Abstrak
Latar Belakang: Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia antara tahun
1990-2025, yaitu sebesar 414% umur harapan hidup. Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah multipatologi, yaitu
adanya lebih dari satu penyakit kronis degeneratif, maka diperlukan tatalaksana pasien secara holistik. Tekanan darah tinggi
dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada orang-
orang yang telah lanjut usia. Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko mayor Penyakit Jantung Koroner. World
Health Organization memperkirakan hiperkolesterolemia berkaitan dengan lebih dari separuh kejadian penyakit jantung
koroner dan lebih dari empat juta kematian tiap tahunnya Studi deskriptif dengan analisis data primer diperoleh melalui
anamnesis (autoanamnesis), pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium di klinik. Kunjungan rumah, melengkapi data keluarga,
dan psikososial serta lingkungan. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses dan akhir studi secara kuantitatif
dan kualitatif. Pasien merupakan geriatri 80 tahun dengan hipertensi dan hiperkolesterol yang memiliki pola makan dan gaya
hidup yang tidak baik. Selain itu, pola pengobatan pasien adalah kuratif. Pada skor depresi tidak didapatkan depresi, maka
tidak perlu intervensi pada pasien. Pasien diberikan edukasi mengenai pola makan yang baik, pola olahraga, dan pentingnya
meminum obat secara rutin dan kontrol tekanan darah serta kadar kolesterol. Dukungan keluarga berupa peran menjadi
partner pasien diperlukan untuk membantu pasien mengendalikan kadar kolesterol.
Korespondensi: RR. Agatha Rhana Aveonita, S. Ked │ Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 │ HP 081315050866
e-mail: agathaaveonita@yahoo.com
dilakukan Boedi Darmojo pada tahun 2011 di Pasien geriatri sering disertai penyakit
Indonesia diperoleh terjadi peningkatan lansia kronis degeneratif. Masalah yang muncul
yang menderita hipertensi sekitar 50% di jawa sering tumpang tindih dengan gejala yang
sekitar 42,6%. Dari data diatas dapat sudah lama diderita sehingga tampilan gejala
disimpulkan dari tahun ke tahun terdapat menjadi tidak jelas. Penyakit degeneratif yang
meningkatan lansia yang menderita hipertensi banyak dijumpai pada pasien geriatri adalah
dan ini perlu mendapatkan perhatian dan hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia,
penanganan yang baik, mengingat prevalensi osteoartritis, dan penyakit kardiovaskular.
yang tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan Penyakit jantung koroner (PJK) adalah
cukup berat.2 Hipertensi merupakan penyebab pembunuh nomor satu di dunia saat ini.
kematian nomor 3 yakni mencapai 6,7 % dari Penyebab utama penyakit ini adalah
populasi kematian pada semua umur di aterosklerosis koroner. Aterosklerosis timbul
Indonesia.5 secara perlahan akibat disfungsi endotel,
Pasien geriatri adalah pasien usia inflamasi vaskuler, dan tertumpuknya
lanjut yang memiliki karakteristik khusus yang kolesterol pada dinding pembuluh darah.
membedakannya dari pasien usia lanjut pada Hiperkolesterolemia merupakan salah satu
umumnya. Karakteristik pasien geriatri yang faktor risiko mayor PJK.6 World Health
pertama adalah multipatologi, yaitu adanya Organization (WHO) memperkirakan
lebih dari satu penyakit kronis degeneratif. hiperkolesterolemia berkaitan dengan lebih
Karakteristik kedua adalah daya cadangan faal dari separuh kejadian penyakit jantung
menurun karena menurunnya fungsi organ koroner dan lebih dari empat juta kematian
akibat proses menua. Karakteristik yang ketiga tiap tahunnya.7
adalah gejala dan tanda penyakit yang tidak American Heart Association (AHA)
khas. Tampilan gejala yang tidak khas memperkirakan lebih dari 100 juta penduduk
seringkali mengaburkan penyakit yang diderita Amerika memiliki kadar kolesterol total >200
pasien. Karakteristik berikutnya adalah mg/dl, yang termasuk kategori cukup tinggi,
penurunan status fungsional yang merupakan dan lebih dari 34 juta penduduk dewasa
kemampuan seseorang untuk melakukan Amerika memiliki kadar kolesterol >240 mg/dl,
aktivitas sehari-hari. Penurunan status yang termasuk tinggi dan membutuhkan
fungsional menyebabkan pasien geriatri terapi. Di Indonesia, prevalensi
berada pada kondisi imobilisasi yang berakibat hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34
ketergantungan pada orang lain. Karakteristik tahun adalah 9,3% dan meningkat sesuai
khusus pasien geriatri yang sering dijumpai di dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada
Indonesia ialah malnutrisi. Setiati et all, kelompok usia 55-64 tahun.
melaporkan malnutrisi merupakan sindrom Hiperkolesterolemia umumnya lebih banyak
geriatri terbanyak pada pasien usia lanjut yang ditemukan pada wanita (14,5 termasuk tinggi
dirawat (42,6%) di 14 rumah sakit. Kelompok dan membutuhkan terapi. Di Indonesia,
lansia rentan akan terjadinya berbagai macam prevalensi hiperkolesterolemia pada kelompok
gangguan, baik medis maupun psikologis. usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan meningkat
Salah satu gangguan psikologis yang umum sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5%
terjadi pada lansia adalah depresi. Adanya pada kelompok usia 55-64 tahun.
perubahan-perubahan alamiah tersebut akan Hiperkolesterolemia umumnya lebih banyak
mengakibatkan perubahan perilaku pada ditemukan pada wanita (14,5%) dibandingkan
dirinya dan dapat mengganggu fungsi pria (8,6%).8
kehidupannya mulai dari kognitif, motivasi, Lipid merupakan masalah yang penting
emosi dan perasan, tingkah laku, sampai pada dalam mempengaruhi kejadian hipertensi, ini
penurunan kondisi fisiknya. Dan perubahan berdasarkan kesimpulan yang di sampaikan
inilah yang merupakan indikator terdapatnya oleh Patel dan beberapa penelitian lainnya. 8
masalah psikososial pada lansia yaitu depresi. Pada peningkatan kadar profil lipid darah
Berdasarkan kondisi diatas, penatalaksanaan sangat erat hubungannya dengan
masalah kesehatan pada geriatri tidak cukup aterosklerosis, terutama pada usia 30-40
hanya fokus pada disease oriented tapi harus tahun, kadar kolesterol total dalam darah
ditatalaksana secara holistik. mencapai 260 mg/dl maka angka kejadian
aterosklerosis akan meningkat 3-5 kali lipat.
Selain itu penelitian epidemiologi, sakit. Ayah Tn.W sakit jantung. Setelah
laboratorium dan klinik yang dilakukan dilakukan, pemeriksaan, ternyata istri Tn.W
Framing Heart Study (FH) dan Multiple Risk yakni Ny.S juga mengalami hipertensi. Ny.S
Faktor Intervention Trial (MRFIT), belum pernah mengetahui bahwa tensinya
membuktikan bahwa gangguan metabolism tinggi sebelum ini, maka Ny.S belum
lipid merupakan faktor sentral terjadinya mengkonsumsi obat apapun. Tidak ada gejala
atreosklerosis. yang dirasakan Ny.S. Sejak setahun terakhir
Tn.W sering merasa sakitnya sangat
KASUS menganggu waktu tidur sehingga pasien sulit
Tn. W, 80 tahun, seorang pedagang beristirahat. Pola pengobatan pasien ini
tempe, datang ke Puskesmas Karang Anyar bersifat kuratif, apabila mengalami keluhan,
dengan keluhan sakit kepala sejak 1 bulan yang pasien baru pergi untuk berobat. Sama saja
lalu dan semakin memberat sejak 1 minggu yang dengan pola pengobatan anggota keluarga
lalu. Nyeri kepala dirasakan terutama pada lainnya merupakan kuratif, dimana anggota
bagian belakang kepala terkadang menjalar keluarga mencari pelayanan kesehatan jika
hingga ke leher, sehingga tengkuk pasien terasa sakit saja. Ada riwayat keluarga dengan
berat. Nyeri kepala biasanya hilang timbul. Rasa penyakit yang sama.yaitu hipertensi yang
nyeri kepala mengganggu istirahat pasien dialami kakak serta istri pasien.
sehingga pasien merasakan sulit tidur. Selain itu Dari pemeriksaan fisik didapatkan
pasien mengeluhkan tangan dan kaki sering keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36
pegal dan kesemutan. Pasien merasakan agak o
C; tekanan darah: 170/100 mmHg;; frek. nadi:
sulit untuk berjalan. Pasien masih dapat 88 x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan:
melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya 75 kg; tinggi badan: 164 cm; IMT: 27,8. Mata,
dan tidak mengonsumsi obat-obatan untuk telinga, hidung, kesan dalam batas normal. Paru,
menghilangkan sakitnya. gerak dada dan fremitus taktil simetris, tidak
Awalnya sekitar 1 tahun yang lalu didapatkan rhonki dan wheezing, kesan dalam
pasien mengalami keluhan seperti ini. lalu batas normal. Batas jantung tidak terdapat
pasien memeriksakan diri ke puskesmas untuk pelebaran, kesan batas jantung normal.
diobati dan diberikan obat antihipertensi. Abdomen, datar dan supel, tidak didapatkan
Namun, setelah obat tersebut habis dan organomegali ataupun ascites, kesan dalam
keluhan berkurang, pasien tidak kontrol lagi batas normal. Ekstremitas tidak didapatkan
untuk mendapatkan obat antihipertensi. edema, kesan dalam batas normal.
Selain itu, sejak 3 bulan terakhir pasien Muskuloskeletal dan status neurologis kesan
mengalami keluhan tangan dan kaki sering dalam batas normal. Pada pemeriksaan
pegal dan kesemutan namun belum pernah penunjang didapatkan kadar kolesterol : 286
diperiksakan ke dokter. mg/dl. Selain itu, masalah pada pasien adalah
Pasien biasanya makan tiga kali sehari. 1) mengeluhkan nyeri kepala hingga tengkuk
Makanan yang dimakan cukup bervariasi. disertai pegal-pegal seluruh badan,
Namum pasien suka mengkonsumsi makanan kekhawatiran keluhan makin berat dan tidak
yang berlemak, seperti daging dan kuning dapat sembuh. Harapan tekanan darah dan
telur, kulit ayam. Pasien pun suka makan kadar kolesterol terkontrol 2) diagnosis kerja
makanan gorengan, rendang dan sayuran adalah hipertensi grade II dengan
bersantan. Pasien masih mengerjakan aktivitas hiperkolesterolemia, 3) perilaku pola makan
dirumah seperti membuat tempe, yang tidak sehat, suka makanan berlemak,
membersihkan rumah serta berjualan tempe gorengan dan bersantan, pola hidup tidak baik
berkeliling menggunakan motor. Pasien jarang suka merokok dan jarang olahraga, 4) masalah
berolahraga. Pasien mengatakan tidak psikososial terkadang pasien merasa stress dan
mengkonsumsi alkohol ataupun merokok saat kurangnya pengetahuan keluarga tentang
ini, namun 5 tahun yang lalu pasien adalah penyakit pasien.
perokok aktif dengan menkonsumsi rokok Rencana penatalaksanaan pasien terhadap
sebanyak 2-3 bungkus per hari. hipertensi dengan hiperkolesterolnya adalah
Tn.W tinggal bersama istrinya Ny.S dua dengan obat antihipertensi dan
anak, dua menantu serta ketiga cucunya. Ayah antikolesterolemia. Sedangkan untuk masalah
dan ibu Tn.W sudah meninggal dikarenakan
psikososial dengan bersama-sama partner jarang dilakukan, namun setiap hari pasien
(keluarga) untuk mengubah pola hidup pasien. bekerja mengendarai motor untuk berdagang
tempe. Sistem pelayanan kesehatan terjangkau
PEMBAHASAN baik dari segi biaya maupun lokasi. Namun
Masalah kesehatan yang dibahas pada pasien dan keluarga hanya melakukan
kasus ini adalah 1) seorang laki-laki berusia 80 pengobatan bila ada keluhan saja setelah itu
tahun mengeluhkan nyeri kepala hingga tengkuk pasien tidak rutin kontrol penyakitnya.
disertai pegal-pegal seluruh badan, 2) diagnosis Pada pasien ini penegakan diagnosis
kerja adalah hipertensi grade II dengan klinik hipertensi grade II, berdasarkan keluhan
hiperkolesterolemia, 3) perilaku pola makan pasien yang di dapatkan nyeri kepala. Nyeri
yang tidak sehat, suka makanan berlemak, kepala menjalar ke tengkuk, rasa pusing
gorengan dan bersantan, pola hidup tidak baik dirasakan hilang timbul, terlebih bila pasien
suka merokok dan jarang olahraga, kurang istirahat. Sedangkan dari pemeriksaan
4) masalah psikososial terkadang pasien fisik didapatkan tekanan darah pasien 170/100
merasa stress dan kurangnya pengetahuan mmHg. Sesuai dengan gambaran klinis
keluarga tentang penyakit pasien. hipertensi berupa sakit kepala sampai ke
Dari hasil kunjungan, sesuai konsep tengkuk bagian belakang, sering gelisah,
mandala of health, pasien memiliki pengetahuan tengkuk rasa pegal yang akan berkurang bila
yang kurang tentang penyakit-penyakit yang ia penderita beristirahat.9
derita. Lingkungan psikososial, terkadang pasien Diagnosis hipertensi grade II
merasa stress akan pekerjaannya dan untuk ditegakkan berdasarkan Eight Report Joint
lingkungan sosial pasien cukup baik sering ikut National Committe on Prevention, Detection,
kegiatan masjid dan kegiatan lain di Evaluation , and Treatment of High Blood
kampungnya. Life style, pola makan belum sesuai Pressure (JNC-7), dimana hipertensi grade II
dengan anjuran dokter. Pasien suka makan yaitu tekanan darah systole >160 mmHg dan
gorengan, kulit ayam, tempe goreng, jeroan diastole >100 mmHg. Faktor risiko timbulnya
seperti ati ayam, usus, ampela, makanan hipertensi antara lain usia, stres, aktivitas fisik
bersantan dan lainnya makanan yang berlemak. dan kebiasaan olah raga. 10
Perilaku olahraga
menerus, sampai kadar kolesterol pasien gorengan atau kerupuk di sore hari. Lauk pauk
mencapai target <200 mg/dl, dan pasien telah yang dimakan sebanyak ± 3 porsi, berupa ikan,
dapat mengatur diet.11 ayam, atau tahu tempe yang digoreng, jarang
Tujuan pemberian simvastatin adalah dipepes atau direbus. Pasien jarang makan
menurunkan jumlah kolesterol dengan cara buah dan sayur.
menurunkan sintesis kolesterol di hati. 11 Adanya ketidaksesuaian tersebut
Terdapat beberapa macam obat yang bekerja menyebabkan pasien kemudian diberikan
dengan mekanisme yang sama dengan edukasi mengenai gizi seimbang. Berdasarkan
simvastatin, misalnya lofastatatin dan piramida gizi seimbang dari USDA Department,
atrovastatin. Dibandingkan kedua obat ini didapatkan kebutuhan sehari untuk karbohidrat
simvastatin memiliki kelebihan yaitu yaitu 3-8 porsi, dimana satu porsinya sama
absorpsinya tidak dipengaruhi oleh intake dengan1 potong roti atau½ mangkuk nasi atau ½
makanan.13 mangkuk sereal. Kebutuhan sehari untuk protein
Selain golongan HMG Co-A Reductase yaitu 2-3 porsi, dimana satu porsinya sama
Inhibitor terdapat beberapa golongan obat lain dengan1 potong tahu/tempe atau 3 ons
untuk terapi farmakologi hiperkolesterol di daging/ayam/ikan. Sedangkan kebutuhan lemak
anataranya golongan bile acid seuestrants yaitu 2-3 porsi, dimana satu porsinya sama
seperti colestipol, golongan derivat asam fibrat dengan 1 sendok teh minyak atau margarin.
seperti gemfibrozil, dan golongan asam nikotinik Kebutuhan sehari untuk sayur dan buah masing-
seperti niaspan. Kelebihan simvastatin masing yaitu 3-5 porsi, dimana satu porsinya
dibandingkan obat-obat tersebut yaitu statin sama dengan 1 potong buah atau ½ mangkuk
merupakan obat yang cocok untuk pasien sayur dan merupakan kebutuhan kalori serat
dengan masalah hiperkolesterolemia yang lama pada diet hiperkolesterolemia (National
dan sulit dikontrol. namun, dengan berbagai Cholesterol Education Program, 2001). Pola
kelebihan tersebut simvastatin tetap memiliki makan dan olahraga pasien perlu diatur untuk
efek samping. Efek samping simvastatin yang mencegah komplikasi yang dapat muncul karena
tidak diharapkan di antaranya yaitu adanya hiperkolesterolemia. Pola makan yang baik bagi
miositis yang ditandai dengan nyeri otot dan pasien,selain menyesuaikan dengan gizi
timbulnya gangguan fungsi hati. Oleh karena itu, seimbang, perlu untuk memperbanyak konsumsi
penting untuk memantau fungsi hati dalam masa serat. Pasien dapat melakukan olahraga jalan
terapi farmakologis.
15 kaki, naik sepeda, ataupun berenang,
Terapi non farmakologis dilakukan untuk disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan
menambah pengetahuan pasien dan keluarga pasien,yang penting dapat dilakukan secara terus
11
mengenai kebutuhan gizi pada menerus.
hiperkolesterolemia dan konsumsi makanan
yang dapat membantu menurunkan kolesterol. Kunjungan ketiga dilakukan pada tanggal
Untuk menentukan terapi non farmakologis, 1 Maret 2016 dari hasil anamnesis lanjut
sebelumnya dilakukan kunjungan ke rumah didapatkan bahwa menurut pasien kondisi yang
pasien untuk mengetahui pola makan yang ia rasakan mulai semakin membaik, tetap
selama ini pasien lakukan dan pengetahuan melakukan anjuran dokter yang dijelaskan pada
pasien mengenai gizi seimbang. kunjungan kedua. Pengukuran tekanan darah
Pada kunjungan kedua telah dilakukan pasien didapatkan 140/90 mmHg, dan
kunjungan ke rumah pasien untuk mencari pengukuran kadar kolesterol pasien didapati 205
mengetahui pola makan yang selama ini pasien mg/dl, meskipun kadar tersebut masih di atas
lakukan dan pengetahuan pasien mengenai gizi kadar optimal untuk kolesterol di dalam tubuh
seimbang. Pada kunjungan ini didapatkan yaitu dibawah 200 mg/dl. Kadar kolesterol turun
hampir setiap hari pasien mengkonsumsi dikarenakan pasien telah menjaga pola
tumisan, gorengan, kulit ayam, kerupuk, makannya yaitu mengurangi asupan makanan
makanan bersantan, dan makanan berlemak yang berlemak dan berminyak. Pasien dianjurkan
lainnya. Pasien selama ini tidak mengetahui pola untuk tetap memeriksakan diri setiap obat telah
makan yang sesuai dengan gizi seimbang. habis dan apabila ada gejala lain yang
Namun, pasien mengetahui contoh bahan mengganggu pasien dapat langsung ke
makanan dari zat gizi yang diperlukan. Pasien puskesmas dan mengikuti saran serta anjuran
mengkonsumsi nasi 3 piring sehari, ditambah yang diberikan.