Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.

2
ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEIKUTSERTAAN DALAM


LAYANAN TUMBUH KEMBANG TERHADAP KEMAMPUAN
KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN DI PADANG

Deni Elnovriza*, Rina Yenrina**

ABSTRAK

Kecerdasan merupakan salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia. Salah satu aspek kecerdasan
yang mempengaruhi keberhasilan seseorang adalah kemampuan kognitif. Berbagai penelitian menemukan
bahwa ada pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan status gizi dan keikutsertaan dalam layanan tumbuh kembang anak dengan kemampuan
kognitif anak usia 2-5 tahun di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study, di
Kelurahan Gurun Laweh Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Lokasi penelitian diambil secara purposive.
Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 2-5 tahun yang mendapatkan pelayanan tumbuh kembang anak
lengkap (PAUD dan Posyandu) dan yang tidak mendapatkan pelayanan tumbuh kembang anak lengkap
(Posyandu) sebanyak 55 orang. Data diolah dan dianalisis dengan computer, menggunakan Chi-Square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 58,2% responden tidak mengikuti pelayanan tumbuh kembang lengkap (PAUD
terintegrasi; 60% mempunyai status gizi kurus dan 58,9% mempunyai kemampuan kognitif yang rendah. Tidak
ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan dalam layanan tumbuh kembang dan status gizi dengan
kemampuan kognitif responden (p>0,05). Mengingat tingginya status gizi kurus berdasarkan BB/TB atau
BB/PB di Kelurahan Gurun Laweh, perlu dilakukan program untuk membantu meningkatkan status gizi anak
terutama anak usia di bawah 5 tahun yang merupakan masa the golden age seperti penyuluhan dan pembinaan
terpadu pada ibu-ibubalita dan kader posyandu
Kata Kunci :status gizi, kemampuan kognitif, layanan tumbuh kembang anak

ABSTRACT
Intelligence is one indicator of the quality of human resources. One of the intelligence aspects that influence the
success of a person's is a cognitive ability. Various studies have found that there is the influence of nutrition on
intelligence and motoric development.
This study aims to determine the relationship of nutrition status and participation on child's growth development
services on cognitive abilities of children aged 2-5 years in Padang. This study design used Cross Sectional Study
in the Gurun Laweh of District of Nanggalo Padang. Study site purposively taken. Samples were children aged 2-5
years who received a complete child development services and who did not get it as many as 55 people. Data were
processed and analyzed by computer, using the Chi-Square. The results showed that 58.2% of respondents did not
follow the complete development of the service; 60% had underweight and 58.9% had low cognitive abilities.
There was no significant association between participation in the child's growth development services and
nutritional status on the cognitive ability of respondents (p> 0.05). Cause the high nutritional status of
underweight by BB / TB in Gurun Laweh, there should be programs to help improve the nutritional status of
children, especially children aged under 5 years like counseling and coaching to mother and officer of Posyandu.

Key words : nutritional status, cognitive ability, child's growth development

*Dosen PSIKM FK Universitas Andalas (email : deniriza@yahoo.co.id)


**Dosen Fateta Universitas Andalas Padang

80
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

Pendahuluan melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di


Kecerdasan merupakan salah satu indikator sekitarnya hanya mampu sebentar saja
kualitas sumberdaya manusia. Salah satu aspek dibandingkan dengan anak yang gizi baik, yang
kecerdasan yang mempengaruhi keberhasilan mampu melakukannya dalam waktu yang lebih
seseorang adalah kemampuan kognitif. lama5.
Kemampuan kognitif dipengaruhi oleh faktor Prevalensi gizi kurang pada balita dari
internal (genetik) dan faktor eksternal tahun ke tahun mengalami penurunan yang cukup
(lingkungan)1. Faktor internal tidak dapat berarti, hingga pada tahun 2000 prevalensi kurang
membentuk kecerdasan tanpa adanya faktor gizi balita menjadi 24,7%. Akan tetapi setelah tahun
lingkungan. Agar kemampuan kognitif dapat 2000 saat Indonesia mengalami krisis multi
berkembang maka anak perlu mendapat stimulasi dimensi, prevalensi kurang gizi mengalami
sejak usia dini. Stimulasi dapat diperoleh dari kenaikan lagi dan tergolong negara dengan status
lingkungan baik di keluarga maupun di luar kekurangan gizi yang tinggi (20-29 %), berturut-
keluarga turut menjadi 26,1% (2001), 27,3% (2002), 27,5%
Salah satu ciri manusia berkualitas adalah (2003)dan 28,47% (2004).
manusia yang memiliki kecerdasan yang tidak Hasil Riskesdas (2007) prevalensi gizi
hanya diukur dari tingkat IQ tetapi juga kecerdasan buruk di Sumatera Barat 2,8% dan gizi kurang
lain yang disebut kecerdasan majemuk (Multiple 14,4%, yang bila dikaitkan dengan indikator
Intelegency).2 Upaya kesehatan yang dilakukan masalah gizi sudah menjadi masalah kesehatan
sejak anak masih didalam kandungan sampai lima masyarakat karena sudah melewati ambang >10%.
tahun pertama kehidupannya, termasuk dengan Kondisi stunting di Sumatera Barat juga tinggi yaiti
memperhatikan status gizinya. Secara teoritis 32,8% dan melewati ambang masalah gizi sebesar
peranan zat gizi terhadap perkembangan dapat >20%. Begitu juga prevalensi balita sangat kurus
melaiui dua jalur, yaitu pertama, zat gizi yang tidak (8,2%) yang sudah melewati ambang >5%
memadai menyebabkan status gizi anak akan Hasil pemantauan status gizi Kota Padang
terganggu. Apabila gangguan itu berat dan terjadi menunjukkan bahwa prevalensi balita gizi buruk
sewaktu proses pembentukkan sel otak dan 2,2%, gizi kurang 14% (indikator BB/U), 10%
myelinisasi, maka akan menyebabkan gangguan balita sangat pendek, 16,2% balita pendek
pertumbuhan otak yang akhirnya berpengaruh (indikator TB/U)dan 1,5% balita sangat kurus, 7.4%
terhadap perkembangan. Kedua, asupan zat gizi balitakurus (indikator BB/TB) 6
yang tidak memadai akan menyebabkan anak Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
mengalami kekurangan energi, sehingga mereka dan perkembangan anak Indonesia telah dilakukan
melakukan isolasi sosial dan kurang melakukan melaiui berbagai sektor pembangunan terutama
eksplorasi. Akhirnya mengalami gangguan kesehatan, gizi, dan pendidikan yang diberikan
perkembangan.' dalam bentuk pelayanan bagi anak usia dini, dan
Berbagai penelitian menemukanbahwa ada didukung oleh pelayanan bagi ibu atau pengasuh
pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta pengganti. Bentuk-bentuk pelayanan yang ada
perkembangan motorik. Bila seorang anak yang antara lain berupa: Posyandu yang diselenggarakan
pada usia balita kekurangan gizi, akan mempunyai oleh masyarakat dan dibina oleh Depkes dan
IQ lebih rendah 13-15 poin dari anak lain saat Pemerintah Daerah melaiui PKK; Bina Keluarga
memasuki sekolah. Anak dengan status gizi kurang Balita (BKB) dibina oleh BKKBN; Pengasuhan dan
sulit mengalami peningkatan motorik kasar Perlindungan Anak dilaksanakan oleh Departemen
dibandingkan dengan anak dengan status gizi baik. Sosial dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
l4)
Levitsky dan Strupp (1984) pada penelitiannya yang dibina oleh Departemen PendidikanNasional
terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi Kelurahan Gurun Laweh Kecamatan
menyebabkan functional isolationism atau isolasi Nanggalo yang secara geografis berada di pinggiran
diri yaitu mempertahankan untuk tidak kota dengan kultur pedesaan. Sebagian besar kepala
mengeluarkan energi yang banyak (conserve keluarga bekerja di sektor infonnal, seperti tani,
energy) dengan mengurangi kegiatan interaksi buruh, pekerja kasar lainnya. Oleh karena itu
sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian sebagian besar orang tua anak dengan status
dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia ekonomi lemah, bahkan miskin. Dengan kondisi
adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan demografi seperti ini diasumsikan orang tua
protein (KEP), anak menjadi tidak aktif, pasif dan cenderung lebih sibuk dan menghabiskan sebagian
tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya anak dalam besar waktunya untuk mencari nafkah dan

81
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

mempunyai pengetahuan yang kurang tentang bivariat untuk mengetahui hubungan status gizi dan
bagaimana cara mendidik dan memberi stimulasi keikutsertaan dalam layanan tumbuh kembang anak
bagiperkembangananaknya dengan kemampuan kognitif anak, menggunakan
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik Chi-Square dengantingkat kemaknaan p<0,05
melakukan penelitian, yang bertujuan untuk
mengetahui keikutsertaan dalam layanan tumbuh Hasil DanPembahasan
kembang, kemampuan kognitif dan status gizi anak Karakteristik responden
usia 2-5 tahun serta hubungan status gizi dan Responden pada penelitian ini rata-rata
keikutsertaan dalam layanan tumbuh kembang berumur 3.91±1.041 tahun dengan umur termuda 2
dengan kemampuan kognitif anak usia 2-5 tahun tahun dan umur tertinggi 5 tahun, yang 50,9%
diantaranya adalah perempuan.
Metode Pekerjaan ayah respondenpada peneliyian ini
Penelitian ini menggunakan desain Cross adalah buruh tani, PNS, bengkel, supir, buruh dan
Sectional Study, yang dilaksanakan bulan Maret - swasta/wiraswasta dengan pekerjaan terbanyak
November 2011 di Kelurahan Gurun Laweh adalah buruh dan swasta sebanyak masing-
Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Lokasi masingnya 40%. Pekerjaan ibu responden hampir
penelitian diambil secarapurposive. tidak bervariasi, karena 92,7% ibu responden hanya
Sampel pada penelitian ini adalah anak usia sebagai ibu rumah tangga. Hanya 5,5% yang
2-5 tahun yang mendapatkan pelayanan tumbuh bekerja sebagai PNS dan 1,8% swasta.
kembang anak lengkap (Posyandu terintegrasi
PAUD) dan yang tidak mendapatkan pelayanan Kemampuan KognitifAnak Usia 2-5 Tahun
tumbuh kembang anak lengkap (Posyandu) Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
sebanyak 55 orang yang diambil secara acak dari separuh responden (58,9%) mempunyai
sederhana. Sampel yang mendapat pelayanan kemampuan kognitif yang rendah seperti terlihat
tumbuh kembang lengkap diambil dari PAUD pada Tabel 1
terintegrasi A1 Khairat Kelurahan Gurun Laweh.
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan
Data yang dikumpulkan terdiri dari data
kemampuan kognitif
primer mengenai karakteristik anak dan keluarga
responden, keikutsertaan dalam layanan tumbuh
kembang, perkembangan kognitif anak dan status Kemampuan Kognitif n %
gizi anak dan sekunder tentang data balita di Tinggi 22 39,3
Kelurahan Gurun Laweh. Data status gizi Rendah 33 58,9
dikumpulkan dengan melakukan pengukuran Total 55 100,0
antropometri untuk menilai berat badan dengan
timbangan digital pada ketelitian 0,1 kg dan
menggunakan microtoise untuk mengukur tinggi Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pada
badan. Pengumpulan data perkembangan kognitif kelompok responden dengan usia 2-3,4 tahun
anak dilakukan dengan kuesioner indikator sebanyak 72,2% tidak dapat menyebutkan 4 warna,
kemampuan anak usia 2-5 tahun dengan 66,7% tidak dapat menyebutkanjenis kelamin. Dari
menggunakan beberapa pertanyaan yang sesuai 18 orang hanya 11,1% yang mempunyai
dengan tahap perkembangan anak menurut usia, kemampuan kognitif yang masuk kategori tinggi
yang dikelompokkan atas 3 yaitu indikator dan tidak satupun dari kelompok usia ini yang
kemampuan anak usia 2-3,4 tahun; 3,5 - 4,4 tahun mengikuti program PAUD terintegrasi. Pada
dan 4,5 - 5,4 tahun dengan skor 0-3 dari tidak kelompok usia 3,5 - 4,4 tahun sebanyak 63,6%
bisa/tidak mampu sampai bisa/mampu melakukan responden tidak dapat menggambar orang dengan
instruksi dari tiap-tiap indikator sesuai dengan bagian-bagiannya, 45,5% tidak menyadari masa
umur. yang akan datang (kalau sudah besar mau jadi apa),
Setelah dilakukan pengumpulan data, 36.4% tidak dapat menyebutkan 5-9 warna atau
langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan lebih. Sebanyak 55% dari responden mengikuti
bantuan komputer menggunakan program SPSS program PAUD terintegrasi dan hanya 63,6% yang
versi 15.0. Data yang telah diolah akan dianalisis mempunyai kemampuan dengan kategori tinggi.
secara bertahap dengan analisis univariat untuk Sementara pada kelompok usia 4,5-5,4 tahun
mendeskripsikan masing-masing variabel guna 46,2% tidak dapat menjawab pertanyaan untuk
memperoleh gambaran karakteristik sampel dan mendapatkan keterangan dengan menggunakan

82
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol, 6, No.2

pertanyaan mengapa dan bagaimana dan hanya Menurut Jalal (2009) upaya untuk meningkatkan
memilih balok yang lebih berat dari 3 pasang tumbuh kembang anak Indonesia dapat dilakukan
balok yang bisa dijawab oleh 100% responden. melalui posyandu terintegrasi PAUD sehingga anak
Menurut J a 1a 1 (2009) kecepatan bisa mencapai setiap tahap pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak pada posyandu perkembangannya secara optimal. Peranan
terintegrasi PAUD dapat diarahkan sesuai posyandu terintegrasi PAUD mengupayakan
kebutuhan perkembangan yang harus dicapainya. lingkungan yang aman, meningkatkan kesehatan
Peranan posyandu terintegrasi PAUD dan status gizi, mengupayakan suasana, sarana dan
mengupayakan lingkungan yang aman, lingkungan yang menumbuhkan minat, rasa aman
meningkatkan kesehatan dan status gizi, dan menyenangkan sehingga merangsang anak
mengupayakan suasana, sarana dan lingkungan untuk bermain, eksplorasi dan belajar sehingga
yang menumbuhkan minat, rasa aman dan kebutuhan perkembangannya tercapai optimal 8.
menyenangkan sehingga merangsang anak untuk Hasil analisis statistik menunjukkan tidak
bermain, eksplorasi dan belajar sehingga kebutuhan ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan
perkembangannya tercapai secara optimal 8. dalam layanan tumbuh kembang dengan
kemampuan kognitif responden (p>0,05).
Keikutsertaan dalam Layanan Tumbuh Meskipun demikian pada penelitian ini terlihat
KembangAnak bahwa kemampuan kognitif yang rendah lebih
Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari tinggi pada responden yang hanya mengikuti
separuh (58,2%) responden tidak mengikuti program layanan posyandu (65,63%) dibandingkan
pelayanan tumbuh kembang lengkap (posyandu dengan yang mengikuti PAUD terintegrasi
terintegrasi PAUD), hanya mengikutiposyandu. (52,17%). Hal ini disebabkan karena kemampuan
kognitif yang tinggi pada anak yang mengikuti
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan PAUD terintegrasi dan hanya posyandu saja tidak
keikutsertaan dalam program layanan jauh berbeda. Ini diduga karena belum baiknya
tumbuh kembang ketersediaan alat bantu belajar dan sarana yang
tersedia di PAUD terintegrasi tempat responden
Prog. Layanan Tumbuh Kembang n % mendapat layanan tumbuh kembang sehingga akan
PAUD Terintegrasi 23 41,8 mempengaruhi optimalisasi stimulasi dalam
Posyandu 32 58,2 tumbuh kembang anak yang ikut dalam PAUD.
Total 55 100
Tabel 4. Hubungan keikutsertaan dalam layanan
Tumbuh Kembang dengan Kemampuan
Jika dikelompokkan berdasarkan umur dapat dilihat Kognitif Responden
bahwa anak yang mengikuti program PAUD
Keikutsertaan dalam Kemampuan Kognitif
terintegrasi paling banyak pada kelompok umur 5 Total p value
tahun seperti terlihat pada Tabel 3 . Layanan Tumbuh Tinggi Rendah
Kembang n % n % n %

Tabel 3. Keikutsertaan responden dalam layanan PAUD Terintegrasi 11 47,82 12 52,17 23 100 0,468

tumbuh kembang berdasarkan umur. Posyandu 11 34,38 21 65,63 32 100


22 33 55 100
Keikutsertaan dalam layanan
Umur (tahun)
tumbuh kembang
Penelitian Fitria (2009) menemukan 54,4% murid
PAUD terintegrasi Posyandu TK di Kecamatan Salimpaung yang tidak mengikuti
2 0 6 PAUD, 12,1% mengalami penyimpangan
3 2 12 perkembangan secara keseluruhan, 5,06%
4 3 11 mengalami keterlambatan perkembangan motorik
5
kasar, 37,3% keterlambatan motorik halus, 49,4%
18 3
keterlambatan perkembangan bicara bahasa dan
Total 23 32 44,6% mengalami keterlambatan perkembangan
sosialisasi dan kemandirian dibandingkan yang
mengikuti PAUD . '

83
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

Status Gizi Tabel 6. Hubungan Status Gizi dengan Kemampuan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih Kognitif Responden
dari separuh responden (60%) mempunyai status
gizi kurus seperti terlihat pada Tabel 5. Tidak Status Gizi Kemampuan Kognitif Total p value
ditemukan adanya responden dengan status gizi
Tinggi Rendah
lebih (indikator BB/TB). n % n % n %
Normal 10 43,47 12 52,17 23 100
0,694
12 37,5 21 65,63 32 100
.
Tabel 5 Distribusi reponden berdasarkan status gizi
Kurus
22 33 55 100

Status Gizi n % Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian


Gemala (2007) yang menemukan perkembangan
Kurus 33 60
anak yang tidak sesuai (rendah) lebih tinggi pada
Normal 22 40 anak dengan status gizi kurus dibandingkan dengan
Total 55 100 anak yang dengan status gizi normal "2|. Penelitian
Husaini (2003) menemukan bahwa anak dengan
status gizi buruk cenderung lebih banyak
Status gizi merupakan manisfestasi dari keadaan mengalami hambatan perkembangan motorik
tubuh yang dapat mencerminkan hasil dari makanan kasarnya dan 8 kali lebih besar kemungkinan
yang dikonsumsi setiap hari. Menurut Almatsier mengalami keterlambatan perkembangan motorik
(2006) status gizi baik terjadi apabila tubuh kasarnya daripada anak dengan status gizi normal l3.
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
secara efisien sehingga memungkinkan Kesimpulan dan Saran
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, Berdasarkan hasil penelitian dapat
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada disimpulkan bahwa hanya 41,8% anak usia 2-5
tingkat setinggi mungkin l0. tahun di Kelurahan Gurun Laweh Kecamatan
Kekurangan gizi pada anak dapat Nanggalo hanya mengikuti program posyandu saja,
menyebabkan menurunnya perkembangan fisik, 60% mempunyai status gizi kurus berdasarkan
kecerdasan, mental, kemampuan interaksi anak indikator BB/TB dan 58,9% mempunyai
dengan lingkungan pengasuhnya. Kekurangan kemampuan kognitif yang rendah. Tidak terdapat
asupan pada bayi dan balita menurut Soetjiningsih hubungan yang bermakna antara keikutsertaan
(1995) dapat mengakibatkan terganggunya pertum¬ dalam layanan tumbuh kembang dan status gizi
buhan dan perkembangan fisik, mental dan spi¬ dengan kemampuan kognitif anak usia 2-5 tahun
ritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat Mengingat tingginya status gizi kurus
bersifat permanen dan sangat sulit diperbaiki .
11 berdasarkan BB/TB atau BB/PB di lokasi penelitian
Pada penelitian ini tidak ditemukan perlu dilakukan program seperti penyuluhan dan
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan pembinaan terpadu pada ibu-ibu balita dan kader
kemampuan kognitif responden berdasarkan hasil posyandu terkait hal pentingnya mengajak anak
analisis statistik (p>0,05) seperti terlihat pada Tabel bermain dan stimulasi belajar untuk anak usia 2-5
6. Walaupun demikian terlihat kecenderungan tahun, pemberian makan anak, fungsi zat gizi bagi
tubuh, untuk membantu meningkatkan status gizi
bahwa kemampuan kognitif yang rendah lebih
banyak pada responden dengan status gizi kurus anak terutama anak usia di bawah 5 tahun yang
(65,63%) dibandingkan yang normal. Menurut Jalal merupakan masa the golden age, sehingga dampak
(2009) akibat kekurangan gizi berdampak pada kekurangannya bagi kualitas sumberdaya manusia
perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian, bisa diminimalkan. Perlu dilakukan penelitian
kemampuan belajar dan rendahnya hasil belajar. lebih lanjut untuk mengetahui faktor apa yang
Dampak gizi buruk pada kemampuan kognitif ini mempengaruhi status gizi anak usia 2-5 tahun di
tidak hanya terjadi pada anak yang mengalami gizi Kelurahan Gurun Laweh.
buruk tetapi juga pada anak yang tidak kekurangan
gizi tetapi yang mengalami pertumbuhan tidak
sempurna atau anak pendek s.

84
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

Daftar Pustaka

1. Monks, FJ; AMP Knoers dan SR Hadinoto. dini : agenda pelayanan tumbuh kembang anak
Psikologi perkembangan, pengantar dalam holistik-integratif. Pidato Pada Upacara
berbagai bagiannya. Gajah Mada University Pengukuhan Sebagai guru Besar Tetap dalam
Press. Yogyakarta, 1999 Bidang ilmu Gizi Pada Fakultas Kedokteran
2. Gardner, H. Multiple inteligences. the theory in Universitas Andalas. Padang, 2009.
practice. Basic Books. New York, 1993. 9. Fitria, D. Perbedaan perkembangan murid TK
3. Masrul. Pengaruh sumber daya pengasuhan yang mengikuti PAUD dengan yang tidak
terhadap tumbuh kembangbayi usia 6- 12 bulan mengikuti PAUD di Kecamatan Salimpaung
pada keluarga etnik Minangkabau di pedesaan tahun 2009. Skripsi. Politeknik Kesehatan
propinsi Sumatera Barat. Universitas Departemen Kesehatan. Padang, 2009.
Airlangga, Surabaya, 2003 10. Almatsier, S. Prinsip dasar ilmu gizi. PT.
4. Kartika V, Prihatini S, Syafrudin, Jahari AB. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2004.
Pola pemberian makan anak (6-18 bulan) dan 11. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Penerbit
hubungannya dengan pertumbuhan dan BukuKedokteran EGC. Jakarta, 1995.
perkembangan anak pada keluarga miskin dan 12. Gemala, I. Faktor-faktor yang berhubungan
tidak miskin. Penelitian gizi dan makanan. 23 : dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan di
37-47,2000. kelurahan jati wilayah kerja Puskesmas
5. Levitsky, DA. and Strupp, BJ. Functional Andalas Kecamatan Padang Timur tahun 2007.
isolation in rats. In: J. Brozek and B. Schurch Skripsi. Program Studi Ilmu Kesehatan
(Eds). Malnutrition and behaviour: Critical Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
assessment of key issues, p. 411-420. Nestle Andalas. Padang, 2007
Foundation. Lausanne, Switzerland, 1984. 13. Husaini, Jahari AB, Heryudarini, Halati S,
6. Dinas Kesehatan KotaPadang, 2007 Nugraheni A, Pollit E. KMS perkembangan
7. Bappenas. Strategi nasional pengembangan anak: teknologi sederhana yang relevan dengan
anak usia diniholistik integratif. Jakarta. 2008. program peningkatan kualitas sdm. 2003.
8. Jalal, F. Pengaruh gizi dan stimulasi psikososial www.google.com. 26 Desember2006.
terhadap pembentukan kecerdasan anak usia

85

Anda mungkin juga menyukai