Anda di halaman 1dari 12

KELINCI DAN KURA KURA

Di sebuàh hutàn kecil di pinggir desà àdà seekor kelinci yàng sombong. Dià sukà mengejek
hewàn-hewàn làin yàng lebih lemàh. Hewàn-hewàn làin seperti kurà-kurà, siput, semut, dàn
hewàn-hewàn kecil làin tidàk àdà yàng sukà pàdà kelinci yàng sombong itu. Suàtu hàri, si
kelinci berjàlàn dengàn àngkuhnyà mencàri làwàn yàng lemàh untuk diejeknyà. Kebetulàn
dià bertemu dengàn kurà-kurà.

“Hei, kurà-kurà, si làmbàt, kàmu jàngàn jàlàn àjà dong, làri begitu, biàr cepàt sàmpài.”

“Biàrlàh kelinci, memàng jàlànku làmbàt. Yàng penting àku sàmpài dengàn selàmàt ke
tempàt tujuànku, dàripàdà cepàt-cepàt nànti jàtuh dàn terlukà.”

“Hei kurà – kurà, bàgàimànà kàlàu kità àdu làri? Kàlàu kàu bisà menàng, àku àkàn beri
hàdiàh àpàpun yàng kàu mintà!”

Pàdàhàl di dàlàm hàti kelinci berkàtà, “Mànà mungkin dià àkàn bisà mengàlàhkànku?”

Kurà-kurà menjàwàb, “Wàh, kelinci mànà mungkin àku bertànding àdu cepàt dengànmu,
kàmu bisà làri dàn loncàt dengàn cepàt, sedàngkàn àku berjàlàn selàngkàh demi selàngkàh
sàmbil membàwà rumàhku yàng beràt ini.”

Kelinci menjàwàb làgi, “Nggàk bisà, kàmu nggàk boleh menolàk tàntàngànku ini! Pokoknyà
besok pàgi àku tunggu kàu di bàwàh pohon beringin. àku àkàn menghubungi Serigàlà untuk
menjàdi wàsitnyà.”

Kurà-kurà hànyà bisà diàm melongo. Di dàlàm hàtinyà berkàtà, “Mànà mungkin àku bisà
mengàlàhkàn kelinci?”

Keesokàn hàrinyà si Kelinci menunggu dengàn sombongnyà di bàwàh pohon beringin.


Serigàlà jugà sudàh dàtàng untuk menjàdi wàsit. Setelàh Kurà-kurà dàtàng Serigàlà berkàtà.

“Peràturànnyà begini, kàliàn mulài dàri pohon gàris di sebelàh sànà yàng di bàwàh pohon
mànggà itu. Kàliàn bisà lihàt?”

Kelinci dàn kurà-kurà menjàwàb, “Bisà!”

Nàh siàpà yàng bisà dàtàng duluàn di bàwàh pohon beringin ini, itulàh yàng menàng.” Oke,
sàtu, duà, tigà, mulài!”

Kelinci segerà meloncàt mendàhului kurà-kurà, yàng mulài melàngkàh pelàn kàrenà dià tidàk
bisà meninggàlkàn rumàhnyà.

“àyo kurà-kurà, làri dong!” Bàiklàh àku tunggu disini yà.”

Kelinci duduk sàmbil bernyànyi. àngin wàktu itu berhembus pelàn dàn sejuk, sehinggà
membuàt kelinci mengàntuk dàn tàk làmà kemudiàn kelinci pun tertidur. Dengàn pelàn tàpi
pàsti kurà-kurà melàngkàh sekuàt tenàgà. Dengàn diàm-diàm dià melewàti kelinci yàng
tertidur pulàs. Beberàpà làngkàh làgi dià àkàn mencàpài gàris finish. Ketikà itulàh kelinci
bàngun. Betàpà terkejutnyà dià melihàt kurà-kurà sudàh hàmpir mencàpài finish sekuàt
tenàgà dià berlàri dàn meloncàt untuk mengejàr kurà-kurà. Nàmun sudàh terlàmbàt, kàki
kurà-kurà telàh menyentuh gàris finish dàn pàk serigàlà telàh memutuskàn bàhwà
pemenàngnyà àdàlàh kurà-kurà. Si kelinci sombong terdiàm terhenyàk, seolàh tàk percàyà
bàhwà dià bisà tertidur. Jàdi siàpà pemenàngnyà tentu sàjà kurà-kurà.

