Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses bimbingan yang dilaksanakan secara sadar

oleh guru (pendidik) terhadap suatu proses perkembangan jasmani dan rohani

siswa, yang tujuannya agar kepribadian siswa terbentuk dengan sangat unggul.

Dalam dunia pendidikan faktor utama yang harus diperhatikan adalah siswa.

Siswa adalah subjek sekaligus sebagai pemeran utama dalam dunia pendidikan

selain seorang guru. Dalam hal ini, biasanya yang sering menjadi permasalahan

dalam proses pembelajaran adalah persoalan prestasi siswa yang menurun karena

cara penyampaian materi yang cenderung susah dipahami dari pengajaran seorang

guru yang biasanya bersifat monoton.

Suasana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar siswa. Kualitas dan

keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan

guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Kenyataan di

sekolah menunjukkan bahwa banyak guru yang kurang memiliki kemampuan dan

kreativitas dalam memilih, membuat dan menggunakan metode pembelajaran

serta ada pula guru yang mengajar akan tetapi tidak menguasai materi yang akan

disampaikan di depan kelas kepada siswanya.

Hal tersebut menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik yang

membuat siswa terlihat kurang antusias, malas mengikuti pembelajaran, minat

1
2

belajarnya rendah, serta bersikap acuh tak acuh yang akhirnya dapat berpengaruh

pada hasil belajar siswa. Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran

yang perlu dikuasai guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan

media dan sumber belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber buku adalah buku pedoman.

Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku

teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-buku atau

sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk

keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses

pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya

menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, dan media audio

visual, tetapi kemampuan guru lebih ditekankan pada pengguanaan objek nyata

yang ada di sekitar sekolahnya. Dalam kenyataan di lapangan guru dapat

memanfaatkan media yang sudah ada sesuai dengan pelajaran yang diajarkan,

misalkan pada mata pelajaran sejarah guru dapat menggunakan media seperti peta,

gambar, atau guru dapat mendesain media untuk kepentingan pembelajaran seperti

membuat media foto, film, dan lain sebagainya.

SMA Santo Mikael yang beralamat di Warak, Sumberadi, Mlati Sleman,

Yogyakarta merupakan sekolah yang memiliki peringkat akreditasi A, yang

dikelola oleh Yayasan Santa Maria di bawah naungan tarekat Suster Notre Dame
3

(SDN), dan telah berpengalaman menangani pendidikan formal dari TK sampai

dengan SMA / SMK dari Sabang sampai Merauke. SMA Santo Mikael juga

merupakan sekolah berasrama yang disediakan untuk siswa yang datang dari

daerah lain. Siswa di SMA Santo Mikael sangat beragam, dari budaya, bahasa,

dan ras, namun hal itu tidaklah menjadi penghalang bagi siswa di SMA Santo

Mikael untuk belajar bersama dan menjadi satu keluarga.

Proses belajar siswa disekolah diatur dan direncanakan agar tujuan

pendidikan sekolah tercapai yaitu sejumlah perubahan dalam tiga bidang, yang

terjadi melalui pengalaman-pengalaman belajar yang dirancang untuk menunjang

perkembangan siswa. Siswa perlu belajar. Hal inilah yang paling pokok di

sekolah. Guru mengajar itu hanyalah supaya siswa dapat belajar dengan lebih

baik. Dengan kata lain, guru adalah pengelola proses belajar siswa. Siswa tidak

dapat diperlakukan sebagai penerima pasif, yang tinggal menelan apa saja yang

disajikan guru. Saat ini peranan dari siswa yang belajar aktif semakin ditekankan.

Tekanan tersebut menempatkan guru dalam posisi yang sangat strategis sebagai

pengelola belajar.

Suasana lokasi SMA Santo Mikael sangat kondusif. Namun, ketika

melakukan observasi di SMA Santo Mikael Warak khususnya pada kelas X A,

peneliti menemukan fakta bahwa keadaan kelas sangat tidak kondusif. Banyak

siswa yang tidak peduli terhadap penjelasan yang disampaikan oleh guru, bermain

HP saat proses pembelajaran, tidak aktif dalam kelas, dan bahkan ada beberapa

siswa yang keluar kelas saat pembelajaran sedang berlangsung. Guru terlihat tidak

peduli dengan sikap siswanya yang acuh tak acuh terhadapnya. Saat mengajar,
4

guru sama sekali tidak menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik

perhatian siswa, dan sumber belajar hanya berpatokan pada LKS yang telah

dibagikan kepada siswa. Hal seperti ini dapat menyebabkan siswa tidak tertarik

dengan mata pelajaran sejarah.

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournaments) ini, diharapkan dapat menarik perhatian siswa dan mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa, pada mata pelajaran sejarah. Dengan model

pembelajaran ini siswa akan memainkan permainan dengan anggota-anggota tim

lainnya untuk memperoleh tambahan poin untuk skor mereka.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang penulis sampaikan di atas, maka penulis

mengidentifikasikan masalah yang ada sebagai berikut :

1. Cara mengajar guru yang bersifat monoton.

2. Guru menggunakan media pembelajaran yang kurang menarik.

3. Guru menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariatif.

4. Guru kurang mampu menguasai materi.

5. Siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran sejarah

6. Rendahnya prestasi belajar siswa.


5

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, pada batasan masalah penulis memfokuskan untuk

meningkatan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada siswa kelas X A di SMA Santo

Mikael Warak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X A di

SMA Santo Mikael Warak ?

E. Pemecahan Masalah

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi

belajar siswa kelas X A di SMA Santo Mikael Warak pada mata pelajaran sejarah.

Pemecahan masalah yang digunakan oleh peneliti untuk memecahkan masalah

tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournaments). Alasan peneliti memilih model TGT (Teams Games

Tournaments) karena model tersebut mengajak siswa untuk aktif pada saat proses

pembelajaran berlangsung, serta menuntut siswa agar mampu bekerjasama dengan

baik dalam kelompoknya untuk mendapatkan hasil yang baik saat belajar.
6

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini yaitu, untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah

siswa kelas X A di SMA Santo Mikael Warak melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments).

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam memperbaiki

pembelajaran di dalam kelas dan serta dapat meningkatkan kualitas sekolah.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dan sekaligus

dapat membantu guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang

kreatif guna meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments).

3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai penelitian tindakan kelas. Selain itu juga dapat mengembangkan

model – model pembelajaran yang kreatif dalam rangka peningkatan kualitas

pembelajaran, serta menjadi bekal bagi peneliti sebagai calon guru, sehingga

kelak dapat menjadi seorang guru yang berkualitas dan profesional dalam

meningkatkan mutu pendidikan.


7

4. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan siswa di kelas serta

dapat memudahkan siswa dalam proses pembelajaran untuk mendapat

prestasi yang baik di kelas.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan

siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan

dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri

siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk

mencapai tujuan belajar tertentu. 1

Pembelajaran menurut Degeng dalam Hamzah B. Uno adalah upaya untuk

membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam pengajaran

terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai

hasil pengajaran yang diinginkan.2

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

melibatkan siswa. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan

siswa atau saling bekerjasama. Pembelajaran juga merupakan upaya

membelajarkan siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai –

nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Tujuan

1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta, Prenada ,
2009, hlm: 29.
2
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta,
Bumi Aksara , 2006, hlm: 2.

8
9

pembelajaran adalah pencapaian perubahan perilaku pada peserta didik setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar. 3

2. Pengertian Belajar

Menurut teori Gestalt yang terpenting dalam belajar adalah penyesuaian

pertama, yaitu mendapatkan respon atau tanggapan yang tepat. Belajar yang

terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau

memperoleh insight. Dalam teori Gestalt prinsip-prinsip belajar, dirumuskan

sebagai berikut4:

a. Belajar berdasarkan keseluruhan.


b. Belajar adalah suatu proses perkembangan.
c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan.
d. Terjadi transfer.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman,
f. Belajar harus dengan insight dan,
g. Belajar berlangsung terus-menerus.

Mengenai belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu5 :

a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku dan,

b. Belajar adalah pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan ingatan

mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum

mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tadi. 6 Dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan

3
E. Kosasih, Strategi Belajar Dan Pembelajaran, Yrama Widya, Bandung, 2014, hlm: 13.
4
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm: 19.
5
Ibid. hlm: 22.
6
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004, hlm: 84.
10

yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa

sebagai anak didik.

Ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal

sejumlah fakta-fakta. Sejalan dengan pendapat ini, maka seseorang yang telah

belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang akan dihafalkan. Ada

pula yang mengatakan bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga

hasil belajar akan nampak dalam keterampilan- keterampilan tertentu. Pandangan

seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang

berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang

berbeda tentang belajar.

Dengan kenyataan diatas, terdapatlah banyak defenisi belajar yang

dikemukakan oleh para ahli:

a. Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman.

b. Menurut Cronbach, belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam

proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan obyek belajar dengan

menggunakan semua alat inderanya.

c. Menurut Howard L. Kingsley, belajar adalah proses dimana tingkah laku

(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
11

Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia. Dengan

belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga

tingkahlakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah

hasil dari belajar. 7

3. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan ( kondisi ) belajar yang lebih kondusif. Dalam hal ini akan berkaitan

dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan

belajar sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-

masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa

yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan

yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Tujuan

belajar untuk pengembangkan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem

lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar

pengembangan gerak. Dari uraian diatas, dapat dilihat secara umum, maka tujuan

belajar ada tiga jenis. Antara lain :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan, hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir


dengan kata lain tidak mengembangkan kemampuan berpikir tanpa
pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
2. Penanaman konsep dan keterampilan, hal ini ditandai dengan memerlukan
suatu keterampilan. Keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.
Keterampilan jasmani merupakan keterampilan-keterampilan yang dapat
dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau
penampilan dai anggota tubuh seseorang.
7
H. Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1991, hlm : 118-120.
12

3. Pembentukan sikap, dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi


anak didik guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.

Jadi, intinya tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan,

keterampilan dan penanaman sikap, mental / nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar

berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Mengenai tujuan belajar tersebut, maka

hasil belajar meliputi:


a. Hal ihwal keilmuwan dan pengetahuan, konsep atau fakta ( kognitif )
a. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap ( afektif )
b. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan ( psikomotorik )

Ketiga hasil belajar diatas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara

perencanaan dan terpisah.8

4. Ciri-ciri Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditunjukkan banyak hal yang

sebenarnya merupakan suatu gejala belajar, hal-hal itu mengandaikan, bahwa

orang yang melakukannya telah belajar. Sebagai contoh dapat disebutkan yaitu

membaca, berenang, menegndarai mobil, bertingkah laku secara sopan, berbicara

bahasa nasional, merangkai bunga, mengenakan pakaian dan seterrusnya.

Adapun ciri-ciri belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, yang berarti hasil dari
belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah
laku, dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak terampil menjadi terampil.
b. Perubahan perilaku, yang berarti perubahan tingkah laku yang terjadi karena
belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah,
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali, 1986, hlm: 27-31.
13

a. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang


memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.
b. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
c. Perubahan tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha, perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. 9

5. Prinsip-prinsip belajar
Didalam proses belajar mengajar seorang guru perlu memerhatikan beberapa

prinsip belajar antara lain :


a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.

Siswa harus bertindak secara aktif.


b. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapatkan penguatan langsung

pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.


c. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan

membuat proses belajar lebih berarti.


e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab

dan kepercayaan penuh atas belajarnya. 10

6. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah

dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Ada beberapa orang yang

berpendapat bahwa belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan

perhubungan berkondisi antara stimulus dan respon. Menurut pengertian belajar

secara Psikolgis, belajar juga merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh

9
W.S Mikael, Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia, 1986, hlm: 13.
10
Ibid, hlm: 19-21.
14

aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai berikut, belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali baik sifat

maupun jenisnya karena itu tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang

merupakan dalam arti belajar. Belajar adalah proses berpikir, belajar berpikir

menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui

interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam akumulasi pengetahuan

materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk

memperoleh pengaruh sendiri (Self Regulated). 11

Karhami mengutarakan bahwa prestasi adalah kemampuan yang diperoleh

seseorang. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar. 12

Menurut Winkel, prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan

bobot yang dicapainya. 13Dari pendapat dua ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar merupakan suatu hal yang diperoleh seseorang setelah

melakukan kegiatan belajar untuk mengetahui sejauh mana kemampuan seseorang

dalam pelajaran tersebut.

11
Winarno Surakhmad, Dasar Dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung, Tarsito,
1973, hlm : 61.
12
Syaifudin Azwar, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 1966, hlm: 124.
13
Winkel, W.S, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, PT Gramedia, Jakarta, 1984, hlm: 64
15

Menurut Dimyati Mahmud, terdapat dua faktor yang mempengaruhi

tingkat prestasi belajar, yaitu :14

a. Faktor Intern

Faktor yang berasal dari dalam individu meliputi N.Ach (Need for

Achievement), yakni dorongan atau motif intrinsik untuk mencapai prestasi dalam

hal tertentu. Kemudian faktor intern yang menghambat tercapainya prestasi

belajar adalah takut gagal. Takut gagal berupa perasaan cemas seperti apabila

menempuh ujian, mempelajari sesuatu yang baru atau memecahkan masalah yang

sulit, dapat mengganggu keberhasilan dalam prestasi. N.Ach dan takut gagal itu

bersifat komplementer, yaitu di satu pihak N.Ach mendorong seseorang untuk

mencapai sukses, di sisi lain takut gagal akan mempengaruhi seseorang untuk

meraih sukses.

Selain itu, penghambat tercapainya prestasi, yaitu takut sukses. Apabila

cukup kuat, takut sukses itu dapat mendorong N.Ach seseorang dan melahirkan

perasaan – perasaan negatif terhadap prestasi yang baik.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern meliputi faktor lingkungan yang ada di sekitar individu

tersebut. Pertama lingkungan keluarga yang meliputi bagaimana cara orang tua

mendidik dan relasi antar anggota keluarga. Kedua adalah faktor sekolah yang

meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan

siswa, dan waktu sekolah.15

14
Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, Yogyakarta, BPFE, 1990,
hlm: 84 – 85.
15
Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010,
hlm: 54.
Ada tiga indikator dalam prestasi belajar, yaitu:

a. Aspek Kognitif

Aspek yang berkaitan dengan kegiatan berfikir, yaitu tingkat intelegensi

(IQ) atau kemampuan berfikir siswa. Aspek kognitif dari dahulu selalu menjadi

faktor utama dalam sistem pendidikan. Metode penelitian di sekolah terbukti

menggunakan aspek kognitif dengan mengedepankan kesempurnaan aspek

kognitif.

b. Aspek Afektif

Aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap yang berkaitan dengan

kecerdasan emosi (EQ) siswa. Penilaian pada aspek afektif dapat dilihat pada

tanggung jawab, kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, dan lain-lain.

c. Aspek Psikomotorik

Aspek yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi

sikap. Aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan atau keterampilan (skill)

yang dimiliki siswa dalam menerima pengetahuan.

Dalam penelitian, dari ketiga aspek tersebut diatas yaitu kognitif, afektif

dan psikomotorik peneliti lebih memfokuskan penelitian pada aspek kognitif saja.

7. Pengertian Sejarah

Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarah yang berarti pohon

kehidupan. Sebagai pohon, sejarah adalah awal dari segalanya yang menjadi

realitas masa kini. Hal ini berkolerasi dengan arti kata syajarah sebagai keturunan

16
17

dan asal usul. Syajarah sering dikaitkan dengan makna kata silsilah (dari Bahasa

Arab) yang berarti urutan, seri, hubungan, dan daftar keturunan.16

Sejarah dalam kamus besar Bahasa Indonesia mengandung tiga makna

yaitu kesustraan lama (silsilah, asal-usul), kejadian dan peristiwa yang benar -

benar terjadi pada masa lalu dan ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang

kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau disebut

juga dengan riwayat. Dalam bahasa Asing dikenal dengan istilah Geschicte

(Jerman), Geschiedenis (Belanda), Historia (Yunani) dan Histoire (Latin). Sejarah

juga merupakan terjemahan dari kata History (Inggris) yang berarti sejarah.

Pertama, kata yang menunjuk pada sesuatu yang telah berlalu, suatu peristiwa atau

kejadian. Kedua, kata history bermakna riwayat dari pengertian pertama. Ketiga,

semua pengetahuan tentang masa lalu, dalam hal ini berkaitan erat dengan

persoalan tertentu pada umumnya dan khususnya tentang masyarakat tertentu.

Keempat, history ialah ilmu yang berusaha menentukan dan mewariskan

pengetahuan.17

8. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Pada pengertian pembelajaran terdapat dua tindakan yaitu belajar yang

dilakukan oleh peserta didik dan mengajar yang dilakukan oleh pendidik. Leo

Agung dan Sri Wahyuni menyatakan bahwa tujuan pembelajaran pada hakikatnya

adalah perubahan perilaku peserta didik baik dalam bidang kognitif, afektif

maupun psikomotorik. Sejarah adalah ilmu tentang manusia yang mengkaji

manusia dalam lingkup waktu dan ruang, dialog antara peristiwa masa lampau dan
16
Abd. Rahman Hamid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2011, hlm: 3.
17
Ibid, hlm: 5.
18

perkembangan ke masa depan, serta cerita tentang kesadaran manusia baik dalam

aspek individu maupun kolektif. Pengertian lain menyatakan bahwa sejarah

adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai

proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa

lampau hingga kini. Dalam hal ini Louis Gottschalk menyatakan bahwa masa

lampau membantu untuk mengerti masa kini. Terjadi hubungan kausalitas antara

masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Tujuan pembelajaran sejarah

adalah menanamkan semangat cinta tanah air, mengetahui proses terbentuknya

negara Indonesia, meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bagi peserta didik,

dan mengetahui proses peradaban manusia Indonesia khususnya dan masyarakat

dunia pada umumnya darimasa dulu hingga sekarang.18

9. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif merupakan sekumpulan strategi pengajaran yang

dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi dengan siswa.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang

terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerjasama dalam menguasai materi yang

diberikan guru. Artinya, melalui pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama

sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai

tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok mempunyai tanggungjawab yang

sama untuk keberhasilan kelompoknya.19

18
http://www.donisetyawan.com/pengertian-pembelajaran-sejarah-indonesia/diunduh pada hari
Jumat, 25 Agustus 2017, pukul 15.45 WIB.
19
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Jakarta, Prenada Media, 2009,
hlm: 56.
19

Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa

untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu

maupun secara kelompok. Siswa yang berada dalam satu tim, maka dengan

senirinya dapat membangun hubungan yang baik di antara siswa dari berbagai

latar belakang etnis, dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-

keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.

Ada lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu20 :

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam pembelajaran

kooperatif, siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai

satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses

kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa

dirinya bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya

kelompok.

b. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Hal ini terjadi karena seorang

siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.

Dinamika dimana saling memberikan bantuan akan terjadi secara alamiah

karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya

kelompok. Oleh karena itu, guna mengatasi masalah ini, siswa yang

membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekolompoknya.

Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar –

menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

c. Tanggungjawab individual. Hal tersebut berupa tanggungjawab siswa dalam

hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan iswa tidak dapat hanya
20
Ibid. hlm: 61.
20

sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman siswa dan teman

sekelompoknya.

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam pembelajaran

kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang

siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam

kelompoknya. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana siswa bersikap

sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan

menuntut keterampilan khusus.

e. Proses kelompok. Pembelajaran kooperatif tidak akan berlangsung tanpa

proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan

membuat hubungan kerja yang baik pula.

10. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan

pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga

adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama

inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif,

yaitu:
21

a. Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok

yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan

keberhasilan kelompok.

b. Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling

membantu dalam belajar karena menginginkan semua anggota kelompok

memperoleh keberhasilan.

c. Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antar

anggota dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah

berbagai informasi.

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujaun. Oleh karena itu, tim harus mampu

membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

b. Kemauan Untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasialan secara

kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan

dalam pembelajaraan kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran

kooperatif tidak akan mencapat hasil yang optimal.

c. Keterampilan Bekerja Sama


22

Kemauan bekerjasama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk

mau dan sanggup berinterkasi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang

menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan

saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. 21

11. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana

keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif sebagai salah satu model

pembelajaran alternatif dan merupakan perbaikan dari pembelajaran klasikal

bertujuan untuk :

a. memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan


kemampuannya dalam memecahkan masalahnya secara rasional,
b. mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan,
c. mendinamiskan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa
dirinya bagian dari kelompok yang bertanggung jawab,
d. mengembangkan kemampuan-kemampuan kepemimpinan kepada setiap anak.22

12. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi mengajar

alternatif yang merupakan perbaikan dari kelemahan pembelajaran konvensional.

21
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm: 206-208.
22
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, Gava Media, Yogyakarta, 2014, hlm: 35-36.
23

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, model

pembelajaran kooperatif memiliki berbagai keunggulan. Keunggulan model

pembelajaran kooperatif dilihat dari aspek siswa adalah memberi peluang kepada

siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang

diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah pandangan

kelompok.

Ada banyak alasan yang membuat model pembelajaran kooperatif

diterapkan dalam sistem pendidikan saat ini. Penggunaan model pembelajaran ini

dapat meningkatkan pencapaian prestasi para siswa dan juga akibat-akibat positif

lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan

terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan

rasa harga diri. Pembelajaran kooperatif menumbuhkan kesadaran bahwa siswa

perlu berfikir, menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan kemampuan dan

pengetahuan mereka. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran

yang mendorong siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam

memahami suatu materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa

belajar dan kerjasama, saling membantu dan berdiskusi bersama dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

13. Pengertian TGT (Teams Games Tournaments)

Menurut Saco TGT (Teams Games Tournaments ) siswa memainkan

permainan dengan anggota - anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim

mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang


24

dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok

(identitas kelompok mereka).

Permainan dalam TGT (Teams Games Tournaments ) dapat berupa

pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu - kartu yang diberi angka. Tiap

siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan

berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut.

Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan

(kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal

sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar.

Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor

bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat

berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi

pembelajaran.

TGT (Teams Games Tournaments) adalah salah satu pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin

dan suku kata yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam

kelompok masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada

setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota

kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan

tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk

memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan

tersebut kepada guru.


25

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class

precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan

(tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa

yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournaments) memiliki ciri sebagai berikut :

a. siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil,


b. games tournaments,
c. penghargaan kelompok dengan memberi nilai tambah untuk kelompok yang
berprestasi.23

Adapun langkah-langkah pelaksanaan model TGT (Teams Games

Tournaments) adalah sebagai berikut:

1. Penyajian Kelas (Class Presentations)

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian

kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, dan penjelasan singkat tentang materi.

Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan

ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik

harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,

karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok

dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan

menentukan skor kelompok.

23
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm: 224-225.
26

2. Belajar dalam Kelompok (Teams)

Guru membagi siswa dalam kelompok. Kelompok biasanya terdiri dari 5

sampai 6 orang peserta didik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami

materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan

anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau

permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau

kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar

kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan masalah-masalah,

membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan

konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.

3. Permainan (Games)

Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan

dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta

didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau

permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik

memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan

nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.

4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)


Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau

permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan setelah melakukan

presentasi kelas.
5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan

kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat

hadiah atau nilai tambah terhadap peserta didik yang mendapat prestasi baik di
27

kelas. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah

mereka buat.

B. Materi Pokok Pembelajaran

Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari :

Standar Kompetensi :

2. Menganalisis peradaban Indonesia dan dunia.

Kompetensi Dasar :

2.3 Menganalisis asal-usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

1. KRONOLOGIS PERKEMBANGAN BIOLOGIS MANUSIA.

Dalam evolusi manusia, ciri tubuhnya diwariskan dari orang tua atau nenek

moyangnya. Satuan perwarisan terkecil dinamakan gen yang terdapat pada

kromosom. Gen inilah yang mengatur ciri atau sifat yang diturunkan atau

diwariskan kepada keturunan selanjutnnya. Mutasi adalah perubahan yang mantap

dan dapat diturunkan pada suatu organisme. Seleksi alam berpengaruh kepada

gen, itulah sebabnya evolusi selalu ada.

a. Teori Perkembangan Manusia.

Sistem yang dianut untuk memecahkan masalah tentang manusia itu adalah

sistem yang berdasarkan evolusi. Sistem evolusi memperlihatkan jauh dekatnya

hubungan berbagai makhluk dalam evolusi. Evolusi biologis tidak meninggalkan

bukti lengkap bagi umat manusia sekarang. Hal ini yang sekarang sering
28

menimbulkan perbedaan pendapat dari para ahli. Teori evolusi biologis adalah

perubahan filogenetis, jadi perubahanan satu takson menjadi takson lain, atau

tetap sebagai takson lama dengan perubahan sedikit, atau punah. Evolusi manusia

bukanlah manusia berasal dari monyet. Oleh karena, monyet sekarang memiliki

spesies yang jauh dari manusia. Darwin mengemukakan teori evolusinya bahwa

suatu takson itu tidak statis, tetapi dinamis melalui waktu yang lama dan panjang,

dan makhluk di muka bumi ini adalah berkerabat. Berikut teori-teori tentang

perkembangan manusia.

a. Terori Van Heine Geldem


Gelden berpendapat bahwa bangsa indonesia berasal dari daratan Asia.

Pendapat ini di dukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang ditemukan di

indonesia yang memiliki kesamaan bentuk yang ditemukan di daratan asia.


b. Teori Prof. Muhammad Yamin
Yamin berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia

sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil tertua dengan jumlah

terbanyak di daerah Indonesia.


c. Teori prof. Dr. H. Kern
Kern menyatakan bahwa bangsa indonesia berasal daerah Campa, Kochin

China, dan Kampuchea. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa

Indonesia mempergunakan perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia.

Pendapat Kern didukung dengan adanya persamaan nama dan bahasa yang di

pergunakan didaerah Indonesia (yang menjadi objek penelitian Kern adalah

persamaan bahasa serta persamaan nama binatang dan alat perang).


d. Teori Prof. Dr. Kroom
Dr. Kroom menyatakan bahwa asal usul bangsa Indonesia adalah daerah Cina

tengah karena di daerah tersebut banyak sungai yang besar. Mereka menyebar ke

wilayah Indonesia sampai tahun 1500 SM.


29

e. Teori Moh. Ali


Moh. Ali berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan daerah

Cina Selatan, yakni dari hulu sungai besar di Asia yang kedatangannya di

nusantara secara bergelombang. Gelombang pertama adalah gelombang melayu

tua (proto melayu 3000 SM-1500SM) dengan ciri budayanya Neolitikum. Mereka

datang dengan jenis perahu bercadik satu. Gelombang kedua adalah gelombang

melayu baru (deutero melayu 1500 SM-500 SM) dengan menggunakan perahu

bercadik dua.
f. Teori Dr. Brandes
Brandes berpendapat bahwa bangsa yang bermukim di kepulauan Indonesia

memiliki banyak persamaan dengan banga bangsa pada daerah yang terbentang

dari sebelah utara formosa, sebelah Barat Madagaskar, sebelah selatan tanah Jawa,

dan sebelah Timur sampai ke tepi Barat Amerika.


g. Teori Wilem Smith
Wilem Smith meniliti asal usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa

Indonesia. Wilem Smith membagi di Asia atas dasar bahasa yang

dipergunakannya, yaitu bangsa berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman,

dan bangsa yang berbahasa Austria. Bangsa yang berbahasa Austria dibagi dua,

yaitu bangsa yang berbahasa Austro-Asia dan bangsa yang berbahasa austronesia.

Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia,

Melanesia, dan Polinesia.

h. Teori Hogen
Hogen menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir melayu

berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang

kemudian disebut bangsa proto melayu dan deutero melayu. Bangsa proto melayu

(melayu tua) menyebar di wilayah sekitar indonesia tahun 1300 SM-1500 SM.
30

Adapun bangsa deutero melayu (melayu muda) menyebar di wilayah Indonesia

sekitar tahun 1500 SM-500 SM.


i. Teori Max Muller
Ia menyatakan bahwa asal bangsa Indonesia adalah daerah Asia Tenggara.

Namun, pendapat Max Muller ini tidak begitu jelas alasannya. Ia menarik

kesimpulan dari para peneliti lainnya.


j. Teori Majumdar
Majumdar menyatakan bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia

berasal dari India, kemudian menyebar ke Indocina, terus ke daerah Indonesia dan

Pasifik. Pendapat Majumdar ini didukung oleh penelitiannya berdasarkan bahasa

Austria yang merupakan bahasa muda di India Timur.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan ini digunakan untuk mendukung penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti. Maka dalam penelitian yang relevan ini dipilih

sesuai dengan apa yang menjadi variabel-variabel yang ada pada judul penelitian

ini. Penelitian yang relevan ini juga dapat dijadikan acuan peneliti dalam

menentukan bagaimana kedepannya penelitian ini akan dilaksanakan. Dalam hal

ini, peneliti mengambil penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Ester

Purimaningsih mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan

Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Siswa Kelas X SMA Taman

Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa

prestasi belajar sejarah siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran tipe

TGT (Teams Games Tournament. Dari rata-rata awal 67,50, pada siklus pertama
31

meningkat menjadi 72,92 atau 5,42%, kemudian pada siklus kedua mengalami

peningkatan menjadi 79,17 atau 6,25%.24

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran dirancang tujuannya untuk mengaktifkan siswa, bukan

mengaktifkan guru. Suatu pembelajaran sangat bermakna jika guru

mengutamakan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran guru diharapkan untuk selalu memantau dan mampu menumbuhkan

rasa ingin tahu siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan penjelasan

tersebut, sangat jelas bahwa siswa dituntut untuk selalu aktif dari pada guru. Guru

hanya sebagai fasilitator untuk siswa. Artinya, guru berperan untuk mendampingi,

menuntun, memantau kemajuan belajar, dan mengamati kegiatan siswa selama

belajar.

Permasalahan pembelajaran yang terdapat di kelas X A SMA Santo Mikael

yaitu guru ketika melaksanakan KBM hanya terpaku dalam kegiatan ceramah

tanpa menggunakan media yang menarik. Selain itu guru tidak menerapkan model

dan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik sehingga membuat siswa

merasa cepat bosan dan tidak tertarik dengan mata pelajaran khususnya sejarah.

Hal tersebut tentu saja menyebabkan prsetasi belajar sejarah siswa rendah.

Sebagai seorang guru hendaknya mampu mengubah model dan metode

pembelajaran yang lebih inofatif agar prestasi belajar sejarah siswa menjadi lebih

24
Ester Purimaningsih, Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Siswa Kelas X SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta, Tidak diterbitkan, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma.
32

baik. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran TGT (Teams

Games Tournaments).

Model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) merupakan model

pembelajaran yang memacu siswa untuk berani mengemukakan pendapat, dan

belajar bersama dalam kelompok untuk mempelajari dan menguasai materi yang

diajarkan oleh guru. Siswa berkelompok dan saling bertukar pikiran antara siswa

yang satu dengan siswa yang lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan oleh guru sehingga menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan.

Selanjutnya model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) memberi

kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dengan temannya. Model

pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) memudahkan siswa untuk bisa

bekerjasama, saling menghargai dan mengemukakan pendapat saat belajar

bersama dalam kelompoknya. Dengan terlaksannya kerjasama, adanya sikap

saling menghargai serta mengemukakan pendapat tentu akan menumbuhkan

partisipasi, dan semangat belajar kepada siswa. Partisipasi dan semangat belajar

tersebut akan membawa dampak baik terhadap prestasi belajar siswa. Dari

penjelasan diatas, dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

Model Pembelajaran TGT


Pembelajaran Sejarah
(Teams Games Tournaments)

Peningkatan Prestasi Proses Pembelajaran:


1. Siswa aktif dalam kelompok
Belajar Sejarah 2. Siswa dapat mengemukakan
pendapat
3. Siswa belajar dalam kelompok
4. Siswa menguasai materi
pembelajaran
33

Gambar I: Kerangka Berpikir

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan prestasi

belajar sejarah siswa kelas X A SMA Santo Mikael Warak.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian berdaur ulang yang dilakukan

guru untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas adalah suatu jenis penelitian tindakan dengan akar

permasalahan yang benar-benar dihadapai oleh peserta didik (masalah konkret di

dalam kelas yang dirasakan oleh sebagian besar peserta didik, sekaligus

permasalahan yang muncul secara terus menerus. Penelitian tindakan kelas (PTK)

atau Classroom Action Research adalah penelitian tindakan (action research) yang

dilaksanakan oleh guru dan peneliti di dalam kelas. Dimana penelitian ini

menggabungkan prosedur penelitian dengan tindakan peneliti untuk memahami

apa yang terjadi dalam proses penelitian tersebut. Akan tetapi, akibat waktu yang

terlalu singkat, memaksa peneliti langsung mengajar di kelas karena guru kurang

siap dengan rancangan pembelajaran yang telah disiapkan. Supaya ada yang

mengamati peneliti dan dinamika dalam kelas, maka ada dua orang yang bertugas

membantu peneliti untuk mengamati.

Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses

pembelajaran dikelas, sebagai perbaikan dan peningkatan pelayanan professional

guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran dikelas, sebagai

pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara

reflektif dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru, ada juga sebagai

34
35

pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran dikelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi

sehari-hari, dan tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai

adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu

berlangsung.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas X A SMA Santo Mikael

Warak Sumberadi Mlati Sleman Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2017. Waktu

penelitian akan disesuaikan dengan jadwal dan kalender akademik dari pihak

sekolah.

3. Siklus

Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem siklus 1 dan 2.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X A di SMA Santo Mikael

Warak tahun ajaran 2016 - 2017 yang melibatkan 19 orang siswa.


36

2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian adalah prestasi belajar siswa, dan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tounaments) dalam

pembelajaran sejarah siswa di kelas X A SMA Santo Mikael Warak.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

menggunakan model penelitian Kemmis dan McTaggart. Model yang

dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart terdiri dari empat komponen,

yaitu:25 :perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

1. Perencanaan

Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh

siapa, dan bagaimana Penelitian Tindakan Kelas tersebut dilakukan. Penelitian

Tindakan Kelas yang ideal sebetulnya dilakukan berpasangan antara pihak yang

melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi atau penerapan

isi rancangan yang mengenakan tindakan kelas. Pada tahap ini, perlu diingat

bahwa guru sebagai pelaksanaan penelitian harus bisa mengingat dan berusaha

menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus berlaku wajar

dan tidak dibuat-buat.

25
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (Edisi kedua),
Jakarta, Indek, 2009, hlm: 21.
37

3. Pengamatan

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat. Pengamatan ini

seharusnya dilakukan pada waktu proses tindakan sedang berlangsung.

Pengamatan ini dikerjakan oleh rekan pengamat, bukan oleh guru yang sedang

melakukan tindakan.

4. Refleksi

Refleksi ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan. Hasil dari refleksi ini adalah diadakannya revisi terhadap

tindakan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki

kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.

Desain penelitian pada penelitian ini diadopsi dari desain penelitian

Kemmis dan McTaggart sebagai berikut:

Pelaksanaan

Perencanaan Siklus I Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Siklus II Pengamatan

Refleksi

Gambar II : Siklus Penelitian


38

Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai

unsur-unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran dalam kegiatan

beruntun yang kembali kelangkah semula. Jadi, satu siklus adalah dimulai dari

tahap penyusunan rancangan sampai refleksi.

B. Perumusan Variabel

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel

bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas ( X ) : Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams


Games Tournaments)
2. Variabel terikat : Prestasi belajar sejarah

C. Defenisi Operasioanl

Berikut ini merupakan defenisi operasional yang peneliti ambil, antar lain sebagai

berikut :

1. Belajar adalah proses daripada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar,

manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga

tingkahlakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain

adalah hasil dari belajar.

2. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau

dikerjakan.

3. Pembelajaran Kooperatif merupakan sekumpulan strategi pengajaran yang

dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi dengan siswa.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok


39

yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerjasama dalam menguasai materi

yang diberikan guru.

4. TGT (Teams Games Tournaments ) adalah salah satu pembelajaran kooperatif

yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis

kelamin dan suku kata yang berbeda.

D. Sumber Data

Sumber data merupakan hal yang penting dalam sebuah PTK karena tanpa

sumber data ini maka peneliti akan mengalami kendala dalam melakukan

penelitian. Sumber data yang digunakan peneliti meliputi :

1. Siswa

Untuk mendapatkan hasil prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar

mengajar yang berupa nilai.

2. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi model pembelajaran tipe

TGT (Teams Games Tournaments) dalam pembelajaran sejarah yang diukur

melalui peningkatan prestasi belajar siswa yang berupa hasil prestasi siswa

sebelum penelitian.

3. Dokumen

Berupa dokumen nilai siswa sebelum dilaksanakan penelitian serta foto-

foto kegiatan belajar siswa saat mengikuti penelitian.


40

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang harus dilaksanakan dalam

sebuah penelitian. Data penelitian adalah semua informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah penelitian. Sesuai jenis data yang dikumpulkan yaitu data

kuantitatif, pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data tentang aktivitas siswa

selama penelitian berlangsung.

2. Tes

Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang

harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang dimaksudkan untuk

mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dalam bentuk foto

selama proses belajar mengajar berlangsung serta data nilai ulangan harian siswa

sebelum diterapkannya model pembelajaran tipe TGT (Teams Games

Tournaments).

Dalam pengumpulan data ini, pengumpulan data prestasi siswa

dikumpulkan dengan tes, observasi, dan dokumentasi.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Ada bebrapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
41

yaitu :

1. Instrumen Pra Penelitian

Intrumen para penelitian terdiri dari:

a. Tes (Pre-tes)

Tes prestasi digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes prestasi

tersebut berupa instrumen soal yang berbentuk pilihan ganda dan essay.

b. Daftar nilai

Data nilai ulangan harian siswa dari guru mata pelajaran sejarah sebelum

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments).

2. Instrumen Pelaksanaan penelitian

a. Tahap Penelitian

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan untuk merancang hal-

hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran dan untuk merancang model

pembelajaran yang akan diterapkan.

b. Tahap Tindakan dan Observasi

1) Tes

Tes prestasi digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments).

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini bertujuan untuk mengamati kegiatan belajar siswa

selama proses Pembelajaran sedang berlangsung.


42

d. Tahap Refleksi

Refleksi ini bertujuan untuk merefleksikan hal-hal serta memperbaiki

kesalahan yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Refleksi dilakukan pada

saat setiap siklus sudah selesai dilaksanakan.

e. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1) Validitas

Instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data terlebih dahulu

harus diperiksa bahwa instrumen tersebut harus valid karena akan mendukung

dalam penelitian. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.26 Dalam penelitian ini peneliti menguji

validitas butir soal yang telah dikerjakan siswa. untuk mengetahui tingkat

validitas atas uji coba instrumen maka peneliti menggunakan rumus kolerasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus validitas yang

dikemukakan oleh Pearson yaitu:

Keterangan :

rxy = kofisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang


dikorelasikan.
N = Jumlah siswa tes
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah skor total
∑XY = Jumlah perkalian antara X dan Y
X² = Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan
Y² = Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan
Untuk mengetahui taraf signifikansi validitas instrumen maka dilakukan
26
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Bina Aksara,
1989, hlm: 136.
uji t dengan rumus27:

Keterangan :
t = taraf signifikansi
= korelasi skor item dengan skor total
n = jumlah responden

2) Reliabilitas

Reliabilitas menujuk pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen tersebut

sudah baik dan istrumen yang dapat dipercaya atau yang reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga28. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan rumus Alpha.

Keterangan :

r11 = reabilitas instrumen


k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians soal
= varians total29

Dalam penelitian ini peneliti menghitung data dengan menggunakan Excel

dan juga secara manual. Untuk mengetahui hasil validitas dan realibilitas dapat

dilihat pada lampiran.

G. Analisis Data

27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2011, hlm: 259.
28
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm: 142.
29
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm:190.

43
44

Setelah pengumpulan data, hal yang harus dilakukan adalah analisis data.

Analisis data memiliki peran penting dalam penelitian tindakan kelas. Analisis

data yang digunakan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif dan

komparatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Analisis Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini merupakan data yang dinyatakan

dalam bentuk angka, yang merupakan hasil penghitungan dan pengukuran prestasi

belajar sejarah siswa. Hasil perhitungan dan pengukuran prestasi siswa dianalisis

dengan menggunakan PAP I (Penilaian Acuan Patokan I).30

a. Data observasi kegiatan siswa kelas X A SMA Santo Mikael Warak

Untuk mengetahui peningkatan kegiatan belajar siswa kelas X SMA Santo

Mikael Warak, maka data kegiatan belajar siswa dianalisis dengan menggunakan

PAP I. Kegiatan belajar siswa merupakan salah satu bagian penting dalam

penilaian, karena melalui kegiatan belajar siswa dapat menunjang prestasi belajar

sejarah siswa. hal-hal yang diamati berupa on task dan off task. On task meliputi

memperhatikan guru, mencatat hal-hal penting, mengajukan pertanyaan,

menjawab pertanyaan, bekerjasama, aktif dalam kelompok, menghargai,

memperhatikan teman saat presentasi, mengemukakan pendapat dan

menyelesaikan tugas, sedangkan off task meliputi siswa tidak memperhatikan

pembelajaran, siswa main Handphone, ribut di dalam kelas, makan di dalam kelas,

tidur di dalam kelas, dan siswa keluar masuk kelas.

30
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2002, hlm:
67.
45

1) Menghitung nilai kegiatan belajar siswa

Tabel 1: Penilaian Kegiatan Belajar Siswa

 On task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Memperhatikan guru
2 Mencatat hal-hal penting
3 Siswa mengajukan pertanyaan
4 Siswa menjawab pertanyaan
5 Bekerjasama
6 Aktif dalam kelompok
7 Menghargai
8 Memperhatikan teman saat persentasi
9 Mengemukakan pendapat
10 Menyelesaikan tugas

 Off task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Siswa tidak memperhatikan pembelajaran
2 Siswa main handphone
3 Siswa ribut di dalam kelas
4 Siswa makan di dalam kelas
5 Siswa tidur di dalam kelas
6 Siswa keluar masuk kelas

N = Nilai hasil pengamatan


∑ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai
∑ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek
yang diamati

Tabel 2: Analisis Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)


46

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Siswa belajar dalam kelompok
2 Siswa mengikuti game
3 Bertanggungjawab
4 Bekerjasama
5 Siswa mengikuti pertandingan

2) Tabel analisis tingkat kegiatan siswa

Tabel 3 : Keterangan Patokan Acuan Penilaian I

Tingkat Kegiatan Belajar Kriteria


90% - 100 % Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
0% -59% Sangat Kurang

Tabel 4: Skala Tingkat Kegiatan Belajar Siswa


Skala Kegiatan Belajar
No Kriteria Frekuensi Persentase
Siswa
1 90-100 Sangat Tinggi
2 80-89 Tinggi
3 70-79 Cukup
4 55-64 Kurang
5 0-59 Sangat Kurang

b. Data prestasi belajar siswa kelas X A SMA Santo Mikael Warak

Pada data prestasi belajar siswa, baik kondisi awal sebelum tindakan (pra

siklus) maupun siklus I dan siklus II dianalisis dengan menggunakan Patokan

Acuan Penilaian I (PAP I). Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis

data prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

Keterangan:
N = Nilai hasil penilaian
∑ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai
∑ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek
yang dinilai.
1) Menghitung tingkat prestasi belajar siswa
47

Untuk dapat mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dari pra siklus

sampai siklus I dan siklus II, peneliti menggunakan Patokan Acuan Penilaian I

(PAP I) dengan KKM 65. Berikut ini cara untuk menentukan tingkat prestasi

belajar siswa:

a) Menentukan skala prestasi belajar siswa

Tabel 5: Keterangan Patokan Acuan Penilaian I

Tingkat Penguasaan Kriteria


90% - 100 % Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
0% -59% Sangat Kurang

b) Tabel tingkat prestasi belajar siswa

Tabel 6: Skala Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Skala Prestasi Frekuensi


No F Kriteria Rata-rata
Siswa Relatif %
1 90-100 Sangat Tinggi
2 80-89 Tinggi
3 70-79 Cukup
4 55-69 Kurang
5 0-59 Sangat Kurang

2) Menghitung persentase

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa, dapat dilihat melalui

persentase siswa yang mencapai KKM berdasarkan ketentuan dan siswa yang

tidak mencapai KKM. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

a) Menghitung persentase jumlah siswa mencapai KKM

b) Menghitung persentase jumlah siswa tidak mencapai KKM


48

2. Analisis Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini merupakan data yang dinyatakan dalam

bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk angka, data ini biasanya menjelaskan

karakteristik atau sifat untuk mengukur minat belajar sejarah siswa. Kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.31

Data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak

dapat diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan verbal

(kalimat dan kata). Selain itu, data kualitatif lebih bersifat proses. Beda halnya

dengan kuantitatif yang bersifat hasil atau produk. Data kualitatif juga hanya

dapat dikelompokkan dalam wujud kategori-kategori. Sebagai contoh: pernyataan

orang tentang suatu keadaan baik, buruk, mencekam, menyenangkan,

menggembirakan, nikmat, sangat istimewa, menjemukan, dan sebagainya.

Sementara itu, bentuk-bentuknya, seperti catatan wawancara, rekaman, gambar,


32
foto, peta, dokumen, dan sebagainya. Data kualitatif ini diperoleh pada hasil

observasi kegiatan belajar siswa.

3. Analisis Komparatif

Pada penelitian ini, analisis komparatif digunakan untuk membandingkan

kegiatan belajar dan hasil prestasi belajar siswa dari pra tindakan dengan pada saat

terlaksananya tindakan menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games

31
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, Yogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014, hlm: 22.
32
Ibid, hlm: 237.
49

Tournamens). Analisis komparatif ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments).

a. Tabel analisis komparatif kegiatan belajar siswa

Tabel 7: Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa


Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (On task)
Kegiatan Selisih Ket
No Aspek yang diamati
PP Skl I J % N T Te
1 Memperhatikan guru
2 Mencatat hal-hal penting
3 Siswa mengajukan pertanyaan
4 Siswa menjawab pertanyaan
5 Bekerjasama
6 Aktif dalam kelompok
7 Menghargai
Memperhatikan teman saat
8
presentasi
9 Mengemukakan pendapat
10 Menyelesaikan tugas

Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (Of task)


Kegiatan Selisih Ket
No Aspek yang diamati
PP Skl I J % N T Te
Siswa tidak memperhatikan
1
pembelajaran
2 Siswa main handphone
3 Siswa ribut di dalam kelas
4 Siswa makan di dalam kelas
5 Siswa tidur di dalam kelas
6 Siswa keluar masuk kelas

Tabel 8: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa

Nama Prestasi Selisih Keterangan


No
Siswa PP Siklus I J % N T Te
1 ABBS
2 ASW
3 AD
4 AP
50

5 DIB
Keterangan:
N : Naik
T : Turun
Te : Tetap

Tabel 9: Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Keterangan Pra Penelitian Siklus I Siklus II


Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Tuntas
Tidak Tuntas

Tabel 10: Perbandingan Prestasi Belajar Siswa

Kondisi Awal Siklus I Siklus II


Skala
No Kriteria Rata- Rata- Rata-
Prestasi f % F % f %
rata rata rata
Sangat
1 90-100
Tinggi
2 80-89 Tinggi
3 70-79 Cukup
4 55-69 Kurang
Sangat
5 0-59
Kurang

H. Prosedur Pelaksanaan penelitian

Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan melalui 2 siklus

dan setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),

pengamatan (observasi), dan refleksi (reflection). Adapun prosedur pelaksanaan

penelitian yang diuraikan sebagai berikut:

1. Pra Siklus

a. Permintaan Izin

Permintaan izin kepada kepala Sekolah SMA St. Mikael Warak, Ketua

Program studi Pendidikan Sejarah, dan Dekan FKIP Universitas Sanata


51

DharmaYogyakarta.

b. Observasi

Observasi dilakukan di kelas X A SMA St. Mikael Warak dengan jumlah

siswa 19 orang. Observasi ini bertujuan untuk melihat kegiatan siswa dan untuk

memperoleh hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah sebelum melaksanakan

penelitian serta untuk mengetahui model pembelajaran, dan media yang

digunakan oleh guru saat mengajar di dalam kelas sebelum peneliti menerapkan

model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments).

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun sebanyak tiga kali

dalam dua siklus.

d. Mempersiapkan Media Pembelajaran.

Media yang digunakan oleh peneliti adalah power point, LCD, dan papan

tulis.

e. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa soal tes,

lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan diskusi, dan IPKG.

2. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian

dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Keempat tahap tersebut yang akan diterapkan pada setiap siklus, dan banyaknya

siklus yang dijalankan sebanyak dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini bisa terus
52

dilanjutkan pada tahap berikutnya jika hasilnya belum menunjukkan kemajuan.

a. Siklus I

1) Perencanaan

Dalam tahap ini, peneliti terlebih dahulu menyusun instrumen

pembelajaran, mulai dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, serta media

pembelajaran yang akan digunakan peneliti saat melakukan penelitian.

2) Pelaksanaan Tindakan

Setelah melakukan perencanaan, peneliti melaksanakan tindakan

penelitian di kelas. Dalam pelaksanaan tindakan, hal pertama yang dilakukan

peneliti adalah menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, menyampaikan

materi, membagi kelompok, dan memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok.

Setiap kelompok diberikan tanggungjawab untuk mendiskusikan pertanyaan

tersebut di dalam kelompoknya masing-masing, kemudian hasil diskusi tersebut

dipersentasikan di depan kelas dan guru memberikan kesempatan kepada

kelompok lain untuk bertanya, memberikan tanggapan dan berkomentar terhadap

kelompok yang persentasi.

3) Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa dengan

menggunakan instrumen observasi. Hal yang akan diamati oleh peneliti meliputi

on task dan off task. On task meliputi siswa memperhatikan guru, mencatat hal-hal

penting, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, bekerjasama, aktif dalam

kelompok, menghargai, memperhatikan teman persentasi, mengemukakan

pendapat, dan menyelesaikan tugas. Off task meliputi siswa tidak memperhatikan
53

pembelajaran, main handphone, ribut di dalam kelas, makan di dalam kelas, tidur

di dalam kelas, dan siswa keluar masuk kelas.

4) Refleksi

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran, maka peneliti

memberikan tes untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang sudah

diajarkan. Dari hasil tes tersebut, peneliti membuat rencana untuk perbaikan pada

siklus II dan mengetahui apa saja yang perlu ditingkatkan pada siklus II.

b. Siklus II

Tahap-tahap dalam siklus II ini pada dasarnya sama dengan tahap yang

dilakukan pada siklus I. Hanya saja tindakan pada siklus II ini akan ditentukan

berdasarkan hasil refleksi pada pelaksanaan siklus I.

1) Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada

siklus I dan merupakan rencana tindakan selanjutnya pada siklus II.

2) Pelaksanaan Tindakan

Peneliti menerapkan model pembelajaran TGT (Teams Games

Tournaments) berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus I.

3) Pengamatan

Tim peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran

model kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments).

4) Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II.

I. Indikator Keberhasilan
54

Indikator keberhasilan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk menilai

tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam

melakukan perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas. Indikator keberhasilan

ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang akan dicapai dengan

membandingkan target dari awal pra siklus hingga target siklus 2.

Tabel 11: Indkator Keberhasilan Prestasi Belajar

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2


65% 75% 85%
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA St. Mikael Warak kelas X A pada mata

pelajaran sejarah yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Langkah penulis

sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) adalah melakukan observasi awal di kelas saat guru mengajar.

Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2017 dan 9 Mei 2017, sedangkan siklus

II dilaksanakan hanya 1 kali pada tanggal 16 Mei 2017 karena sekolah

mengadakan studi lapangan di Bali. Tujuan dilaksanakannya observasi ini adalah

untuk dapat mengetahui kondisi awal aktivitas siswa kelas X A SMA St. Mikael

Warak. Observasi dilakukan tanggal 29 April 2017 pada jam 08.45-09.30 WIB.

Hasil observasi pra penelitian serta penerapan model pembelajaran TGT (Teams

Games Tournaments) pada siklus I dan siklus II akan diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi Pra Penelitian

Observasi pra penelitian dilakukan tanggal 9 April 2017 pada jam 08.45-

09.30 WIB sesuai dengan jam mata pelajaran sejarah di kelas X A SMA St.

Mikael Warak. Guru mata pelajaran sejarah di SMA St. Mikael Warak adalah

bapak Drs. A. Raharja. Adapun jumlah siswa kelas X A secara keseluruhan

berjumlah 19 orang.

Pada saat pergantian jam pelajaran sejarah, siswa menunggu guru di dalam

kelas. Sebelum pelajaran dimulai, Pak Raharja menyapa siswa dan kemudian

55
56

mengabsen kehadiran siswa. Pak Raharja langsung saja mengajar tanpa

menyiapkan media pembelajaran. Siswa belajar hanya menggunakan LKS yang

telah disediakan oleh guru. Pada awal pembelajaran, terlihat beberapa siswa asik

sendiri, mendengarkan musik di kelas, berbicara dengan teman, dan bahkan ada

juga siswa yang tidur di saat guru sedang mengajar. Pada saat guru menjelaskan,

untuk menarik perhatian siswa, guru kemudian menyampaikan pertanyaan kepada

siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami penjelasan yang

telah disampaikan. Hanya beberapa orang saja yang bisa menjawab pertanyaan

dari Pak Raharja.

Setelah menjelaskan materi, guru membagi siswa dalam kelompok yang

terdiri dari 4 kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa dan memberikan

tugas untuk diselesaikan. Pada saat siswa belajar di dalam kelompok, terdapat

beberapa siswa asik berbicara dan tertawa dengan temannya, ada pula beberapa

siswa yang keluar masuk kelas. Pada saat presentasi, hanya beberapa siswa saja

yang terlihat aktif mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan terhadap

kelompok presentasi, sebagian besar hanya duduk dan mendengarkan kelompok

yang sedang presentasi. Hasil observasi kegiatan belajar siswa kelas X A SMA St.

Mikael Warak dapat dilihat pada tabel berikut:


57

a. Keadaan Awal Kegiatan Belajar Sejarah Siswa

Tabel 12: Hasil Observasi Pra Penelitian Terhadap Kegiatan Belajar Sejarah
Siswa Kelas X A

 On task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Memperhatikan guru 13 68,42%
2 Mencatat hal-hal penting 9 47,36%
3 Siswa mengajukan pertanyaan 4 21,05%
4 Siswa menjawab pertanyaan 2 10,52%
5 Bekerjasama 15 78,94%
6 Aktif dalam kelompok 10 52,63%
7 Menghargai 8 42,15%
8 Memperhatikan teman saat presentasi 13 68,42%
9 Mengemukakan pendapat 5 26,31%
10 Menyelesaikan tugas 17 89,47%

 Off task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Siswa tidak memperhatikan pembelajaran 7 36,84%
2 Siswa main handphone 4 21,05%
3 Siswa ribut di dalam kelas 6 31,57%
4 Siswa makan di dalam kelas 3 15,78%
5 Siswa tidur di dalam kelas 5 26,31%
6 Siswa keluar masuk kelas 4 21,05%

Tabel 12 diatas merupakan hasil pengamatan sebelum melakukan tindakan

penelitian. Dari hasil pengamatan kegiatan belajar siswa pra penelitian

menunjukkan bahwa 13 siswa atau 68,42% memperhatikan guru, 9 siswa atau

47,36% mencatat hal-hal penting, 4 siswa atau 21,05% mengajukan pertanyaan, 2

siswa atau 10,52% menjawab pertanyaan, 15 siswa atau 78,94% bekerjasama, 10

siswa atau 52,63% aktif dalam kelompok, 8 siswa atau 42,15% menghargai, 13

siswa atau 68,42% memperhatikan teman saat presentasi, 5 siswa atau 26, 31%

mengemukakan pendapat, dan 17 siswa atau 89,47% menyelesaikan tugas. Dari


58

hasil pengamatan kegiatan belajar siswa tersebut yang paling tinggi tingkat

persentasenya adalah memperhatikan guru, bekerjasama, memperhatikan teman

presentasi dan menyelesaikan tugas.

Di sisi lain terdapat 7 siswa atau 36,84% tidak memperhatikan

pembelajaran, 4 siswa atau 21,05% main handphone, 6 siswa atau 31,57% ribut di

dalam kelas, 3 siswa atau 15,78% makan di dalam kelas, 5 siswa atau 26,31%

tidur di dalam kelas, dan 4 siswa atau 21,05% keluar masuk kelas saat proses

pembelajaran sedang berlangsung. Keadaan tersebut kemungkinan disebabkan

oleh anggapan siswa terhadap mata pelajaran sejarah yang berkesan

membosankan, sehingga tidak tertarik untuk dipelajari. Dari hasil tersebut, dapat

disimpulkan bahwa tingkat kegiatan belajar siswa kelas X A sebelum penerapan

model pembelajaran TGT (Teams games Tournaments) masih tergolong rendah.

b. Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Selain melakukan pengamatan (observasi) terhadap kegiatan belajar siswa

selama proses pembelajaran, peneliti juga mengambil data prestasi siswa pra

penelitian yang diambil dari hasil UTS semester genap. Data prestasi belajar

tersebut diperoleh berdasarkan pembelajaran sejarah yang dilakukan oleh guru

mata pelajaran sejarah sebelum pembelajaran sejarah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments). Nilai siswa dari

hasil Ujian Tengah Semester tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa setelah melakukan penelitian dari siklus I ke siklus II. KKM

yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Hasil ulangan tengah semester yang diperoleh

siswa kelas X A SMA Santo Mikael Warak dapat dilihat pada tabel berikut:
59

Tabel 13: Data Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Keterangan
No Nama KKM Nilai
T TT
1 ABBS 65 70 √
2 ASW 65 65 √
3 AD 65 50 √
4 AP 65 55 √
5 DIB 65 70 √
6 DJP 65 65 √
7 JJ 65 55 √
8 JOYL 65 75 √
9 MESR 65 60 √
10 NDK 65 60 √
11 NM 65 65 √
12 RAS 65 60 √
13 RPT 65 75 √
14 RBRS 65 50 √
15 RY 65 70 √
16 SSA 65 60 √
17 TMK 65 60 √
18 TWJ 65 65 √
19 YHW 65 60 √
Total 1130 ∑ = 10 ∑=9
Tertinggi 75
Terendah 50
Rata-rata 59,47
Persentase 52,63 % 47, 36 %

Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebelum menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada tahap awal

siswa belum mempunyai kesiapan untuk mengikuti pelajaran sejarah dengan baik.

Ini terbukti dengan pencapaian nilai yang didapat oleh siswa. Keterangan pada
60

tabel diatas menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang dibawah KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal). Dari 19 siswa yang mengikuti tes, jumlah anak

yang tuntas (52,63 %) dan siswa yang belum tuntas (47,36%). Nilai tertinggi

siswa yaitu 75 dan nilai terendah 50 dengan rata-ratanya adalah (59,47) dan

persentase ketuntasan mencapai (52,63%). Nilai KKM adalah 65, sehingga siswa

yang mendapat nilai dibawah nilai KKM misalkan mendapat 60 atau 50

dinyatakan tidak tuntas. Dari data pra siklus tersebut menunjukkan bahwa perlu

dilakukannya perbaikan untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa.

Berikut ini kategorisasi nilai berdasarkan keadaan keadaan awal prestasi belajar

sejarah siswa.

Tabel 14: Skala Prestasi

Tingkat Penguasaan Kriteria


90% - 100 % Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
0% -59% Sangat Kurang

Tabel 15: Persentase Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Skala Prestasi Frekuensi


No F Kriteria Rata-rata
Siswa Relatif %
1 90-100 0 0% Sangat Tinggi
2 80-89 0 0% Tinggi
3 70-79 7 37% Cukup 59,47
4 55-69 9 47% Kurang
5 0-59 3 16% Sangat Kurang
61

Gambar III: Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah Siswa

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1

Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan pada tanggal 6 Mei dan

9 Mei 2017. Pada pertemuan pertama tanggal 6 Mei, semua siswa kelas X A hadir

di dalam kelas, akan tetapi pada pertemuan kedua pada tanggal 9 Mei ada dua

orang siswa yang tidak hadir. Materi Pembelajaran tentang “Asal-usul dan

Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia”. Pada pertemuan pertama, materi

yang dibahas adalah tentang “Kronologis Perkembangan Biologis Manusia”. Pada

pertemuan kedua materi yang dibahas adalah tentang “Teknologi dan Sistem

Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia. Berikut ini uraian penerapan model

pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) pada siklus I:

a. Perencanaan Siklus I
Pada siklus I, peneliti terlebih dahulu menyusun instrumen pembelajaran,

mulai dari membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Media

pembelajaran yang akan peneliti gunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hal


62

tersebut, peneliti mempersiapkan RPP untuk siklus pertama pertemuan 1 dan

pertemuan 2.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada tahap ini mengacu pada RPP yang telah dibuat

peneliti dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournaments). Pada siklus I tindakan dilakukan sebanyak dua kali. Berikut

uraian tindakan yang dilakukan pada siklus I:


1). Tindakan Pertemuan I
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada tanggal 6 Mei 2017 pukul

07.00-07.45 WIB. Materi yang dibahas pada pertemuan pertama ini adalah

Kronologis Perkembangan Biologis Manusia.


