Anda di halaman 1dari 2

1.

Umur

Hasil penelitian ini menunjukan jumlah responden umur < 12 bulan sebanyak 6 orang (35,3%)
yang pneumonia dan usia 1-< 5 tahun mengalami pneumonia yaitu 11 orang (64,7%). Hasil ini
menunjukkan angka pneumonia lebih sering terjadi pada usia rentang 1 sampai 5 tahun, hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Susi (2011) yang menunjukan hubungan yang bermakna
antara umur balita dengan kejadian pneumonia di RSUD Pasar Rebo Jakarta (p value = 0,002).

Gambaran proporsi pneumonia yang lebih tinggi pada anak usia 12-59 bulan juga ditunjukan
pada hasil riset Ditjen PP&PL & Profil Kesehatan Indonesia (2009) dimana prevalensi
pneumonia pada anak usia 1-4 tahun (39,38%) dibandingkan prevalensi pada anak dibawah 1
tahun (20,41%)(Kemenkes RI, 2010). Beberapa teori menyebutkan bahwa anak berumur < 1
tahun lebih rentan untuk terkena pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada
anak umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan
anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit namun
angka tersebut terus menurun seiring dengan pertambahan usia (Rahmat, 2013).

Ini menunjukan umur 12 - < 60 juga merupakan umur yang paling rawan dalam pertumbuhan,
dikarenakan pada usia tersebut anak mulai berinteraksi dan bereksplorasi dengan lingkungan.
Hal ini tentu saja dapat meningkatkan resiko anak terkena pajanan beberapa penyakit baik itu
disebabkan oleh virus, bakteri ataupun jamur (Suparyanto, 2011).

2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian ini menunjukan jumlah responden laki-laki sebanyak 8 orang (47,0%) yang
pneumonia dan jumlah responden perempuan sebanyak 9 orang (52,9%) yang pneumonia. Hal
ini diasumsikan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama untuk terkena
pneumonia karena yang lebih menentukan adalah status gizi masing-masing balita. Namun
secara teori lebih besar laki-laki dibandingkan perempuan yang terkena pneumonia yang berarti
bahwa laki-laki setidaknya lebih beresiko dibandingkan dengan perempuan, karena untuk
perkembangan sel-sel tubuh laki-laki lebih lambat dibandingkan dengan perempuan ditambah
dengan aktifitas laki-laki lebih sering bermain dengan lingkungan, apalagi lingkungan yang kotor
Depkes RI menyebutkan bahwa laki-laki adalah salah satu faktor resiko kejadian pneumonia
pada balita. Beberapa penelitian menemukan sejumlah penyakit saluran pernafasan dipengaruhi
oleh adanya perbedaan fisik anatomi saluran pernafasan pada anak laki-laki dan
perempuan(Annisa, 2009). Anak laki-laki juga memiliki aktifitas lebih tinggi dibandingkan anak
perempuan. Anak laki-laki cenderung lebih sering bermain dan berinteraksi dengan
lingkungannya, sehingga mereka akan lebih rentan kuman atau agent infeksi lain yang dapat
menyebabkan penyakit. Akan tetapi, hubungan yang tidak bermakna antara jenis kelamin dengan
tidak ada perbedaan proporsi pneumonia antara laki-laki dan perempuan. Fakta dilapangan
menunjukan balita laki-laki paling banyak melakukan pengobatan di Puskesmas Global
Mongolato dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini menunjukan balita laki-laki banyak
terkena penyakit, begitupun dengan pneumonia.

Anda mungkin juga menyukai