BURUNG BANGAU DAN SEEKOR ANJING

Suatu hari seekor anjing pergi mencari makanan ke sebuah danau, disana terkadang terdapat
beberapa makanan terkadang pula tidak sama sekali ada makanan untuk sang anjing. Sang anjing
menggunakan penciuman, mata dan telingannya untuk mencari makanan hingga ketika dia
berjalan sang anjing mencium bau anyir lalu dia mengikuti arah bau itu dan sampailah dia tepat
dimana bau itu berasal namun dia tidak menemukan ikan itu di tanah maupun dekat air danau.
Ketika dia melihat ke atas ternyata seekor bangau bertengger di sebuah pohon, paruhnya yang
besar sedang memegang ikan di paruhnya. Burung bangau itu bukanlah burung yang sering
dilihat oleh sang anjing.

Sang anjing tersenyum bahagia karena dia telah menemukan makanan, meskipun makanan itu
dipegang oleh seekor burung bangau yang besar “ah aku tidak perlu mencari ke tempat yang jauh
karena aku sudah menemukan makanan yang aku cari dan makanan itu cukup untuk membuatku
kenyang.” pikir sang anjing. Sang anjing kini melihat sang burung bangau yang bertengger di
pohon itu dengan penuh rasa kagum lalu sang anjing berkata sambil berteriak dengan keras “hai
burung yang indah dan cantik, kau kelihatan sangat indah ketika bertengger di dahan itu.” sang
burung bangau menoleh ke arah sang anjing dengan memiringkan kepalanya dia memperhatikan
sang anjing dengan sangat curiga, sang burung bangau tetap menutup paruhnya dan tidak
membalas sahutan sang anjing.

“Lihatlah kakimu yang besar dan kuat itu” kata sang anjing “tubuhmu yang besar dan warna
bulumu yang cerah seperti pelangi, sayapmu yang lebar itu sangat cantik dan paruhmu yang
panjang itu sangat indah.” rayu sang anjing, “burung indah seperti dirimu pasti memiliki suara
yang cukup bagus dan merdu, kau adalah burung sempurna ketika kau bernyanyi dengan indah
dan aku akan memujimu selayaknya sang ratu burung yang indah.” Mendengar rayuan sang
anjing yang begitu membuat senang sang burung bangau, sang burung bangau kini lupa akan rasa
curiga dan ikan besar yang dipegang oleh mulutnya.

Sang burung bangau ingin sekali disebut-sebut sebagai sang ratu burung dan kini dia membuka
mulutnya dan mengeluarkan suara-suaranya yang cukup keras. Tidak sadar sang burung telah
menjatuhkan ikan besarnya ke dekat sang anjing.
Sang anjing berhasil mengelabui sang burung, ketika ikan itu jatuh ke tanah sang anjing
menginjak itu sambil berkata “Kau memang burung besar dan cantik, kau memiliki suara
meskipun tidak semerdu burung lain tapi dimanakah otakmu kau menjatuhkan ikan yang cukup
besar ini, aku sangat berterima kasih.” Sang anjing menggigit dan pergi dari sang burung sambil
tersenyum manis dan sang burung kini menyesali perbuatannya.

KIJANG DAN SEEKOR KAMBING


Suatu hari seekor kijang keluar dari sebuah hutan untuk mencari makanan, kijang itu pergi ke
sebuah peternakan kambing dimana disana terdapat berbagai macan makanan dan berharap
dia bisa meminjamnya dari para kambing tapi dia berniat untuk tidak mengembalikan apa
yang telah dia pinjam. Sang kijang harus menempuh jarak yang jauh untuk mencapai tempat
peternakan kambing, setelah sampai disana dia melihat seekor kambing membawa sesuatu
dipunggungnya sang kijang penasaran dengan benda yang ada dipunggung sang kambing
kemudian dia mendekati sang kambing sambil memasang wajah sedih.

Ketika sang kijang menghampiri sang kambing dia bertanya kepada sang kambing mengenai
benda yang dia bawa dipunggungnya dan sang kambing menjawab bahwa benda itu adalah
sekantong gandum terbaik diladang petani dan gandum itu merupakan gandum pilihan.

Mendengar penjelasan sang kambing, sang kijang memohon kepada sang kambing untuk
meninjamkannya karena dia tidak memiliki makanan lagi dan sulitnya mencari makanan di
hutan. Sang kambing tidak percaya begitu saja dengan apa yang telah dikatakan sang kijang
“Kenapa aku harus meminjamkan gandum ini kepadamu?” Tanya sang kambing dengan
curiga “karena di hutan sulit sekali mencari makanan, lagi pula aku ini makhluk yang dapat
dipercaya.” jawab sang kijang sambil meyakinkan sang kambing, sang kambing berpikir jika
dia meminjamkan gandum ini kepada sang kijang apa sang kijang tidak akan kabur jika aku
menagihnya karena larinya lebih cepat dariku, aku takut sang kijang hanya memperdayaiku
“apa jaminan jika aku meminjamkan gandum ini kepadamu dan jika aku menagihnya kau
tidak akan lari dariku?” Tanya sang kambing dengan tegas “yakinlah padaku wahai tuan
kambing.” kata sang kijang “aku akan mengembalikan apa yang telah aku pinjam dan aku
tidak akan lari jika kau menagih padaku.” kata sang kijang meyakinkan sang kambing. ang
kambing tetap saja tidak mempercayainya “aku masih tidak percaya.” kata sang kambing
“tuan kambing kata-kataku ini mampu kau pegang sang serigala bisa menjamin kejujuran
ku.” kata sang kijang “Serigala katamu?” teriak sang kambing “aku mengenal sang serigala
dengan sangat baik, dia memang mahkluk yang dapat dipercaya.” singgung sang kambing
“bahkan saking jujurnya apapun yang dia mau dia ambil dan tidak pernah aku melihat apa
yang dia ambil itu dikembalikan, dia seenaknya saja membawa sesuatu yang bukan miliknya
tanpa merasa bersalah.” tegas sang kambing “tuan kijang, mungkin anda sama seperti tuan
serigala, kau bisa saja lari ketika aku menagih hutangmu padaku.” jelas sang kambing. Sang
kambing tidak mempercayai kata-kata yang keluar dari mulut seorang penjahat maka dari itu
dia tidak meminjamkan gandumnya kepada sang kijang dan pergi meninggalkan sang kijang.

Pesan moral dari Contoh Cerita Hewan Fabel : Kijang dan Seekor Kambing adalah
perbuatan buruk yang pernah dilakukan oleh seseorang akan diingat, sehingga orang lain
akan sulit percaya dikemudian hari.

KUCING KOTA DAN KUCING DESA

Suatu hari di saat matahari hampir tenggelam seekor kucing kota dengan bulu lebat dan
menawan datang menjenguk saudaranya di sebuah desa, kucing desa amat senang dengan
kedatangan sang kucing kota, sang kucing kota berbincang-bincang mengenai pengalamanya,
dan sang kucing desa hanya mendengarkan cerita itu. Sang kucing desa menjamu sang kucing
kota dengan makanan yang sederhana. Sang kucing kota mengunyah makanan-makanan
hidangan itu dengan sangat sopan meskipun itu hanyalah sekedar basa-basi belaka. Sang
kucing desa sangat tertarik mendengar cerita dari kucing kota itu sang kucing ingin sekali
mencicipi bagaimana enaknya hidup di sebuah perkotaan yang penuh dengan makanan.

Hingga akhirnya mereka tidur berdua dengan tenang dan nyaman di atas rerumputan dan
jerami kering di bawah sebuah pohon yang rindang hingga ayam berkokok menandakan pagi
hari telah tiba. Ketika tidur semalam sang kucing desa bermimpi hidup di sebuah kota dengan
segala kemewahaannya hingga dia mau ketika sang kota mengajaknya untuk pergi ke kota
bersamanya dengan janji bahwa sang kucing kota akan memberikan kesenangan, kemewahan
dari kehidupan kota. Lalu mereka berdua berangkat ke kota dengan penuh harapan.

Sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar dan mewah ketika mereka masuk sang
kucing desa kaget dengan makanan di atas meja, dia mencium aroma yang sangat enak dan
lezat hingga semangat makannya kini meningkat. Tidak lama kemudian penghuni rumah
datang dan melihat sang kucing desa telah berada di meja makan mengendus-ngendus
makanan mereka.
Dengan penuh amarah penghuni rumah mengambil sapu lalu memukul sang kucing desa,
sang kucing desa merasa ketakutan dengan kelakuan penghuni rumah dia berlari menjauh
darinya, lalu sang kucing kota menjelaskan kepada kucing desa bahwa bukan begitu cara
mendapatkan makanan disini. “Pertama biarkan para penghuni rumah makan dengan tenang,
kemudian kau harus mendekatinya sambil meminta-minta dan mengesek-gesekan tubuhmu
ke penghuni rumah itu maka cara itu akan berhasil kau pasti mendapatkan makanan dari
penghuni rumah.” jelas sang kucing kota, sang kucing desa mencoba apa yang dikatakan sang
kucing kota, memang benar dia mendapatkan makanan dari penghuni rumah namun makanan
itu adalah makanan sisa seperti tulang belulang.

Sang kucing desa kecewa dengan keadaannya di kota dia berbicara kepada sang kucing kota
“aku memang memiliki kemewahan disini tapi apa mewahnya jika aku hanya mendapatkan
sisa makanan, dan hidupku tidak tenang ketika aku akan mencicipi makanan di meja itu
sebilah kayu menghantam tubuhku.” lalu sang kucing keluar dan meninggalkan kota tersebut,
kini dia kembali ke desa dengan makanan yang sederhana namun penuh dengan kedamaian
dan ketenangan.

Pesan moral dari Contoh Cerita Hewan Fabel : Kucing Kota Dan Kucing Desa adalah
bersyukurlah atas apa yang kita miliki saat ini.

MONYET YANG SUKA MENCURI

Musim kemarau tiba. Hal itu membuat monyet-monyet yang hidup di hutan kelaparan.
Beberapa ada yang pergi ke rumah-rumah warga. Beberapa ada yang memilih pergi ke hutan
lain untuk mencari makan.

Pemimpin monyet menyarankan warganya untuk tetap tinggal di hutan. Meskipun kemarau,
namun masih ada beberapa tanaman yang bisa dimakan.

"Kalau kalian tak ingin membahayakan hidup kalian, maka dengarkan perkataanku," seru
pemimpin monyet.

Namun ada satu anak monyet yang nakal. Ia tak mengindahkan perkataan pemimpinnya.
Beberapa hari yang lalu ia pergi ke rumah warga dan mencuri makanan di sana. Ia
memakannya dengan lahap sehingga tak kelaparan lagi.
Hari ini anak monyet itu berniat pergi ke rumah warga lagi. Sesampainya di perkampungan,
ia langsung memasuki salah satu rumah warga. Olala... di rumah itu tak ada makanan sama
sekali. Dengan kesal, ia mengambil baju yang tergeletak di kursi.

Pemilik rumah yang melihat bajunya diambil langsung mengambil buah pisang dan
melemparnya ke monyet. Monyet pun menangkap pisang itu, lalu melemparkan baju tersebut
kepada pemilik rumah. Kemudian ia pergi untuk menikmati pisang yang dibawanya.

Selesai makan, Monyet kembali ke rumah salah satu warga. Olala... di sana ada stoples berisi
permen. Monyet itu suka sekali permen. Kemarin ia juga merampas permen milik anak kecil
yang sedang bermain.

Sayang, mulut stoples itu sangat kecil, hanya bisa dimasukki beberapa jari. Monyet tak
peduli. Ia memaksakan tangannya masuk ke dalam staples. Alhasil, tangannya terjebak di
dalam staples. Ia menggoyang-goyangkan stoples itu hingga terdengar oleh pemilik rumah.

"Tolong... tolong! Ada monyet liar di rumahku!" teriak pemilik rumah.

Warga yang mendengar teriakan pemilik rumah langsung menghampirinya. Mereka beramai-
ramai menangkap monyet nakal itu.

