KALA II LAMA
Di susun oleh:
Cornelya Bukada
113063J113058
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
KALA II LAMA
A. DEFINISI
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12
jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan
aktif (Syaifuddin, 2002). Persalianan lama disebut juga “distosia”, didefinisikan
sebagai persalinan yang abnormal atau sulit.
Kala II lama (Prolonged Second Stage) diartikan sebagai memanjangnya
waktu kala II dimana pada primigravida berlangsung lebih dari 2 jam dan pada
multipara berlangsung lebih dari 1 jam. Menurut AGOG (American Congress of
Obstetricians and Gynecologists), kala II lama didefiniskan sebagai tidak adanya
kemajuan pada kala II dengan batasan waktu dilakukan pimpinan persalinan
sebagai berikut: persalinan dengan anestesi epidural pada nullipara yang
berlangsung lebih 3 jam dan multipara berlangsung lebih 2 jam, sedangkan untuk
persalinan tanpa anestesi epidural nullipara berlangsung lebih 2 jam dan multipara
berlangsung 1 jam.
B. ETIOLOGI
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan.
C. PATOFISIOLOGI
Kala II lama
Perangansangan
reseptor nyeri pada Resiko Kerusakan Janin terjepit di jalan lahir
uterus dan serviks Integritas Kulit (Ibu)
1. Tanda-tanda kelelahan dan dehidrasi dari ibu (nadi cepat dan lemah, perut
kembung, demam, nafas yang cepat dan his hilang dan lemah)
2. Vulva edema
3. Cincin retraksi patologi Brandl
Sering timbul akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan penipisan
berlebihan segmen bawah uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya
segmen bawah uterus.
Gejala Klinis yang dapat ditemui pada janin:
1. Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif
2. Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
3. Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan
menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya kaput suksedaneum,
bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam beberapa hari.
4. Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak saling
bertumpang tindih satu sama lain.
5. Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death (IUFD).
1. Pada wanita dengan kondisi fisik yang lelah dan panik, klinisi dapat memberikan
dukungan dan semangat untuk melakukan persalinan. Selain itu dapat diberikan
analgesik ataupun anestesi dan dilakukan rehidrasi maupun pemberian kalori.
2. Pemberian oksitosin sesuai dengan indikasi adanya inersia uteri.
3. Pada distosia bahu dilakukan ALARM
4. Tindakan bedah baik per vaginam maupun Sectio Cesaria sesuai indikasi
5. Sectio Cesaria dilakukan pada keadaan yang tidak memungkinkan persalinan per
vaginam dengan tindakan operatif misalnya: panggul sempit, makrosomia,
malpresentasi, letak lintang, CPD, dan asinklitimus.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemanjangan persalinan dan
pembatasan cairan/ tidak adekuatnya intake cairan
Tujuan : Rehidrasi cairan pasien tercapai dalam proses persalinan
Intervensi :
- pemberian cairan IV sesuai program pengobatan
rasional : cairan IV menggantikan cairan yang hilang dalam tubuh
- cek bibir pasien dan kekeringan membran mukosa dan turgor kulit
rasional : dengan pengkajian klinik tahu tanda-tanda dehidrasi
- monitor cairan pasien intake dan output
rasional : membantu untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh
2. Nyeri akut berhubungan dengan tidak efektifnya dalam mengikuti proses
persalinan
Tujuan :
Pengurangan rasa nyeri yang dialami selama proses persalinan
Intervensi :
- Bantu pasien untuk memberikan support dengan menunggu pasien selama
mungkin
Rasional : dengan kehadiran perawat secara kekeluargaan mengurangi rasa
nyeri
- Pimpin pasien dalam teknik bernafas dan latihan relaksasi
Rasional : mengurangi rasa tidak nyaman
- Memberikan rasa nyaman, elusan pinggang dan penggantian posisi
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan menolong untuk rileks
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah, adanya perangsangan pada
vagina dengan menggunakan alat misal : kateter
Tujuan :
Tidak terjadi tanda – tanda infeksi sebagi akbat distosia
Intervensi
- Monitor suhu, nadi tiap 2 jam
Rasional : peningkatan nadi adalah salah satu tanda infeksi
- Dilakukan vulva higiene sebelum tindakan intra vaginal ( dengan
menggunakan bahan desinfektan yodium bila tidak alergi dengan yodium
Rasional : dapat mengurangi masuknya kuman/ bakteri pada kulit selama
tindakan
- Penggunaan sarung tangan steril serta teknik yang baik dan benar selama
tindakan intra vaginal
Rasional : meminimalkan masuknya kuman
- Perlakukan terhadap intra vaginal jika ada indikasi
Rasional: dengan menggunakan pengkajian dan monitoring dapat mengurangi
kemungkinan rupturnya membran ( ketuban)
4. gangguan perfusi jaringan plasenta fetal distres berhubungan dengan
memanjangnya proses persalinan
Tujuan :
perkembangan bunyi jantung janin baik
Intervensi :
- observasi tanda-tanda fetal distres
rasional : penurunan indikasi terjadinya fetal distres
- observasi warna campuran amnion
rasional : mekonium keruh atau tidak bersih indikasi fetal distres
- posisi klien miring ke posisi lateral
rasional : pasisi ini mengalirkan darah ke plasenta bertambah
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall , 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, editor edisi
bahasa Indonesia Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
http://sahrilramadhan.blogspot.com/2011/06/askep-partus-lama.html , diakses 07
Desember 2014