Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Prolaps uteri adalah turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus
genitalis yang disebabkan oleh melemahnya otot-otot dasar panggul, terutama
otot-otot levator ani, ligamentum-ligamentum dan fasia yang menyokong uterus,
sehingga uterus turun kedalam vagina dan mungkin keluar dari vagina. Hal ini
dapat mempengaruhi kualitas hidup yang merupakan akibat dari penekanan dan
ketidaknyamanan dari prolaps uteri tersebut.1 Prolaps uteri merupakan salah satu
dari prolaps organ pelvis dan menjadi kasus nomor dua tersering setelah
cystourethrocele (bladder and urethral prolapse).2 Prolaps uterus dapat
disebabkan karena kelemahan otot, fasia, dan ligemen penyokongnya.3
Prolapsus organ genitalia masih menjadi masalah kesehatan pada wanita
yang insidennya mencapai 40% pada wanita usia diatas 50 tahun.4 Frekuensi
prolapsus genitalia di beberapa negara berlainan, seperti dilaporkan di klinik
Gynecologie et Obstetrique Geneva insidesnya 5,7%, dan pada priode yang sama
di Hambrug 5,4%, Roma 6,4%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang
kejadiannya cukup tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika, Indonesia
kurang. Penyebabnya terutama adalah melahirkan dan pekerjaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat serta kelemahan dari
ligamentum-ligamentum karena hormonal pada usia lanjut.5 Untuk itu, diperlukan
adanya usaha untuk menjaga kualitas hidup yang dapat menurun akibat morbiditas
jangka panjang yang disebabkan oleh persalinan.Selain menyebabkan
ketidaknyamanan, prolaps uteri juga memberikan dampak negatif pada fungsi
seksual, penampilan dan kualitas hidup.Karena kualitas hidup, operasi menjadi
salah satu indikasi yang sering untuk operasi ginekologi. Namun, penatalaksanan
konservatif dan perubahan gaya hidup tetap memiliki peran pada penatalaksanaan
prolaps uteri derajat ringan, pasien yang masih ingin memiliki anak, atau yang
tidak menginginkan operasi. Selain pengobatan, upaya pencegahan terhadap
faktor resiko juga perlu diprioritaskan.1,3

1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. LLC
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Bangsa : Indonesia
Nama Suami : Tn. MR
Pekerjaan Suami : Pensiunan Bumi Putra
Umur Suami : 59 tahun
Agama : Kristen Protestan
Tempat lahir : Manado
Tempat tinggal : Sario
Pendidikan Ibu : SLA
Pendidikan Suami : SLA
Tanggal Periksa : 23 Februari 2015

B. ANAMNESIS
1. Anamnesis Utama
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Februari 2015
Keluhan utama :Keluar bercak darah dari jalan lahir
Keluar benjolan dari vagina dirasakan pasien sejak ± 1 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Benjolan keluar terutama saat berjalan atau berdiri dan masuk
kembali bila pasien berbaring. Benjolan dirasakan turun terutama saat pasien
beraktivitas, berjalan atau berdiri lama. Pasien juga memiliki kebiasaan
mengangkat benda berat. Seringkali keluar bercak darah dari jalan lahir.
Keputihan tidak ada. Perut terasa membesar tidak ada. Nyeri saat buang air kecil
tidak ada.Buang air besar biasa. Menopause sejak 10 tahun yang lalu. Riwayat KB
spiral. Hari pertama haid terakhir pada tahun 2005.

2
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, paru, hati, dan ginjal disangkal
penderita. Ada riwayat kencing manis. Ada riwayat operasi appendisitis.
2. Anamnesis Ginekologis
Riwayat Perkawinan dan Kehamilan Dahulu
 Perkawinan 1 kali
 Kawin pada usia 25 tahun
 Status perkawinan sah
 BANYAKNYA kehamilan 3 kali :
Kejadian ke-1 tahun 1980, ♂, Spontan kepala, di Rumah Sakit
Kejadian ke-2 tahun 1983, abortus hamil 8 minggu, di kuretase
Kejadian ke-3 tahun 1985, ♂, Spontan kepala, di Rumah Sakit
Riwayat Haid
 Menarche umur 12 tahun
 Siklus teratur
 Lamanya haid 4 sampai 5 hari
 Pasien sudah menopause sejak 10 tahun yang lalu
 Riwayat KB IUD

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Preasens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu badan : 36,5oC
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik(-)
Cor/Pulmo :S1 – S2 normal. Bising (–) Gallop (-).Suara pernapasan
vesikuler.Rhonki (-). Wheezing (-)
Abdomen : Datar. Massa (-).Nyeri tekan (-).WD (-). Bising usus (+)
normal
Ekstremitas : Edema (-)

3
D. STATUS OBSTETRI
Inspeksi : Datar lemas
Palpasi :Nyeri tekan (-) pada seluruh kwadran
Perkusi :Pekak berpindah (-)
Auskultasi :Bising usus (+) normal

E. STATUS GINEKOLOGI
Inspeksi :Fluksus (-), flour (-), vulva dan vagina tidak ada kelainan,
tampak massa berasal dari vagina pada vulva, discharge (-),
erosi (-)
Inspekulo : Fluksus (-), flour (+), vulva dan vagina tidak ada kelainan
Porsio: licin, erosi (-)
Periksa Dalam : Fluksus (-), flour (+), vulva dan vagina tidak ada kelainan,
teraba massa dari dinding anterior vagina turun sampai di luar
intoritus vagina, teraba porsio turun sampai karunkula
himenalis, porsio: licin, erosi (-)
Korpus Uteri : Tidak membesar
Adneksa dan
parametrium
bilateral : Dalam batas normal
CavumDouglasi : Tidak menonjol

Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q)


Aa +2 Ba +2 C +3
Gh 4 Pb 2 Tvl 8
Ap -1 Bp 0 D -4

Kesan: Prolaps uteri gr. III + Sistokel gr. III + Rektokel gr. II

F. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

4
1. Pemeriksaan Lab
Hb :11,9
Leukosit :7200
Trombosit :259.000
Na :143
K :4,18
Cl :107,6
GDS :205
Cr :0,8
Ur :20
SGOT :24
SGPT :30
2. Pemeriksaan Pap Smear tanggal 23/02/2015
Dalam Batas Normal
3. Pemeriksaan EKG
Dalam batas normal

G. RESUME MASUK
P2A1 60 tahun datang ke poliklinik RSUP Prof dr. R.D Kandou tanggal 23
Februari 2015 jam 11.00 WITA dengan keluhan utama keluar benjolan dari
vagina. Keluar benjolan dari vagina dirasakan pasien sejak 1 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Benjolan keluar terutama saat berjalan atau berdiri dan masuk
kembali bila pasien berbaring. Benjolan dirasakan turun terutama saat pasien
beraktivitas, berjalan dan berdiri lama. Pasien juga memiliki kebiasaan
mengangkat benda berat. Sudah menopause sejak 10 tahun yang lalu. Riwayat KB
IUD.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup dan kesadaran
kompos mentis.Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada status
ginekologik inspeksi tampak massa berasal dari vagina pada vulva. Pada
pemeriksan dalam teraba massa dari dinding anterior vagina turun sampai luar
introitus vagina dan teraba porsio turun sampai karunkula himenalis, porsio teraba
licin.

5
H. DIAGNOSIS SEMENTARA
P2A1, 60 tahun dengan prolaps uteri gr. III + sistokel gr. III + rektokel gr. II

I. SIKAP
- Rencana Total Vaginal Histerektomi + Kolporafi Anterior + Koloperineorafi
- Pasang pesarium No.7,5
- Betadine douche sampai 3 bulan
- EKG
- Pap Smear
- Kontrol 3 bulan

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Prolaps Uteri


Prolaps uteri adalah turunnya uterus kedalam introitus vagina yang
diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan
penyokong (fasia).1,

B. Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit, merupakan penyebab prolapsus uteri, dan memperburuk prolaps yang
sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada pembukaan belum
lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta, dan
sebagainya. Jadi, tidaklah mengherankan bila prolapsus genitalia terjadi segera
sesudah partus atau dalam masa nifas. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis
mempermudah terjadinya prolapsus uteri. Bila prolapsus uteri dijumpai pada
nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan
penunjang uterus.5

