum, dipsnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan nyeri dada.
Batuk (Cough)
Yang perlu dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya, hubungannya dengan aktivitas,
adanya sputum atau dahak.
Peningkatan produksi sputum; meliputi warna, konsistensi, bau, jumlah karena hal itu
menunjukkan keadaan dari proses patologis. Jika ada infeksi sputum akan berwarna kuning
atau hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Jika edema paru, sputum berwarna merah muda
karena mengandung darah dalam jumlah yang banyak.
Dipsnea
Merupakan persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan sebagai perasaan subjektif pasien.
Yang perlu dikaji, apakah pasien sesak saat berjalan, dll.
Hemoptisis
Yaitu darah yang keluar melalui mulut saat batuk. Keadaan ini biasanya menandakan adanya
kelainan berupa bronchitis kronis, bronkhiektasis, TB-paru, cystic fibrosis, upper airway
necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru, dan abses paru.
Chest pain
Nyeri dada bisa berkaitan dengan masalah jantung seperti gangguan konduksi (disritmia),
perubahan kardiak output, kerusakan fungsi katup, atau infark, dll. Paru tidak memiliki saraf
yang sensitive terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh iga, otot, pleura parietal, dan
percabangan trakheobronkhial.
: Pasien : Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
Sonambolisme
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
h. Pola koping
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
i. Pola seksual – reproduksi
Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminya.
j. Pola peran hubungan
Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Persepsi keyakinan
Tindakan berdasarkan keyakinan
3. PEMERIKSAAN FISIK
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(i) Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung.
EKG
Exercise stress test
(ii) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.
Echocardiography
Kateterisasi jantung
Angiografi
(iii) Tes untuk mengetahui ventilasi dan oksigenasi
Tes fungsi paru – paru dengan spirometri.
Tes astrup
Oksimetri
Pemeriksaan darah lengkap.
(iv) Melihat struktur system pernapasan
X- Ray thoraks
Bronkhoskopi
CT scan paru
(v) Menentukan sel abnormal/ infeksi system pernapasan
Kultur apus tenggorok
Sitologi
Specimen sputum (BTA)
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnose yang lazim muncul pada pasien dengan gangguan system pernapasan yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Kerusakan pertukaran gas
4. Disfungsi respon penyapihan ventiler
5. Intoleransi aktivitas
6. Resiko aspirasi
6. PERENCANAAN