Anda di halaman 1dari 27

Tugas Keperawatan Keluarga

PROGRAM PENJAMIN MUTU DAN UPAYA PENINGKATAN

KESEHATAN KELUARGA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : GUNAWATI
NIM : P2021 01 387
KELAS : F8

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia


karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam
melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman
dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah
sakit. Rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi
utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien.
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak
hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh keompok bahkan
oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiao orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 1992).
Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang
harus dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai
peranan yang cukup penting adalah penyelenggraan pelayanan kesehatan
(Blum, 1976). Jika pelayanan kesehatan tidak tersedia (available), tidak
tercapai (accesible), tidak menyeluruh (comporhensive), tidak terpadu
(intergrated), dan atau tidak bermutu (quality) tetntu sulit diharapkan
terwujudnya keadaan sehat. Olehnya itu diperlukan adanya program jaminan
mutu dan upaya peningkatan kesehatan keluarga.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka masalah
dalam makalah ini adalah “Bagaimana Program Jaminan Mutu dan Upaya
Peningkatan Kesehatan Keluarga?
C. Tujuan
Berdasarkan masalah yang dikemkanan dalam makalah ini maka tujian
yang ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan program jaminan mutu dan
upaya peningkatan kesehatan keluarga.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Kesehatan

Menurut Undang-Undang RI. No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup secara produktif secara social dan ekonomi.
Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan
jasmani, rohani, social, dan tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan. Dikatakan sehat secara fisik adalah orang tersebut tidak memiliki
gangguan apapun secara klinis. Fungsi organ tubuhnya berfungsi secara baik,
dan dia memang tidak sakit. Sehat secara mental/psikis adalah sehatnya
pikiran, emosional, maupun spiritual dari seseorang. Ada suatu kasus seseorang
yang memeriksakan kondisi badannya serba tidak enak, akan tetapi secara
klinis/hasil pemeriksaan dokter menunjukan bahwa orang tersebut tidak sakit,
hal ini bisa disebabkan karena orang tersebut mengalami gangguan secara
mental/psikis yang mempengaruhi keadaan fisiknya. Contoh orang yang sehat
secara mental adalah tidak autis, tidak stress, tidak mengalami gangguan jiwa
akut, tidak mempunyai masalah yang berhubungan dengan kejiwaan, misalnya
kleptomania, psikopat, dan lain-lain. Penderita penyakit hati juga merupakan
contoh dari orang yang tidak sehat mentalnya, karena tidak ada seorang dokter
bedah jantung sekalipun yang bisa menghilangkan poenyakkit ini dengan
peralatan bedahnya.
Sedangkan dikatakan sehat secara social adalah kemampuan seseorang
untuk berinteraksi dengan lingkungan di mana ia tinggal. Contoh orang yang
tidak sehat social diantaranya adalah seorang Wanita Tuna Susila (WTS).
Kemudaian orang dengan katagori sehat secara ekonomi adalah orang yang
produktif, produktifitasnya mengantarkan ia untuk bekerja dan dengan bekerja
ia akan dapat menunjang kehidupan keluarganya.
Upaya-upaya tersebut diantaranya adalah:
a. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Kuratif : tindakan pengobatan
Rehabilitatif : upaya pemeliharaan atau pemulihan kesehatan agar
penyakitnya tidak semakin terpuruk dengan mengkonsumsi makanan yang
menunjang utnuk kesembuahan penyakitnya.
b. Upaya Peningkatan Kesehatan Preventif : upaya pencegahan terhadap
suatu penyakit Promotif : upaya peningkatn kesehatan
Sarana Kesehatan yang Mendukung Upaya Kesehatan berdasarkan UU
RI No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: puskesmas, dokter praktek, toko
obat, praktek bidan, rumah sakit khusus, rumah sakit apotek, pedagang besar
farmasi, laboratorium, sekolah dan akademi kesehatan balai pelatihan
kesehatan sarana kesehatan laiannya.
B. Kesehatan Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang berkumpul dan tinggal di bawah 1 atap dalam
keadaan saling ketergantungan ( Depkes RI 1988).
Perawatan kesehatan merupakan suatu lapangan khusus dibidang
kesehatan, dimana keterampilan hubungan antar manusia serta keterampilan
organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi dengan keterampilan
anggota profesi kesehatan lain dan tenaga social, demi memelihara kesehatan
keluarga. Oleh karena itu, perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada
individu, keluarga, dan kelompok melalui upaya peningkatan kesehatan,
pemelihara kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi, dan pelayanan
keperawatan berkelanjutan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif.