C. Klasifikasi Prolaps Uteri


Untuk mengklasifikasikan prolaps organ panggul dikembangkan beberapa
sistem.Untuk keperluan praktis klinis, sistem Baden-Walker dikembangkan
secara luas, sementara sistem Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q)
mulai banyak digunakan untuk praktik klinik dan penelitian.Pada sistem
Baden-Walker, pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan posisi litotomi.
Kemudian pasien diminta meneran, setelah itu dinilai penurunan prolaps dan
dinilai sesuai dengan derajat prolaps sebagai berikut:6,7
Stadium 0 : posisi normal untuk tiap lokasi
Stadium 1 : penurunan sampai dengan setengah jarak menuju himen
Stadium 2 : ujung prolaps turun sampai dengan himen
Stadium 3 : ujung prolaps setengahnya sampai diluar vagina
Stadium 4 : ujung prolaps lebih dari setengahnya ada diluar vagina

7
Salah satu baku emas untuk menentukan stadium prolaps adalah POP-Q.
Sistem ini berisi serangkaian penilaian terhadap pendukung organ panggul
wanita. Disetiap segmen pengukuran, diukur dari selaput dara, yang
merupakan anatomi tetap untuk identifikasi. Enam poin dalam pengukuran
POP-Q yaitu: dua di dinding vagina anterior (poin Aa dan Ba), dua di vagina
apikal (poin C dan D), dan dua di dinding vagina posterior (poin Ap dan Bp).
Semua poin POP-Q, kecuali total panjang vagina (TVL), diukur selama
pasien mengejan dan harus mencerminkan tonjolan maksimum. Semua
pengukuran kecuali panjang vagina total diukur saat pasien mengedan.8

Pengukuran POP-Q pada pasien ini didapatkan hasil Aa +2. Ba +2, C +3,
gh 4, pb 2, tvl 8, Ap -1, Bp 0, dan D -4. Sondase tertahan dan sisa urin 0 cc. Dapat

8
disimpulkan baha ujung terdepan prolapse anterior atau nilai BA (+2), lebih dari
+1 cm namun kurang dari panjang total vagina dikurangi 2 sehingga POP-Q
digolongkan dalam stadium III. Tidak adanya sisa urin menunjukkan tidak adanya
obstruksi saluran kemih pada pasien.Jadi, pada pasien ini dapat ditegakkan
diagnosis prolapse uteri derajat III dan sistokel derajat III. Selain itu ujung
terdepan prolapse posterior atau nilai Bp (0) kurang dari +1 dan kurang dari
panjang vagina total dikurangi 2 cm, sehingga berdasarkan POP-Q dapat
digolongkan sebagai rektokel derajat II.

Aa +2 Ba +2 C +3

Gh 4 Pb 2 Tvl 8

Ap -1 Bp 0 D -4

D. Faktor Resiko Prolaps Uteri


1. Multiparitas
Persalinan pervaginam adalah yang paling sering dikutip sebagai faktor risiko
untuk prolaps uteri. Tidak ada kesepakatan apakah itu kehamilan atau kelahiran
itu sendiri yang merupakan predisposisi disfungsi dasar panggul. Namun, banyak
penelitian telah dijelaskan menunjukkan bahwa melahirkan tidak meningkatkan
kecenderungan wanita untuk prolaps uteri. Misalnya, pada studi Organ
Penyokong Panggul (POSST), peningkatan paritas dikaitkan dengan peningkatan
kejadian prolaps (Swift, 2005). Selain itu, risiko prolaps organ pelvis meningkat
1,2 kali pada persalinan pervaginam. Studi kohort yang dilakukan di Oxford pada
17.000 wanita untuk membandingkan wanita nulipara dengan wanita yang telah
mengalami dua kali melahirkan, mengalami peningkatan delapan kali lipat
berkunjung ke rumah sakit untuk prolaps organ pelvis.9

9
2. Usia
Seperti dijelaskan sebelumnya, usia lanjut juga terlibat dalam pengembangan
prolaps organ pelvis. Dalam studi POSST, ada 100-persen peningkatan risiko
prolaps untuk setiap dekade kehidupan. Pada wanita berusia 20 sampai 59 tahun,
kejadian prolaps organ pelvis berlipat ganda dengan setiap dekade. Seperti risiko
prolaps organ pelvis lainnya, penuaan adalah proses yang kompleks. Peningkatan
insiden mungkin akibat dari penuaan fisiologis dan proses degeneratif serta
hipoestrogenisme.9

3. Penyakit jaringan ikat


Wanita dengan gangguan jaringan ikat lebih mungkin untuk mengembangkan
prolaps organ pelvis. Dalam sebuah studi seri kasus kecil, sepertiga dari wanita
dengan sindrom Marfan dan tiga perempat dari wanita dengan sindrom Ehlers-
Danlos melaporkan riwayat prolaps organ pevis.9
4. Ras
Prevalensi perbedaan ras, prolaps organ pelvis telah dibuktikan dalam beberapa
penelitian. Perempuan kulit hitam dan Asia menunjukkan risiko terendah,
sedangkan wanita Hispanik tampaknya memiliki risiko tertinggi. Meskipun
perbedaan kandungan kolagen telah dibuktikan antara ras, perbedaan ras di tulang
panggul juga mungkin memainkan peran. Misalnya, perempuan kulit hitam lebih
sering memiliki lengkungan kemaluan sempit dan panggul android atau antropoid.
Bentuk-bentuk ini adalah pelindung terhadap prolaps organ pelvis dibandingkan
dengan panggul ginekoid khas wanita Kaukasia yang paling.9

5. Peninggian tekanan intraabdomen


Peningkatan tekanan intra-abdomen yang kronis diyakini memainkan peran dalam
patogenesis prolas organ pelvis. Kondisi ini dapat sebabkan oleh obesitas,
sembelit kronis, batuk kronis, dan angkat berat berulang-ulang. Sejumlah
penelitian mengidentifikasi obesitas sebagai faktor risiko independen untuk stres
inkontinensia urin (Brown, 1996; Burgio, 1991; Dwyer, 1988). Namun, hubungan
dengan perkembangan prolaps organ pelvis kurang jelas (Hendrix, 2002; Nygaard,

10
2004). Berkenaan dengan mengangkat, sebuah studi Denmark menunjukkan
bahwa asisten perawat yang terlibat dengan angkat berat berulang berada pada
peningkatan risiko untuk menjalani intervensi bedah untuk prolaps, dengan rasio
odds 1,6 (Jorgensen, 1994). Selain itu, merokok dan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) juga telah terlibat dalam pengembangan prolaps organ pelvis,
meskipun sedikit data mendukung hubungan ini (Gilpin, 1989; Olsen, 1997).
Demikian pula, meskipun batuk kronis menyebabkan kenaikan tekanan
intraabdomen, tidak ada mekanisme yang jelas. Beberapa percaya bahwa senyawa
kimia dalam tembakau yang dihirup dapat menyebabkan perubahan yang
menyebabkan POP daripada batuk kronis sendiri. (Wieslander, 2005).9

E. Patofisiologi Prolaps Uteri


Normalnya, uterus di fiksasi pada tempatnya oleh otot dan ligamentum
membentuk dasar pelvis. Prolaps uteri terjadi ketika dasar pelvis yaitu otot dan
ligamentum mengalami peregangan, terjadi kerusakan, dan kelemahan sehingga
mereka tidak sanggup untuk menyokong organ pelvis, sehingga uterus dan organ
pelvis lainnya jatuh ke introitus vaginae. Prolaps bisa saja terjadi secara tidak
komplet, atau pada beberapa kasus yang berat, terjadi prolaps yang komplet
sehingga uterus jatuh sampai keluar vagiana.2

Gambar 1. Prolaps uteri.10

11
Gambar 2. Anatomi daras panggul.8

F. Manifestasi Klinis
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita yang
satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:5
Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genialia
eksterna.2
Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.2
Prolaps uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
‒ Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
dekubitus pada portio uteri.2

12
‒ Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi
serta luka pada portio uteri.2

G. Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya dengan
mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Pasien dengan prolaps
uteri biasanya mengeluhkan adanya benjolan yang keluar dari alat kelaminnya.5
Pasien biasanya mengeluhkan:2
Rasa berat pada atau rasa tertekan pada pelvis.
Pada saat duduk pasien meraskan ada benjolan seperti ada bola atau kadang-
kadang keluar dari vagina.
Nyeri pada pelvis, abdomen, atau pinggang.
Nyeri pada saat berhubungan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan genikologi biasanya mudah dilakukan, Friedman dan Little
menganjurkan sebagai berikut; Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan
dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah portio uteri pada posisi
normal atau portio telah sampai introitus vagina, atau apakah serviks uteri sudah
keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi,
ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari
ukuran normal dinamakan elongasio kolli.5 Berikut adalah stadium untuk prolaps
uteri:2
Lima stadium untuk prolaps.2,8
Stadium 0: Tidak ada prolaps.
Stadium I: Sebagian besar portio distal mengalami prolaps > 1 cm di atas
himen.
Stadium II: Sebagian besar portion distal mengalami prolaps ≤ 1 cm di
proksimal atau distal himen.
Stadium III: Sebagian besar portio distal mengalami prolasp > 1 cm dibawah
himen tetapi benjolan tidak lebih 2 cm dari panjang vagina.
Stadium IV: Prolaps komplet termasuk bagian dari vagina.

13
Gambar 3. Prolaps uteri dan pesarium.11

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu banyak membantu. Tes Papanicolaou (Pap
smear sitologi) atau biopsi dapat diindikasikan pada kasus yang jarang terjadi
yang dicurigai karsinoma, meskipun ini harus ditangguhkan ke dokter perawatan
primer atau dokter kandungan.2
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG bisa digunakan untuk membendakan prolaps dari kelainan-
kelainan lain.2

H. Penatalaksanaan Prolaps Uteri


1. Observasi
Derajat luasnya prolaps tidak berkaitan dengan gejala. Mempertahankan prolaps
tetap dalam stadium I merupakan pilihan yang lebih tepat. Beberapa wanita
mungkin lebih memilih untuk mengobservasi lanjutan dari prolaps. Mereka juga
harus memeriksakan diri secara berkala untuk mencari perkembangan gejala baru

14
atau gangguan (seperti buang air kecil atau buang air besar terhambat, erosi
vagina).8
2. Terapi Konservatif
Latihan otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada pasca
persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot
dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Namun dari penelitian
yang dilakukan oleh Cochrane review of conservative management prolaps uterus
yang diterbitkan pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa latiahan otot dasar
panggul tidak bukti ilmiah yang mendukung. Caranya ialah, penderita disuruh
menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai
berhajat atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan
air kencing dan tiba-tiba menghentikkanya.5,8,9
Pemasangan pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan
uterus di tempatnya selama pessarium tersebut dipakai. Oleh karena jika
pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Meskipun bukti yang mendukung
penggunaan pessarieum tidak kuat, mereka digunakan oleh 86% dari ginekolog
dan 98% dari urogynaecologists. Prisip pemakaian pessarium ialah bahwa alat
tersebut membuat tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari
vagina tersebut besereta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian
bawah. Pessarium yang paling baik untuk prolaps genitalia ialah pessarium cincin,
terbuat dari plastik. Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium
Napier.5,8
Pedoman Pemasangan Pessarium.5
Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak
antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vagina, ukuran tersebut
dikurang 1 cm untuk mendapat diameter dari pessarium yang akan dipakai.
Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit kedalam vagina.
Setelah bagian atas masuk ke dalam vagina, bagian tersebut ditempatkan ke
forniks vagina posterior. Kadang-kadang pemasangan pessarium dari plastik
mengalami kesukaran.

15
Apabila pessarium tidak dapat dimasukkan, sebaiknya dipakai pessarium dari
karet dengan per didalamnya.
Untuk mengetahui setelah pemasangan, apakah ukuran cocok, penderita
disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar, penderita disuruh jalan-
jalan, apabila ia tidak merasa nyeri, pessarium dapat diteruskan.
Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita diawasi
secara teratur. Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2 – 3 bulan sekali, vagian
diperiksa dengan inspekulo untuk menentukan ada tidaknya perlukaan. Pessarium
dibersihkan dan dicucihamakan dan kemudian di pasang kembali.
Indikasi penggunaan pessarium:
‒ Kehamilan.
‒ Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi.
‒ Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan.
‒ Penderita menolak untuk dioperasi.
‒ Untuk menghilangkan gejala yang ada, sambil menunggu waktu
operasi dapat dilakukan.

Gambar 4. Jenis-jenis pessarium. A. Cube pessary. B. Gehrung pessary. C.


Hodge with knob pessary. D. Regula pessary. E. Gellhorn pessary. F. Shaatz
pessary. G. Incontinence dish pessary. H. Ring pessary. I. Donut pessary.9

16
3. Terapi Bedah
Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan
pembedahan untuk prolaps uteri, prolaps vagina perlu ditangani pula. Ada
kemungkinan terdapat prolaps vagina yang membutuhkan pembedahan, padahal
tidak ada prolaps uteri atau prolaps uteri yang ada belum perlu dioperasi. Di
Inggris dan Wales pada tahun 2005-2006, 22.274 operasi dilakukan untuk prolaps
vagina. Beberapa literatur melaporkan bahwa dari operasi prolaps rahim, disertai
dengan perbaikan prolaps vagina pada waktu yang sama. Indikasi untuk
melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti
umur penderita, keinginan untuk masih mendapat anak atau untuk
mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan. Macam-macam
operasi untuk prolaps uterus sebagai berikut:8
Ventrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak,
dilakukan operasi untuk uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan
ligamentum rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau
dengan cara operasi Purandare.5
Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan
ligamentum kardinale yang telah dipotong, di muka serviks dilakukan pula
kolporafia anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan untuk
memperpendek serviks yang memanjang (elo ngasio kolli). Tindakan ini dapat
menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus, dan distosia servikalis pada
persalinan. Bagian yang penting dari operasi Manchester ialah penjahitan
ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum
kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi,
dan turunnya uterus dapat dicegah.5
Histerektomi vagina
Operasi ini tepat untuk dilakukan untuk prolaps uterus dalam tingkat lanjut, dan
pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina
digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, atas pada ligamentum

17
infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi
anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari.5
Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)
Pada waktu obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi
belum baik untuk wanita tua yang seksualnya tidak aktif lagi dapat dilakukan
operasi sederhana dengan menjahit dinding vagina depan dengan dinding vagina
belakang, sehingga lumen vagian tertutup dan uterus terletak di atas vagina. Akan
tetapi, operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan retrokel sehingga dapat
menimbulkan inkontinensia urinae. Obstipasi serta keluhan prolaps lainnya juga
tidak hilang.5

I. Komplikasi Prolaps Uteri


Komplikasi yang dapat menyertai prolaps uteri adalah:5
Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri. Prosidensia uteri disertai
dengan keluarnya dinding vagina (inversio); karena itu mukosa vagina dan serviks
uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna keputih-putihan.5
Dekubitus. Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser
dengan paha dan pakaian dalam; hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, dan
lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan
kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita berusia lanjur.5
Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli. Jika serviks uteri turun ke dalam
vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat, karena
tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta pembendungan pembuluh
darah, serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang pula. Hal yang
terakhir ini dinamakan elongasio kolli.5
Kemandulan. Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae
atau sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.5

18
J. Prognosis
Sebagian besar wanita (lebih dari 40%) yang mempunyai prolaps derajat awal
biasanya timbul gejala minimal atau tidak terdapat gejala sama sekali. Latihan
otot dasar panggul dapat membantu atau mencegah perburukan prolaps derajat
awal.12

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prolaps uteri adalah turunnya uterus kedalam introitus vagina yang
diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan
penyokong (fasia).
2. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit, merupakan penyebab prolapsus uteri, dan memperburuk prolaps
yang sudah ada.
3. Prolapsus uteri tingkat I,dimana serviks uteri turun sampai introitus vaginae;
Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus
vaginae; Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina,
prolapsus ini juga dinamakan prosidensia uteri.
4. Gejala yang sering mucul adalah Perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal atau menonjol di genialia eksterna. Rasa sakit di panggul dan
pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring, keluhan menghilang
atau menjadi kurang.
5. Penatalaksanaan pada prolaps uterus yaitu: observasi, konservarif, dan terapi
pembedahan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Faraj R, Broome J. Laparoscopic Sacrohysteropexy and Myomectomy for


Uterine Prolapse: A Case Report and Review of the Literature. Journal of
Medical Case Report 2009. [database on the NCBI]. [cited on Feb 27, 2015];
02:1402. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC2783099/pdf/1752-1947-3-99.pdf.
2. Barsoom RS, Dyne PL. Uterine Prolapse in Emergency Medicine. Medscape
Article. [database on the medscape] 2011. [cite on Feb 27, 2015]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/797295- overview#showall.
3. Anhar K, Fauzi A. Kasus Prolapsus Uteri di Rumah Sakit DR. Mohammad
Hoesin Palembang Selama Lima Tahun (1999 – 2003). Departemen Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSMH
Palembang. [database on the internet]. [cited on Feb 28, 2015]. Available
from: http://digilib.unsri.ac.id/download/
KASUS%20PROLAPSUS%20UTERI%20DI%20RUMAH%20SAKIT%
20DR_%20MOHMMAD%20HOESIN.pdf.
4. Detollenaere RJ, Boon J, Stekelenburg J, Alhafidh AH, Hakvoort RA, et al.
Treatment of Uterine Prolapse Stage 2 or Higher: A Randomized Multicenter
Trial Comparing Sacrospinnosus Fixation with Vaginal Hysterectomy (SAVE
U Trial). BMC Womens Health Journals 2011. [database on the NCBI]. [cited
on Feb 28, 2015]; 02:1402. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3045971/ pdf/1472-6874-11-
4.pdf.
5. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Edisi
Kedua, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2009. Hal: 9-11,432,433,436,437.
6. Anatomy of Uterine [Image on the Gray’s Anatomy Student Consult] 2010.
[cited on Feb 28, 2015]. Available from:
http://www.studentconsult.com/bookshop/chome/default.cfm?shortcut=an
atomy.

21
7. Standring S, Ellis H, Healy JC, Johnson D, Williams A, et al. Gray’s
Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th Edition. [textbook
of Anatomy]. Elsevier Churchill Livingstone: 2008.
8. Doshani A, Teo R, Mayne CJ, Tincello DG. Uterine Prolapse. Clinical
Review 2007. [database on the NCBI]. [cited on Mar 1, 2015]; 335:819-823.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC2034734/pdf/bmj-335-7624-cr-00819.pdf.
9. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG. Williams Gynecology. The McGraw-Hill Companies. 2008.
10. Pelvic Organ Prolaps; A Guide for Women. International Urogynecological
Association 2011. [article in the internet]. [cited on Mar 1, 2015]; 335:819-
823. Available from:
http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/brochures/eng_po
p.pdf.
11. Vita DD, Giordano S. Two Succesful Natural Pregnancies in a Patient with
Severe Uterine Prolapse: A Case Report. J Med Case Report 2011. [database
on the NCBI]. [cite on Mar 1, 2015]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3180421/.
12. Pelvic Organ Prolaps; A Guide for Women. International Urogynecological
Association 2011. [article in the internet]. [cited on Mar 2, 2015]; 335:819-
823. Available from:
http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/brochures/eng_po
p.pdf.

22
DAFTAR HADIR PEMBACAAN LAPORAN KASUS
“PROLAPS UTERI”

Oleh: Moonika Todingan

Pembimbing: dr. Rudy Lengkong Sp.OG (K)

No. Nama NRI Tanda tangan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Pembimbing

dr. Rudy Lengkong Sp.OG (K)

23

Anda mungkin juga menyukai