Lahir : 12 Mei 1820 Firenze, Kadipaten Agung Toscana Dikenal karena : Memelopori perawatan modern Profesi : Perawat dan statistikawan
Institusi : Selimiye Barracks, Scutari
Spesialisasi : Kebersihan dan sanitasi rumah sakit Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baikpada bidang keperawatan di hadan pemerintahan inggris. MASA KECIL Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dari keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat dia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk pada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Semasa ia kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope. Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hisup sesuai dengan martabatnya putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang mebutuhkan. PERJALANAN KE JERMAN Pada tahun 1846 ia mengujungi Kaiserswerth, Jermana, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit moderen pionir yang dipelopori oleh pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik) Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktikkan oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan tersebut. BELAJAR MERAWAT Seorang putri dari tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa “terpanggil” untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala ia mengnjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang panyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena pada tahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan. Ditentang oleh keluarga Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakanya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah. Perawat pada masa itu hina karena : 1. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi. 2. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sipan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh. 3. Perawat masa itu sering berfungsi sebagai tukang masak. Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan dilakukan dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah di sumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya. Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan ke luar negeri untuk menenangkan pikiran. Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kisertweth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi seorang parawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik semntara keluarga Florence adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis. Kembali ke Inggris Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setra dengan ₤25.000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti kariernya. Di sini ia berargumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang berga Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa “Rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjung dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang islam”. Komite rumah sakitpun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaa Florence. PERANG KRIMEA Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semananjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk prajurit yang sakit dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, ”Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdika dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.
Hati rakyat inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa
masanya telah tiba, ia menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan. Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa florence adalah satu- satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florenca untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan florence menyanggupi. Pada tanggal 21 oktober1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal. Pada tanggal november 1854 mereka mendarat disebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan dihalaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ketempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat- tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimbangan diluar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada diluar paling tidak bernaung dibawah pohon dan menugaskan penderitaan tenda. Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat : Perban diganti secara berkala Obat diberikan pada waktunya Lantai rumah sakit dipel setiap hari Meja kursi dibersihkan Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-berulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka di buang jauh-jauh atau ditanam Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik dibawah pengawasan Florence Nightingale. Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka ditingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak merekabisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual. Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan di bandingkan Benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh Biarawati dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati kepala. Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui. Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal di rumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi dirumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa di tampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk. Pada bulan Maret 1855, hampir 6 bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis. Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti di hadapan Komisi Kerajaan untuk kesehatan tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit dirumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memperihatikan. Hal ini berpengaruh pada kariernya dikemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya desain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit. Bidadari Berlampu Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat diluar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali. Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena terlanjur gelap. Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya kebekas medan pertempuran tersebut untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena apabila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggang, Florence mengancam akan melaporkannya kepada mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam kebekas medan pertempuran, semuanya pria hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup yang masih bisa di selamatkan termasuk prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai Bidadari Berlampu Yang Menolong Di Gelap Gulita. Banyak nyawa yang tertolong yang seharusnya sudah meninggal. Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul ”Santa Filomena” yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari sendirian dengan membawa lampu. PULANG KE INGGRIS Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan peetempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam yang disebabkan oleh Buselosis (demam krimea) yang menyerangnya selama perang krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya. Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya. Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian komisi kerajaan untuk kesehatan tentara inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk komisi kerajaan tetapi ia menulis laporan 1000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan komisi kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya sekolah medis angkatan bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata. KARIER SELANJUTNYA Ketika ia masih di Turki, pada 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekertaris honorary dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi sekertaris kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari kematian. Florence menggunakan uang itu untuk membengun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan lebih di hargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengizinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut didirikan di lingkungan rumah sakit ST. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut. Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik- baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di semenanjung krimea telah mengilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tengtang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan sekolah perawat dan kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari king college London. Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sesekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran disekolah tersebut. Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal di rumah sakit yang lain banyak meminta bagian. Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada RS Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk RS Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya. Dengan perawat-perawat terdidik, era baru keperawatan secara moderen pun diterapkan di tempat-tempat tersebut. Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk didik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing. Pada tahun1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di RS-RS london seperti st. Mary’s hospital , westminster hospital, st marylebone workhouse infirmary dan the Hospital for incurables (putney); dan diseluruh inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, netley; Edingburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmaly; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia. Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung disini, disamping mereka mendaptkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightigale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini. Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer dikalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar diseluruh dunia. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang oerawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan universitas medis wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika ” berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris dan membuat Linda kembali ke AS dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda menjadi pelopor perawat di AS dan Jepang. Pada tahun 1883 Florence di anugrahkan medali palang merah kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 pada umurnya umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, dihadapan beratus-ratus undangan menganugrahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa the order of merit, dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini. Pada tahun1908 ia dianugrahkan Honorary freedom of the city dari kota london. Nightingale adalah seorang anggota gereja Anglikan Inggris. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke 17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, “Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayaninya”. MENINGGAL DUNIA Florence Nightingale meninggal dunia diusia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Wistmister Abbey, dan ia dimakamkan di ST. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.