Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu reaksi peledakan terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan agar bahan peledak yang digunakan dapat berfungsi secara
efektif dan dampak lingkungan yang ditimbulkan minimum,salah satunya
kesetimbangan oksigen dalam reaksi.
Kesetimbangan oksigen dalam reaksi peledakan perlu diperhitungkan
agar gas beracun yang ditimbulkan oleh reaksi peledakan tersebut sangat kecil
dan bahan peledak yang digunakan efisien. Hal tersebut bertujuan agar energi
yang dihasilkan maksimum dan tingkat dampak lingkungan atau gas beracun
yang dihasilkan dapat diminimalisir atau tingkatnya rendah. Dalam pembuatan
bahan peledak perlu diperhatikan komposisi dari unsur-unsur yang akan
digunakan. Bahan peledak pada umumnya terdiri dari fuel dan unsur-unsur
oxidizer.
Unsur fuel kaya akan Carbon (C) dan Hidrogen (H),pembuatan bahan
peledak harus diperhatikan prosentase masing-masing komposisi unsur yang
digunakan agar tidak menimbulkan gas beracun yang berbahaya untuk
lingkungan. Dengan demikian perlu diperhatikan kesetimbangan reaksi yang
terjadi dari bahan peledak dengan menggunakan metode Zero Oxygen
Balance.
1.2 Tujuan
Praktikum kesetimbangan oksigen ini dilakukan dengan tujuan yaitu:
1. Mengetahui reaksi dan produk peledakan.
2. Mengenal komposisi bahan peledak kimia (ANFO).
3. Mengenal gas-gas yang dapat ditimbulkan pada peledakan,serta gambaran
tingkat energi yang dihasilkan.
1.3 Praktek
Membuat campuran Amonium Nitrate dan Fuel Oil hingga membentuk ANFO
yang tepat pada Zero Oxygen Balance.

1
1.4 Peralatan dan Perlengkapan
1. Gelas ukur
2. Timbangan
3. Amonium Nitrate
4. Fuel Oil
5. Bahan pewarna

1.5 Cara Kerja


1. Menentukan persamaan reaksi peledakan.
2. Membuat perhitungan oksigen bahan peledak dengan 2 dan 3 reaktan
(blasting agent).
3. Menghitung persen berat campuran bahan ANFO pada zero oksigen
balance.
4. Menentukan berat masing-masing campuran ANFO tersebut.
5. Mencampurkan AN + FO tersebut hingga rata sebagai indikator untuk
melihat kehomogenan campuran gunakan zat warna yang telah tersedia.
6. Mendeskripsikan bahan peledak ANFO yang telah dibuat.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Bahan Peledak


Bahan peledak merupakan suatu bahan kimia senyawa tunggal atau
campuran berbentuk padatatau cair yang apabila diberikan reaksi
panas,benturan,gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi
eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya
berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi.
2.2 Zero Oxygen Balance
Bahan peledak komersil merupakan suatu rakitan yang terdiri dari
bahan-bahan berbentuk padat, cair atau campuran dari keduanya yang apabila
terkena suatu aksi misal panas dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi,
membentuk gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan yang sangat
tinggi. Secara umum bahan peledak merupakan campuran dari senyawa-
senyawa yang mengandung empat unsur dasar yaitu Carbon (C),Hidrogen
(H),dan Oksigen (O)yang kadang untuk menghasilkan kekuatan tertentu
ditambahkan pula unsur Aluminium (Al), Kalsium (Ca), Natrium (Na), dan
Magnesium (Mg).
Zero Oxygen Balance merupakan kesetimbangan jumlah oksigen yang
tepat dalam suatu campuran bahan peledak sehingga seluruh reaksi
menghasilkan hidrogen menjadi hidrogen dioksida (H2O),carbon menjadi
karbondioksida (CO2), dan nitrogen menjadi N2 bebas,sehingga dalam hasil
reaksinya hanya terdapat tiga unsur tersebut yang terbentuk.
Untuk menghasilkan energi (heat of explosion)yang maksimum bahan
peledak saat meledak harus bereaksi secara sempurna. Untuk itu bahan
peledak komersial dibuat berdasarkan prinsip zero oxygen balanceyang
artinya dalam bahan peledak terdapat jumlah oksigen yang tepat sehingga
selama reaksi seluruh H membentuk H2O, C membentuk CO2,dan N
membentuk gas N2 bebas. Ketiga jenis gas tersebut (H2O,CO2,N2) disebut

3
smoke atau tidak beracun,sebaliknya jika reaksinya tidak sempurna akan
terbentuk gas beracun seperti CO,NO,dan NO2.
Kekurangan oksigen dalam bahan peledak akan mengakibatkan
“negative ocygen balance” terjadi CO berupa “fumes” beracun.Kelebihan
oksigen dalam bahan peledak akan mengakibatkan “positive oxygen balance”
terjadi “fumes” NO,NO2,beracun. Seperti yang telah diketahui bahwa secara
umum bahan peledak diklasifikasikan sebagai bahan peledak
mekanis,kimia,dan nuklir. Untuk industri pertambangan bahan peledak kimia
yang diaplikasikan karena lebih mudah dan efisien. Klasifikasi bahan peledak

Bahan Peledak

Mekanis Nuklir
Kimia

Bahan Permissible Bahan Peledak


Peledak Kuat explosive lemah

Primer Skunder Blasting agent

Gambar 2.1 Klasifikasi Bahan Peledak

Karakteristik gas hasil peledakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Zero Oxygen Balance (ZOB)
Terjadi kesetimbangan reaksi kimiawi sehingga semua gas bereaksi dan
membentuk smoke
3NH4NO3 + CH2 7H2 + CO2 +3Na
2. Negative Oxygen Balance (NOB)
Terjadi kesetimbangan reaksi yang mengakibatkan hasil reaksi kekurangan
oksigen sehingga menghasilkan fumes
2NH4NO3 + CH2 5H2+ N2 + CO

4
3. Positive tive Oxygen Balance (POB)
Tidak terjadi kesetimbangan reaksi yang mengakibatkan hasil reaksi
kelebihan oksigen sehingga menghasilkan fumes
5NH4NO3 + CH2 11H2O + CO2 + 12NO

Tabel 2.1 Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dan
campuran bahan peledak
Nama Bahan Fungsi
Nitroglicerin Explosive base (EB)
Trinitrotoluene Explosive base (EB)
Dinitrotoluene Explosive base (EB)
Ethyleneglycoldinitrate EB,Antifreeze
Nitrocellulose EB,gelatin agent
Nitrostarch EB,nonheadachexpl
Amonium Nitrate EB,Oxygen Crrier (OC)
Potassium Chlorate EB,OC
Potassium Perchlorate EB,OC
Pentaerythritol Tetranitrate EB (Caps&Det.Fuse)
Sodium Nitrate OC,reduce Freezepoint
Potassium Nitrate OC
Woodpulp Absorbent,combustible
Paraffine Fuel

2.3 Sifat fisik bahan peledak


Sifat fisik bahan peledak merupakan suatu kenampakan nyata dari
sifat bahan peledak ketika menghadapi perubahan kondisi lingkungan
sekitarnya. Kenampakan nyata inilah yang harus diamati dan diketahui tanda-
tandanya oleh seorang juru ledak untuk menjastifikasi suatu bahan peledak
yang rusak tapi masih bisa dipakai dan tidak rusak. Kualitas peledak
umumnya akan menurun seiring dengan derajat kerusakannya,artinya pada
suatu bahan peledak yang rusak energi yang dihasilkan akan berkurang.

5
a. Densitas
Densitas secara umum adalah angka yang menyatakan
perbandingan berat,volume.Pernyataan densitas pada bahan peledak dapat
mengekspresikan beberapa pengertian yaitu:
1) Densitas bahan peledak adalah berat bahan peledak perunit volume
dinyatakan dalam gr/cc.
2) Densitas pengisian adalah berat bahan peledak per meter kolom
lubang tembak.
3) Cartridge count atau stick count adalah jumlah catridge (bahan
peledak berbentuk paste yang sudah dikemas).

Densitas bahan peledak berkisar antara 0,6-1,7 gr/cc, sebagai


contoh densitas ANFO antara 0,8-0,85 gr/cc. Biasanya bahan peledak
yang mempunyai densitas tinggi akan menghasilkan kecepatan detonasi
dan tekanan yang tinggi. Bila diharapkan fragmentasi hasil peledakan
berukuran kecil-kecil diperlukan bahan peledak dengan densitas tinggi,bila
sebaliknya digunakan bahan peledak dengan massif atau keras maka
digunakan bahan peledak yang mempunyai densitas tinggi,sebaliknya pada
batuan berstruktur atau lunak dapat digunakan bahan peledak dengan
densitas rendah.
b. Sensitifitas
Sensitifitas adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan
inisiasi bahan peledak atau ukuran minimal booster yang diperlukan. Sifat
sensitif bahan peledak bervariasi tergantung pada komposisi kimia bahan
peledak,diameter,temperatur,tekanan ambient. Untuk menguji sensitifitas
bahan peledak dapat digunakan cara yang sederhana yang disebut air gap
tesi.
c. Ketahanan terhadap air
Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah ukuran kemampuan
suatu bahan peledak untuk melawan air disekitarnya tanpa kehilangan
sensitifitas atau efisiensi. Apabila suatu bahan peledak larut dalam air

6
dengan waktu pendek (mudah larut) berarti bahan peledak tersebt
dikategorikan mempunyai ketahanan terhadap air yang “buruk” atau
“poor” sebaliknya bila tidak larut dalam air disebut sangat baik atau
excellent. Contoh bahan peledak yang mempunyai ketahanan terhadap air
buruk adalah ANFO,sedangkan untuk bahan peledak jenis emulsi,watergel
atau slurries dan bahan peledak berbentuk cartridge sangat baik daya
tahannya terhadap air. Apabila didalam lubang ledak terdapat air dan akan
digunakan ANFO sebagai bahan peledak umumnya digunakan selubung
plastik khusus untuk membungkus ANFO sebelum dimasukkan kedalam
lubang tembak.
d. Karakteristik gas
Detonasi bahan peledak akan menghasilkan fume yaitu gas-gas
baik yang tidak beracun maupun mengandung racun. Gas hasil peledakan
yang tidak beracun seperti uap air,karbondioksida,dan nitrogen sedangkan
gas yang beracun adalah nitrogen monoksida,nitrogen dioksida,dan karbon
monoksida. Pada peledakan di tambang bawah tanah gas-gas tersebut
perlu mendapat perhatian khusus yaitu dengan sistem ventilasi yang
memadai sedangkan ditambang terbuka kewaspadaan ditingkatkan bila
gerakan angin rendah. Faktor yang menyebabkan detonasi menghasilkan
gas beracun:
1) Pencampuran komposisi bahan peledak yang meliputi unsur oksida
dan bahan bakar (fuel) tidak seimbang sehingga tidak mencapai
ZOB.
2) Letak primer yang tidak tepat.
3) Kurang tertutup karena pemasangan stemming kurang padat dan
kuat.
4) Adanya air dalam lubang ledak.
5) Sistem waktu tunda tidak tepat.
6) Kemungkinan adanya reaksi antara bahan peledak dengan batuan
(sulfida atau karbonat).

7
2.4 Agen peledakan
Agen peledakan adalah campuran bahan-bahan kimia yang tidak
diklasifikasikan sebagai bahan peledak,dimana campuran tersebut terdiri dari
bahan bakar (fuel) dan oksida. Pada udara terbuka agen peledakan tersebut
tidak dapat diledakkan oleh detonator no.8. Agen peledakan disebut juga
dengan nama nitrocarbonitrate karena kandungan utamanya nitrat sebagai
oksidator yang diambil amonium nitrat dan karbon sebagai bahan bakar.
a) Amonium nitrat (AN)
Amonium nitrat merupakan bahan dasar yang berperan sebagai
penyuplai oksida pada bahan peledak berwarna putih seperti garam
dengan titik lebur sekitar 169,6°C. Amonium nitrat adalah zat
penyokong proses pembakaran yang sangat kuat namun bukan
termasuk zat yang mudah terbakar dan zat yang berperan sebagai
bahan bakar sehingga pada kondisi biasa tidak dapat dibakar. Udara
normal mengandung oksigen 21% sedangkan AN mencapai
60%,bahan lain yang serupa dengan AN dan sering dipakai oleh
tambang kecil adalah potassium nitrat (KNO3).
b) ANFO
ANFO adalah singkatan dari amonium nitrat (AN) sebagai zat
pengoksida dan fuel oil (FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar
berunsur karbon baik berbentuk serbuk maupun cair dapat digunakan
sebagai pencampur dengan segala keuntungan dan keugiannya.
Bila menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar,maka
deperlukan preparasi terlebih dahulu agar diperoleh serbuk batubara
dengan ukuran seragam. Beberapa kelemahan menggunakan serbuk
batubara sebagai bahan bakar yaitu:
 Preparasi membuat bahan peledak ANFO menjadi mahal.
 Tingkat homogenitas xampuran antar serbuk batubara dengan
AN sulit dicapai.
 Sensitif kurang.

8
 Debu serbuk batubara berbahaya terhadap pernafasan saat
dilakukan pencampuran.
Komposisi bahan bakar yang tepat yaitu 5,7% atau 6% dapat
memaksimumkan kekuatan bahan peledak dan meminimumkan
fumes,artinya pada komposisi ANFO yang tepat dengan AN = 94,3%
dan FO = 5,75% akan diperoleh zero oxygen balance. Kelebihan FO
disebut overfuelled akan menghasilkan FO atau underfuelled akan
menambah jumlah NO2.

2.5 Klasifikasi bahan peledak


Menurut R.L. Ash (1962) bahan peledak kimia dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Bahan peledak kuat
Apabila memiliki sifat detonasi atau meledak dengan kecepatan reaksi
antara 5000-24.000fps (1650-8000m/s)
2) Bahan peledak lemah
Apabila memiliki sifat deflagrasi atau terbakar dengan kecepatan
reaksi kurang dari 5000fps (1650m/s).
2.6 Proses dekomposisi bahan peledak
Panas merupakan awal dari tejadinya proses dekomposisi bahan kimia
pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran,dilanjutkan dengan
deflagrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan
sebagai berikut:
1. Pembakaran
Pembakaran merupakan reaksi permukaan yang eksotermis
dan dijaga keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi
itu sendiri dan produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi
pembakaran memerlukan unsur oksigen baik yang terdapat dialam
bebas maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang
terbakar. Guna menghentikan kebakaran cukup dengan mengisolasi
material yang terbakar dari oksigen,contoh misalnya reaksi minyak
disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut:

9
CH3(CH2) + 10CH3 + 18,5O2 12CO2 + 13H2O

2. Deflagrasi
Deflagrasi merupakan proses kimia eksotermis dimana
transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas
termal (panas). Deflagrasi merupakan fenomena reaksi permukaan
yang reaksinya meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan
gelombang kejut dengan kecepatan rambat rendah yaitu antara 300-
1000m/s atau lebih rendah dari kecepatan suara.
3. Ledakan
Menurut Berthelot,ledakan merupakan ekspansi seketika yang
cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi
suara keras dan efek mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut
dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi kimia,tetapi
kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa
yang menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi
yang keras.
4. Detonasi
Detonasi merupakan proses kimia-fisika yang mempunyai
kecepatan reaksi sangat tinggi sehingga menghasilkan gas dan
temperatur sangat besar yang semuanya membangun ekspansi gaya
yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut
menyebarkan tekanan panas keseluruh zona peledakan dalam bentuk
gelombang tekan kejut.

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

11
3.2 Pembahasan
Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan didapatkan zero
oxygen balance merupakan kesetimbangan jumlah oksigen yang tepat
dalam suatu campuran bahan peledak sehingga seluruh reaksi
menghasilkan hidrogen menjadi hydrogen dioksida,carbon menjadi
carbondioksid,dan nitrogen menjadi dinitrogen (N2) bebas,sehingga dalam
reaksi hanya menghasilkan ketiga unsur tersebut (H2O,CO2,N2).

Klasifikasi kesetimbangan oksigen dibagi menjaadi tiga yaitu


a. Zero Oxygen Balance (ZOB) yang bersifat smoke,berbau dan tidak
beracun,dengan reaksi kimia
3NH4NO3 + CH2 7H2 + CO2 +3Na
b. Positif Oxygen Balance (POB) yang berwarna kuning dan beracun
dengan reaksi kimia
5NH4NO3 + CH2 11H2O + CO2 + 12NO
c. Negative Oxygen Balance (NOB) yang berwarna putih dan beracun
dengan reaksi kimia
2NH4NO3 + CH2 5H2 + N2 + CO
Untuk mendapatkan energy yang dihasilkan dapat dicari dengan
menggunakan rumus Q = QP – QR. Dari tabel hasil pengamatan didapatkan
hasil untuk ZOB sebesar 227,89Kkal/mol, Fuel Excess sebesar
106,12Kkal/mol,Fuel Shortage 283,23Kkal/mol. Prosentase berat unsur
NH4NO3 pada ZOBsebesar 97% dan CH2 sebesar 3%. Prosentase berat
unsur NH4NO3 pada POB sebesar 98% dan CH2 sebesar 2%. Prosentase
berat unsur NH4NO3pada NOB sebesar 96% dan CH2 sebesar 4%.
Pembuatan Primer

12
Primer merupakan kesatuan dari detonator, satu sumbu ledak,
dan satu catridge atau dodol. Pembuatannya dapat menggunakan dua
cara yaitu:
a. Cara 1
Cara pertama yaitu detonator diancapkan pada catridge
kemudian detonator dihubungkan dengan sumbu ledak kemudian
dililitkan pada catridge. Kemudian lilitan dieratkan agar catridge
tidak terlepas dari sumbu ledak.
b. cara 2
Cara kedua yaitu dengan menancapkan detonator pada
catridge kemudian sumbu ledak dihubungkan dengan detonator
kemudian sumbu ledak dimasukkan pada lubang pada catridge
secara vertikal, kemudian dililitkan dan dieratkan.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
a. Gas-gas yang dapat ditimbulkan pada peledakan antara lain
H2O,CO2,dan N2.
b. Komposisi bahan peledak terutamaa ANFO terdiri dari dua bahan
utama yaitu AN yang menunjukkan ammonium nitrat dan FO yang
merupakan fuel oil.
c. Tingkat energy yang dihaasilkan pada reaksi ZOB,POB,dan NOB
adalah 227,89 Kkal/mol,106,12 Kkal/mol,283,23 Kkal/mol.
4.2 Saran
Sebaiknya pemilihan dan penyimpanan bahan Peledak harus
sesuai prosedur yang ditentukan, karena oksigen saja dapat
berpengaruh terhadap bahan peledak.

14

Anda mungkin juga menyukai