Monyet itu menyesal, kenapa ia tak mendengarkan perkataan pemimpinnya. Kalau saja ia
menjadi anak yang penurut, pasti ia tidak akan tertangkap oleh warga.

Pesan moral dari Dongeng Fabel India adalah jangan jadi anak nakal. Dengarlah selalu
nasihat orangtua.

CERITA TUPAI YANG SOMBONG


Di hutan, Tupai adalah binatang yang sangat terkenal karena kesombongannya. Ia selalu
memamerkan ketangkasannya pada saat meloncat. Setiap ia bertemu dengan binatang
lainnya, ia
selalu mengejek mereka.
‘’ Hei kalian, aku sungguh sangat kasih melihat kalian berjalan-jalan dalam cuaca seperti
ini.’’
Ujar Tupai tertawa. Pada suatu hari, Kura-kura dan Kancil sedang asik bermain menangkap
bola. Karena
Kancil sangat bersemangat, bola yang ia lemparkan tersangkut hingga dedaunan pohon tepat
di
samping mereka. Namun, mereka berdua kebingungan bagaimana mengambil bola tersebut.
‘’ Hahaa, kasihan sekali kalian !’’ ujar Tupai
Tiba-tiba Tupai keluar dari balik pohon dan meloncat dengan sangat gembira diantara
satu pohon ke pohon yang lainnya. Ia pun mengambil bola yang tersangkut pada dedaunan
tersebut.
‘’ Tupai, cepat lemparkan bola kami.’’ Seru Kura-kura.
‘’ Hahaa, tidak! Makannya, kalian jangan menjadi binatang yang hanya bias berjalan dan
belajarlah untuk nak ke atas pohon dan melompat ke sana kemari sepetiku!’’ ujar Tupai
dengan
sombong.
Kancil dan Kura-kura hanya menatap Tupai yang sedang meloncat kesana kemari. Tupai
melemparkan bola tersebut ke arah pohon yang berada di depannya. Sehingga, bola tersebut
memantul kembali ke arahnya. Selain itu, Tupai pun dapat menangkapnya kembali.
Berulang-
ulang kali ia melakukan hal yang sama beberapa kali pada bola tersebut.
‘’ Sudahlah Kura-kura, sebaiknya kita berdua pulang saja. Biarkan dia bermain dan
bersenang-
senang sendirian dengan bola tersebut.’’ ujar Kancil.
Akhirnya, Kura-kura pun setuju dengan ajakkan Kancil.
‘’ Baiklah Tupai, sepertnya kau menyukai bola kami. Sekarang kau boleh memilikinya. Kami
akan pulang, kami sudah lelah bermain sepanjang hari.’’ Seru Kancil.
Sementara Tupai terkejut mendengar teriakkan Kancil dan kehilangan konsentrasinya
hilang. Sehingga ia tergelincir batang pohon sampai terjatuh, sangat disayangkan ia terjatuh
ke
dalam kubangan lumpus sisa hujan semalam.
‘’ Byyyyur!’’
Akhirnya, Tupai terjatuh kedalam kubangan dan bola yang di pegangnya di ambil oleh
Kura-kura dan Kancil. Sementara, Kura-kura dan Kancil tidak bias menahan dirinya untuk
tertawa melihat tubuh Tupai di penuhi dengan lumpur
‘’ Hahaa, kasihan sekali kau Tupai. kami tertawa karena melihat tingkahmu. Kau terlalu
menyombongkan diri karena memiliki kemampuan meloncat tapi sekarang, kau jath juga.’’
Ujar
Kancil menertawakan.
‘’ Itulah Cil akibatnya untuk orang yang selalu menyombongkan dirinya. Tupai pasti akan
malu
karena sudah mengalami kejadian ini.’’ Tambah Kura-kura.
Mendengar ejekkan dari Kancil dan Kura-kura, Tupai merasa sangat kesal. Namun, apa
yang mereka katakan memang benar. Ia pun berjanji tidak akan bertingkah sombong lagi.
Akhirnya, Tupai kembali pulang kerumah dengan menahan rasa malunya. Ia tidak lagi
menyombongkan dirinya. Bahkan, ia malu untuk keluar dari rumahnya. Ia menyadari bahwa,
kesombongannya tersebut sudah merugikan dirinya sendiri dan membuat ia tidak di senangi
binatang-binatang lainnya.

