Penelitian PH
Penelitian PH
PENDAHULUAN
1
jantung berkisar 7,2%. Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan
utama di negara maju. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit
jantung dari urutan ke 10 pada tahun 1890 menjadi urutan ke-2 pada tahun 1986.
Sedangkan sebagai penyebab kematian tetap menduduki peringkat ke-3.
Insidensi penyakit jantung koroner dua kali lebih tinggi pada perokok dan
empat kali lebih tinggi pada perokok berat dibandingkan dengan tidak merokok,
dan mortalitas penyakit jantung koroner 70% lebih tinggi pada perokok dan dua
kali lebih tinggi pada perokok berat dibanding yang tidak merokok.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
prilaku para perokok tentang penyakit jantung coroner di lingkungan VII tanah
merah kota Binjai.
2
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan para perokok usia lebih dari 45
tahun tentang penyakit jantung koroner
2. Untuk mengetahui tindakan para perokok tentang penyakit jantung
koroner
3. Untuk mengetahui sikap para perokok tentang penyakit jantung koroner
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
7000-8000 liter darah. Berbeda dengan otot-otot lainnya, otot jantung tidak pernah
berhenti berdenyut. Arteri koroner mendistribusikan darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi otot jantung. Oleh karena itu arteri koroner sangat
vital untuk menjaga agar jantung terus dapat bekerja.
2.1.3 Etiologi
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung.
Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan
supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi
kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan
diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor.
Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yangmeninggi,
tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang
mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat,
yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit saluran
sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung
dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam,
yaitu iskemia mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama
jantung dan mati mendadak (Margaton, 1996).
2.1.4 Patofisiologi
Otot Jantung diberi oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah melalui
arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh
lebih kecil yang efisien. Gangguan pada arteri menyebabkan terjadinya penyakit
jantung koroner. Penyakit ini berkaitan dengan gangguan duplai darah otot
jantung sehingga jantung mengalami kekurangan darah dengan segala
manifestasinya.
5
Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui
perangsangan lama (kronik). Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan
yang mengenai pembuluh darah yang disebut arteriosklerosis. Hal ini berarti
terjadi kekakuan dan penyempitan lubang pembuluh darah yang akan
menyebabkan gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung.
Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia miokard.
6
2. Miocard Infark
Infark miokard adalah suatu keadaan yang berat disebabkan oleh oklusi
(penutupan mendadak pembuluh koroner) atau cabangnya yang mengalami
sklerosis (pergeseran ). Biasanya cara penutupan disebabkan adanya trombus dan
pendarahan dalam intima. Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur plak yang
kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya
miokard infark tergantung pada arteri yang oklusi.
Faktor pencetus disebabkan oleh dua keadaan :
a. Berkurangnya aliran darah koroner
b. Kerja jantung yang meningkat oleh karena kerja fisik yang berlebihan dan
tegangan jiwa (stress).
3. Payah jantung
Perasaan sakit akan bertahan hingga berjam-jam dan dengan nitrogliserin
tidak akan berkurang, penderita gelisah, takut mati, pusing (pening), dan keringat
dingin, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), syok dimana tekanan
darah rendah, nadi cepat dan kecil pada auskultasi suara jantung yang lemah dan
kadang terdengar suara gallop, sebagai tanda telah terjadi gagal jantung kiri.
4. Mati mendadak
Sudden Cardiac Death (SCD) adalah kematian mendadak pada penderita
PJK dimana 50% diantaranya tidak disertai keluhan. Sedangkan yang mengalami
7
keluhan akan mati 6 jam setelah keluhan. Proses ini dimulai dengan trombosis
pembuluh darah yang disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel.
2.2 Merokok
2.2.1 Defenisi Merokok
8
daripada perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan
terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon
monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin. 9
2. Perokok Aktif
Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari
hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang
merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
2. Perokok Sedang : Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per
hari.
3. Perokok Berat : disebut perokok berat bila menghisap > 20 batang per hari.
Bila sebatang rokok di habiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok,
maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus)
perhari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam
rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun). Suatu saat
dosis racunnya akan mencapai titik toksik sehingga akan mulai kelihatan gejala
yang ditimbulkan. Setiap peningkatan jumlah rokok yang dihisap meningkatkan
resiko infark jantung.
Laporan berjudul ‘ Smoking And Health’ dari para ahli medis di london
menyatakan. Bahwa satu batang rokok akan memperpendek usia sekitar lima
menit bagi pecandunya. Laporan Surgeon General of United States pada 1964
menunjukan tingkat kematian orang merokok 10-19 batang sehari lebih tinggi
sampai 70% di bandingkan orang yang tidak merokok.
9
2.2.4 Jenis – Jenis Rokok
Menurut Sitepoe, M. (1997), rokok berdasarkan bahan baku atau isi di
bagi tiga jenis:
1. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.
2. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
10
2.2.5 Kandungan rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen
lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-
sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap
rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel
(15%).
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis
di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya
200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,
nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam sebatang rokok juga
mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya.10
Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Nikotin
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang
terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga
di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan
alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya
ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf
pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam
jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami
kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang
semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin
yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang
ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Pdpersi, 2006).
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya
bersifat adiktifdapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni
saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.
11
2. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur
ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau
karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen
dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah
sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi
haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, M., 1997).
3. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap
air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang
bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian
dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan
paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar
masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per
batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi
rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun
rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika
pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah
rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe, M., 1997).
12
5. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen
dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun
yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran
darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
6. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar
dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran
pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat
berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat
mengakibatkan kematian.
7. Nitrous Oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila
terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa
sakit.
8. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa
zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun
dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas
enzim.
9. Hidrogen sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi
pigmen).
2.3. Prilaku
13
2.3.1. Defenisi Prilaku
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,
yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah
kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.15,16,17
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan
adanya dua respons.
1. Respondent response atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.Stimulus semacam ini disebut
eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relative tetap.
2. Operant response atau instrumental response, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respons. 15,16,17
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua.
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable
behavior. Bentuk perilaku tertutup lainnya adalah sikap, yakni penilaian
terhadap objek.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau
praktik (practice). 15,16,17
14
Beberapa Teori tentang perubahan perilaku sebagai berikut:16,17,18
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan.Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan
c. Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain.
2. Teori Snehandu B.Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa
perilaku merupakan fungsi dari:
a. Behavior intention, yaitu niat seseorang untuk bertindak sehubungan
dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya.
b. Social support, yaitu dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya.
c. Accesbility of information, yaitu ada atau tidak adanya informasi tentang
kesehatan atau fasilitas kesehatan.
d. Personal autonomy, otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal
ini mengambil tindakan atau keputusan.
e. Action situation, situasi yang memungkinkan untuk bertindak.
3. Teori “Thoughs And Feeling” atau Teori WHO (1984)
a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-
penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).
b. Orang penting sebagai referensi: Perilaku orang lebih-lebih perilaku anak
kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.
Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau
perbuatan cenderung untuk dicontoh.
c. Sumber-sumber daya (resource) mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga,
dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat.
d. Kebudayaan (culture)
15
16