Pada pertemuan pertama sebelum memulai pembelajaran, peneliti

mengkondisikan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, menyiapkan bahan

ajar dan media pembelajaran yang digunakan untuk melakukan penelitian.

Kegiatan pembelajaran terlebih dahulu diawali dengan salam pembuka, doa dan

absensi. Peneliti melakukan apersepsi kemudian siswa dengan bimbingan peneliti

sendiri merumuskan tujuan pembelajaran yaitu tentang“ Kronologis

Perkembangan Biologis Manusia”. Peneliti menyampaikan manfaat pembelajaran

dan rangkaian pembelajaran yang akan dicapai dalam rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan.
Pada kegiatan inti, siswa dibagi dalam kelompok. Peneliti mengawali

pembelajaran dengan menstimulus rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.

Kemudian, Siswa menonton video singkat terkait dengan Kronologis

Perkembangan Biologis Manusia. Siswa dalam kelompok mengidentifikasi


63

Kronologis Perkembangan Biologis Manusia, kemudian saling bersaing untuk

menambah poin kelompok dengan menjawab soal-soal yang diberikan.


Sebelum jam pelajaran berakhir, peneliti bersama dengan siswa membuat

kesimpulan tentang materi yang dipelajari, serta menemukan nilai-nilai kehidupan

yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung.


2) Tindakan Pertemuan II
Tindakan kedua siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2017 pukul

08.30-09.15 WIB. Materi yang dibahas pada pertemuan kedua ini adalah tentang

Asal-usul Nenek Moyang Indonesia. Tindakan yang dilakukan pada pertemuan

kedua ini hampir sama dengan tindakan yang dilakukan pada pertemuan pertama,

akan tetapi pada pertemuan kedua ini peneliti telah mencoba melakukan

perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil evaluasi pada pertemuan pertama. Dalam

hal ini, hal-hal yang kurang pada pertemuan pertama diperbaiki untuk dapat

menjalankan pertemuan kedua dengan baik, sehingga terjadi peningkatan mutu

pembelajran jika dibandingkan pada pertemuan pertama.


Pada awal pembelajaran pertemuan kedua, sebelum memulai pembelajaran

peneliti mengkondisikan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, menyiapkan

bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan untuk melakukan penelitian.

Kegiatan pembelajaran terlebih dahulu diawali dengan salam pembuka, doa dan

absensi. Peneliti melakukan apersepsi berkaitan dengan materi yang sudah

dipelajari sebelumnya. Kemudian siswa dengan bimbingan peneliti sendiri

merumuskan tujuan pembelajaran yaitu tentang“ Asal-usul Nenek Moyang

Bangsa Indonesia”. Peneliti menyampaikan manfaat pembelajaran dan rangkaian

pembelajaran yang akan dicapai dalam rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti, siswa dibagi dalam kelompok. Peneliti mengawali

pembelajaran dengan menstimulus rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.


64

Kemudian, Siswa menonton video singkat terkait dengan materi. Siswa dalam

kelompok mengidentifikasi Asal-usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia,

kemudian saling bersaing untuk menambah poin kelompok dengan menjawab

soal-soal yang diberikan.


Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, peneliti

bersama dengan siswa menyimpulkan serta menemukan nilai-nilai kehidupan

yang berkaitan dengan pembelajaran. Pada saat menyimpulkan terdapat siswa

yang aktif dalam menyimpulkan pelajaran, dan terdapat pula siswa yang asik

sendiri. Peneliti selalu mengingatkan siswa untuk pertemuan berikutnya ada

evaluasi dalam berbentuk soal pilihan ganda dan essay.


c. Observasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa Pada Siklus I
Peneliti melakukan observasi melalui kegiatan pengamatan aktivitas

pembelajaran siswa di kelas selama siswa bekerja dalam kelompok belajarnya.

Hal ini bertujuan untuk melihat keaktifan dan peran setiap siswa ketika melakukan

kegiatan diskusi dalam kelompok. Berikut ini tabel observasi kegiatan belajar

siswa pada siklus I:

Tabel 16: Hasil Observasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa Pada Siklus I

 On task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Memperhatikan guru 10 52,63%
2 Mencatat hal-hal penting 7 36,84%
3 Siswa mengajukan pertanyaan 5 26,31%
4 Siswa menjawab pertanyaan 6 31,57%
5 Bekerjasama 15 78,94%
6 Aktif dalam kelompok 17 89,47%
7 Menghargai 9 47,36%
8 Memperhatikan teman saat presentasi 13 68,42%
9 Mengemukakan pendapat 8 42,10%
65

10 Menyelesaikan tugas 18 94,73%

 Off task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Siswa tidak memperhatikan pembelajaran 5 26,31%
2 Siswa main handphone 5 26,31%
3 Siswa ribut di dalam kelas 7 36,84%
4 Siswa makan di dalam kelas 4 21,05%
5 Siswa tidur di dalam kelas 3 15,78%
6 Siswa keluar masuk kelas 2 10,52%

Tabel 16 di atas merupakan hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I

selama proses pembelajaran sejarah berlangsung. Dari hasil pengamatan kegiatan

belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa ada 10 siswa atau 52,63%

memperhatikan guru, 7 siswa atau 36,84% mencatat hal-hal penting, 5 siswa atau

26,31% mengajukan pertanyaan, 6 siswa atau 31,57% menjawab pertanyaan, 15

siswa atau 78,94% bekerjasama, 17 siswa atau 89,47% aktif dalam kelompok, 9

siswa atau 47,36% menghargai, 13 siswa atau 68,42% memperhatikan teman saat

presentasi, 8 siswa atau 42,10% mengemukakan pendapat, dan 18 siswa atau

97,73% menyelesaikan tugas. Dari hasil pengamatan kegiatan belajar siswa

tersebut yang paling tinggi tingkat persentasenya adalah memperhatikan guru,

bekerjasama, memperhatikan teman presentasi dan menyelesaikan tugas.

Di sisi lain terdapat 5 siswa atau 26,31% tidak memperhatikan

pembelajaran, 5 siswa atau 26,31% main handphone, 7 siswa atau 36,84% ribut di

dalam kelas, 4 siswa atau 21,05% makan di dalam kelas, 3 siswa atau 15,78%

tidur di dalam kelas, dan 2 siswa atau 10,52% keluar masuk kelas saat proses

pembelajaran sedang berlangsung. Keadaan tersebut kemungkinan disebabkan


66

oleh anggapan siswa terhadap mata pelajaran sejarah yang berkesan

membosankan, sehingga tidak tertarik untuk dipelajari.

Dari hasil observasi terhadap kegiatan belajar siswa tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pada siklus I siswa masih belum fokus dan aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran karena tidak ada keinginan untuk belajar sejarah

sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu sangat perlu untuk mengadakan

perubahan agar siswa lebih berkeinginan dan lebih fokus lagi kedepannya.

Tabel 17: Analisis Data Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)

No Aspek Yang Diamati Jumlah Persentase


1 Siswa belajar dalam kelompok 19 100%
2 Siswa mengikuti game 19 100%
3 Bertanggungjawab 4 21,05%
4 Bekerjasama 15 78,94%
5 Siswa mengikuti pertandingan 12 63,15%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belajar dalam

kelompok sebanyak 19 atau 100%, siswa yang mengikuti game sebanyak 19 atau

100%, siswa bertanggungjawab sebanyak 4 atau 21,05%, siswa bekerjasama

sebanyak 15 atau 78,94%, dan jumlah siswa yang mengikuti pertandingan

sebanyak 12 atau 63,15%.

d. Prestasi Belajar Sejarah Pada Siklus 1


Prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael Warak diukur

berdasarkan hasil evaluasi berupa soal pilihan ganda dan essay yang dilakukan

setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) pada siklus I. Prestasi belajar sejarah siswa pada siklus I dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18: Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I


67

Keterangan
No NAMA KKM NILAI
T TT
1. ABBS 65 80 √
2. ASW 65 75 √
3. AD 65 60 √
4. AP 65 75 √
5. DIB 65 80 √
6. DJP 65 70 √
7. JJ 65 75 √
8. JOYL 65 80 √
9. MESR 65 70
10 NDK 65 78 √
11. NM 65 65 √
12. RAS 65 60 √
13. RPT 65 75 √
14. RBRS 65 55 √
15. RY 65 78 √
16. SSA 65 61 √
17. TMK 65 62 √
18. TWJ 65 65 √
19. YHW 65 65 √
TOTAL 1264 ∑ = 14 ∑=5
Tertinggi 80
Terendah 55
Rata-rata 66,52
Persentase 73,68 % 26,31%

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Berdasarkan tabel 18 diatas, prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA

St. Mikael Warak setelah penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games

Tournaments) pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang nilainya mencapai


68

KKM berjumlah 14 siswa atau 73,68%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai

di bawah KKM berjumlah 5 siswa atau 26,31%. Rata-rata nilai siswa adalah 66,52

dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 55. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael

sudah cukup baik, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang memperoleh nilai

atau prestasi rendah. Adapun hasil uji kategorisasi berdasarkan prestasi belajar

sejarah siswa pada siklus I yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 19: Skala Prestasi Belajar

Tingkat Penguasaan Kriteria


90% - 100 % Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
0% -59% Sangat Kurang

Tabel 20: Persentase Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I

Skala Prestasi Frekuensi


No F Kriteria Rata-rata
Siswa Relatif %
1 90-100 0 0% Sangat Tinggi
2 80-89 3 15,78% Tinggi
3 70-79 8 42,10% Cukup 66,52
4 55-69 8 42,10% Kurang
5 0-59 0 0% Sangat Kurang
69

Gambar IV: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I

e. Refleksi Siklus I

Refleksi siklus I dilakukan terhadap proses pembelajaran, hasil pengamatan

kegiatan belajar siswa dan prestasi belajar siswa yang berupa hasil belajar yang

dicapai dengan menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games

Tournaments) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siklus I sudah

berhasil dilaksanakan.

Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournaments) pada siklus I berjalan dengan baik dan lancar,

meskipun ada beberapa siswa yang tampaknya tidak memiliki niat untuk belajar.

Dalam memanajemen waktu, biasanya sebelum masuk ke dalam kelas, pada saat

pergantian jam pelajaran peneliti sering menunggu guru mata pelajaran lain

sampai selesai mengajar, sehingga hal tersebut menjadi hambatan dalam hal

penggunaan waktu secara efektif dan efisien. Pada saat diskusi kelompok sedang
70

berlangsung masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang aktif selama

berdinamika didalam kelompok.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. dari hasil

refleksi ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada siklus I, penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) mampu

menunjukkan peningkatan prestasi belajar sejarah siswa, namum hasil yang

diperoleh masih belum maksimal sehingga peneliti tetap berinisiatif untuk

melakukan perubahan terhadap prestasi belajar sejarah siswa dengan melakukan

siklus II dan menerapkan lagi model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournaments), dengan harapan dapat memperbaiki kekurangan-

kekurangan yang terjadi pada siklus I.

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Penelitian siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

Siklus II dilaksanakan sebanyak satu kali yaitu pada tanggal 16 Mei 2017, siswa

pada saat itu hadir semua dengan jumlah 19 siswa. Tahap-tahap yang dilakukan

pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I yaitu perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi. Tahap-tahap pelaksanaan siklus II dilakukan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) akan diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan Siklus II

Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan perbaikan atas refleksi

pembelajaran yang ada dalam siklus I. Pada siklus II ini secara keseluruhan
71

memiliki prosedur yang sama dengan siklus I. Peneliti memberikan materi yang

berbeda dari sebelumnya yaitu Teknologi dan Sistem kepercayaan Awal

Masyarakat Indonesia, dan tetap menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournaments) dan sistem tugas kelompok yang sama dengan

siklus I sehingga tidak menurunkan antisipasi dan keaktifan siswa pada saat

belajar sejarah.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan perbaikan dari refleksi

yang telah dipaparkan pada siklus I. Pada hari Selasa tanggal 16 Mei, peneliti

memberikan materi tentang teknologi dan sistem kepercayaan awal masyarakat

Indonesia. Siswa kemudian belajar dalam kelompok seperti sebelumnya pada

siklus I setelah beberapa saat materi dijelaskan, kemudian dalam kelompok siswa

kembali mengerjakan soal-soal yang ada dan bersaing dengan kelompok lainnya

untuk mendapatkan poin yang lebih banyak.


Selama proses pembelajaran berlangsung terutama didalam kelompok

masing-masing, siswa terlihat aktif untuk bekerjasama dan mengerjakan tugas

kelompok yang menjadi tanggung jawab bersama. Pada bagian penutup, peneliti

meminta siswa untuk menarik kesimpulan serta menemukan nilai-nilai yang

diperoleh selama pembelajaran berlangsung., baik yang berkaitan dengan materi

pembelajaran, maupun pada kegiatan hasil diskusi. Siswa menyimpulkan dan

menemukan nilai-nilai, peneliti memberikan penguatan atas kesimpulan dan nilai-

nilai yang telah disampaikan siswa.


c. Observasi
Observasi kegiatan belajar sejarah siswa dilakukan oleh teman peneliti.

Hasil observasi kegiatan belajar sejarah siswa selama pembelajaran berlangsung


72

dengan menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)

pada siklus II sebagai berikut:

Tabel 21: Hasil Observasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa Siklus II

 On task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Memperhatikan guru 17 89,47%
2 Mencatat hal-hal penting 10 52,63%
3 Siswa mengajukan pertanyaan 11 57,89%
4 Siswa menjawab pertanyaan 9 47,36%
5 Bekerjasama 16 84,21%
6 Aktif dalam kelompok 17 89,47%
7 Menghargai 8 42,10%
8 Memperhatikan teman saat presentasi 16 84,21%
9 Mengemukakan pendapat 15 78,94%
10 Menyelesaikan tugas 19 100%

 Off Task

No Aspek yang diamati Jumlah Persentase


1 Siswa tidak memperhatikan pembelajaran 0 0%
2 Siswa main handphone 2 10,52%
3 Siswa ribut di dalam kelas 1 5,26%
4 Siswa makan di dalam kelas 0 0%
5 Siswa tidur di dalam kelas 1 5,26%
6 Siswa keluar masuk kelas 0 0%

Pada tabel 21 diatas merupakan hasil pengamatan kegiatan siswa pada

siklus II selama proses pembelajaran sejarah berlangsung. Dari hasil pengamatan

kegiatan belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa ada 17 siswa atau

89,47% memperhatikan guru, 10 siswa atau 52,63% mencatat hal-hal penting, 11

siswa atau 57,89% mengajukan pertanyaan, 9 siswa atau 47,63% menjawab

pertanyaan, 16 siswa atau 84,21% bekerjasama, 17 siswa atau 89,47% aktif dalam
73

kelompok, 8 siswa atau 42,10% menghargai, 16 siswa atau 84,21%

memperhatikan teman saat presentasi, 15 siswa atau 78,94% mengemukakan

pendapat, dan 19 siswa atau 100% menyelesaikan tugas. Dari hasil pengamatan

kegiatan belajar siswa pada siklus II hampir semua aspek yang diamai mengalami

peningkatan pada persentasenya. Di sisi lain terdapat 2 siswa atau 10,52% main

handphone, 1 siswa atau 5,26% ribut didalam kelas, dan 1 siswa atau 5,26% tidur

didalam kelas.

Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan belajar sejarah siswa di

atas, dapat disimpulkan bahwa pada siklus II siswa aktif mengikuti pembelajaran

sejarah, baik pada saat peneliti menjelaskan maupun saat berdinamika bersama

kelompok. Kegiatan belajar siswa didalam kelas sangat menunjang ketercapaian

prestasi belajar sejarah siswa pada siklus II ini.

Tabel 22: Analisis Data Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)

No Aspek Yang Diamati Jumlah Persentase


1 Siswa belajar dalam kelompok 19 100%
2 Siswa mengikuti game 19 100%
3 Bertanggungjawab 4 21,05%
4 Bekerjasama 10 52,63%
5 Siswa mengikuti pertandingan 15 78,94%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belajar dalam

kelompok sebanyak 19 atau 100%, siswa yang mengikuti game sebanyak 19 atau

100%, siswa bertanggungjawab sebanyak 4 atau 21,05%, siswa bekerjasama

sebanyak 10 atau 52,63%, dan jumlah siswa yang mengikuti pertandingan

sebanyak 15 atau 78,94%.

d. Prestasi Belajar Sejarah Pada Siklus II


74

Prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael Warak diukur

berdasarkan hasil evaluasi berupa soal pilihan ganda dan essay yang dilakukan

setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) pada siklus II. Prestasi belajar sejarah siswa pada siklus I dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23: Prestasi Belajar Siklus II

Keterangan
No NAMA KKM NILAI
T TT
1. ABBS 65 80 √
2. ASW 65 85 √
3. AD 65 75 √
4. AP 65 70 √
5. DIB 65 80 √
6. DJP 65 70 √
7. JJ 65 90 √
8. JOYL 65 80 √
9. MESR 65 70 √
10. NDK 65 95 √
11. NM 65 75 √
12. RAS 65 70 √
13. RPT 65 94 √
14. RBRS 65 92 √
15. RY 65 80 √
16. SSA 65 78 √
17. TMK 65 80 √
18. TWJ 65 75 √
19. YHW 65 70 √
TOTAL 1439 ∑ = 19 ∑=0
Tertinggi 95
Terendah 70
75

Rata-rata 76
Persentase 100% 0%

Berdasarkan tabel 23, prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St.

Mikael menunjukkan bahwa siswa yang mencapai KKM adalah 19 siswa. Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa pada siklusi II adalah 95 dan nilai terendah adalah

70 dengan nilai rata-rata 76. Berdasarkan KKM yang ditetapkan yaitu 65, maka

diketahui bahwa pada siklus II ini keseluruhan siswa melebihi target indikator

ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa (100%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa kelas X A sudah baik, dimana

prestasi belajar sejarah siswa pada siklus II terjadi peningkatan bila dibandingkan

dengan hasil prestasi pada siklus I. Adapun hasil uji kategorisasi berdasarkan

prestasi belajar sejarah siswa pada siklus II ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 24: Skala Prestasi Belajar

Tingkat Penguasaan Kriteria


90% - 100 % Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
0% -59% Sangat Kurang

Tabel 25: Persentase Prestasi Belajar sejarah Siswa Siklus II

Skala Prestasi Frekuensi


No F Kriteria Rata-rata
Siswa Relatif %
1 90-100 4 21,05% Sangat Tinggi
2 80-89 6 31,57% Tinggi
3 70-79 9 47,36% Cukup 76
4 55-69 0 0% Kurang
5 0-59 0 0% Sangat Kurang
76

Gambar V: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II

e. Refleksi Siklus II
Pada siklus II ini juga dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran,

hasil pengamatan kegiatan dan prestasi belajar sejarah siswa berupa hasil belajar

dengan menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)

yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pada siklus II.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model

pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) berjalan lancar serta

mendapatkan hasil yang baik. Namun, pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)tidak lepas

dari kekurangan-kekurangan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan pemahaman, dan prestasi


77

belajar sejarah siswa pada siklus II. Selama pembelajaran berlangsung siswa

sudah aktif bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi dan menyelesaikn tugas.

B. Komparasi Kegiatan Belajar dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa SMA St.

Mikael

1. Komparasi Kegiatan Belajar Sejarah Siswa

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Santo Mikael Warak

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) pada bulan Maret-Mei 2017 telah memperoleh keberhasilan.

Keberhasilan ini dapat ditinjau dari peningkatan prestasi belajar sejarah siswa

pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Berikut adalah komparasi kegiatan dan hasil

prestasi dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

a. Hasil Komparatif kegiatan Belajar Siswa antara Pra Siklus dengan

Siklus I

Tabel 26: Analisis komparatif Kegiatan Belajar Pra Siklus dengan Siklus I

Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (On task)


Kegiatan Selisih Ket
No Aspek yang diamati
PP Skl I J % N T Te
1 Memperhatikan guru 13 10 3 15,78% √
2 Mencatat hal-hal penting 9 7 2 10,52% √
3 Siswa mengajukan pertanyaan 4 5 1 5,26% √
4 Siswa menjawab pertanyaan 2 6 4 21,05% √
5 Bekerjasama 15 15 0 0% √
6 Aktif dalam kelompok 10 17 7 36,84% √
7 Menghargai 8 9 1 5,26% √
Memperhatikan teman saat
13 13 0 0% √
8 presentasi
9 Mengemukakan pendapat 5 8 3 15,78% √
10 Menyelesaikan tugas 17 18 1 5,26% √

Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (Of task)


No Aspek yang diamati Kegiatan Selisih Ket
78

PP Skl I J % N T Te
Siswa tidak memperhatikan
1 7 5 2 10,52% √
pembelajaran
2 Siswa main handphone 4 5 1 5,26% √
3 Siswa ribut di dalam kelas 6 7 1 5,26% √
4 Siswa makan di dalam kelas 3 4 1 5,26% √
5 Siswa tidur di dalam kelas 5 3 2 10,52% √
6 Siswa keluar masuk kelas 4 2 2 10,52% √

Keterangan:
PP : Pra Penelitian
SKL I : Siklus I
J : Jumlah
% : Persentase
N : Naik
T : Turun
Te : Tetap

Berdasarkan tabel 26 diatas, menunjukkan hasil komparasi kegiatan

belajar sejarah siswa antara pra siklus dan siklus I. Dari hasil komparasi kegiatan

belajar sejarah siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa antara pra siklus dengan

siklus I terjadi beberapa peningkatan dalam hal positif dan penurunan dalam hal

negatif.

b. Hasil komparatif Kegiatan Belajar Sejarah Siswa antar Siklus I dan


Siklus II

Tabel 27: Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Sejarah Siswa antara Siklus
I dengan siklus II
Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (On task)
Kegiatan Selisih Ket
No Aspek yang diamati Skl Skl
J % N T Te
I II
1 Memperhatikan guru 10 17 15,78% √
2 Mencatat hal-hal penting 7 10 10,52% √
3 Siswa mengajukan pertanyaan 5 11 5,26% √
4 Siswa menjawab pertanyaan 6 9 21,05% √
5 Bekerjasama 15 16 0% √
6 Aktif dalam kelompok 17 17 36,84% √
7 Menghargai 9 8 5,26% √
79

Memperhatikan teman saat


8 13 16 0% √
presentasi
9 Mengemukakan pendapat 8 15 15,78% √
10 Menyelesaikan tugas 18 19 5,26% √

Analisis Komparatif Kegiatan Belajar Siswa (Of task)


Kegiatan Selisih Ket
No Aspek yang diamati Skl Skl
J % N T Te
I II
Siswa tidak memperhatikan
1 5 0 5 26,31% √
pembelajaran
2 Siswa main handphone 5 2 3 15,78% √
3 Siswa ribut di dalam kelas 7 1 6 31,57% √
4 Siswa makan di dalam kelas 4 0 4 21,05% √
5 Siswa tidur di dalam kelas 3 1 2 10,52% √
6 Siswa keluar masuk kelas 2 0 2 10,52% √

Keterangan:
PP : Pra Penelitian
SKL I : Siklus I
SKL II : Siklus II
J : Jumlah
% : Persentase
N : Naik
T : Turun
Te : Tetap

Tabel 27 diatas merupakan hasil komparasi kegiatan belajar sejarah siswa

antara siklus I dengan siklus II. Dari hasil komparasi kegiatan belajar sejarah

siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa antara siklus I dengan siklus II terjadi

beberapa peningkatan dalam hal positif dan penurunan dalam hal negatif.

Peningkatan yang terjadi pada siklus II tersebut sangat menunjang terwujudnya

peningkatan prestasi belajar sejarah pada siswa.

2. Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Untuk melihat peningkatan prestasi belajar sejarah siswa sebelum dan

sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran


80

TGT (Teams Games Tournaments), peneliti melakukan analisis komparasi

terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Hasil analisi komparasi prestasi belajar

sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael Warak dapat dilihat melalui table berikut:

a. Hasil Komparatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa antara Pra Penelitian

dengan Siklus I

Tabel 28: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa antara Pra Penelitian dengan Siklus I
Nama Prestasi Selisih Keterangan
No
Siswa PP Skl I J % N T Te
1 ABBS 70 80 10 10,00% √
2 ASW 65 75 10 10,00% √
3 AD 50 60 10 10,00% √
4 AP 55 75 20 20,00% √
5 DIB 70 80 10 10,00% √
6 DJP 65 70 5 5,00% √
7 JJ 55 75 20 20,00% √
8 JOYL 75 80 5 5,00% √
9 MESR 60 70 10 10,00% √
10 NDK 60 78 18 18,00% √
11 NM 65 65 0 0% √
12 RAS 60 60 0 0% √
13 RPT 75 75 0 0% √
14 RBRS 50 55 5 5,00% √
15 RY 70 78 8 8,00% √
16 SSA 60 61 1 1,00% √
17 TMK 60 62 2 2,00% √
18 TWJ 65 65 0 0% √
19 YHW 60 65 5 5,00% √
Jumlah 1130 1264 14 5
Nilai Tertinggi 75 80
Nilai Terendah 50 55
Rata-rata 59,47 66,52
Persentase 73,68% 26,31%

b. Hasil Komparatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa antara Siklus I dengan

Siklus II

Tabel 29: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa antara Siklus I dengan
Siklus II
81

Nama Prestasi Selisih Keterangan


No
Siswa Skl I Skl II J % N T Te
1 ABBS 80 80 0 0% √
2 ASW 75 85 10 10,00% √
3 AD 60 75 15 15,00% √
4 AP 75 70 5 5,00% √
5 DIB 80 80 0 0% √
6 DJP 70 70 0 0% √
7 JJ 75 90 25 25,00% √
8 JOYL 80 80 0 0% √
9 MESR 70 70 0 0% √
10 NDK 78 95 17 17,00% √
11 NM 65 75 10 10,00% √
12 RAS 60 70 10 10,00% √
13 RPT 75 94 19 19,00% √
14 RBRS 55 92 37 37,00% √
15 RY 78 80 2 2,00% √
16 SSA 61 78 17 17,00% √
17 TMK 62 80 18 18,00% √
18 TWJ 65 75 10 10,00% √
19 YHW 65 70 5 5,00% √
Jumlah 1264 1439 13 1 5
Nilai tertinggi 80 95
Nilai Terendah 55 70
Rata-rata 65 76
Persentase 68,42% 5,26% 26,31%

Berdasarkan hasil analisis komparasi yang tertera di atas, menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St.

Mikael Warak. Pada pra penelitian menunjukkan nilai rata-rata 59,47 dengan nilai

tertinggi 75, dan nilai terendah 50. Persentase nilai siswa yang mencapai KKM

adalah 52,63% dan persentase nilai siswa yang masih di bawah KKM adalah

47,36%.

Setelah proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

TGT (Teams Games Tournaments) pada siklus I terjadi peningkatan prestasi

belajar sejarah terhadap siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa
82

yaitu 65 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 55. Persentase nilai

siswa yang mencapai KKM adalah 73,68% dan persentase nilai siswa yang masih

di bawah KKM adalah 26,31%.

Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

TGT (Teams Games Tournaments) pada pelajaran sejarah pada siklus II, juga

meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X A SMA St. Mikael Warak.

Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa dapat dilihat melalui table berikut:

Tabel 30: Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X A SMA St.
Mikael Warak.

Keterangan Pra Penelitian Siklus I Siklus II


Rata-rata 59,47 65 76
Nilai Tertinggi 75 80 95
Nilai Terendah 50 55 70
Tuntas 52,63% 73,68% 100%
Tidak Tuntas 47,36% 26,31% 0%

Berdasarkan analisis komparasi prestasi belajar sejarah siswa pada tabel

diatas menunjukkan bahwa setelah menggunakan model pembelajaran TGT

(Teams Games Tournaments) pada siklus I dan siklus II nilai yang diperoleh siswa

mengalami peningkatan dan penurunan. Secara lebih rinci peningkatan prestasi

belajar siswa dari data awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat melalui tabel

berikut:

Tabel 31: Perbandingan Prestasi Belajar Sejarah Siswa dari Keadaan Awal,
Siklus I dan Siklus II

No Kriteria Kondisi Awal Siklus I Siklus II


83

Skala Rata- Rata- Rata-


f % F % f %
Prestasi rata rata rata
Sangat
1 90-100 0 0% 0 0% 4 21%
Tinggi
2 80-89 Tinggi 0 0% 3 16% 6 32%
3 70-79 Cukup 7 37% 59,47 8 42% 66,52 9 47% 76
4 55-69 Kurang 9 47% 8 42% 0 0%
Sangat
5 0-59 3 16% 0 0% 0 0%
Kurang

Grafik Prestasi Belajar Siswa

Gambar V: Grafik Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Keadaan Awal, Siklus I


dan Siklus II

Pada tabel 31 diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi

belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata keadaan awal 59,47, pada

siklus I meningkat menjadi 66,52 dan pada siklus II rata-rata nilai meningkat lagi
84

menjadi 76. Pada keadaan awal dan siklus I kategori sangat tinggi adalal 0 atau

0%, tetapi pada siklus II kategori sangat tinggi menjadi 4 atau 21%. Keadaan awal

pada kategori tinggi adalah 0 atau 0%, pada siklus I kategori tinggi meningkat

menjadi 3 atau 16%, dan kategori pada siklus II meningkat lagi menjadi 6 atau

32%. Pada kategori cukup, keadaan awal adalah 7 atau 37%, pada siklus pertama

kategori cukup meningkat menjadi 8 atau 42%, dan pada siklus II kategori cukup

kembali mengalami peningkatan yaitu 9 atau 47%. Keadaan awal pada kategori

kurang adalah 9 atau 47 %, pada siklus II kategori kurang adalah 8 atau 42%, dan

pada siklus II kategori kurang adalah 0 atau 0%. Pada kategori sangat kurang,

keadaan awal adalah 3 atau 16%, pada siklus I kategori sangat kurang adalah 0

atau 0%, dan pada siklus II kategori sangat kurang juga 0 atau 0%.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Pembahasan

1. Prestasi Belajar Sejarah Siswa

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau

dikerjakan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang diperoleh seseorang setelah

melakukan kegiatan belajar untuk mengetahui sejauh mana kemampuan seseorang

dalam pelajaran tersebut.33 Prestasi belajar ini diukur berdasarkan nilai yang

dicapai siswa pada saat penelitian berlangsung dari siklus I hingga siklus II

dengan menggunakan tes.

33
Winarni Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung, Tarsito, 1973,
hlm: 61.
85

Berdasarkan hasil komparasi prestasi belajar siswa pada penelitian ini

dapat dilihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan pada

nilai rata-rata prestasi belajar siswa pra siklus adalah 59,47 dengan 10 siswa yang

mencapai KKM dan 9 siswa belum mencapai KKM. Setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada siklus I nilai

rata-rata prestasi belajar siswa terjadi peningkatan menjadi 66,52 atau 7,05%

dengan 15 siswa yang mencapai KKM dan 5 siswa belum mencapai KKM.

Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata prestasi belajar siswa meningkat lagi

menjadi 76 atau 9,48% dengan 19 siswa mencapai KKM. Peningkatan prestasi

belajar siswa tersebut dapat dipengaruhi oleh peningkatan kegiatan belajar siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Peningkatan kegiatan belajar siswa di

kelas sangat menunjang meningkatnya prestasi belajar siswa.

Peningkatan prestasi belajar siswa dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu

faktor intern (yang berasal dari dalam individu) dan faktor ekstern (yang berasal

dari luar individu).34 Faktor yang berasal dari dalam diri siswa pada umumnya

akan mendorong untuk semakin mendalami materi pelajaran yang disampaikan

guru. Selain itu, siswa semakin antusias untuk memperoleh nilai yang lebih baik

agar dapat mencapai prestasi yang tinggi dalam hal tertentu. Faktor yang berasal

dari luar diri siswa berasal dari keluarga, lingkungan, dan teman serta model

pengajaran guru yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa itu sendiri.

Adanya dorongan dari orang-orang terdekat akan menumbuhkan keinginan untuk

belajar terhadap siswa tersebut.

34
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhnya, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2010,
hlm: 54.
86

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)

pada umumnya mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok. Dalam kelompok

tersebut, siswa akan bersaing dengan kelompok lainnya untuk memperoleh skor

bagi tim mereka masing-masing. Model pembelajaran TGT (Teams Games

Tournaments) adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa

dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa

yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata yang berbeda.35 Melalui

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dapat

merangsang kemampuan berpikir siswa melalui diskusi, karena melalui diskusi

siswa dapat bekerjasama dengan teman, mengemukakan pendapat, mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menghargai teman saat diskusi. Hal

tersebut dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar. Dengan adanya

keinginan untuk belajar, prestasi siswa akan meningkat. Model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) mengutamakan keaktifan baik

secara individu maupun secara kelompok. Model pembelajaran TGT (Teams

Games Tournaments) yang diterapkan sesuai dengan langkah-langkahnya dapat

meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) yang

dilaksanakan secara tepat dan benar sesuai dengan langkah-langkahnya, dapat

meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas X A SMA Santo Mikael Warak pada mata pelajaran sejarah.

35
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta, PT Raja Grafindo, 2014, hlm: 225.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dapat

meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa di SMA Santo Mikael Warak

khususnya di kelas X A pada Materi Asal Usul dan Persebaran Manusia di

Kepulauan Indonesia serta Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai dan persentase yang dicapai dari

setiap siklus. Rata-rata nilai pada pra penelitian adalah 59,47 dengan persentase

ketuntasan yaitu 52,63%, rata-rata nilai pada siklus I adalah 66,52 dengan

persentase ketuntasan yaitu 73,68%, dan rata-rata nilai pada siklus II meningkat

menjadi 76 dengan persentase ketuntasan yaitu 100%. Dengan demikian, rata-rata

nilai dan persentase ketuntasan dari setiap siklus mengalami peningkatan. Selain

meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa, pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournaments) juga dapat membantu siswa untuk berperan aktif

serta bekerjasama dalam kelompok. Hal tersebut tampak pada peningkatan

kegiatan belajar siswa di dalam kelas.


Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa sejarah siswa baik dalam proses pembelajaran

maupun dari hasil yang diperoleh siswa kelas X A SMA Santo Mikael.

B. Saran

87
88

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah khususnya kepala sekolah disarankan untuk selalu menghimbau

para guru agar menggunakan model pembelajaran yang inovatif, seperti

menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments), supaya

dapat memotivasi meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran

berlangsung dan juga meningkatkan prestasi belajar sejarah.

2. Bagi Guru Sejarah

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) ini

dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk

mengembangkan pemahaman siswa dalam belajar sejarah.

3. Bagi Siswa

Dalam proses pembelajaran, diharapkan siswa untuk mempertahankan

keaktifannya meski bukan peneliti lagi yang mengajar. Selain itu, siswa

diharapkan untuk berani memberikan saran kepada guru jika proses

pembelajaran yang dilakukan guru terkesan membosankan.


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Abu Ahmid H. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Jakarta : Gava Media.

Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan.


Yogyakarta : BPFE.

Hamid Rahman. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Hamzah B. Uno. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang


Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Kosasih E. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : Yrama Widya.

Ngalim Purwanto M. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Prastowo Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : AR-RUZZ


Media.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Bina Aksara.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Syaifudin Azwar. 1966. Fungsi dan Pembangunan Pengukuran Prestasi Belaja.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Syaiful Bahri Djamarah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta :


Prenada Media.

Wijaya Kusumah. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Indeks.

89
90

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Prenada.

Winarno Surakhmad. 1973. Dasar Dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar.
Bandung : Tarsito.

Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT


Gramedia.

Sumber Internet :

http://www.donisetyawan.com/pengertian-pembelajaran-sejarahindonesia/ (
diunduh pada hari Jumat, 25 Agustus 2017, pukul 15.45 WIB ).

Ester Purimaningsih. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah


Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament) Siswa Kelas X SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
Yogyakarta.http://www.library.usd.ac.id/web/index.php?
pilih=ta&mod=yes&aksi=full&id=db82c886e5b111ae0ac669e2fa883f3
3 (Diunduh pada tanggal 31 Agustus pada pukul 14.35 WIB)
91

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai