Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL PERCOBAAN

“Analisa Dimensional”

B. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi volume “Liquid drop”


yang terbentuk yang terbentuk di dalam air dan menentukan dimensi persamaan
yang dilakukan berdasarkan pada analisis volume liquid drop yang terbentuk

C. LATAR BELAKANG

Beberapa persoalan yang dijumpai dalam mekanika fluida telah dipecahakan


dengan menganalisa persoalan yang sudah diformulasikan secara matematis.
Dalam soal yang demikian, baik variabel yang berpengaruh maupun hubungan
antara variable tersebut telab diketahui. Seringkali formulasi demikian diperoleh
dengan menggunakan anggapan penyederhanaan. Untuk memperhitung kan efek
yang diabaikan, dalam pendekatan selanjutnya digunakan koefisien yang
ditentukan secara eksperimental. Hal ini seringkali merupakan eara penyelesaian
yang praktis, karena penyelesaian persamaan yang memperhitung kan efek yang
diabaikan tadi sangal rumit dan sukar dipecahkan. Sebagai contoh , persamaan
Navier-stokes pada umumnya tidak dapat dipecahkan secara kwantitatif. kecuali
untuk beberapa hal yang sederhana. Cara lain yang dapat digunakan sebagai
penyelesaian pendekatan diperoleh dengan mencoba menentukan secara umum
bagaimana koefisien yang dapat ditetapkan secara eksperimental tersebut
bergantung pada variabel yang mempengaruhi persoalan. Cara demikian ini, yang
akan diuraikan lebih lanjut dalam boo illi dan dikenal sebagai analisa dimensional,
dipergunakan bila variabel yang mempengaruhi suatu gejala fisik diketahui, akan
tetapi hubungan antara masing-masing belum diketahui.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFENISI PERCOBAAN

Analisis dimensional adalah pengejaan terhadap lambang-lambang saja,


terlepas dari besarnya analisis dimensional sangat berguna dalam
menyederhanakan usaha mencocokan data eksperiment terhadap persamaan
rancang dalam hal pengolahan matematik secara menyeluruh tidak mungkin di
laksanakan.

Analisis ini dapat pula dimanfaatkan untuk memeriksa kekonsistenan satuan


dalam suatu persamaan, dalam mengkonversikan satuan, dan dalam memperbesar
skala data yang di dapatkan dari model fisika untuk meramalkan unjuk kerja
peralatan skala penuh. Metode ini didasarkan atas konsep dimensi dan
penggunaan rumus-rumus dimensional.

Analisisdimensimenawarkansuatu metode untuk mengurangi masalahfisik


yang kompleks menjadi lebihsederhanasebelum mendapat jawabankuantitatif.
Bridgman(1969)menjelaskanbahwa:"Penggunaan utamaanalisisdimensiuntuk
menyimpulkandari studidimensivariabeldalamketerbatasansistem fisiktertentu
padabentukhubunganyang mungkin antaravariabel”. Pada dasarnya analisis
dimensi ialah suatu metode untuk mengurangi jumlah kerumitan variabel
eksperimental yang mempengaruhi gejala fisika tertentu, dengan menggunakan
semacam teknik peringkasan.

Inti dari analisisdimensi adalahkonsep kesamaan. Dalam konsep fisika,


kesamaanmengacu pada beberapakesetaraanantara duahalataufenomenayang
benar-benarberbeda.

Ada 2 system satuan yang digunakan yakni physik system(absolut) dengan


satuan M = massa, L = panjang, T = waktu (M L T) dan engineering system
dengan satuan F = gaya, L = panjang, T = waktu (F L T ). Pada sistim absolut/
fisik termasuk primary quantities. Dalam permodelan dilakukan pengecilan dari
variable tersebut dengan skala n. skala dari berbagai variable/parameter dapat
ditentukan berdasarkan hubungan antara parameter yang diekspresikan dalam
bilangan tak berdimensi, misalnya Reynold, Froude, Euler, Mach, Cauchy,
Strouhal, Weber dan Drag Coefficient.

 Asas Keserupaan atau Homogenity


Persamaan dikatakan berdimensi homogen jika dimensi setiap suku dari
suatu persamaan adalah identik/sama. Setiap persamaan secara fisik diawali
dari penomena analisa keserupaan, seperti persamaan dari suatu sistim satuan.
Prinsip keserupaan ini bisa dilihat dari :
- Keserupaan Geometrik (panjang, lebar dan tinggi)
- Keserupaan Kinematik (kecepatan, debit)
- Keserupaan Dinamik (berhubungan dengan gaya)
Hubungan antara model dan prototype diturunkan dengan skala, untuk
masing-masing parameter mempunyai skala tersendiri dan besarnya tidak
sama. Skala merupakan rasio antara nilai parameter yang ada di prototype
dengan nilai parameter tersebut pada model.
Untuk mendapatkan jumlah variabel dari suatu persamaan dapat ditentukan
dengan
metode;
1. Buckingham (Phi-Theorema)
2. Basic Echelon Matrix
3. Rayleigh
4. Stepwise
5. Langhaar

 Metode Buckingham (Phi-Teorema)


Pada tahun 1915 E. Buckingham memberikan prosedur alternatif yang
sekarang disebut teorem pi Buckingham. Istilah pi diambil dari notasi
matematika π, yang berarti darab variable-variabel. Kelompok-kelompok
bilangan tak berdimensi yang didapatkan dari teorem itu berupa darab
pangkat yang dinyatakan dengan π1, π2 , π3 , dan sebagainya. Metode ini
memungkinkan kita untuk memperoleh "pi" — "pi" itu secara berurutan,
tanpa harus memakai pangkat-pangkat yang bebas.
Pada suatu proses fisika memenuhi AKD dan mengandung n variable
berdimensi , proses itu dapat direduksi menjadi hubungan antara k variabel
bilangan tak berdimensi saja, atau k buah π. Rcduksinya i = n-k sama dengan
jumlah maksimum variable yang tidak membentuk suatu "pi" di antara
variable-variabel itu sendiri, dan senantiasa kurang dari, atau sama dengan,
jumlah dimensi yang melukiskan variable-variabel tersebut.
 Metode Rayleigh
Jika suatu debit mempunyai saling perhubungan satu dengan lainnya dari
Q1, Q2, Q3, Q4 dan seterusnya, maka hubungan diekspresikan manjadi Q1=
K.Q2aQ3bQ4d. K disebut sebagai parameter tak berdimensi.

Kelompok-kelompok bilangan tidak berdimensi dalam Mekanika Fluida


B. MANFAAT DAN KEGUNAAN

Analisa dimensi memeiliki beberapa manfaat dan kegunaan dalam


menyelesaikan persamaan fisis yang melibatkan dimensi besaran. Beberapa
kegunaannya dapat diuraikan berikut ini :

- Penghematan waktu dan biaya yang amat banyak;

Misalkan kita mengetahui bahwa gaya F pada benda tertentu yang


terbenam di dalam aliran fluida hanya akan tergantung pada panjang L
benda itu, kecepatan aliran U, rapat fluida ρ dan kekentalan µ

Pada umumnya diperlukan sekitar 10 titik eksperimental untuk menentukan


sebuah kurva. Untuk menentukan pengaruh panjang benda L kita harus
melakukan percobaan itu dengan 10 macam panjang. Untuk masing-masing
panjang itu kita akan memerlukan 10 nilai untuk V, 10 nilai untuk ρ dan 10
nilai untuk µ, sehingga total 10.000 percobaan. Kalau biaya Rp.5000 per
percobaan maka akan menghabiskan biaya yang sangat besar. Tetapi dengan
analisis dimensi kita dapat segera menyederhanakan persamaan diatas
menjadi bentuk yang setara menjadi :

atau

Artinya, koefisien gaya tak berdimensi F/ ρ v2L2 hanya merupakan fungsi


bilangan Reynolds tak berdimensi ρ VL/µ.

- Analisa dimensi membantu mengarahkan pemikiran dan perencanaan kita,


baik mengenai percobaan maupun secara teoritis.

Cara ini menunjukkan jalan tak berdimensi untuk menuliskan


persamaannya. Analisis dimensi menunjukkan variable-variabel mana
yang disingkirkan. Kadang-kadang analisis dimensi akan langsung menolak
variabel-variabel itu tidak penting. Akhirnya analisis dimensi sering
memberikan pandangan mengenai bentuk hubungan fisika yang sedang kita
pelajari.

- Analisis dimensi memberikan hukum penyekalaan yang dapat


mengalihkan data dari model kecil yang murah ke informasi rancang
bangun untuk membuat prototype yang besar dan mahal.

Misalnya membangun pesawat udara seharga satu milyard rupiah untuk


melihat apakah pesawat itu memiliki gaya bubung yang cukup. Kita
mengukur gaya bubung itu pada model yang kecil dengan menggunakan
hukum keserupaan untuk meramalkan gaya bubung pada pesawat udara
prototype dengan ukuran sebenarnya. Ada kaidah-kaidah yang akan kita
terangkan untuk mencari hukum keserupaan. Bila hukum keserupaan itu
berlaku, kita katakan ada keserupaan antar model dan prototipe. Dalam
kasus persamaan berikut, keserupaan tercapai kalau bilangan Reynolds
untuk model dan prototipe itu , sebab fungsi g akan membuat koefisien
gayanya sama pula.

Disini indeks m dan p berturut berarti model dan prototipe. Dari


defenisi koefisien gaya, ini berarti bahwa

Bentuk data yang diambil, dengan ρp Vp Lp/µp = ρmVmLm/µm.


Persamaan adalah hukum keserupaan. Jika gaya model diukur pada
bilangan Reynolds model, maka ada bilangan Reynolds yang sama gaya
prorotipe besarnya sama dengan gaya model dari nisbah rapat kali kuadrat
nisbah kecepatan kali kuadrat panjang.

A. Aplikasi Analisa Dimensi dalam membangun model


Analisa dimensi banyak diaplikasikan dalam membangun sebuah model di
bidang mekanika fluida. Model analisa ini akan membuat para disain/ para
experiment mendapatkan informasi yang mendekati kebenaran sebelum memulai
melaksanakan pekerjaan yang sesungguhnya, dan untuk mendapatkan pengaruh
yang akan ditimbulkannya.

Model desain ini sering digunakan pada umumnya untuk kegiatan-kegiatan


sebagai berikut ;

- Perencaaan Bendungan
- Perencaaan Sungai dan pelabuhan
- Perencaaan mesin hidolik
- Perencaan struktur
- Perencaan kapal
- Perencaan rembesan air dalam tanah

Skala yang biasa digunakan untuk membangun sebuah model dengan analisa
dimensi :
- 1 : 30 sampai dengan 1 : 400 untuk bangunan Bendungan dan Bendung
- 1 : 5 sampai dengan 1 : 25 pekerjaan tekanan, perpipaan, valves, pintu air
dan saluran terbuka
- 1 : 100 sampai dengan 1 : 1000 untuk pekerjaan sungai, pelabuhan dan
muara.
Uji coba keserupaan ditentukan oleh analisa dimensi variable bebas yang
mempengaruhi permasalahan. Jika semua dimensi varaibel bebas mempunyai
nilai yang sama untuk model dan prototipe maka keduanya dikatakan absolut
mirip.
BAB III
MATERI DAN METODA

A. MATERI
1. Alat
- Seperangkat peralatan Dimensional Analisis
- Beaker gelas 200 ml
- Stopwatch
- Corong pemisah
- Corong
- Timbangan
- Dongkrak
2. Bahan
- Benzene (C6H6)
- Cyclo Hexane (C6H12)
- Aquadest

B. METODA
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Timbangan dikalibrasi
3. Beaker glass kosong ditimbang dan dicatat beratnya
4. Benzena ditambahkan ke dalam beaker glass sebanyak 150 ml, lalu
ditimbang dan dicatat beratnya
5. Perangkat alat analisa dimensional diisi dengan aquadest
6. Beaker glass yang sudah berisi larutan benzena diletakkan diatas dongkrak,
kemudian diatur ketinggiannya sampai ujung nozzle terbenam pada larutan
benzena (pada nozzle 0,2 cm)
7. Dibuka cock dan diatur aliran liquid drop, kemudian dihitung jumlah drop
dari nozzle
8. Setelah sampai 20 drop, cock ditutup, kemudian ditimbang larutan, dicatat
berat dengan mengurangkan berat larutan dengan berat awal. Dilakukan
sebanyak 3 kali dan dirata-ratakan berat tersebut
9. Beaker glass yang berisi larutan benzena dan liquid drop tersebut
dipindahkan pada nozzle 0,4 cm, diatas dongkrak dan diatur ketinggiannya
sampai ujung nozzle terbenam pada larutan
10. Dibuka cock dan diatur aliran liquid drop, kemudian ditimbang larutan,
dicatat beratnya dengan mengurangkan berat larutan dengan berat awal.
Dilakukan sebanyak 3 kali dan dirata-ratakan beratnya
11. Dilakukan percobaan yang sama pada larutan cyclo hexane.

C. GAMBAR RANGKAIAN
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. HASIL KERJA PRAKTEK

Measurement Data Data From Tables

Dia.
Bahan Drops Weight
Nozzle 𝝆𝑨 𝝆𝑩 𝝈 g
n W
D (g/cm3) (g/cm3) (gr/sec2) (cm/sec2)
(-) (gr)
(cm)

0,2 1,8 0,995935


Benzena 20 0,87865 34,10 980
0,4 5,7 0,995935

0,2 1,86 0,995935


Cyclo
20 0,77800 34,10 980
Hexane
0,4 4,7 0,995935
B. PEMBAHASAN

1. Menghitung V

a. Untuk benzena

W 1,8 gr
 Vbenzene = = gr
ρair x jlh drop 0,995935 x 20
cm3

1,8 gr
= 19,9187 gr/cm3

= 0,0903 cm3

W 5,7 gr
 Vbenzene = = gr
ρair x jlh drop 0,995935 x 20
cm3

5,7 gr
= 19,9187 gr/cm3

= 0,2861 cm3

b. Untuk cyclo hexane


W 1,86 gr
 Vcyclo = = gr
ρair x jlh drop 0,995935 x 20
cm3

1,86 gr
= 19,9187 gr/cm3

= 0,0933 cm3

W 4,7 gr
 Vcyclo = = gr
ρair x jlh drop 0,995935 x 20
cm3

4,7 gr
= 19,9187 gr/cm3

= 0,2359 cm3

2. Menghitung ∆𝝆
a. Untuk benzena

∆𝝆 = 𝝆𝑩 − 𝝆𝑨

= (0,995935– 0,87865)gr/cm3
= 0,117285 gr/cm3
b. Untuk cyclo

∆𝝆 = 𝝆𝑩 − 𝝆𝑨

= (0,995935– 0,77800)gr/cm3

= 0,217935 gr/cm3

3. Menghitung ∆𝝆/𝝆𝑩

a. Untuk benzena

0,117285 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
∆𝜌/𝜌𝐵 = 0,995935 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

= 0,117763709
b. Untuk cyclo
0,217935 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
∆𝜌/𝜌𝐵 = 0,995935 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

= 0,218824521

4. Menghitung D3/V
a. Untuk benzena
(0,2 𝑐𝑚)3
 D3/V = 0,0903 𝑐𝑚3

= 0,088593

(0,4 𝑐𝑚)3
 D3/V = 0,2861𝑐𝑚3

= 0,,223698
b. Untuk cyclo
(0,2 𝑐𝑚)3
 D3/V = 0,0933 𝑐𝑚3

= 0,085744

(0,4 𝑐𝑚)3
 D3/V = 0,2359 𝑐𝑚3
= 0,271301

5. Menghitung 𝜎/D2𝜌𝐵 .g
a. Untuk benzena
34,10
 σ/D2ρB .g = 0,2 cm2 x 0,995935 x 980

= 0,87344
34,10
 σ/D2ρB .g = 0,4 cm2 x 0,995935 x 980

= 0,21836

b. Untuk cyclo
51,40
 σ/D2ρB .g = 0,2 cm2 x 0,995935 x 980

= 1,31657
51,40
 σ/D2ρB .g = 0,4 cm2 x 0,995935 x 980

= 0,32914

Dari grafik;

Nilai dari;

a = 1,6 d = 0,7

b = 0,66 e = -0,7

c = -1,36

6. Menghitung nilai Vc
a. Untuk benzena
 Vc = C Da (∆𝜌)b𝜌bc𝜎d ge
= 0,07x0,21,6x( 0,117285)0,66x (0,995935)-1,36x(34,10)0,7 x(980)-0,7

= 0,000336 cm3
 Vc = C Da (∆𝜌)b𝜌bc𝜎d ge
= 0,07x0,41,6x( 0,117285)0,66x (0,995935)-1,36x(34,10)0,7 x(980)-0,7

= 0,00037 cm3

b. Untuk cyclo
 Vc = C Da (∆𝜌)b𝜌bc𝜎d ge
= 0,07x0,21,6x( 0,217935)0,66x (0,995935)-1,36x(51,40)0,7 x(980)-0,7

= 0,00024 cm3

 Vc = C Da (∆𝜌)b𝜌bc𝜎d ge
= 0,07x0,41,6x( 0,217935)0,66x (0,995935)-1,36x(51,40)0,7 x(980)-0,7

= 0,00074 cm3

7. Mencari Vc/V
a. Untuk benzena
 Vc/V = 0,00012 cm3/0,0903 cm3
= 0,00132
 Vc/V = 0,00037 cm3/0,2861 cm3
= 0,00129
b. Untuk cyclo
 Vc/V = 0,00024 cm3/0,0933 cm3
= 0,00257
 Vc/V = 0,00074 cm3/0,2359 cm3
= 0,00313

C. GRAFIK
D. TABULASI DATA

Measurement Data Data From Tables CALCULATION Check of Result


Diameter
Drops Weight 𝝆𝑨 𝝆𝑩 𝝈 G Vol/Drop
Materials Nozzle ∆𝝆 ∆𝝆 𝛔/D2 Vc
n W (g/cm3 (g/cm3 (gr/sec2 (cm/sec2 V D3/V Vc/V1
D g/cm3 /𝝆𝑩 𝛒𝐁 .g Cm3
(-) (gr) ) ) ) ) Cm3
(cm)
0,9956 0,1
0,2 1,8 0,0903 0,088593 0,87344 0,00033 0,00372
0,8786 4 0,1172 177
Benzena 20 34,10 980
5 0,9956 85 637
0,4 5,7 0,2861 09 0,223698 0,21836 0,00127 0,00443
4
0,9956 0,2
0,2 1,86 0,0933 0,085744 1,31657 0,00053 0,00574
Cyclo 0,7780 4 0,2179 188
20 51,40 980
Hexane 0 0,9956 35 245
0,4 5,7 0,2359 21 0,271301 0.00203 0,00860
4 0,32914
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin besar diameter nozzle, maka semakin berat sampel


2. Semakin berat masssa rata – rata sampel, maka semakin besar jumlah
volume satu dropnya
3. Nilai Vc sangat tergantung terhadap besarnya nozzle. Semakin besar
diameter nozzle, maka nilai Vc semakin besar
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Indra. 2014. Analisa Aliran Fluida Dalam Pipa Spiral Pada Variasi Pitch
Dengan Menggunakan Metode Computational Fluid Dinamics. Fakultas
Teknologi Industri.

Barenblatt, G.1996. Scaling, Self-Similarity, and Intermediate Asymptotics,


Cambridge, UK. Cambridge University Press.

Bhaskar, R. Nigam, Anil. 1990. Qualitative Physics Using Dimensional Analysis.


Jakarta: Artificial Intelligence.

Bridgman, Warren. 1922. Dimensional Analysis. Yale University Press

Hendarto, Wahyo. 2014. Analisis Dimensional Pada Fenomena Fisik Kerusakan


Silinder Beton. Teknik Sipil UM.
Reskiana. 2013. Analisa Dimensi. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai