Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UTS

LEGAL OPINION

NAMA : DEWA SANG MADE WIJAYA

NPM : 1504742010213

KELAS : VI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS ILMU HUKUM

2018
1. KASUS POSISI
Seorang nenek berumur 55 Tahun yang bernama Minah diganjar 1 bulan 15 hari
penjara karena menyangka perbuatan isengnya memetik 3 buah kakao di perkebunan milik
PT. Rumpun Sari Antan (RSA) adalah hal yang biasa saja. Saat itu, Minah sedang memanen
kedelai di lahan garapannya di Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan
Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, pada 2 Agustus 2009. Lahan garapan Minah ini juga
dikelola oleh PT RSA untuk menanam kakao. Ketika sedang asik memanen kedelai, mata
tua Minah tertuju pada 3 buah kakao yang sudah ranum. Dari sekadar memandang, Minah
kemudian memetiknya untuk disemai sebagai bibit di tanah garapannya. Setelah dipetik, 3
buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan digeletakkan begitu saja di bawah pohon
kakao. Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA. Mandor
itu pun bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos, Minah mengaku hal itu
perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sama
saja mencuri.
Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak
akan melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun dia serahkan kepada mandor
tersebut. Minah berpikir semua beres dan dia kembali bekerja. Namun dugaanya meleset.
Peristiwa kecil itu ternyata berbuntut panjang. Sebab seminggu kemudian dia mendapat
panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum terus berlanjut sampai akhirnya dia harus
duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto.
Majelis hakim yang dipimpin Muslih Bambang Luqmono SH memvonisnya 1 bulan 15 hari
dengan masa percobaan selama 3 bulan. Minah dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pencurian.

2. ISU HUKUM
 Bagaimana seharusnya penegakan hukum pada kasus nenek minah tersebut diatas?

3. DASAR HUKUM
 Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang pencurian
4. ANALISA

Dalam kasus Nenek Minah ini realitasnya adalah hukum. Hukum tersebut berada di
luar diri hakim atau sebagai kenyataan yang ada di luar dirinya. Hukum yang dipaparkan
adalah Pasal 362 KUHP yang berbunyi “Barang siapa mengambil sesuatu barang, yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimilikinya sendiri secara
melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. Ada atau tidaknya pencurian, terbukti atau
tidak pencurian tersebut, tanpa memperhatikan keadaan yang melingkupinya (ketidaktahuan
si nenek Minah dan kemiskinan yang menjeratnya).[4]Terdakwa didakwa oleh Penuntut
Umum melakukan tindak pidana melanggar Pasal 362 KUHP yang mengandung unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Barang siapa.
Maksud dari barang siapa adalah orang yang melakukan perbuatan melawan hukum,
sebagai pendukung hak dan kewajiban yang identitasnya jelas, diajukan
kepersidangan karena telah didakwakan melakukan tindak pidana dan perbuatanya
dapat dipertanggungjawabkan kepadanya. Setelah mendengar keterangan saksi-saksi
dan keterangan terdakwa dipersidangan, didapat fakta bahwa tidak ada kekeliruan
orang (error in persona) yang disangka telah melakukan tindak pidana tersebut adalah
benar Nenek Minah. Maka berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas, unsur
kesatu ini terpenuhi.
2. Mengambil sesuatu barang.
Maksud dari mengambil sesuatu barang adalah memindahkan barang dari satu tempat
ke tempat lain.
3. Yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang dihubungkan dengan petunjuk yang
diperkuat oleh keterangan terdakwa di muka persidangan maka diperoleh fakta yang
bersesuaian bahwa benar terdakwa telah mengambil 3 (tiga) buah kakao atau coklat
seluruhnya milik PT RSA IV darmakradenan bukanlah milik terdakwa.maka
berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas, unsur ketiga ini telah terbukti.
4. Dengan maksud memiliki barang dengan melawan hukum.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang dihubungkan dengan petunjuk yang
diperkuat oleh keterangan terdakwa dimuka persidangan maka diperoleh fakta yang
bersesuaian bahwa benar terdakwa telah mengambil 3 (tiga) buah kakao/cokelat
seberat kurang lebih 3 kg yang seluruhnya milik PT RSA IV Darmakradenan dan
terdakwa mengambil barang tersebut di atas tanpa izin dan sepengetahuan pemiliknya
yaitu PT RSA IV Darmakradenan dengan maksud akan dimiliki untuk bibit tanaman
dan perbuatan terdakwa tersebut mengakibatkan PT RSA IV Darmakradenan
menderita kerugian Rp 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah). Maka dari itu, berdasarkan
pertimbangan hukum tersebut di atas, unsur keempat ini terpenuhi.

Unsur-unsur di atas menunjukan kesalahan dari pelaku tindak pidana. Kesalahan yang
dilakukan oleh Nenek Minah adalah kesengajaan yang bersifat tujuan, yaitu si pelaku dapat
dipertanggungjawabkan dan benar-benar menghendaki mencapai akibat yang menjadi
pokok alasan diadakannya ancaman hukuman pidana (constitutief gevol).Karena semua
unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 362 KUHP telah terpenuhi, maka terdakwa Nenek
Minah dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tidak pidana
pencurian sebagaimana dalam dakwaan, melanggar Pasal 362 KUHP karena itu terdakwa
harus dihukum sesuai dengan perbuatannya tersebut. Dengan realitas hukum yang sudah
diuraikan di atas, maka dapat ditarik hubungan sebab akibat sebagai berikut. Nenek Minah
terbukti bersalah karena perbuatan yang dilakukannya memenuhi unsur Pasal 362 KUHP,
maka akibatnya dia harus dihukum. Yang menentukan atau deterministik dalam kasus ini
bahwa Nenek Minah harus dihukum adalah adanya Undang-Undang (KUHP), merupakan
peraturan tertulis sifatnya menentukan, memastikan bahwa hukum itu mengandung
kepastian.
Jika ditinjau dari sisi sosiologis maka kasus ini adalah kasus yang tidak layak untuk
dilanjutkan dalam proses peradilan, walaupun kenyataannya perbuatan nenekMinah telah
memenuhi unsur melawan hukum dalam pasal 362 tentang pencurian dengan ancaman
pidana penjara 5 tahun. Secara kemasyarakatan buah kakao yang diambil oleh nenek Minah
yang nilainya tidak sebanding dengan proses peradilan yang dijalaninya. Seharusnya PT.
RSA dan pihak kepolisian berinisiatif untuk menyelesaikan masalah kecil seperti ini secara
kekeluargaan, tidak perlu dilanjutkan ke proses peradilan. Secara kemasyarakatan jika kasus
ini ditinjau secara mendalam maka kasus ini tidak memenuhi unsur keadilan dalam
masyarakat, Apalagi jika dibanding-bandingkan dengan kasus korupsi yang terkesan
prosesnya tebang pilih dan prosesnya terulur-ulur. Nenekminah merupakan seseorang nenek
tua yang tidak bisa membaca papan peringatan milik PT. RSA dan juga dia tidak jadi
mengambil kakao tersebut (mengembalikan kakao kepada mandor) serta juga telah
mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Pandangan masyarakat menyimpulkan bahwa
unsur-unsur sosial tersebut merupakan hal yang harus dipertimbangkan oleh pihak yang
merasa dirugikan atau pihak penegak hukum untuk melanjutkan proses peradilan
terhadap nenek Minah, walaupun hakim memutuskan hukuman 1 bulan tanpa harus
dikurung. Putusan hakim tersebut menunjukkan bahwa perbuatan nenek Minah salah secara
hukum, tapi secara sosiologis hal tersebut tidak menunjukkan keadilan. Kasus ini juga telah
mencoreng asas kemanfaatan karena biaya kerugian yang di derita oleh PT.Rumpun Sari
Antan (RSA) akibat kehilangan 3 biji kakau tidak sebanding dengan besarnya biaya perkara
dan derita finansial yang di derita oleh nenek minah karena dirinya tidak mampu berkerja
selama proses perkara berlangsung, sedangkan nenek minah hanyalah wanita tua yang
berpenghasilan kecil.Selain itu besar kerugian yang diderita oleh PT.Rumpun Sari Antan
(RSA) juga tidak sebanding dengan dampak sosial yang diderita oleh nenek Minah. Dalam
hal ini aparat hukum terlalu berpatokan kepada apa yang tertulis di dalam KUHP.

5. REKOMENDASI / SARAN
Seharusnya dalam menangani perkara hukum, aparat tak hanya mengeja atau
membaca teks KUHP. Aparat mestinya juga menggunakan pendekatan hati nurani dan akal
sehat. Sebab, ketika aparat hanya mengacu pada teks undang-undang, keadilan yang didapat
masyarakat hanya bersifat formal. Berbeda dengan ketika menggunakan akal sehat dan hati
nurani, yang didapat adalah keadilan. Oleh karena itu sejak awal perkara seharusnya polisi
dapat melakukan diskresi, yakni penghentian perkara pidana selama penyidikan. Adapun di
kejaksaan dikenal istilah deponering atau penghentian perkara demi kepentingan umum.
6. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari kasus ini bahwa kasus ini memang terdapat adanya kepastian
hukum, akan tetapi asas kemanfaatan dan keadilan tidak mengena, dan ini yang sering
timbul dalam kehidupan hukum di Indonesia. Terkadang aparat kita sering tebang pilih,
kasus korupsi yang merupakan kasus berat yang sangat penting untuk diperoleh untuk
kepastian hukum di Indonesia malah tidak diproses, yang sangat menyedihkan dan segera
harus dirubah. Memang sangatlah sulit menyatukan ke tiga asas tadi yaitu keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum, apabila asas keadilan ditegakkan maka kepastian
hukumnya musnah begitu pula sebaiknya, inilah yang menjadi PR kita semua, penegak
hukum harus mampu bijak, realistis, dan benar-benar memahamidari pada hukum itu sendiri
beserta aturan atau teori terkait sehingga tujuan ataupun fungsi dari hukum yang
sesungguhnya bisa terwujud di negara tercinta kita Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai