Definisi
terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak.
Stroke non hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak,
progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
straumatik.
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
2. Anatomi Fisiologi
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri karotis dan dua arteri vertebralis Arteri
karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke
mempercabangkan arteri untuk nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: arteri
serebri anterior dan arteri serebri media. Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi pada
regio sentral dan lateral hemisfer. Arteri serebri anterior memberikan vaskularisasi pada
korteks frontalis, parietalis bagian tengah, korpus kalosum dan nukleus kaudatus. Arteri
serebri media memberikan vaskularisasi pada korteks lobus frontalis, parietalis dan
temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di
arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di kolumna vertebralis
servikalis, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-
masing sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada
tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri serebri
posterior. Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada batang otak dan medula spinalis
atas. Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons. Arteri serebri posterior
talamus, hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria, pleksus koroid dan batang otak
bagian atas.
3. Etiologi
Menurut Smeltzer stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu:
penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke.
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum.
Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa
mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau
embolisme serebral. Secara umum, thrombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan
kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari (bekuan cairan di dalam
2. Embolisme serebral Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang -
dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral (bekuan darah atau
material lain).
4. Haemorhagi serebral
dengan robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam
ral, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya
periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
c. Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi dan
Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila haemorrhagi membesar,
makin jelas deficit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan
4. Patofisiologi
Stroke non haemorhagic dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi
infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang
cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh
Ateroskderosis (elastisitas
Kepekatan darah Pembentukan thrombus
pembuluh darah
meningkat
menurun)
Obstruksi
throumbus di otak
Hipoksia cerebri
Penurunan
kemampuan otot
Gangguan Mobiliytas
mengunyah/menelan
mobilitas fisik menurun
1. Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat
pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah
otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel – sel otak akan
mengalami kematian.
2. Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak
yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan mengganggu
kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark sel – sel otak.
Faktor risiko ini akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak karena
jantung melepas gumpalan darah atau sel – sel/jaringan yang telah mati ke dalam aliran
darah.
pembuluh darah). Peningkatan kad ar LDL dan penurunan kadar HDL (High Density
5. Infeksi Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah
7. Merokok Manifestasi Klinis Merokok merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya
infark jantung.
8. Kelainan pembuluh darah otak Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan
12. Lain–lain, Lanjut usia, penyakit paru–paru menahun, penyakit darah, asam urat yang
7. Manifestasi Klinis
1. Gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
2. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan
kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling
umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak
3. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa
a. Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
b. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat
kehilangan penglihata.
5. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan untuk
6. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal,
mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini
dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan
kurang motivasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic:
Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
3. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
5. Ultrasonografi Dopler
6. Sinar X Tengkorak
Pemeriksaan Laboratorium:
1. Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal sewaktu
2. Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
1. Perawatan umum
1. Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan dengan gerakan,
menolak terhadap perubahan posisi dan respon terhadap stimulasi, berorientasi terhadap
2. Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus otot, postur tubuh,
4. Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap cahaya dan posisi
okular.
6. Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi, suhu tubuh dan
tekanan arteri.
8. Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap 24 jam.
Dari pengkajian secara umum tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengkajian Primer
1. Airway
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
b. Pengkajian Sekunder
Ø Data obyektif Perubahan tingkat kesadaran, perubahan tonus otot (flaksid atau
2. Sirkulasi
Ø Data Subyektif Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
bervariasi Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.
3. Integritas ego
ØData obyektif Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan,
4. Eliminasi
kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia. Riwayat DM, peningkatan lemak
dalam darah.
Ø Data obyektif: Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
6. Sensori Neural
kepala: pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid, kelemahan,
berkurang. v Sentuhan: kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral (sisi yang sama). v Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
menggunakan motorik. v Reaksi dan ukuran pupil: tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
7. Nyeri/kenyamanan
Ø Data Subyektif Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya. Data obyektif Tingkah
9. Keamanan
terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian
tubuh yang sakit. idak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali, gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh,
kesadaran diri.
- Kardiomiapati dilastasi
- Penyalahgunaan zat
- Hiperkolesterolemia
ruang.
terkoordinasi
- Pergerakan lamabt
- Ketidakstabilan postur
- Kesulitan membolak-balik
posisi
11. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder,
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan system saraf pusat (defek
fonatori)
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder,
Ø Tujuan Keperawatan:
d. Tanda-tanda vital normal (nadi: 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, Pernafasan 16-
20 kali permenit)
Ø Intervensi:
a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan
akibatnya
c. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua Jam
d. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan system saraf pusat (defek
fonatori)
Ø Tujuan keperawatan:
Ø Intervensi:
a. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
d. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata,” “tunjuk ke
e. Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut
f. Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “Sh” atau “Pus”
g. Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat
demonstrasi)
j. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang. Gunakan
merendahkan” pada pasien atau membuat hal-hal yang menentang kebanggaan pasien
Ø Tujuan keperawatan:
Ø Intervensi
a. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang
teratur
b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya dan jika
memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu
c. Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sekali jika pasien dapat
mentoleransinya
d. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas saat
e. Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki (foot board)
g. Tempatkan ”handroll’ keras pada teelapak tangan dengan jari – jari dan ibu jari saling
berhadapan
kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur, biarkan pasien
menggunakan kekuatan tangan untuk menyokong berta badan dan kaki yang kuat
untuk memindahkan kaki yang sakit; meningkatkan waktu duduk) dan keseimbangan
dalam berdiri (seperti letakkan sepatu yang datar;sokong bagian belakang bawah
pasien dengan tangan sambil meletakkan lutut penolong diluar lutut pasien;bantu
ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokong/ menggerakkan daerah tubuh yang
mengalami kelemahan
k. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latiahn resistif, dan ambualsi pasien
l. Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperi TENS sesuai indikasi m. Berikan obat
Corwin Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi
http://www.scribd.com/doc/28329428/Laporan-Pendahuluan-Asuhan-Keperawatan-Klien-
Mansjoer, arief, dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama.
Jakarta. EGC
Yogyakarta, 2013.