Anda di halaman 1dari 3

STRATIFIKASI SOSIAL

Mata Kuliah : Antropologi Kesehatan


Dosen : Khairul Fazri, SKM, M.Kes

Menurut Pitirim A.Sorokin, Stratifikasi Sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-
lapisan kelas secara bertingkat.
Pitirim A.Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum
dalam masyarakat yang hidup teratur.
Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat di bedakan menjadi tiga unsur, yaitu kelas atas, menengah, dan
kelas bawah. Golongan yang berada dalam kelas atas adalah golongan yang memiliki banyak uang, kekuasaan,
dan mungkin juga kehormatan.

1. Terjadinya Lapisan Masyarakat


Lapisan dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga
dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Selain itu faktor yang dapat menyebabkan
stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, system kekerabatan, dan
harta dalam batas tertentu.

2. Sifat sistem lapisan masyarakat


Menurut Soekanto, S., dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi system pelapisan sosial
tertutup, system pelapisan terbuka dan system pelapisan sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas
vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horizontal saja.
Contohnya, sistem kasta, kaum sudra tidak bisa naik dan pindah posisi ke lapisan brahmana.
Rasialis, kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan ke
posisi kulit putih. Feodal, kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.

b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)


Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar, di mana setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertical maupun horizontal. Contoh, seseorang
miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya seorang yang tidak memiliki
pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.

c. Stratifikasi Sosial Campuran


Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka.
Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun
apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah maka ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat yang ada di Jakarta.

3. Kelas-kelas Dalam Masyarakat


Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan,
sedangkan kedudukan mereka itu di ketahui serta di akui oleh masyarakat umum.

Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:


a. Berdasarkan Status Ekonomi.
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari
pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat.
Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan
rakyat biasa

b. Berdasarkan Status Sosial


Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya.
Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang
tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang
rendah. Contoh , Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni
Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat
disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida
Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria.
Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek
dipakai oleh kasta Sudra
c. Berdasarkan Status Politik
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan. Seseorang yang
mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada dilapisan tinggi, sedangkan yang tidak
punya wewenang berada dilapisan bawah. Kelompok kelas sosial atas antara lain:
 Pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
 Pejabat legislatif, dan
 Pejabat yudikatif.

Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada hirarki militer.
 Kelas Sosial Atas (perwira) Dari pangkat Kapten hingga Jendral.
 Kelas Sosial Menengah (Bintara) Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan mayor. .
 Kelas Sosial Bawah (Tamtama) Dari pangkat Prajurit hingga Kopral kepala.

4. Dasar Lapisan masyarakat


Kriteria-kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-
lapisan adalah:
a. Ukuran Kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil pribadi, cara berpakaian, dan
sebagainya.
b. Ukuran Kekuasaan dan Wewenang.
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas. Misalnya saja
presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.
c. Ukuran Kehormatan.
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Ukuran
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional karena mereka sangat menghormati
orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang
yang berperilaku dan berbudi luhur.
d. Ukuran Ilmu Pengetahuan.
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati
lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu
pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau
profesi yang disandang oleh seseorang. Misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor
ataupun gelar professional seperti professor.

5. Unsur-unsur lapisan masyarakat


a. Kedudukan (status), masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan ,
yaitu Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut memperoleh karena
kelahiran. Achieved status adalah kedudukan yang di capai oleh seseorang dengan usaha-usaha
yang di sengaja. Kedudukan ini tidak diproleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka
bagi siapa saja, tergantung pada kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan
tertentu.
b. Peranan ( role ) merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, dia menjalankan suatu
peranan. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan.

6. Lapisan yang Sengaja Disusun


Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini
ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada
seseorang.
Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung dua sistem, yaitu:
a. Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya
berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
b. Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke
atas (vertikal).
Norma/Aturan Dalam Kehidupan Masyarakat
Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang harus atau tidak boleh dilakukan
manusia dan bersifat mengikat.
Macam-macam norma yang ada dalam masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Norma Agama
b. Norma Kesusilaan
c. Norma Kesopanan
d. Norma Kebiasaan
e. Norma Hukum

Perbedaan norma-norma yang ada di masyarakat :


a. Norma agama adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran atau kaidah suatu agama. Norma
ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi para pemeluk dan penganutnya. Yang taat
akan diberikan keselamatan di akhirat, sedangkan yang melanggar akan mendapat hukuman di
akhirat.
b. Norma kesusilaan didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia. Norma kesusilaan bersifat
universal. Artinya, setiap orang di dunia ini memilikinya, hanya bentuk dan perwujudannya saja
yang berbeda.
c. Norma kesopanan adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di
masyarakat seperti cara berpakaian, cara bersikap dalam pergaulan, dan berbicara. Norma ini
bersifat relatif. Maksudnya, penerapannya berbeda di berbagai tempat, lingkungan, dan waktu.
d. Norma kebiasaan merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam
bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang yang tidak melakukan norma ini
biasanya dianggap aneh oleh lingkungan sekitarnya.
e. Norma hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sanksi norma hukum bersifat mengikat dan
memaksa. Sanksi ini dilaksanakan oleh suatu lembaga yang memiliki kedaulatan, yaitu negara.

Sifat Pengendalian sosial


a. Pengendalian sosial yang bersifat preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum
terjadinya pelanggaran. Tujuannya adalah untuk mencegah agar pelanggaran tidak terjadi.
Misalnya, nasihat guru terhadap siswanya. Dalam nasihatnya itu, guru meminta siswa untuk
selalu belajar dan membuat pekerjaan rumah, jika nasihat itu didengar dan dilaksanakan oleh
siswa tersebut, siswa tersebut akan dapat menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru itu.
Perannya sebagai seorang pelajar juga dapat dilakukannya dengan baik.
b. Pengendalian sosial yang bersifat represif adalah pengendalian sosial yang ditujukan untuk
memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran itu terjadi. Pengendalian ini dilakukan
setelah orang melakukan suatu tindakan penyimpangan sosial. Pengendalian sosial yang
bersifat represif biasanya diikuti dengan penjatuhan sanksi bagi pelaku penyimpangan sosial.
Misalnya, seorang pelajar yang melanggar peraturan sekolah- Pelajar tersebut dikenai sanksi.
Tujuannya agar ketertiban sekolah kembali terjaga.

----------[]----------

Anda mungkin juga menyukai