Praktik keperawatan profesional di artikan sebagai bentuk penampilan
dari hasil tindakan observasi, asuhan dan konseling dari kondisi sakit, cidera
atau ketidakberdayaan atau upaya dalam mempertahankan kesehatan atu
mencegah terjadinya penularan penyakit atau upuya dalam pengawasan dan
pengajaran pada staf atau dalam pemberian medikasi dan pengobatan sesuai
yang diresepkan oleh dokter atau dokter gigi, kebutuhan dari penilaian dan
keterampilan spesialis tertentu dan berdasarkan pada pengetahuan dan aplikasi
prinsip-prinsip ilmu biologi, fisika, dan social (Ana, 1995).
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) mengatakan
perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga pada unit atau kesatuan yag
dirawat, denngan sehat sebagai tujuan melalui pegobatan sebagai saran atau
penyalur.
Peran Keluarga dalam keperawatan
1. Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah
kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara
_esame anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga
disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan (Ruth B Freeman, 1981).
Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai suatu kelompok
dapat menimbulkan, mencegah, megabaikan, atau memperbaiki masalah-
masalah kesehatan dalam kelompoknya. Masalah-masalah kesehatan
dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai
individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagi pengambil keputusan
dalam memelihara kesehatan keluarganya. Keluarga merupakan perantara
yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
2. Keluarga sebagai pasien
Dalam melihat keluarga sebagi pasien ada beberapa
karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat, diantaranya:
a. Setiap keluarga memiliki cara yang unik dalam menghadapi
masalah kesehatan para anggotanya.
b. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagi
segi:
1) Pola komunikasi
2) Pengambilan keputusan
3) Sikap dan nilai-nilai dalam keluarga
4) Kebudayaan
5) Gaya hidup
3. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di
daerah pedesaan.
4. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Program Jaminan Mutu Kesehatan Keluarga

Perbaikan mutu merupakan upaya transformasi budaya kerja organisasi


melalui pengalaman belajar sehingga merubah cara berpikir setiap orang yang
terlibat dalam organisasi dan cara organisasi dikelola, sehingga berubah ke
arah yang lebih baik.
Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensi, artinya pengertiannya
akan berbeda-beda dari orang per orang tergantung pada kepentingan, latar
belakang kehidupan, pendidikan, dan harapan seseorang terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan. Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik perorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pelayanan medik dasar adalah bagian
dari pelayanan kesehatan yang dilandasi ilmu klinik (clinical science).
Pelayanan medik dasar merupakan pelayanan medik perorangan yang meliputi
aspek:
1. Pencehahan primer (health promotion & specific protection) yang dapat
dilakukan oleh tenga non medik dan medik/kesehatan;
2. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta
pembatasan cacat;
3. Pencegahan tersier, berupa rehabilitsi medik yang dilakukan oleh
dokter/perawat, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan
keahliannya.
4. Mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan kepuasan
pelanggan (pasien/klien) sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
pelanggan, serta di pihak lain tatacara penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan etika profesi yang telah ditetapkan.
5. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu
dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan
serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai
dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna
menyusun saran trindaklanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
6. Kepuasan pelanggan merupakan indikator mutu suatu pelayanan kesehatan,
sehingga pelayanan kesehatan harus diselenggarakan dengan orientasi pada
pemenuhan harapan dan kebutuhan pelanggan.
7. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai penerimaan minimal. Standar
menunjuk pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan. Dalam pendekatan
Jaminan Mutu dikenal dua macam standar, yaitu:
a. Standar Persyaratan Minimal, yaitu persyaratan minimal yang harus
dipenuhi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terdiri atas:
1) Standar masukan
2) Standar proses
3) Standar lingkungan.
b. Standar Penampilan Minimal/Standar Penampilan/Standar Keluaran,
adalah penampilan minimal pelayanan kesehatan yang masih dapat
diterima.
Selain itu standar juga terdiri dari (Burill & Ledoster, Archieving Quality
through Continual Improvement):
a) Standar eksternal: disusun di luar organisasi pemberi pelayanan.
b) Standar internal: disusun oleh organisasi emberi pelayanan.
8. Protokol/prosedur tetap adalah panduan urutan tindakan tertulis yang
digunakan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan. Memberikan
pelayanan sesuai dengan protokol/prosedur yang telah ditetapkan, berarti
telah bekerja sesuai dengan standar.
9. Etika Profesi kesehatan masyarakat adalah landasan moral, norma, yang
mendasari aplikasi ilmu, pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat.
10. Prinsip Jaminan Mutu:
1) bekerja dalam tim;
2) memberikan fokus perubahan pada proses;
3) mempunyai orientasi kinerja pada pelanggan;
4) pengambilan keputusan berdasarkan data;
5) adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam
perbaikan proses pelayanan.
11. Bentuk Jaminan Mutu
Bertitik tolak dari waktu penyelenggaraannya, maka Jaminan mutu
dapat dibedakan dalam 3 bentuk, yaitu:
a. Jaminan Mutu Prospektif, dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan
diselenggarakan, upayanya terutama ditujukan pada unsur masukan
dan lingkungan.
Contoh: 1) Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang
bermutu perlu ditetapkan standarisasi fasilitas pelayanan kesehatan. 2)
Perizinan, setelah terpenuhi standarisasi perlu diikuti dengan perizinan
yang akan ditinjau secara berkala. 3) Sertifikasi, tindaklanjut dari
perizinan, memberikan sertifikat kepada fasilitas dan atau profesi
kesehatan yang telah memenuhi persyaratan tertentu. 4) Akreditasi,
berntuk lain dari sertifikasi, diberikan kepada fasilitas atau profesi
kesehatan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
b. Jaminan Mutu Konkuren, dillaksanakan bersamaan dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Perhatian utama ditujukan
kepada proses, dimana proses itu diukur dengan standar yang telah
ditetapkan, jika pelayanan kesehatan tidalk sesuai dengan standar maka
pelayanan kesehatan tersebut kurang bermutu. Jaminan mutu konkuren
ini paling baik, tetapi sukar dilaksanakan, sering terjadi bias, untuk
menghindarkan bias dilakukan oleh tim.
c. Jaminan Mutu Retrospektif, dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan
diselenggarakan.
Contoh: 1) Telaah rekam medik (medical record review); 2) Ulasbalik
Jaringan (tissue review); 3) Survei pelanggan (costumer survey); d)
Ulasbalik penggunaan (obat, darah, tempat tidur), dll.
12. Model Jaminan Mutu
Menggunakan pendekatan evolusi yang didasari oleh pandangan
bahwa upaya peningkatan mutu harus dilakukan secara bertahap. Mulai
dari pemecahan masalah sederhana sampai dengan masalah yang
kompleks.
a. Tahap Analisis Sistem
Pada tahap ini yang pertama akan diperbaiki adalah mutu
pelayanan medik dasar, kemudian mutu pelayanan non medik. Yang
dimaksud dengan pelayanan medik ialah pelayanan ”best practices”,
yaitu segala kegiatan yang menyangkut: anamnesis, pemeriksaan
fiosik, pengobatan/rujukan dan konseling. Berdasarkan etika profesi,
kemanusiaan, administratif dan yuridis setiap profesi kesehatan tanpa
kecuali dalam setiap menyelenggarakan pelayanann kepada pasien
harus menerapkan semua ketentuan ”best practices” tersebut.
Kenyataan di lapangan ”best practices” sering diiabaikan, sehingga
pasien/klien memperoleh pelayanan kesehatan yang kurang bermutu
dan hak pasien menjadi kurang dipenuhi. Oleh sebab itu yang menjadi
prioritas ditingkatkan terlebih dahulu ialah mutu pelayanan medik.
Pada tahap ini digunakan daftar tilik untuk mengukur tingkat
kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
b. Tahap Pendekatan Tim
Upaya pemecahan masalah mutu melalui pendekatan siklus
pemecahan masalah.
Tahap Tahap Analis Sistem/Supervisi Tahap Pendekatan Tim
Lingkup Kegiatan Memperbaiki kompetensi teknik
Meningkatkan tingkat kepatuhan Memperbaiki dimensi mutu yang
lain (kepuasan, kenyaman, efektifitas, efisiensi, dll). Kompleksitas
masalah sederhana yaitu masalah yang diidentifikasi pada proses masalah
kompleks yaitu masalah yang diidentifikasi pada output/outcome.
Proses pemecahan masalah mudah/sederhana lebih sulit, dengan
mempergunakan Quality Improvement Tools. cara identifikasi masalah
dengan menggunakan daftar Tilik dengan melalui pendekatan tim.
Diharapkan dengan pelaksanaan model evolusi tersebut di dalam
organisasi pelayanan kesehatan akan terjadi hal sebagai berikut:
a. Pola pikir petugas dalam organisasi pelayanan kesehatan akan berubah
dari pola pikir sumber daya menjadi pola pikir mutu;
b. Petugas organisasi pelayanman kesehatan akan menyadari bahwa mutu
itu sebenarnya dapat dikendalikan oleh petugas itu sendiri;
c. Petugas dalam organisasi pelayanan kesehatan akan menjabarkan tugas
mereka dalam bentuk istilah mutu, artinya dari hanya mementingkan
kuantitas atau cakupan pekerjaan saja, berubah menjadi orientasi
kepada mutu.
d. Petugas organisasi pelayanan kesehatan akan merasa puas kalau
mampu memecahkan masalah mutu yang sulit dan kemudian
selanjutnya tingkat kepuasan akan meningkat kalau masalah mutu
yang dipecahkan semakin sulit.
13. Dimensi Mutu
a. Komptensi Teknik: kemampuan dan ketrampilan petugas sesuai
dengan standar keprofesian
b. Efektivitas: pelayanan yang dilakukan menunjukkan manfaat dan hasil
yang diinginkan.
c. Efisiensi: memberikan hasil yang paling besar dalam keterbatasan
sumber daya.
d. Akses (keterjangkauan): bahasa, dana, geografi, adat istiadat
e. Hubungan Antar Manusia: interaksi antara Pemberi Pelayanan
Kesehatan dengan pasien/klien, supervisor kabupaten dengan petugas
Puskesmas, Kepala Puskesmas dengan petugas Puskesmas, dengan
memperhatikan komunikasi, rasa hormat, perhatian dan empati yang
baik. Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan
kemitraan, saling percaya, saling menghormati dan keterbukaan.
f. Kesinambungan pelayanan: pasien selalu mendapatkan pelayanan yang
dibutuhkannya tanpa terputus termasuk rujukannya. Misalnya
pelayanan K1 ibu hamil, tindaklanjut pasca-perawatan di RS.
g. Keamanan: meminimalkan resiko-resiko trauma, infeksi dan efek yang
membahayakan lainnya yang diberikan.
h. Kenyamanan; sarana pelayanan kesehatan dapat memberikan
kenyamanan kepada pasien, termasuk kebersihan, waktu tunggu.
i. Informasi: mampu menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan.
j. Ketepatan waktu: diselenggarakan dalam waktu yang tepat, misalnya
jam buka dan jam tutup Puskesmas harus tepat waktu,.
k. Indikator: Indikator adalah tolok ukur yang menunjukkan tercapai atau
tidaknya suatu standar pelayanan kesehatan.
Dibedakan atas 2 (dua) macam indikator:
1) Indikator Persyaratan Minimal, untuk mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab), terdiri atas:
(1) Indikator masukan: tenaga, dana, pedoman, sarana dan
prasarana. (2) Indikator lingkungan: kebijakan, UU, organisasi dan
manajemen fasilitas pelayanan kesehatan. (3) Indikator proses:
tindakan medis dan non medis yang dikerjakan dalam memberikan
pelayanan (alur kerja, praktek, perilaku pelayanaan).
2) Indikator Penampilan Minimal/Indikator Keluaran, indikator ini
mengukur mutu pelayanan kesehatan (akibat), baik bersifat medik
ataupun non medik.
14. Daftar Tilik
Adalah suatu instrumen yang berisi kegiatan atau variabel yang
dianggap penting, dapat diamati dan diukur.
15. Manfaat Program Jaminan Mutu
Penerapan the best practices (memberikan pelayanan kesehatan
terbaik) yang diselenggarakan sesuai dengan standar profesi dan etika
profesi) menghindarkan efek samping, komplikasi, malpraktek, tuntutan
yuridis masyarakat serta dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat yang selalu berubah dan
meningkat (kepuasan pelanggan).
B. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Membangun Kesadaran Mutu
Merupakan upaya penggeseran cara pandang peran dan fungsi
organisasi pelayanan kesehatan dari ”memberii obat” ke ”melayani
pasien”, dari ”pemeriksaan cepat” ke ”pemeriksaan sesuai standar”, dari
”pekerjaan saya” ke ” pekerjaan kita” dan dari *pelayanan yang tidak
ramah” menjadi pelayanan yang ramah dan penuh senyum”. Petugas
organisasi pelayanan kesehatan harus mendapat keyakinan bahwa
pendekatan Jaminan Mutu akan memberikan perubahan yang bermakna
bagi kualitas pelayanan yang diberikan dan bersama-sama dalam satu tim
mampu mengidentifikasi masalah di l;ingkungan pelayanan dan kemudian
mencarikan jalan terbaik bagi pemecahan masalah tersebut.
2. Pembentukan Tim Jaminan Mutu
Berdasarkan Surat Keputusan kepala organisasi pelayanan
kesehatan dan mendapat dukunghan dari kepala organisasi tersebut dan
petugas lainnya. Tim Jaminan Mutu dapat terdiri dari sub-tim yang
mempunyai fungsi tertentu: sub-tim pembuatan standar, sub-tim
pelaksanaan dan sub-tim penilaian kepatuhan terhadap standar dan
evaluasi.Tim Jaminan Mutu harus mendapatkan pelatihan tentang jaminan
mutu. Jumlah anggota tim atau sub-tim dapat berkisar 4-5 orang.
3. Pembuatan Alur Kerja dan Standar Pelayanan
Alur pelayanan ditempel di dinding agar mudah diketahui dan
sebagai penunjuk jalan bagi pasien maupun pengunjung unit pelayanan
kesehatan. Alur kerja: loket, alur keja pelayanan, laborsatorium, apotik,
dan lain sebagainya yang dibuat dalam bentuk skema, dibingkai dan
ditempel di masing-masing ruang pelayanan terkait serta terlihat oleh
petugas. Pembuatan alur kerja ini sekaligus dapat diikuti dengan
identifikasi berbagai hambatan/kendala yang membuat alur kerja ini tidak
jalan atau membutuhkan waktu yang lama.
Standar pelayanan medik yang penting dibuat dalam bentuk
algoritme medik, misalnya styandar penatalaksanaan diare,
penatalaksanaan demam pada anak, penatalaksanaan anak dengan batuk
dan kesulitan bernafas, penatalaksanaan pasien TB paru, dan lain-lain.
4. Penilaian Kepatuhan Terhadap Standar
Untuk menilai tingkat kepatuhan, digunakan daftar tilik penilaian
yang telah disiapkan terlebih dahulu. Penilaian tingkat kepatuhan
dilakukan oleh rekan kerja dari unit pelayanan kesehatan lain (peer
review) atau sejawat dari unit pelayanan yang sama tetapi harus dijaga
kerahasiaan rekan yang ditunjuk sebagai penilai ataupun supervisor dari
Dinas Kesehatan Kabupaten.
Sesuai dengan kegunaannya daftar tilik dipakai untuk mengukur
kelengkapan sarana dan prasarana, pengetahuan pemberi pelayanan,
standar kompetensi teknis petugas dan persepsi penerima pelayanan.
5. Penyampaian Hasil Kegiatan
Data temuan yang terkumpul diolah dan dianalisa untuk kemudian
disajikan dalam Lokakarya Mini oraganisasi/unit pelayanan. Jika nilai
tingkat lkepatuhan di bawah 80% maka keadaan ini perlu diperbaiki
dengan melakukan intervensi terhadap penyebab rendahnya tingkat
kepatuhan terhadap standar.
6. Survei
Dilakukan secara sederhana dengan membuat kuesioner kemudian
dibagikan kepada pasien/klien sambil diminta untuk diisi dan segera
mengembalikannya pada kotak yang tersedia di Puskesmas.
Jika ditemukan lebih darei 5% pasien/klien tidak puas, perlu
dilakukan tindakan segera untuk mengetahui sebab-seba kertidakpuasan
pasien, misalnya melalui studi kualitatif (disklusio kelompok atau
wawancara mendalam) atau menggunakan kuesioner terstruktur melalui
wawancara langsung kepada pasien/klien.
7. Penyusunan Rencana Kegiatan
Sebelumnya tim jaminan mutu secara bersama-sama melakukan
analisis permasalahan melalui siklus pemecahan masalah yanmg terdiri
dari:
a) Identifikasi masalah
b) Penentuan prioritas masalah
c) Mencari penyebab masalah
d) Mencari alternatif pemecahan masalah
e) Menetapkan pemecahan masalah
f) Menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah.
Dari pengalaman ini Puskesmas akan mengerti bahwa mutu itu
dapat ditingkatkan oleh petugas Puskjesm,as secara mandiri, tanpa bantuan
dari luar dan dengan menggunakan cara yang sederhana hingga ke cara
yang lebih kompleks.
Untuk mempermudah proses pemecahan masalah, beberapa
instrumen mutu sederhana dapat digunakan, misalnya:
a) Curah pendapat (brain storming), untuk menggali berbagai alternatif
pemecahan masalah dan solusinya;
b) Muliple Criteria Utility Assessment (MCUA), untuk pengambilan
keputusan bersama;
c) Check List
d) Diagram alur (flowchart) untuk menjelaskan komponen yang terlibat
dalam proses;
e) Diagram Ishikawa (diagram tulang ikan) untukn menggali
kemingkinan penyebab.
f) Data matrik.
8. Pemantauan dan Supervisi
Kunjungan penyelia (supervisor) kabupaten/kota untuk berkunjung
secara berkala (1-3 bulan sekali) ke Puskesmas untuk memantau status
kegiatan jaminan mutu di suatu Puskesmas. Beberapa masalah yang
ditemui dapat diatasi dengan perbaikan proses pelaksanaan, akan tetapi
dapat pula terjadi masalah yang ditemui hanya bisa diatasi dengan bantuan
sarana-prasarana dari kabupaten/kota, bahkan mungkin diperlukan bantuan
teknis dari propinsi atau arah kebijakan dari pemerintah pusat.
Keberhasilan kegiatan pemantauan dan supervisi sangat tergantung
pada konsistensi kegiatan (teratur, taat azas serta berkesinambungan),
kapasitas (pengetahuan dan ketrampilan) penyelia untuk memberikan
bantuan teknis, daftar tilik pemantauan, data status kegiatan dan adanya
dukungan kepala unit organisasi dan Kepala Dinas Kesehatan
kabupaten/kota untuk mengatasi masalah/hambatan yang muncul.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada akhir siklus kerja tim jaminan mutu (3-6
bulan). Pada akhir tahun, Tim Jaminan Mutu Puskesmas melakukan
Penilaian Kinerja Jaminan Mutu yang telah dilakukan bertempat di aula
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Bahan presentasi mencakup pencapaian
program terhadap indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan
penyampaian identifikasi proses pembelajaran atas pelaksanaan kegiatan
selama ini serta rekomendasi/saran tindaklanjut. Keberhasilan suatu
organisasi pelayanan menjalankan suatu kegiatan dapat menumbuhkan
inspirasi dan bahkan menjadi tolok banding (benchmarking) oleh
organisasi pelayanan lainnya untuk meniru/mencontoh dengan melakukan
kunjungan lapangan ke organisasi pelayananyang telah berhasil tersebut.
C. Tahap-tahap Pelaksanaan Jaminan Mutu
1. Tahap Pelaksanaan Analisis Sistem dan Supervisi
a) Cara pelaksanaan analisis sistem/supervisi dengan cara Peer Review
(ulasbalik kesejawatan).
Pengamatan tingkat kepatuhan dilakukan oleh sejawat yang sama
dari Puskesmas lain menggunakan instrumen berupa daftar tilik
(checklist). daftar tilik berisi item-item yang harus dilaksanakan oleh
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Analisis
Sistem merupakan suatu audit atau penilaian terhadap mutu pelayanan
kesehatan.
Kecenderungan dari beberapa petugas kesehatan yang mematuhi
Daftar Tilik artinya melakukan semua yang terdapat di dalam Daftar Tilik,
akan tetapi tidak mematuhi Standar. Contohnya: poetugas kesehatan
mungkin telah menanyakan semua pertanyaan yang menyangkut
anamnesis dan melakukan pemeriksaan terhadap geejala klinik, tetapi
salah melaakukan klasifikasi/diagnosis atau salah memberikan
pengobatan. Sebagai akibnatnya dapat terjadi persepsi/anggapan yang
keliru tentang jaminan mutu, yaitu petugas puskesmas menganggap
jaminan mutu adalah daftar tilik.
2. Pengetahuan Petugas Puskesmas
Selain pengamatan, juga akanm dilakukan wawancara oleh
pengamat tentang pengetahuan petugas yang diamati, menggunakan alat
bantu berupa Daftar Tilik.
3. Pengetahuan Pasien
Wawancara juga dilakukan terhadap pasien/pengantar untuk
mengetahui pengetahuan mereka tentang penyakit atau pelayanan yang
diberikan berhubungan dengan kunjungannya ke Puskesmas. Wawancara
dilakukan setelah pasien selesai mendapatkan pelayanan sewaktu akan
meninggalkan Puskesmas (exit interview) menggunakan instrumen Daftar
Tilik.
4. Ketersediaan Sarana (Obat dan Alat)
Dilakukan pengamatan ketersediaan alat dan obat yangg
mendukung pelayanan kesehatan yang bersangkutan, menggunakan
instrumen berupa Daftar Tilik. Pengisian daftar tilik cukup dengan
memberikan tanda ’v’ pada kotak yang tersedia sesuai dengan hasil
pengamatan dan jawaban.
Daftar tilik terdiri dari 4 bagian yaitu: (a) Pengamatan langsung (tehadap
pelaksana): teknik bekerja, pencatatan (kartu status). (b) Wawancara
tehadap pengantar/pasien. (c) Wawancara petugas. (d) Pengamatan
sarana/alat esensial.
Area Pelayanan yang dilakukan pengamatan Area Pelayanan Kesehatan.
Dasar penting adalah: Pelayanan Antenatal, Batuk dan Kesulitan Bernafas,
Imunisasi. Untuk selanjutnya Puskesmas akan melakukan pengamatan
untuk area lainnya sesuai dengan prioritas (kondisi) setempat.
Pelaksana, Empat atau lima petugas kesehatan dalam satu organisasi,
biasanya terdiri dari seorang dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dan atau
Jurim yang telah mendapat Pelatihan Analisis Sistem, sehingga mereka
terampil dalam menggunakan Daftar Tilik untuk melakukan pengamatan
langsung terhadap petugas. Pelayanan kesehatan yang sedang dilakukan
harus telah berdasarkan suatu Standar Pelayanan yang telah disepakati.
D. Upaya Peningkatan Kesehatan Keluarga
1. Peran Keluarga dalam keperawatan
a. Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah
kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara
sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-
keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan (Ruth B Freeman,
1981). (a) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. (b) Keluarga sebagai
suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, megabaikan, atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. (c)
Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. (c) Dalam
memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
keluarga tetap berperan sebagi pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan keluarganya. (d) Keluarga merupakan perantara yang efektif
dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
b. Keluarga sebagai pasien
Dalam melihat keluarga sebagi pasien ada beberapa karakteristik yang
perlu diperhatikan oleh perawat, diantaranya: (a) Setiap keluarga
memiliki cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para
anggotanya. (b) Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga. (c)
Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah
pedesaan. (d) Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.
2. Siklus Penyakit dan Kemiskinan dalam Keluarga
Dalam memberikan asuhan perawatan terhadap keluarga, lebih
ditekankan pada keluarga-keluarga dengan keadaan sosial perekonomian
yang rendah. Keadaan social ekonomi yang rendah pada umunya berkaitan
erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan
karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam mengatasi berbagai
masalah yang meraka hadapi.
Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga
utuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga terhadap kebutuhan gizi,
perumahan dan lingkungan sehat, pendidikan dan kebutuhan lainnya. Jelas
kesemuannya itu dengan mudah meyababkan suatu peyakit.
3. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga
Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga,
yang megambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala
keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan, merekalah yang
menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.
Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah:
a) Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
b) Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing
anggota keluarga
c) Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap
keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah
4. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehata keluarga, yang
menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam
bidang kesehatan, meliputi:
a) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah sebagai berikut: (1) Tingakat social ekonomi keluarga rendah.
(2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi maslaah kesehatan
sendiri (3) Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga
dengan penyakit keturunan
b) Keluarga degan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil: (1) Umur
ibu (16th atau lebih 35th). (2) Menderita kekurangan gizi atau anemia.
(3) Menderita hipertensi. (4) Primipara atau multipara. (5) Riwayat
persalinan dengan komplikasi
c) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena: (1) Lahir
prematur atau BBLR. (2) Lahir degan cacat bawaan. (3) ASI ibu
kurang sehigga tidak mencukupi kebutuhan bayi. (4) Ibu menderita
penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
d) Kelurga mempunyai maslah dalam hubungan antara anggota keluarga:
(1) Anak yag tidak dikehendaki dan pernah dicoba untun digugurkan.
(2) Tidak ada kesesuaiana pendapatantara anggota keluarga dan sering
cekcok dan ketegangan. (3) Ada anggota keluarga yang sering sakit.
(4) Salah satu orang tua (suami atau istri) meinggal, caria, atau lari
meninggalka keluarga
5. Kesehatan Keluarga Sebagai tujuan Keperawatan Kesehatan
Keluarga
Peningkatan status kesehatn keluarga merupakan tujuan yang ingin
dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, agar
keluarga tersebut dapat meningkatkan produktifitasnya, bila produktifitas
keluarga meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat
pula.
6. Tujuan Perawatan Kesehatan Kelaurga
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga:
Tujuan umum :
Untuk meningktakan kemampuan keluarga dalam memelihara
kesehatan keluarga mereka sehigga dapat meningkatkan status kesehatan
keluarga.
Tujuan Khusus:
a) Meningkatka kemampuan keluarga dlam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.
d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggita keluarga yang sakit dan dalam megatasi
masalah kesehatan anggota keluarga.
e) Meningkatkan produktifitas kelaurga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.
7. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para
anggotanya dan saling memelihara Freeman (1981) membagi 5 tugas
kesehatan yag harus dilakukan oleh keluarga, yaitu:
a) Mengenal gangguan perkembangan setiap kesehatan anggotanya
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c) Memberika keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
tidak dapat membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda
d) Mempertahankan suasana dirumah yang mengutungkan kesehtan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
8. Perawatan Sebagai Sarana
Dalam mencapai tujuan kesehatan keluarga, asuhan keperawatan
yang diberikan merupakan sarana yang diberikan untuk mencapai tujuan
tersebut . hal itu sangat tergatung kepada perawat yang memberikan asuhan
keperawatan yang bermutu kepada keluarga dalam mempengaruhi keluarga
untuk lebih dapat mengenal dam melaksanakan tugas-tugasnya dalam
bidang kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat
tidak dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja secara tim dan bekerjasama
dengan profesi lain untuk mencapai tujuan asuhan perawatan keluarga
dalam melaksanakan asuhan keperwatan, perwat bekerja sama dengan
dokter, penilik kesehatan, ahli gizi, pekerja social dan sebagainya yang
bekerja sebagai tim untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
9. Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Perawatan Keluarga
Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa
peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
a) Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
b) Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga
c) Coordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
d) Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan
perawat mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi
keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya
e) Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk
merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
yang sehat
10. Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam Memecahkan
Masalah Kesehatan Keluarga
Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan
asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Hambatan dari keluarga
1) pendidikan keluarga yang rendah
2) keterbatasan sumber-sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan
prasarana)
3) kebiasaan-kebiasaan yang melekat
4) sosial budaya yang menunjang
b. Hambatan dari perawat
1) sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi, seperti:
PHN Kit, transportasi
2) kondisi alam (geografi yang sulit)
3) kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)
4) keterbatasannya pengetahuan perawat tentang kultur keluarga
11. Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga
Ada beberapa prinsip penting yangperlu diperhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan
kebutuhan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
prefentif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan prefentif.
f. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dalam menggunakan
proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan
kesehatan dasar/perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
12. Implikasi dari Pelayanan Kesehatan Dipusatkan kepada Keluarga
Ada beberapa implikasi dalam pemberian pelayanan kesehatan yang
dipusatkan pada keluarga, diantaranya:
a. Pelayanan kesehatan dan keperawatan diarahkan untuk membantu
seluruh keluarga dalam meningkatkan cara-cara hidup sehat sehingga
meningkatkan produktivitas dan derajat kesehatan keluarga.
b. Cakupan pelayanan kesehatan dan keperawatan lebih luas, karena
banyak anggota keluarga yang dapat dicakup, dan sumber-sumber
keluarga yang anda dapat diarahkan untuk meningkatkan kesehatan
keluarga.
c. Pelayanan kesehatan dan keperawatan dipusatkan kepada keluarga
sebagai satu kesatuan yang utuh.
d. Pelayanan kesehatan dan keperawatan keluarga ditekankan pada
waktu-waktu rawan didalam kehidupan dan keluarga-keluarganya
dengan resiko tinggi.
e. Agar dapat mencapai tujuan dan sasaran dalam pelayanan kesehatan
keluarga diperlukan kontinyuitas pelayanan pada keluarga-keluarga
rawan terhadap masalah kesehatan dan keperawatan.
f. Perlu mempersiapkan tenaga-tenaga perawat kesehatan keluarga yang
mempunyai kemampuan yang tujuan ganda dalam memberikan
pelayanan.
g. Perlu pengembangan dan peningkatan sumber-sumber yang ada dalam
masyarakat untuk kepentingan asuhan pelayanan keperawatan
kesehatan keluarga.
BAB IV

KESIMPULAN

Perbaikan mutu merupakan upaya transformasi budaya kerja organisasi


melalui pengalaman belajar sehingga merubah cara berpikir setiap orang yang
terlibat dalam organisasi dan cara organisasi dikelola, sehingga berubah ke arah
yang lebih baik.

Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensi, artinya pengertiannya akan
berbeda-beda dari orang per orang tergantung pada kepentingan, latar belakang
kehidupan, pendidikan, dan harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan. Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan baik perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Pelayanan medik dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang dilandasi
ilmu klinik (clinical science).
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesame anggota
keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau
masyarakat secara keseluruhan.
Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan (Ruth B Freeman, 1981). (a) Keluarga
sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat. (b) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, megabaikan, atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya. (c) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan,
dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. (c) Dalam memelihara kesehatan
anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagi
pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan keluarganya. (d) Keluarga
merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai