PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh guru (pendidik) terhadap suatu proses perkembangan jasmani dan rohani
siswa, yang tujuannya agar kepribadian siswa terbentuk dengan sangat unggul.
Dalam dunia pendidikan faktor utama yang harus diperhatikan adalah siswa.
Siswa adalah subjek sekaligus sebagai pemeran utama dalam dunia pendidikan
selain seorang guru. Dalam hal ini, biasanya yang sering menjadi permasalahan
dalam proses pembelajaran adalah persoalan prestasi siswa yang menurun karena
cara penyampaian materi yang cenderung susah dipahami dari pengajaran seorang
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar siswa. Kualitas dan
sekolah menunjukkan bahwa banyak guru yang kurang memiliki kemampuan dan
serta ada pula guru yang mengajar akan tetapi tidak menguasai materi yang akan
1
2
belajarnya rendah, serta bersikap acuh tak acuh yang akhirnya dapat berpengaruh
media dan sumber belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-buku atau
pembelajaran.
menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, dan media audio
visual, tetapi kemampuan guru lebih ditekankan pada pengguanaan objek nyata
memanfaatkan media yang sudah ada sesuai dengan pelajaran yang diajarkan,
misalkan pada mata pelajaran sejarah guru dapat menggunakan media seperti peta,
gambar, atau guru dapat mendesain media untuk kepentingan pembelajaran seperti
dikelola oleh Yayasan Santa Maria di bawah naungan tarekat Suster Notre Dame
3
dengan SMA / SMK dari Sabang sampai Merauke. SMA Santo Mikael juga
merupakan sekolah berasrama yang disediakan untuk siswa yang datang dari
daerah lain. Siswa di SMA Santo Mikael sangat beragam, dari budaya, bahasa,
dan ras, namun hal itu tidaklah menjadi penghalang bagi siswa di SMA Santo
pendidikan sekolah tercapai yaitu sejumlah perubahan dalam tiga bidang, yang
perkembangan siswa. Siswa perlu belajar. Hal inilah yang paling pokok di
sekolah. Guru mengajar itu hanyalah supaya siswa dapat belajar dengan lebih
baik. Dengan kata lain, guru adalah pengelola proses belajar siswa. Siswa tidak
dapat diperlakukan sebagai penerima pasif, yang tinggal menelan apa saja yang
disajikan guru. Saat ini peranan dari siswa yang belajar aktif semakin ditekankan.
Tekanan tersebut menempatkan guru dalam posisi yang sangat strategis sebagai
pengelola belajar.
peneliti menemukan fakta bahwa keadaan kelas sangat tidak kondusif. Banyak
siswa yang tidak peduli terhadap penjelasan yang disampaikan oleh guru, bermain
HP saat proses pembelajaran, tidak aktif dalam kelas, dan bahkan ada beberapa
siswa yang keluar kelas saat pembelajaran sedang berlangsung. Guru terlihat tidak
peduli dengan sikap siswanya yang acuh tak acuh terhadapnya. Saat mengajar,
4
guru sama sekali tidak menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa, dan sumber belajar hanya berpatokan pada LKS yang telah
dibagikan kepada siswa. Hal seperti ini dapat menyebabkan siswa tidak tertarik
Games Tournaments) ini, diharapkan dapat menarik perhatian siswa dan mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa, pada mata pelajaran sejarah. Dengan model
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis sampaikan di atas, maka penulis
C. Batasan Masalah
tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada siswa kelas X A di SMA Santo
Mikael Warak.
D. Rumusan Masalah
E. Pemecahan Masalah
belajar siswa kelas X A di SMA Santo Mikael Warak pada mata pelajaran sejarah.
(Teams Games Tournaments). Alasan peneliti memilih model TGT (Teams Games
Tournaments) karena model tersebut mengajak siswa untuk aktif pada saat proses
baik dalam kelompoknya untuk mendapatkan hasil yang baik saat belajar.
6
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu, untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dan sekaligus
Tournaments).
3. Bagi peneliti
pembelajaran, serta menjadi bekal bagi peneliti sebagai calon guru, sehingga
kelak dapat menjadi seorang guru yang berkualitas dan profesional dalam
4. Bagi siswa
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pembelajaran
siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan
dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri
siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk
melibatkan siswa. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta, Prenada ,
2009, hlm: 29.
2
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta,
Bumi Aksara , 2006, hlm: 2.
8
9
2. Pengertian Belajar
pertama, yaitu mendapatkan respon atau tanggapan yang tepat. Belajar yang
terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
sebagai berikut4:
3
E. Kosasih, Strategi Belajar Dan Pembelajaran, Yrama Widya, Bandung, 2014, hlm: 13.
4
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm: 19.
5
Ibid. hlm: 22.
6
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004, hlm: 84.
10
yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa
sejumlah fakta-fakta. Sejalan dengan pendapat ini, maka seseorang yang telah
belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang akan dihafalkan. Ada
pula yang mengatakan bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga
pengalaman.
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
11
tingkahlakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah
3. Tujuan Belajar
lingkungan ( kondisi ) belajar yang lebih kondusif. Dalam hal ini akan berkaitan
belajar sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-
pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa
yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan
yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Tujuan
lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar
pengembangan gerak. Dari uraian diatas, dapat dilihat secara umum, maka tujuan
berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Mengenai tujuan belajar tersebut, maka
Ketiga hasil belajar diatas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara
4. Ciri-ciri Belajar
orang yang melakukannya telah belajar. Sebagai contoh dapat disebutkan yaitu
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, yang berarti hasil dari
belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah
laku, dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak terampil menjadi terampil.
b. Perubahan perilaku, yang berarti perubahan tingkah laku yang terjadi karena
belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah,
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali, 1986, hlm: 27-31.
13
5. Prinsip-prinsip belajar
Didalam proses belajar mengajar seorang guru perlu memerhatikan beberapa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah
dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Ada beberapa orang yang
secara Psikolgis, belajar juga merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
9
W.S Mikael, Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia, 1986, hlm: 13.
10
Ibid, hlm: 19-21.
14
aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai berikut, belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya karena itu tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan dalam arti belajar. Belajar adalah proses berpikir, belajar berpikir
seseorang. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar. 12
Menurut Winkel, prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
bobot yang dicapainya. 13Dari pendapat dua ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan suatu hal yang diperoleh seseorang setelah
11
Winarno Surakhmad, Dasar Dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung, Tarsito,
1973, hlm : 61.
12
Syaifudin Azwar, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 1966, hlm: 124.
13
Winkel, W.S, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, PT Gramedia, Jakarta, 1984, hlm: 64
15
a. Faktor Intern
Faktor yang berasal dari dalam individu meliputi N.Ach (Need for
Achievement), yakni dorongan atau motif intrinsik untuk mencapai prestasi dalam
belajar adalah takut gagal. Takut gagal berupa perasaan cemas seperti apabila
menempuh ujian, mempelajari sesuatu yang baru atau memecahkan masalah yang
sulit, dapat mengganggu keberhasilan dalam prestasi. N.Ach dan takut gagal itu
mencapai sukses, di sisi lain takut gagal akan mempengaruhi seseorang untuk
meraih sukses.
cukup kuat, takut sukses itu dapat mendorong N.Ach seseorang dan melahirkan
b. Faktor Ekstern
tersebut. Pertama lingkungan keluarga yang meliputi bagaimana cara orang tua
mendidik dan relasi antar anggota keluarga. Kedua adalah faktor sekolah yang
meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan
14
Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, Yogyakarta, BPFE, 1990,
hlm: 84 – 85.
15
Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010,
hlm: 54.
Ada tiga indikator dalam prestasi belajar, yaitu:
a. Aspek Kognitif
(IQ) atau kemampuan berfikir siswa. Aspek kognitif dari dahulu selalu menjadi
kognitif.
b. Aspek Afektif
Aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap yang berkaitan dengan
kecerdasan emosi (EQ) siswa. Penilaian pada aspek afektif dapat dilihat pada
c. Aspek Psikomotorik
Dalam penelitian, dari ketiga aspek tersebut diatas yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik peneliti lebih memfokuskan penelitian pada aspek kognitif saja.
7. Pengertian Sejarah
Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarah yang berarti pohon
kehidupan. Sebagai pohon, sejarah adalah awal dari segalanya yang menjadi
realitas masa kini. Hal ini berkolerasi dengan arti kata syajarah sebagai keturunan
16
17
dan asal usul. Syajarah sering dikaitkan dengan makna kata silsilah (dari Bahasa
yaitu kesustraan lama (silsilah, asal-usul), kejadian dan peristiwa yang benar -
benar terjadi pada masa lalu dan ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau disebut
juga dengan riwayat. Dalam bahasa Asing dikenal dengan istilah Geschicte
juga merupakan terjemahan dari kata History (Inggris) yang berarti sejarah.
Pertama, kata yang menunjuk pada sesuatu yang telah berlalu, suatu peristiwa atau
kejadian. Kedua, kata history bermakna riwayat dari pengertian pertama. Ketiga,
semua pengetahuan tentang masa lalu, dalam hal ini berkaitan erat dengan
pengetahuan.17
dilakukan oleh peserta didik dan mengajar yang dilakukan oleh pendidik. Leo
Agung dan Sri Wahyuni menyatakan bahwa tujuan pembelajaran pada hakikatnya
adalah perubahan perilaku peserta didik baik dalam bidang kognitif, afektif
manusia dalam lingkup waktu dan ruang, dialog antara peristiwa masa lampau dan
16
Abd. Rahman Hamid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2011, hlm: 3.
17
Ibid, hlm: 5.
18
perkembangan ke masa depan, serta cerita tentang kesadaran manusia baik dalam
proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa
lampau hingga kini. Dalam hal ini Louis Gottschalk menyatakan bahwa masa
lampau membantu untuk mengerti masa kini. Terjadi hubungan kausalitas antara
masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Tujuan pembelajaran sejarah
negara Indonesia, meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bagi peserta didik,
terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerjasama dalam menguasai materi yang
18
http://www.donisetyawan.com/pengertian-pembelajaran-sejarah-indonesia/diunduh pada hari
Jumat, 25 Agustus 2017, pukul 15.45 WIB.
19
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Jakarta, Prenada Media, 2009,
hlm: 56.
19
maupun secara kelompok. Siswa yang berada dalam satu tim, maka dengan
senirinya dapat membangun hubungan yang baik di antara siswa dari berbagai
satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses
kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa
dirinya bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya
kelompok.
b. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Hal ini terjadi karena seorang
siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
kelompok. Oleh karena itu, guna mengatasi masalah ini, siswa yang
Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar –
hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan iswa tidak dapat hanya
20
Ibid. hlm: 61.
20
sekelompoknya.
siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
yaitu:
21
keberhasilan kelompok.
memperoleh keberhasilan.
berbagai informasi.
berikut :
merupakan tempat untuk mencapai tujaun. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan
mau dan sanggup berinterkasi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
bertujuan untuk :
21
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm: 206-208.
22
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, Gava Media, Yogyakarta, 2014, hlm: 35-36.
23
pembelajaran kooperatif dilihat dari aspek siswa adalah memberi peluang kepada
diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah pandangan
kelompok.
diterapkan dalam sistem pendidikan saat ini. Penggunaan model pembelajaran ini
dapat meningkatkan pencapaian prestasi para siswa dan juga akibat-akibat positif
terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan
yang mendorong siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam
permainan dengan anggota - anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim
mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa
pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu - kartu yang diberi angka. Tiap
siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan
sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar.
Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor
bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat
berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi
pembelajaran.
dan suku kata yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan
tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk
Tournaments) terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class
yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT
kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru
ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik
karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok
dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan
23
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm: 224-225.
26
sampai 6 orang peserta didik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau
3. Permainan (Games)
dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta
didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau
memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.
presentasi kelas.
5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan
hadiah atau nilai tambah terhadap peserta didik yang mendapat prestasi baik di
27
kelas. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah
mereka buat.
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
Dalam evolusi manusia, ciri tubuhnya diwariskan dari orang tua atau nenek
kromosom. Gen inilah yang mengatur ciri atau sifat yang diturunkan atau
dan dapat diturunkan pada suatu organisme. Seleksi alam berpengaruh kepada
Sistem yang dianut untuk memecahkan masalah tentang manusia itu adalah
bukti lengkap bagi umat manusia sekarang. Hal ini yang sekarang sering
28
menimbulkan perbedaan pendapat dari para ahli. Teori evolusi biologis adalah
perubahan filogenetis, jadi perubahanan satu takson menjadi takson lain, atau
tetap sebagai takson lama dengan perubahan sedikit, atau punah. Evolusi manusia
bukanlah manusia berasal dari monyet. Oleh karena, monyet sekarang memiliki
spesies yang jauh dari manusia. Darwin mengemukakan teori evolusinya bahwa
suatu takson itu tidak statis, tetapi dinamis melalui waktu yang lama dan panjang,
dan makhluk di muka bumi ini adalah berkerabat. Berikut teori-teori tentang
perkembangan manusia.
sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil tertua dengan jumlah
China, dan Kampuchea. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa
Pendapat Kern didukung dengan adanya persamaan nama dan bahasa yang di
tengah karena di daerah tersebut banyak sungai yang besar. Mereka menyebar ke
Cina Selatan, yakni dari hulu sungai besar di Asia yang kedatangannya di
tua (proto melayu 3000 SM-1500SM) dengan ciri budayanya Neolitikum. Mereka
datang dengan jenis perahu bercadik satu. Gelombang kedua adalah gelombang
melayu baru (deutero melayu 1500 SM-500 SM) dengan menggunakan perahu
bercadik dua.
f. Teori Dr. Brandes
Brandes berpendapat bahwa bangsa yang bermukim di kepulauan Indonesia
memiliki banyak persamaan dengan banga bangsa pada daerah yang terbentang
dari sebelah utara formosa, sebelah Barat Madagaskar, sebelah selatan tanah Jawa,
dan bangsa yang berbahasa Austria. Bangsa yang berbahasa Austria dibagi dua,
yaitu bangsa yang berbahasa Austro-Asia dan bangsa yang berbahasa austronesia.
h. Teori Hogen
Hogen menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir melayu
berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang
kemudian disebut bangsa proto melayu dan deutero melayu. Bangsa proto melayu
(melayu tua) menyebar di wilayah sekitar indonesia tahun 1300 SM-1500 SM.
30
Namun, pendapat Max Muller ini tidak begitu jelas alasannya. Ia menarik
berasal dari India, kemudian menyebar ke Indocina, terus ke daerah Indonesia dan
akan dilakukan oleh peneliti. Maka dalam penelitian yang relevan ini dipilih
sesuai dengan apa yang menjadi variabel-variabel yang ada pada judul penelitian
ini. Penelitian yang relevan ini juga dapat dijadikan acuan peneliti dalam
ini, peneliti mengambil penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Ester
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Siswa Kelas X SMA Taman
prestasi belajar sejarah siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran tipe
TGT (Teams Games Tournament. Dari rata-rata awal 67,50, pada siklus pertama
31
meningkat menjadi 72,92 atau 5,42%, kemudian pada siklus kedua mengalami
D. Kerangka Berpikir
tersebut, sangat jelas bahwa siswa dituntut untuk selalu aktif dari pada guru. Guru
hanya sebagai fasilitator untuk siswa. Artinya, guru berperan untuk mendampingi,
belajar.
yaitu guru ketika melaksanakan KBM hanya terpaku dalam kegiatan ceramah
tanpa menggunakan media yang menarik. Selain itu guru tidak menerapkan model
dan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik sehingga membuat siswa
merasa cepat bosan dan tidak tertarik dengan mata pelajaran khususnya sejarah.
Hal tersebut tentu saja menyebabkan prsetasi belajar sejarah siswa rendah.
pembelajaran yang lebih inofatif agar prestasi belajar sejarah siswa menjadi lebih
24
Ester Purimaningsih, Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Siswa Kelas X SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta, Tidak diterbitkan, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma.
32
Games Tournaments).
belajar bersama dalam kelompok untuk mempelajari dan menguasai materi yang
diajarkan oleh guru. Siswa berkelompok dan saling bertukar pikiran antara siswa
yang satu dengan siswa yang lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru sehingga menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan.
partisipasi, dan semangat belajar kepada siswa. Partisipasi dan semangat belajar
tersebut akan membawa dampak baik terhadap prestasi belajar siswa. Dari
E. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah suatu jenis penelitian tindakan dengan akar
dalam kelas yang dirasakan oleh sebagian besar peserta didik, sekaligus
permasalahan yang muncul secara terus menerus. Penelitian tindakan kelas (PTK)
atau Classroom Action Research adalah penelitian tindakan (action research) yang
dilaksanakan oleh guru dan peneliti di dalam kelas. Dimana penelitian ini
apa yang terjadi dalam proses penelitian tersebut. Akan tetapi, akibat waktu yang
terlalu singkat, memaksa peneliti langsung mengajar di kelas karena guru kurang
siap dengan rancangan pembelajaran yang telah disiapkan. Supaya ada yang
mengamati peneliti dan dinamika dalam kelas, maka ada dua orang yang bertugas
reflektif dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru, ada juga sebagai
34
35
sehari-hari, dan tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai
adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu
berlangsung.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2017. Waktu
penelitian akan disesuaikan dengan jadwal dan kalender akademik dari pihak
sekolah.
3. Siklus
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X A di SMA Santo Mikael
2. Objek Penelitian
D. Desain Penelitian
1. Perencanaan
Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
Tindakan Kelas yang ideal sebetulnya dilakukan berpasangan antara pihak yang
2. Pelaksanaan Tindakan
isi rancangan yang mengenakan tindakan kelas. Pada tahap ini, perlu diingat
bahwa guru sebagai pelaksanaan penelitian harus bisa mengingat dan berusaha
menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus berlaku wajar
25
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (Edisi kedua),
Jakarta, Indek, 2009, hlm: 21.
37
3. Pengamatan
Pengamatan ini dikerjakan oleh rekan pengamat, bukan oleh guru yang sedang
melakukan tindakan.
4. Refleksi
sudah dilakukan. Hasil dari refleksi ini adalah diadakannya revisi terhadap
Pelaksanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Refleksi
unsur-unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran dalam kegiatan
beruntun yang kembali kelangkah semula. Jadi, satu siklus adalah dimulai dari
B. Perumusan Variabel
C. Defenisi Operasioanl
Berikut ini merupakan defenisi operasional yang peneliti ambil, antar lain sebagai
berikut :
2. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau
dikerjakan.
yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerjasama dalam menguasai materi
D. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang penting dalam sebuah PTK karena tanpa
sumber data ini maka peneliti akan mengalami kendala dalam melakukan
1. Siswa
2. Guru
melalui peningkatan prestasi belajar siswa yang berupa hasil prestasi siswa
sebelum penelitian.
3. Dokumen
sebuah penelitian. Data penelitian adalah semua informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah penelitian. Sesuai jenis data yang dikumpulkan yaitu data
1. Observasi
2. Tes
Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang
harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang dimaksudkan untuk
3. Dokumentasi
selama proses belajar mengajar berlangsung serta data nilai ulangan harian siswa
Tournaments).
mengumpulkan data. Ada bebrapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
41
yaitu :
a. Tes (Pre-tes)
Tes prestasi digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes prestasi
tersebut berupa instrumen soal yang berbentuk pilihan ganda dan essay.
b. Daftar nilai
Data nilai ulangan harian siswa dari guru mata pelajaran sejarah sebelum
Tournaments).
a. Tahap Penelitian
hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran dan untuk merancang model
1) Tes
Tes prestasi digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah penerapan
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini bertujuan untuk mengamati kegiatan belajar siswa
d. Tahap Refleksi
kesalahan yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Refleksi dilakukan pada
1) Validitas
harus diperiksa bahwa instrumen tersebut harus valid karena akan mendukung
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.26 Dalam penelitian ini peneliti menguji
validitas butir soal yang telah dikerjakan siswa. untuk mengetahui tingkat
validitas atas uji coba instrumen maka peneliti menggunakan rumus kolerasi
Keterangan :
Keterangan :
t = taraf signifikansi
= korelasi skor item dengan skor total
n = jumlah responden
2) Reliabilitas
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen tersebut
sudah baik dan istrumen yang dapat dipercaya atau yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga28. Dalam penelitian ini, peneliti
Keterangan :
dan juga secara manual. Untuk mengetahui hasil validitas dan realibilitas dapat
G. Analisis Data
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2011, hlm: 259.
28
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm: 142.
29
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm:190.
43
44
Setelah pengumpulan data, hal yang harus dilakukan adalah analisis data.
Analisis data memiliki peran penting dalam penelitian tindakan kelas. Analisis
komparatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Kuantitatif
dalam bentuk angka, yang merupakan hasil penghitungan dan pengukuran prestasi
belajar sejarah siswa. Hasil perhitungan dan pengukuran prestasi siswa dianalisis
Mikael Warak, maka data kegiatan belajar siswa dianalisis dengan menggunakan
PAP I. Kegiatan belajar siswa merupakan salah satu bagian penting dalam
penilaian, karena melalui kegiatan belajar siswa dapat menunjang prestasi belajar
sejarah siswa. hal-hal yang diamati berupa on task dan off task. On task meliputi
pembelajaran, siswa main Handphone, ribut di dalam kelas, makan di dalam kelas,
30
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2002, hlm:
67.
45
On task
Off task
Pada data prestasi belajar siswa, baik kondisi awal sebelum tindakan (pra
Acuan Penilaian I (PAP I). Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis
Keterangan:
N = Nilai hasil penilaian
∑ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai
∑ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek
yang dinilai.
1) Menghitung tingkat prestasi belajar siswa
47
Untuk dapat mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dari pra siklus
sampai siklus I dan siklus II, peneliti menggunakan Patokan Acuan Penilaian I
(PAP I) dengan KKM 65. Berikut ini cara untuk menentukan tingkat prestasi
belajar siswa:
2) Menghitung persentase
persentase siswa yang mencapai KKM berdasarkan ketentuan dan siswa yang
2. Analisis Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini merupakan data yang dinyatakan dalam
bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk angka, data ini biasanya menjelaskan
karakteristik atau sifat untuk mengukur minat belajar sejarah siswa. Kualitatif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.31
Data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak
dapat diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan verbal
(kalimat dan kata). Selain itu, data kualitatif lebih bersifat proses. Beda halnya
dengan kuantitatif yang bersifat hasil atau produk. Data kualitatif juga hanya
3. Analisis Komparatif
kegiatan belajar dan hasil prestasi belajar siswa dari pra tindakan dengan pada saat
31
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, Yogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014, hlm: 22.
32
Ibid, hlm: 237.
49
5 DIB
Keterangan:
N : Naik
T : Turun
Te : Tetap
1. Pra Siklus
a. Permintaan Izin
Permintaan izin kepada kepala Sekolah SMA St. Mikael Warak, Ketua
DharmaYogyakarta.
b. Observasi
siswa 19 orang. Observasi ini bertujuan untuk melihat kegiatan siswa dan untuk
digunakan oleh guru saat mengajar di dalam kelas sebelum peneliti menerapkan
Media yang digunakan oleh peneliti adalah power point, LCD, dan papan
tulis.
2. Rencana Tindakan
Keempat tahap tersebut yang akan diterapkan pada setiap siklus, dan banyaknya
siklus yang dijalankan sebanyak dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini bisa terus
52
a. Siklus I
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Pengamatan
menggunakan instrumen observasi. Hal yang akan diamati oleh peneliti meliputi
on task dan off task. On task meliputi siswa memperhatikan guru, mencatat hal-hal
pendapat, dan menyelesaikan tugas. Off task meliputi siswa tidak memperhatikan
53
pembelajaran, main handphone, ribut di dalam kelas, makan di dalam kelas, tidur
4) Refleksi
memberikan tes untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang sudah
diajarkan. Dari hasil tes tersebut, peneliti membuat rencana untuk perbaikan pada
siklus II dan mengetahui apa saja yang perlu ditingkatkan pada siklus II.
b. Siklus II
Tahap-tahap dalam siklus II ini pada dasarnya sama dengan tahap yang
dilakukan pada siklus I. Hanya saja tindakan pada siklus II ini akan ditentukan
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Pengamatan
4) Refleksi
I. Indikator Keberhasilan
54
ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang akan dicapai dengan
Penelitian ini dilakukan di SMA St. Mikael Warak kelas X A pada mata
Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2017 dan 9 Mei 2017, sedangkan siklus
untuk dapat mengetahui kondisi awal aktivitas siswa kelas X A SMA St. Mikael
Warak. Observasi dilakukan tanggal 29 April 2017 pada jam 08.45-09.30 WIB.
Hasil observasi pra penelitian serta penerapan model pembelajaran TGT (Teams
Games Tournaments) pada siklus I dan siklus II akan diuraikan sebagai berikut:
Observasi pra penelitian dilakukan tanggal 9 April 2017 pada jam 08.45-
09.30 WIB sesuai dengan jam mata pelajaran sejarah di kelas X A SMA St.
Mikael Warak. Guru mata pelajaran sejarah di SMA St. Mikael Warak adalah
berjumlah 19 orang.
Pada saat pergantian jam pelajaran sejarah, siswa menunggu guru di dalam
kelas. Sebelum pelajaran dimulai, Pak Raharja menyapa siswa dan kemudian
55
56
telah disediakan oleh guru. Pada awal pembelajaran, terlihat beberapa siswa asik
sendiri, mendengarkan musik di kelas, berbicara dengan teman, dan bahkan ada
juga siswa yang tidur di saat guru sedang mengajar. Pada saat guru menjelaskan,
siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami penjelasan yang
telah disampaikan. Hanya beberapa orang saja yang bisa menjawab pertanyaan
terdiri dari 4 kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa dan memberikan
tugas untuk diselesaikan. Pada saat siswa belajar di dalam kelompok, terdapat
beberapa siswa asik berbicara dan tertawa dengan temannya, ada pula beberapa
siswa yang keluar masuk kelas. Pada saat presentasi, hanya beberapa siswa saja
yang sedang presentasi. Hasil observasi kegiatan belajar siswa kelas X A SMA St.
Tabel 12: Hasil Observasi Pra Penelitian Terhadap Kegiatan Belajar Sejarah
Siswa Kelas X A
On task
Off task
siswa atau 52,63% aktif dalam kelompok, 8 siswa atau 42,15% menghargai, 13
siswa atau 68,42% memperhatikan teman saat presentasi, 5 siswa atau 26, 31%
hasil pengamatan kegiatan belajar siswa tersebut yang paling tinggi tingkat
pembelajaran, 4 siswa atau 21,05% main handphone, 6 siswa atau 31,57% ribut di
dalam kelas, 3 siswa atau 15,78% makan di dalam kelas, 5 siswa atau 26,31%
tidur di dalam kelas, dan 4 siswa atau 21,05% keluar masuk kelas saat proses
membosankan, sehingga tidak tertarik untuk dipelajari. Dari hasil tersebut, dapat
selama proses pembelajaran, peneliti juga mengambil data prestasi siswa pra
penelitian yang diambil dari hasil UTS semester genap. Data prestasi belajar
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments). Nilai siswa dari
prestasi belajar siswa setelah melakukan penelitian dari siklus I ke siklus II. KKM
yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Hasil ulangan tengah semester yang diperoleh
siswa kelas X A SMA Santo Mikael Warak dapat dilihat pada tabel berikut:
59
Keterangan
No Nama KKM Nilai
T TT
1 ABBS 65 70 √
2 ASW 65 65 √
3 AD 65 50 √
4 AP 65 55 √
5 DIB 65 70 √
6 DJP 65 65 √
7 JJ 65 55 √
8 JOYL 65 75 √
9 MESR 65 60 √
10 NDK 65 60 √
11 NM 65 65 √
12 RAS 65 60 √
13 RPT 65 75 √
14 RBRS 65 50 √
15 RY 65 70 √
16 SSA 65 60 √
17 TMK 65 60 √
18 TWJ 65 65 √
19 YHW 65 60 √
Total 1130 ∑ = 10 ∑=9
Tertinggi 75
Terendah 50
Rata-rata 59,47
Persentase 52,63 % 47, 36 %
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada tahap awal
siswa belum mempunyai kesiapan untuk mengikuti pelajaran sejarah dengan baik.
Ini terbukti dengan pencapaian nilai yang didapat oleh siswa. Keterangan pada
60
tabel diatas menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang dibawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Dari 19 siswa yang mengikuti tes, jumlah anak
yang tuntas (52,63 %) dan siswa yang belum tuntas (47,36%). Nilai tertinggi
siswa yaitu 75 dan nilai terendah 50 dengan rata-ratanya adalah (59,47) dan
persentase ketuntasan mencapai (52,63%). Nilai KKM adalah 65, sehingga siswa
dinyatakan tidak tuntas. Dari data pra siklus tersebut menunjukkan bahwa perlu
Berikut ini kategorisasi nilai berdasarkan keadaan keadaan awal prestasi belajar
sejarah siswa.
Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan pada tanggal 6 Mei dan
9 Mei 2017. Pada pertemuan pertama tanggal 6 Mei, semua siswa kelas X A hadir
di dalam kelas, akan tetapi pada pertemuan kedua pada tanggal 9 Mei ada dua
orang siswa yang tidak hadir. Materi Pembelajaran tentang “Asal-usul dan
pertemuan kedua materi yang dibahas adalah tentang “Teknologi dan Sistem
a. Perencanaan Siklus I
Pada siklus I, peneliti terlebih dahulu menyusun instrumen pembelajaran,
pertemuan 2.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada tahap ini mengacu pada RPP yang telah dibuat
Games Tournaments). Pada siklus I tindakan dilakukan sebanyak dua kali. Berikut
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada tanggal 6 Mei 2017 pukul
07.00-07.45 WIB. Materi yang dibahas pada pertemuan pertama ini adalah
Kegiatan pembelajaran terlebih dahulu diawali dengan salam pembuka, doa dan
dan rangkaian pembelajaran yang akan dicapai dalam rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Pada kegiatan inti, siswa dibagi dalam kelompok. Peneliti mengawali
08.30-09.15 WIB. Materi yang dibahas pada pertemuan kedua ini adalah tentang
kedua ini hampir sama dengan tindakan yang dilakukan pada pertemuan pertama,
akan tetapi pada pertemuan kedua ini peneliti telah mencoba melakukan
hal ini, hal-hal yang kurang pada pertemuan pertama diperbaiki untuk dapat
bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan untuk melakukan penelitian.
Kegiatan pembelajaran terlebih dahulu diawali dengan salam pembuka, doa dan
pembelajaran yang akan dicapai dalam rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti, siswa dibagi dalam kelompok. Peneliti mengawali
Kemudian, Siswa menonton video singkat terkait dengan materi. Siswa dalam
yang aktif dalam menyimpulkan pelajaran, dan terdapat pula siswa yang asik
Hal ini bertujuan untuk melihat keaktifan dan peran setiap siswa ketika melakukan
kegiatan diskusi dalam kelompok. Berikut ini tabel observasi kegiatan belajar
Tabel 16: Hasil Observasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa Pada Siklus I
On task
Off task
belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa ada 10 siswa atau 52,63%
memperhatikan guru, 7 siswa atau 36,84% mencatat hal-hal penting, 5 siswa atau
siswa atau 78,94% bekerjasama, 17 siswa atau 89,47% aktif dalam kelompok, 9
siswa atau 47,36% menghargai, 13 siswa atau 68,42% memperhatikan teman saat
pembelajaran, 5 siswa atau 26,31% main handphone, 7 siswa atau 36,84% ribut di
dalam kelas, 4 siswa atau 21,05% makan di dalam kelas, 3 siswa atau 15,78%
tidur di dalam kelas, dan 2 siswa atau 10,52% keluar masuk kelas saat proses
disimpulkan bahwa pada siklus I siswa masih belum fokus dan aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran karena tidak ada keinginan untuk belajar sejarah
perubahan agar siswa lebih berkeinginan dan lebih fokus lagi kedepannya.
Tabel 17: Analisis Data Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belajar dalam
kelompok sebanyak 19 atau 100%, siswa yang mengikuti game sebanyak 19 atau
berdasarkan hasil evaluasi berupa soal pilihan ganda dan essay yang dilakukan
Tournaments) pada siklus I. Prestasi belajar sejarah siswa pada siklus I dapat
Keterangan
No NAMA KKM NILAI
T TT
1. ABBS 65 80 √
2. ASW 65 75 √
3. AD 65 60 √
4. AP 65 75 √
5. DIB 65 80 √
6. DJP 65 70 √
7. JJ 65 75 √
8. JOYL 65 80 √
9. MESR 65 70
10 NDK 65 78 √
11. NM 65 65 √
12. RAS 65 60 √
13. RPT 65 75 √
14. RBRS 65 55 √
15. RY 65 78 √
16. SSA 65 61 √
17. TMK 65 62 √
18. TWJ 65 65 √
19. YHW 65 65 √
TOTAL 1264 ∑ = 14 ∑=5
Tertinggi 80
Terendah 55
Rata-rata 66,52
Persentase 73,68 % 26,31%
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Berdasarkan tabel 18 diatas, prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA
St. Mikael Warak setelah penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games
KKM berjumlah 14 siswa atau 73,68%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai
di bawah KKM berjumlah 5 siswa atau 26,31%. Rata-rata nilai siswa adalah 66,52
dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 55. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael
sudah cukup baik, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang memperoleh nilai
atau prestasi rendah. Adapun hasil uji kategorisasi berdasarkan prestasi belajar
e. Refleksi Siklus I
kegiatan belajar siswa dan prestasi belajar siswa yang berupa hasil belajar yang
berhasil dilaksanakan.
TGT (Teams Games Tournaments) pada siklus I berjalan dengan baik dan lancar,
meskipun ada beberapa siswa yang tampaknya tidak memiliki niat untuk belajar.
Dalam memanajemen waktu, biasanya sebelum masuk ke dalam kelas, pada saat
pergantian jam pelajaran peneliti sering menunggu guru mata pelajaran lain
sampai selesai mengajar, sehingga hal tersebut menjadi hambatan dalam hal
penggunaan waktu secara efektif dan efisien. Pada saat diskusi kelompok sedang
70
berlangsung masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang aktif selama
refleksi ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada siklus I, penerapan model
siklus II dan menerapkan lagi model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Siklus II dilaksanakan sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 16 Mei 2017, siswa
pada saat itu hadir semua dengan jumlah 19 siswa. Tahap-tahap yang dilakukan
pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I yaitu perencanaan, tindakan,
a. Perencanaan Siklus II
pembelajaran yang ada dalam siklus I. Pada siklus II ini secara keseluruhan
71
memiliki prosedur yang sama dengan siklus I. Peneliti memberikan materi yang
TGT (Teams Games Tournaments) dan sistem tugas kelompok yang sama dengan
siklus I sehingga tidak menurunkan antisipasi dan keaktifan siswa pada saat
belajar sejarah.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan perbaikan dari refleksi
yang telah dipaparkan pada siklus I. Pada hari Selasa tanggal 16 Mei, peneliti
siklus I setelah beberapa saat materi dijelaskan, kemudian dalam kelompok siswa
kembali mengerjakan soal-soal yang ada dan bersaing dengan kelompok lainnya
kelompok yang menjadi tanggung jawab bersama. Pada bagian penutup, peneliti
On task
Off Task
kegiatan belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa ada 17 siswa atau
pertanyaan, 16 siswa atau 84,21% bekerjasama, 17 siswa atau 89,47% aktif dalam
73
pendapat, dan 19 siswa atau 100% menyelesaikan tugas. Dari hasil pengamatan
kegiatan belajar siswa pada siklus II hampir semua aspek yang diamai mengalami
peningkatan pada persentasenya. Di sisi lain terdapat 2 siswa atau 10,52% main
handphone, 1 siswa atau 5,26% ribut didalam kelas, dan 1 siswa atau 5,26% tidur
didalam kelas.
atas, dapat disimpulkan bahwa pada siklus II siswa aktif mengikuti pembelajaran
sejarah, baik pada saat peneliti menjelaskan maupun saat berdinamika bersama
Tabel 22: Analisis Data Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belajar dalam
kelompok sebanyak 19 atau 100%, siswa yang mengikuti game sebanyak 19 atau
Prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael Warak diukur
berdasarkan hasil evaluasi berupa soal pilihan ganda dan essay yang dilakukan
Tournaments) pada siklus II. Prestasi belajar sejarah siswa pada siklus I dapat
Keterangan
No NAMA KKM NILAI
T TT
1. ABBS 65 80 √
2. ASW 65 85 √
3. AD 65 75 √
4. AP 65 70 √
5. DIB 65 80 √
6. DJP 65 70 √
7. JJ 65 90 √
8. JOYL 65 80 √
9. MESR 65 70 √
10. NDK 65 95 √
11. NM 65 75 √
12. RAS 65 70 √
13. RPT 65 94 √
14. RBRS 65 92 √
15. RY 65 80 √
16. SSA 65 78 √
17. TMK 65 80 √
18. TWJ 65 75 √
19. YHW 65 70 √
TOTAL 1439 ∑ = 19 ∑=0
Tertinggi 95
Terendah 70
75
Rata-rata 76
Persentase 100% 0%
Berdasarkan tabel 23, prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St.
Mikael menunjukkan bahwa siswa yang mencapai KKM adalah 19 siswa. Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada siklusi II adalah 95 dan nilai terendah adalah
70 dengan nilai rata-rata 76. Berdasarkan KKM yang ditetapkan yaitu 65, maka
diketahui bahwa pada siklus II ini keseluruhan siswa melebihi target indikator
disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa kelas X A sudah baik, dimana
prestasi belajar sejarah siswa pada siklus II terjadi peningkatan bila dibandingkan
dengan hasil prestasi pada siklus I. Adapun hasil uji kategorisasi berdasarkan
prestasi belajar sejarah siswa pada siklus II ditunjukkan pada tabel berikut:
e. Refleksi Siklus II
Pada siklus II ini juga dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran,
hasil pengamatan kegiatan dan prestasi belajar sejarah siswa berupa hasil belajar
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pada siklus II.
dari kekurangan-kekurangan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
belajar sejarah siswa pada siklus II. Selama pembelajaran berlangsung siswa
B. Komparasi Kegiatan Belajar dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa SMA St.
Mikael
Keberhasilan ini dapat ditinjau dari peningkatan prestasi belajar sejarah siswa
pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Berikut adalah komparasi kegiatan dan hasil
Siklus I
Tabel 26: Analisis komparatif Kegiatan Belajar Pra Siklus dengan Siklus I
PP Skl I J % N T Te
Siswa tidak memperhatikan
1 7 5 2 10,52% √
pembelajaran
2 Siswa main handphone 4 5 1 5,26% √
3 Siswa ribut di dalam kelas 6 7 1 5,26% √
4 Siswa makan di dalam kelas 3 4 1 5,26% √
5 Siswa tidur di dalam kelas 5 3 2 10,52% √
6 Siswa keluar masuk kelas 4 2 2 10,52% √
Keterangan:
PP : Pra Penelitian
SKL I : Siklus I
J : Jumlah
% : Persentase
N : Naik
T : Turun
Te : Tetap
belajar sejarah siswa antara pra siklus dan siklus I. Dari hasil komparasi kegiatan
belajar sejarah siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa antara pra siklus dengan
siklus I terjadi beberapa peningkatan dalam hal positif dan penurunan dalam hal
negatif.
Tabel 27: Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Sejarah Siswa antara Siklus
I dengan siklus II
Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (On task)
Kegiatan Selisih Ket
No Aspek yang diamati Skl Skl
J % N T Te
I II
1 Memperhatikan guru 10 17 15,78% √
2 Mencatat hal-hal penting 7 10 10,52% √
3 Siswa mengajukan pertanyaan 5 11 5,26% √
4 Siswa menjawab pertanyaan 6 9 21,05% √
5 Bekerjasama 15 16 0% √
6 Aktif dalam kelompok 17 17 36,84% √
7 Menghargai 9 8 5,26% √
79
Keterangan:
PP : Pra Penelitian
SKL I : Siklus I
SKL II : Siklus II
J : Jumlah
% : Persentase
N : Naik
T : Turun
Te : Tetap
antara siklus I dengan siklus II. Dari hasil komparasi kegiatan belajar sejarah
siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa antara siklus I dengan siklus II terjadi
beberapa peningkatan dalam hal positif dan penurunan dalam hal negatif.
terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Hasil analisi komparasi prestasi belajar
sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael Warak dapat dilihat melalui table berikut:
dengan Siklus I
Tabel 28: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa antara Pra Penelitian dengan Siklus I
Nama Prestasi Selisih Keterangan
No
Siswa PP Skl I J % N T Te
1 ABBS 70 80 10 10,00% √
2 ASW 65 75 10 10,00% √
3 AD 50 60 10 10,00% √
4 AP 55 75 20 20,00% √
5 DIB 70 80 10 10,00% √
6 DJP 65 70 5 5,00% √
7 JJ 55 75 20 20,00% √
8 JOYL 75 80 5 5,00% √
9 MESR 60 70 10 10,00% √
10 NDK 60 78 18 18,00% √
11 NM 65 65 0 0% √
12 RAS 60 60 0 0% √
13 RPT 75 75 0 0% √
14 RBRS 50 55 5 5,00% √
15 RY 70 78 8 8,00% √
16 SSA 60 61 1 1,00% √
17 TMK 60 62 2 2,00% √
18 TWJ 65 65 0 0% √
19 YHW 60 65 5 5,00% √
Jumlah 1130 1264 14 5
Nilai Tertinggi 75 80
Nilai Terendah 50 55
Rata-rata 59,47 66,52
Persentase 73,68% 26,31%
Siklus II
Tabel 29: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa antara Siklus I dengan
Siklus II
81
bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St.
Mikael Warak. Pada pra penelitian menunjukkan nilai rata-rata 59,47 dengan nilai
tertinggi 75, dan nilai terendah 50. Persentase nilai siswa yang mencapai KKM
adalah 52,63% dan persentase nilai siswa yang masih di bawah KKM adalah
47,36%.
belajar sejarah terhadap siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa
82
yaitu 65 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 55. Persentase nilai
siswa yang mencapai KKM adalah 73,68% dan persentase nilai siswa yang masih
TGT (Teams Games Tournaments) pada pelajaran sejarah pada siklus II, juga
meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael Warak.
Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa dapat dilihat melalui table berikut:
Tabel 30: Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X A SMA St.
Mikael Warak.
(Teams Games Tournaments) pada siklus I dan siklus II nilai yang diperoleh siswa
belajar siswa dari data awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat melalui tabel
berikut:
Tabel 31: Perbandingan Prestasi Belajar Sejarah Siswa dari Keadaan Awal,
Siklus I dan Siklus II
belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata keadaan awal 59,47, pada
siklus I meningkat menjadi 66,52 dan pada siklus II rata-rata nilai meningkat lagi
84
menjadi 76. Pada keadaan awal dan siklus I kategori sangat tinggi adalal 0 atau
0%, tetapi pada siklus II kategori sangat tinggi menjadi 4 atau 21%. Keadaan awal
pada kategori tinggi adalah 0 atau 0%, pada siklus I kategori tinggi meningkat
menjadi 3 atau 16%, dan kategori pada siklus II meningkat lagi menjadi 6 atau
32%. Pada kategori cukup, keadaan awal adalah 7 atau 37%, pada siklus pertama
kategori cukup meningkat menjadi 8 atau 42%, dan pada siklus II kategori cukup
kembali mengalami peningkatan yaitu 9 atau 47%. Keadaan awal pada kategori
kurang adalah 9 atau 47 %, pada siklus II kategori kurang adalah 8 atau 42%, dan
pada siklus II kategori kurang adalah 0 atau 0%. Pada kategori sangat kurang,
keadaan awal adalah 3 atau 16%, pada siklus I kategori sangat kurang adalah 0
atau 0%, dan pada siklus II kategori sangat kurang juga 0 atau 0%.
C. Pembahasan
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau
dikerjakan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang diperoleh seseorang setelah
dalam pelajaran tersebut.33 Prestasi belajar ini diukur berdasarkan nilai yang
dicapai siswa pada saat penelitian berlangsung dari siklus I hingga siklus II
33
Winarni Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung, Tarsito, 1973,
hlm: 61.
85
dapat dilihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan pada
nilai rata-rata prestasi belajar siswa pra siklus adalah 59,47 dengan 10 siswa yang
mencapai KKM dan 9 siswa belum mencapai KKM. Setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada siklus I nilai
rata-rata prestasi belajar siswa terjadi peningkatan menjadi 66,52 atau 7,05%
dengan 15 siswa yang mencapai KKM dan 5 siswa belum mencapai KKM.
Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata prestasi belajar siswa meningkat lagi
belajar siswa tersebut dapat dipengaruhi oleh peningkatan kegiatan belajar siswa
Peningkatan prestasi belajar siswa dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor intern (yang berasal dari dalam individu) dan faktor ekstern (yang berasal
dari luar individu).34 Faktor yang berasal dari dalam diri siswa pada umumnya
guru. Selain itu, siswa semakin antusias untuk memperoleh nilai yang lebih baik
agar dapat mencapai prestasi yang tinggi dalam hal tertentu. Faktor yang berasal
dari luar diri siswa berasal dari keluarga, lingkungan, dan teman serta model
pengajaran guru yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa itu sendiri.
34
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhnya, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010,
hlm: 54.
86
pada umumnya mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok. Dalam kelompok
tersebut, siswa akan bersaing dengan kelompok lainnya untuk memperoleh skor
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata yang berbeda.35 Melalui
siswa kelas X A SMA Santo Mikael Warak pada mata pelajaran sejarah.
35
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta, PT Raja Grafindo, 2014, hlm: 225.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai dan persentase yang dicapai dari
setiap siklus. Rata-rata nilai pada pra penelitian adalah 59,47 dengan persentase
ketuntasan yaitu 52,63%, rata-rata nilai pada siklus I adalah 66,52 dengan
persentase ketuntasan yaitu 73,68%, dan rata-rata nilai pada siklus II meningkat
nilai dan persentase ketuntasan dari setiap siklus mengalami peningkatan. Selain
(Teams Games Tournaments) juga dapat membantu siswa untuk berperan aktif
meningkatkan prestasi belajar siswa sejarah siswa baik dalam proses pembelajaran
maupun dari hasil yang diperoleh siswa kelas X A SMA Santo Mikael.
B. Saran
87
88
1. Bagi Sekolah
3. Bagi Siswa
keaktifannya meski bukan peneliti lagi yang mengajar. Selain itu, siswa
Sumber Buku :
89
90
Winarno Surakhmad. 1973. Dasar Dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar.
Bandung : Tarsito.
Sumber Internet :
http://www.donisetyawan.com/pengertian-pembelajaran-sejarahindonesia/ (
diunduh pada hari Jumat, 25 Agustus 2017, pukul 15.45 WIB ).
LAMPIRAN