KISAH KELINCI DAN IBUNYA


Suatu hari, seekor Kelinci tinggal bersama ibunya. Sang ayah sudah lama meninggal, pada
saat sang ayah masih hidup, Kelinci selalu dimanja sehingga ia menjadi binatang yang
sombong, semena-mena, pemalas dan selalu ingin menang sendiri. Meskipun ayahnya sudah
meninggal, sikap Kelinci tidak berubah. Kelinci tidak pernah membantu ibunya. Pada saat
ibunya pergi ke kebun, ia hanya sibuk tidur dan bangun ketika sang ibu sudah pulang dari
kebun.

Sang ibu sengaja pulang di siang hari untuk memasak dan kembali lagi ke kebun hingga sore
hari. Namun, sang ibu sungguh sangat sabar dan tidak pernah marah kepada anaknya.
Akhirnya, musim panen pun tiba. Wortel dan kentang di kebun sudah masak semua, dengan
penuh sabar sang ibu bekerja hingga larut malam untuk memanen sayuran seorang diri. Sang
ibu pun memanggul hasil kebun nya pulang ke rumah.

Namun, Kelinci menyambut kedatangan sang ibu dengan marah-marah.

‘’ Ibu! Dari mana saja seharian ini? Sampai pulang larut malam. Aku sangat kelaparan!’’
bentak sang anak.

Meskipun sang ibu sangat lelah. Namun, ia tetap memasak makanan untuk anaknya. Setelah
memasak, ia pun langsung tertidur. Namun, ke esokkan harinya. Sang ibu Kelinci jatuh sakit
‘’ Ibu! Cepatlah bangun. Hari sudah siang, aku sangat lapar. Masakkan sesuatu untukku!’’
ujar Kelinci marah ketika melihat sang ibu masih di tempat tidur.

‘’ Anakku, masaklah sendirian. Kau sudah besar.’’ Jawab sang ibu.

Kelinci pun merasa sangat kesal dan pergi ke kebun untuk mencari buah-buahan. Pada saat
itulah Kancil lewat.

‘’ Hei Kelinci, di mana ibumu? Aku tidak melihatnya di kebun ini.’’ Kata Kancil.

‘’ Ibu sangat pemalas Cil, sudah siang seperti ini ia masih tidur.’’ Ujar Kelinci

‘’ Yang benar kau Kelinci? Ibumu sangat rajin, semalam ia di kebun sampai larut malam.
Jangan-jangan ibu mu sakit. Bolehkah aku mengunjungi rumahmu?’’ ujar Kancil.

Kelinci hanya diam saja dan mengikuti Kancil masuk ke dalam rumahnya. Kancil pun
langsung melihat keadaan ibu Kelinci.

‘’ Kelinci, ibumu sakit! Mengapa kau tinggalkan ia sendirian. Ia pasti sangat kelelahan
bekerja sampai larut malam.’’ Ujar Kancil.

Sementara Kelinci hanya diam saja mendengarkan Kancil. Akhirnya, Kancil pun pergi ke
dapur untuk membuatkan makanan untuk ibu Kelinci.

‘’ Kelinci, ibumu orang yang sangat baik dan rajin. Kamu harus membantunya dan jangan
sampai ibumu capek sendirian sehingga sakit seperti ini. Coba saja kamu bayangkan,
bagaimana jika ibu meninggalkan mu seperti ayahmu dulu dan kamu harus hidup sendirian.’’
Ujar Kancil

Kancil berusaha menyadarkan Kelinci karena sikap-sikapnya yang sangat tidak baik selama
ini. Akhirnya, Kelinci pun sadar bahwa sikapnya selama ini salah dan berjanji pada dirinya
sendiri untuk berubah menjadi baik dan akan berbakti kepada ibunya. Sejak saat itulah
Kelinci menjadi anak yang baik, rajin dan selalu membantu ibunya,
CONTOH CERITA FABEL

ADAM ZHAGTI AFFANDI

KELAS 7.6

SMPN 2 KOTA SOLOK

Anda mungkin juga menyukai