Muhammad Abduh Tuasikal, MSc December 9, 2013 Shalat 7 Comments 58,216 Views
Berkaitan dengan masalah pengurusan jenazah, ada 4 kewajiban terhadap jenazah yang mesti dilakukan oleh
orang yang hidup. Empat hal ini dihukumi fardhu kifayah, artinya harus ada sebagian kaum muslimin yang
melakukan hal ini terhadap mayit. Jika tidak, semuanya terkena dosa.
Empat hal yang mesti dilakukan terhadap mayit oleh yang hidup adalah:
1- Memandikan
2- Mengafani
3- Menyolatkan
4- Menguburkan
Empat hal di atas hanya berlaku pada mayit muslim. Adapun mayit kafir, tidak dishalatkan baik kafir harbi maupun
dzimmi. Boleh memandikan orang kafir, namun cuma dalam dua keadaan. Dan wajib mengafani kafir dzimmi dan
menguburkannya, tetapi hal ini tidak berlaku bagi kafir harbi dan orang yang murtad. Adapun orang yang mati
dalam keadaan ihram (sedang berumrah atau berhaji), jika dikafani, maka kepalanya tidak ditutup.
Berikut kami sebutkan point-point penting yang mesti dilakukan yang terdapat pada empat hal di atas. Sebagai
rujukan utama kami adalah fikih ulama Syafi’i dari penjelasan Al Qodhi Abu Syuja’ dalam Matan Al Ghoyah wat
Taqrib, ditambah beberapa dari penjelasan lainnya.
Memandikan Mayit
Ada dua mayit yang tidak dimandikan: (1) orang yang mati dalam medan perang (mati syahid), (2) janin yang
belum mengeluarkan suara tangisan, ini menurut madzhab Imam Syafi’i. Sedangkan menurut madzhab Imam
Ahmad, yang tidak perlu dimandikan adalah janin yang keguguran di bawah 4 bulan.
Mayit disiram dengan bilangan ganjil, yaitu boleh tiga, lima kali siraman atau lebih dari itu. Namun jika mayit
disiram dengan sekali siraman saja ke seluruh badannya, maka itu sudah dikatakan sah.
Pada siraman pertama diperintahkan diberi daun sider (bidara) dan saat ini boleh diganti dengan air sabun.
Sedangkan pada siraman terakhir diberi kapur barus.
Mengafani Mayit
Mengafani mayit dilakukan dengan tiga helai kain berwarna putih, tidak ada pakaian dan tidak imamah (penutup
kepala).
Menyolatkan Mayit
Shalat jenazah terdapat tujuh rukun:
1- Berniat (di dalam hati).
2- Berdiri bagi yang mampu.
3- Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
4- Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
5- Setelah takbir kedua, membaca shalawat (minimalnya adalah allahumma sholli ‘ala Muhammad).
6- Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah maksud inti dari shalat jenazah.
7- Salam setelah takbir keempat.
Tujuh rukun di atas disebutkan oleh Muhammad Al Khotib dalam kitab Al Iqna’.
Di antara yang bisa dibaca pada do’a setelah takbir ketiga:
َّ،ِجَِّ َو ْال َب َرد
َّ اءَّ َوالث َّ ْل َِّ َّ َوا ْغ ِس ْل َّهَُّ ِب ْال َم،َُّ َو َو ِس َّْعَّ َم ْد َخلَه،َُّ َوأ َ ْك ِر َّْمَّنُ ُزلَه،ُْفَّ َع ْنه َُّ ار َح ْم َّهَُّ َو َعافِ َِّهَّ َواعْ اَللَّ ُه ََّّمَّا ْغ ِف َّْرَّلَ َّهَُّ َو
َّْ لًَّ َخي ًْراَّ ِم
َّن َّ َّ َوأ َ ْه،نَّ َد ِار ِه ً َّ َوأ َ ْبد ِْل َّهَُّ َد،نَّال َّدن َِس
َّْ اراَّ َخي ًْراَّ ِم ََّ ضَّ ِم ََّ َبَّاْأل َ ْبيََّ ْتَّالث َّ ْو َ نَّ ْال َخ
ََّ طا َياَّ َك َماَّنَقَّي ََّ َون َِق َِّهَّ ِم
َِّ َّبَّالن
ار َِّ ْرَّ َو َع َذا َِّ بَّ ْالقَبَِّ ع َذا
َ َّن َِّ َ َّ َوأ،ََّ َوأ َ ْد ِخ ْل َّهَُّ ْال َجنَّة،نَّزَ ْو ِج ِه
َّْ ع ْذَّهَُّ ِم َّْ َّ َوزَ ْو ًجاَّ َخي ًْراَّ ِم،أ َ ْه ِل ِه
Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’ madkhola-hu, waghsil-
hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas,
wa abdil-hu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-
khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak
disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia
dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang
putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga)
yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau
suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)
Catatan: Do’a di atas berlaku untuk mayit laki-laki. Jika mayit perempuan, maka kata –hu atau –hi diganti
dengan –haa. Contoh “Allahummaghfirla-haa warham-haa …”. Do’a di atas dibaca setelah takbir ketiga dari
shalat jenazah.
Do’a khusus untuk mayit anak kecil:
سلَفًاَّ َوأ َ ْج ًرا ً اج َع ْل َّهَُّلَنَاَّفَ َر
َ طاَّ َو ْ َّاَللَّ ُه ََّّم
Allahummaj’ahu lanaa farothon wa salafan wa ajron
“Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala buat kami”. (HR.
Bukhari secara mu’allaq -tanpa sanad- dalam Kitab Al-Janaiz, 65 bab Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2:
113)
Do’a setelah takbir keempat:
ُنَّ َب ْع َدَّهَُّ َوا ْغ ِف ْرلَنَّا ََّ َولَ َّه
ََّّ لََّت َ ْف ِت َّ َّاللَّ ُه ََّّم
َّ لََّت َ ْح ِر ْمنَاَّأ َ ْج َرَّهَُّ َو
Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu
“Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami
sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.
Untuk mayit perempuan, kata –hu diganti –haa.
Menguburkan Mayit
Mayit dikuburkan di liang lahat dengan diarahkan ke arah kiblat.
Referensi:
Al Iqna’ fi Halli Alfazhi Abi Syuja’, Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al Khotib, terbitan Maktabah At
Taufiqiyyah.
Hasyiyah Al Qoulul Mukhtar fii Syarhi Ghoyatil Ikhtishor (Fathul Qorib), Muhammad bin Qosim Al Ghozzi, ta’liq:
Dr. Sa’adud Din bin Muhammad Al Kubbi, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan pertama, tahun 1432 H.
Mukhtashor Abi Syuja’ (Matan Al Ghoyah wat Taqrib), Ahmad Al Husain Al Ashfahani Asy Syafi’i, terbitan Darul
Minhaj, cetakan pertama, tahun 1428 H.
—
Oleh Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Disusun di saat hujan mengguyur Warak, Panggang, Gunungkidul, 6 Safar 1435 H, 06: 15 AM
Sumber : https://rumaysho.com/4905-ringkasan-pengurusan-jenazah.html