Anda di halaman 1dari 10

Pendekatan Statistik (Setyo S.

Moersidik)

PENDEKATAN STATISTIK UNTUK MENENTUKAN PARAMETER


DOMINAN DALAM PENGELOLAAN KUALITAS AIR BAKU

MULTIVARIATE ANALYSIS AS APPROACH TO DETERMINE


DOMINANT PARAMETER IN WATER QUALITY MANAGEMENT

Setyo S. Moersidik1) dan Djoko M. Hartono2)


Program Studi Teknik Lingkungan Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok
Email: 1)smoersidik@yahoo.com; 2)djokomhs@yahoo.com

Abstrak: Air permukaan sebagai salah satu sumber air baku air minum, selain mata air dan air tanah, pada
saat ini dari segi kuantitas merupakan sumber yang dipilih untuk memenuhi air baku air minum. Dari segi
kualitas air, masih merupakan yang terburuk dibandingkan dengan sumber air baku yang lain dan pemilihan
teknologi pengolahan air minum sangat ditentukan oleh kualitas air sumber tersebut. Dari segi parameter,
kualitas air baku air permukaan, yang meliputi parameter fisik, kimia dan bakteriologi, terdapat 34 parameter
yang selalu menjadi perhatian pengelola bangunan instalasi pengolahan untuk dilakukan analisa kualitas
airnya. Analisa kualitas air ini dilakukan selain untuk memonitor perkembangan kualitas air baku juga untuk
menentukan konsentrasi bahan kimia yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan air baku menjadi air
minum sesuai dengan persyaratan standar yang telah ditentukan. Penelitian yang dilakukan terhadap
pengamatan kualitas air baku dari air permukaan menggunakan analisa statistik untuk mengetahui parameter
dominant yang ada dalam kandungan air baku tersebut. Analisa faktor dari multivariate analysis digunakan
untuk mengetahui hubunganan antara kelompok dalam variabel yang akan menjadi kelompok variabel yang
menjadi lebih kecil. Hasil ini kemudian akan menunjukkan variabel yang independent maupun yang dependen
diantara kelompok variabel tersebut. Analisa faktor ini akan dihitung berdasarkan lokasi bangunan pengolahan
air minum dan musim kemarau maupun musim hujan. Penelitian ini dilakukan pada Saluran Tarum Barat yang
merupakan sumber air baku untuk beberapa Bangunan Instalasi pengolahan Air Minum. Analisa faktor dari
multivariate analysis mengindikasikan bahwa terdapat 9 parameter lebih dominant diantara 34 parameter yang
dianalisa. Parameter yang dominant adalah kekeruhan, total dissolved solid (tds), amonia, besi, mangan,
chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand.

Keywords: air baku, parameter kualitas air, multivariate analysis, dan analisa factor.

Abstract: Surface water is an alternative source in water supply system besides waster spring and ground water.
Surface water is chosen as water source based on its quantity to accommodate water supply system. Surface
water based on the quality comparing with other water resources is the worst. The quality of water is
determining the choice of water treatment technology alternative. There are 34 parameters of raw water quality
need to be analyzed regularly to find and monitor alternative technology and amount of chemical needed to treat
raw water to meet water quality standard requirement. This study use statistical analysis as a tool to determine
dominant parameter in raw water quality analysis. Factor analysis from multivariate analysis to find
interrelationship among of group of variable and as a result smaller group of variables which is independent
each other are found. Factor analysis calculated based on water treatment plant location and dry season as well
as wet season. Study conducted in West Tarum Channel as water supply source for several water treatment plan
is used to determine parameter dominant among all parameter to be analyzed by water supply enterprises.
Factor analysis from multivariate analysis indicated that there are 9 parameter more dominant among 34
parameter to be analyzed. The dominant parameters are turbidity, total dissolved solid, ammonia, iron,
manganese, chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand.

Keywords: raw water, water quality parameters, multivariate analysis, and factor analysis.

23
Lingkungan Tropis, vol. 3, no. 1, Maret 2009: 23-32

PENDAHULUAN
Air sangat penting untuk kelangsungan kehidupan manusia. Air dimanfaatkan oleh
manusia tidak hanya untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, makan, mandi, namun
juga untuk keperluan lain seperti pertanian, industri, pariwisata dan lain sebagainya. Sekitar
60% dari tubuh manusia adalah air, oleh karena itu manusia bisa bertahan beberapa minggu
tanpa makanan namun hanya bisa bertahan beberapa hari tanpa airPertambahan penduduk,
peningkatan urbanisasi, pertumbuhan industri, perkembangan ekonomi, dan peningkatan
standar hidup adalah sebagian dari faktor-faktor meningkatnya kebutuhan akan air minum
bagi manusia. Untuk keperluan tersebut diharapkan bahwa sumber air baku yang akan
digunakan mempunyai kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan dan secara terus
menerus tersedia untuk dapat digunakan melayani kebutuhan pada masa kini hingga masa
yang akan datang sesuai dengan keinginan manusia. Air permukaan yang dijadikan sebagai
air baku untuk air minum kualitasnya pada saat ini menurun. Pencemaran air yang sangat
umum adalah oleh partikel tanah yang berasal dari erosi dengan ditandai secara visual dari air
yang berwarna coklat. Pencemaran air oleh lumpur menurunkan laju fotosintesis fitoplankton
sehingga produktivitas primernya menurun. Karena fitoplankton merupakan permulaan rantai
makanan, mata rantai dalam seluruh rantai makanan perairan terpengaruh oleh penurunan
produktivitas primer tersebut yang mengakibatkan produksi ikan menurun
Adanya pertambahan penduduk diikuti dengan pertambahan jumlah pemukiman dan
adanya pertumbuhan industri khususnya di sepanjang daerah aliran sungai yang membuang
limbahnya ke air permukaan tersebut, menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air
permukaan. Tingkat pencemaran yang dilakukan oleh manusia semakin meningkat yang
ditandai dengan peningkatan kekeruhan, pembuangan dan penumpukan sampah,
pendangkalan badan air, penyempitan badan saluran, serta pengelolaan air permukaan yang
belum terintegrasi adalah sebagian faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas air
permukaan. Makin memburuknya kualitas air permukaan memerlukan upaya segera terhadap
pengendalian kualitas air permukaan. Landasan hukum berupa undang-undang dan
peraturan sudah dihasilkan sebagai upaya pengendalian kualitas air baku, khususnya air baku
untuk air minum dari sumber air permukaan.
Penelitian bertujuan untuk merumuskan jenis parameter kualitas air baku air minum
yang dominan dari sumber air permukaan. Penelitian dilakukan pada Saluran Tarum Barat
dengan pengambilan kualitas air baku pada bangunan intake Buaran

TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas air minum ditentukan atas pertimbangan kesehatan masyarakat. Demikian juga
dengan kualitas air baku yang bersumber dari air permukaan yang akan digunakan sebagai air
minum mempunyai persyaratan batas minimal konsentrasi parameter fisik, kimia, dan
bakteriologis yang dapat memenuhi proses pengolahan air dan pilihan teknologi yang akan
digunakan. Pedoman untuk memilih teknologi pengolahan air minum dengan sumber air dari
air permukaan pertama kali diperkenalkan oleh American Water Work Association (1999:
3.1.-3.7) yang digunakan untuk membangun bangunan instalasi pengolahan air minum di
seluruh Indonesia.
Menurut Effendi (2003), kualitas air permukaan juga dipengaruhi oleh kecepatan arus
atau pergerakan air, jenis batuan dasar sungai (batu kali, batu kerikil, pasir), sedimentasi dan
erosi. Kecepatan arus dan pergerakan air dipengaruhi oleh jenis bentang alam (landscape),
jenis batuan dasar, dan curah hujan

24
Pendekatan Statistik (Setyo S. Moersidik)

Kualitas air permukaan yang baik yang belum tercemar, memungkinkan mempunyai
kemampuan untuk pemulihan kembali dari kerusakan. Keberadaan bahan pencemar ternyata
semakin sulit dihilangkan hanya dengan proses pengenceran. Oksigen terlarut yang terdapat
pada air sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan pencemar
yang ada di badan air. Penguraian limbah oleh bakteri mengurangi kandungan oksigen yang
ada dalam air. Kemampuan aliran permukaan untuk memulihkan keadaannya sangat
ditentukan oleh kapasitas aliran, debit aliran, temperatur, pH, dan jumlah polutan yang masuk
ke dalam aliran air permukaan (Miller: 1996: 481, Cunningham-Saigo, 2001: 451).
Kekeruhan pada air permukaan umumnya terjadi akibat erosi pada bahan koloid
seperti lumpur, lempung, dan lapisan tanah. Tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme dapat
mendorong terjadinya kekeruhan, demikian juga buangan limbah rumah tangga dan buangan
industri yang membuang limbahnya ke badan air permukaan. Di dalam pengalirannya, air
permukaan secara umum dibagi atas 3 zone, yaitu source zone, transition zone dan flood plain
zone. Flood plain zone yang merupakan zone ke 3 (yang terakhir) adalah daerah dimana
badan sungai menjadi lebih besar dan lebih dalam yang disebut sebagai flood plain zone
(Miller, 1996: 161).
Aliran yang ada pada flood plain zone menjadikan penyangga untuk kehidupan
berbagai varietas ikan dan memerlukan pertumbuhan dengan bantuan sinar matahari.
Recharge area yang merupakan tempat masuknya air permukaan ke dalam tanah untuk
mengisi air tanah, sangat dipengaruhi oleh ruang terbuka yang hijau yang ditumbuhi vegetasi.
Keadaan ini juga dapat berperan sebagai penahan laju limpasan air. Kekeruhan yang tinggi
dapat menghalangi proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses untuk memanfaatkan sinar
matahari sebagai energi oleh tumbuhan, algae dan bakteri untuk kelangsungan hidup. Dengan
bantuan sinar matahari karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) akan bereaksi menghasilkan
oksigen dan karbohidrat dan nutrisi lainnya yang digunakan untuk perkembang biaknya
mikroorganisme (Odum 1994: 370; Cunningham-Saigo, 2001: 59).
Menurut Tontowi (2004), diketahui bahwa kualitas air ditunjukkan oleh beberapa
parameter yang penting baik dilihat dari segi estetika maupun dari segi kesehatan antara lain
kekeruhan, zat tersuspensi, bahan organik, logam berat dan parameter lainnya. Hasil
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa air Waduk Jatiluhur mengandung kadar
zat padat tersuspensi yang berkisar antara 10–13 mg/l dengan rata-rata sebesar 11,0 mg/l.
Kadar zat tersuspensi ini tergolong kecil, jauh di bawah batas yang dipersyaratkan dalam
kriteria yaitu 5.000 mg/l sehingga ditinjau dari kadar zat tersuspensinya air Waduk Jatiluhur
sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai sumber baku air minum (air Kelas I).
Dilihat dari kekeruhannya air Waduk Jatiluhur mempunyai kekeruhan berkisar antara
5,2-7,3 NTU dengan rata-rata sebesar 6,6 NTU. Nilai kekeruhan ini juga termasuk kecil,
hanya sedikit di atas nilai yang dipersyaratkan bagi air minum menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 yaitu 5 NTU. Kadar zat tersuspensi dan kekeruhan air
Waduk Jatiluhur nilainya cukup kecil karena zat tersuspensi dalam air tersebut telah
mengalami proses pengendapan yang cukup lama. Oleh karena kekeruhan air waduk masih
sedikit di atas nilai yang dipersyaratkan maka untuk dimanfaatkan sebagai air minum secara
langsung kekeruhan air waduk harus diturunkan. Proses penurunan kekeruhan air dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan penyaringan.
Mengingat kekeruhan air waduk relatif kecil, hanya sedikit di atas kriteria yang berlaku untuk
air minum secara langsung maka penurunan kekeruhan dapat dilakukan relatif mudah,
kemungkinan sekali dapat dilakukan dengan proses penyaringan saja. Uraian tersebut
menjelaskan bahwa kualitas air Waduk Jatiluhur sudah memenuhi persyaratan air baku air
minum seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

25
Lingkungan Tropis, vol. 3, no. 1, Maret 2009: 23-32

Dampak kekeruhan pada air minum terutama adalah dapat menimbulkan estetika yang
kurang baik. Orang menilai air minum pertama dari kekeruhannya. Air yang keruh ditinjau
dari estetikanya tidak layak untuk diminum. Selain dari segi estetika, air yang keruh yang
mengandung zat-zat tersuspensi dapat menyebabkan mikroorganisme patogen hidup dan
berkembang dengan baik, bahkan adanya bahan-bahan tersuspensi tersebut dapat
menyebabkan mikroorganisme lebih tahan terhadap proses desinfeksi.
Studi yang dilakukan oleh Coulibaly (2003) pada 70 Bangunan IPA di Quebec yang
menggunakan air permukaan sebagai air baku, menunjukkan bahwa 55% Bangunan IPA
mempunyai tingkat kekeruhan antara 1 sampai dengan 5 NTU. Proses pengolahan hanya
menggunakan klorinasi saja. Hal ini menjelaskan bahwa kekeruhan tetap merupakan
parameter kunci untuk perencanaan pengolahan selanjutnya. Fenomena di Quebec
menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kekeruhan air baku yang berasal dari air permukaan
membuat pengolahan tersebut menjadi lebih sederhana hanya dengan penambahan
desinfektan. Dengan menggunakan uji analisis faktor, diketahui juga bahwa faktor yang
dominan adalah 3 parameter yaitu kekeruhan, total organic carbon (TOC) , total coliform.
Studi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sumber daya Manusia dan
Lingkungan Universitas Indonesia (2003), di pantai utara Jawa Barat yang melakukan uji
analisis komponen utama terhadap kualitas air laut memperlihatkan pengelompokan
parameter kunci kualitas air laut berdasarkan pola arus dan musim. Parameter dominan adalah
COD, SS, BOD, phenol dan merkuri.

METODA PENELITIAN
Kelompok variabel pada karakteristik air baku, yang meliputi:
- Variabel kualitas air dari 42 parameter baku yang diukur di lapangan dengan frekuensi
pengukuran yang bervariasi untuk masing-masing parameter yaitu periode 6 jam, 24 jam, 1
minggu, 1 bulan, dan 3 bulan menggunakan Standard Methods dari AWWA.
- Tabulasi data hasil analisa air terhadap 42 parameter dengan menggunakan program excell
- Regresi multi linier dengan menggunakan analisis faktor akan digunakan untuk
menganalisis 32 parameter kualitas air baku.

Instrumen penelitian

a. Pemeriksaan kualitas air menggunakan Standard Method for Examination of Water and
Wastewater, dari American Water Works Association (AWWA).
b. Multi variate analysis dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 12.

Penetapan Garis Trend

Newbold (2003) dan Pratisto (2004), dalam statistic penggambaran trend berkala
dengan sebuah garis linier bertujuan guna mengukur deviasi nilai-nilai berkala dari trendnya.
Penggambaran trend juga dimaksudkan guna meneliti pengaruh trend pada gerakan
komponen-komponen lainnya. Trend dimaksudkan untuk menaksir keadaan dimasa
mendatang. Nilai trend linier untuk tahun-tahun tertentu dapat dirumuskan sebagai:

Y=α+βX

Dimana : Y = nilai trend periode tertentu

26
Pendekatan Statistik (Setyo S. Moersidik)

α = nilai trend periode dasar


β = pertambahan trend tahunan secara rata-rata yang dihitung atas dasar
(X2-X1)/n dimana X2 = rata-rata kelompok kedua, X1 = rata-rata kelompok pertama dan n =
jumlah periode antara periode X2 dan periode X1
X = jumlah unit tahun yang dihitung

Data yang akan dianalisis untuk mendapatkan trend adalah data air baku dan air
minum yang ada dalam suatu periode tertentu.
Analisis tentang masalah distribusi pasangan variabel dinamakan analisis bivariat
(bivariate analysis). Analisis ini membutuhkan data yang terdiri dari 2 kelompok hasil
observasi atau pengukuran yaitu variabel x dan variabel y. Pencarian bentuk persamaan yang
sesuai guna meramal (predict) rata-rata antara kedua variabel tersebut. Tujuan utama analisis
regresi sederhana tersebut untuk mengetahui hubungan dan membuat prediksi dari nilai Y
terhadap nilai X. Data yang akan dianalisis untuk mendapatkan pengaruh perubahan debit air
baku dengan masing-masing parameter kualitas air baku.
Y adalah debit air baku sebagai variabel dependen dan parameter kualitas air baku (
kekeruhan atau warna atau kesadahan dan lain lain) adalah variabel independen yaitu X1 atau
X2 atau Xn.

Analisis Regresi Berganda Linier

Analisis Regresi Berganda Linier (linier multiple regression) digunakan untuk


menggambarkan satu variabel dependen dihubungkan dengan 2 atau 3 independen variabel.
Apabila Y merupakan variabel dependen dan X1, X2,....Xn adalah variabel independen, maka
hubungan linier variabel-variabel diatas secara berganda adalah :

Y = a + bx1 + cx2 + .......+ nxn ...

Data yang akan dianalisis untuk mendapatkan pengaruh perubahan debit air baku
dengan seluruh parameter kualitas air baku.
Y adalah debit air baku sebagai dependen variabel, parameter kualitas air baku
(kekeruhan, warna, kesadahan, besi, mangan dan lain-lain) sebagai variabel independen X1,
X2,....Xn.

Koefisien Korelasi dan Varian

Koefisien korelasi atau nilai r dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga +1. Bila r = 0
atau mendekati 0, maka hubungan antara 2 variabel sangat lemah atau tidak terdapat
hubungan sama sekali. Bila r = +1 atau mendekati 1, maka korelasi. Tanda yang sama (+ atau
-) menunjukkan hubungan yang searah dan tanda yang berbeda (+ atau -) menunjukkan
hubungan yang berlawanan.

Analisis Factor

Analisis faktor adalah salah satu metode statistika multivariat dengan tujuan utama
untuk mereduksi data. Metode ini digunakan untuk menganalisis hubungan antar sejumlah
variabel, kemudian menerangkan variabel-variabel ini dalam dimensi atau variabel baru yang
mendasarinya (faktor). Tujuan analisis faktor ini adalah mereduksi variabel yang diamati
menjadi kelompok variabel-variabel yang dapat dianalisis dengan tetap menjaga keseluruhan
informasi yang ada. Tujuan utama dari analisis faktor adalah untuk mendapatkan cara

27
Lingkungan Tropis, vol. 3, no. 1, Maret 2009: 23-32

mengikhtisarkan informasi yang terkandung dalam sejumlah variabel asal menjadi dimensi
(faktor) komposit baru yang lebih sedikit dengan berusaha untuk menjaga kehilangan
informasi yang sekecil mungkin, yaitu mencari dan mendefinisikan dimensi-dimensi yang
dianggap mendasari variabel-variabel asal.

Analisis Komponen Utama

Proses data yang terjadi dan Analisis komponen utama ini digunakan untuk
menentukan pengelompokan variabel berdasarkan pertanyaan – pertanyaan yang disajikan
dalam menentukan faktor – faktor yang mempengaruhi. Analisa komponen utama adalah
metode yang mengubah kumpulan variabel awal ke dalam kumpulan variabel (komponen)
yang lebih kecil. Setiap komponen merupakan kombinasi linier dari variabel awal yang
menjelaskan sebagian besar variasi dari set data awal.

HASIL PEMBAHASAN
Periode pengambilan sampel kualitas air baku dan jenis parameter yang dianalisis
dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Periode pemeriksaan dan parameter kualitas air baku.

Periode
Parameter Yang Dianalisis
Pengambilan Sample
Setiap 6 jam Kekeruhan, pH, temperatur, warna
Setiap 24 jam Daya hantar listrik, amonia, besi, total koliform
Setiap 1 minggu Kesadahan, mangan, nitrit, nitrat, zat tersuspensi, zat padat terlarut, zat organik,
DO, BOD, dan COD
Setiap 1 bulan Deterjen, sulfat, sulfida, air raksa, arsen, barium, kadmium, khromium, selenium,
seng, tembaga, timbal, kalsium, khlorida, fluorida, dan fosfat
Setiap 3 bulan Aldrin & dieldrin, chlordane, chloroform, DDT, Endrin, fenol, heptachlor, carbon
chloroform extrac, minyak dan lemak, organophosphat, PCB, toxaphene, alpha, dan
beta total
Sumber: PT. TPJ dan PT. Palyja, 2001-2006.

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa kekeruhan merupakan parameter yang
diambil setiap 6 jam untuk dianalisis, dimana jumlah bahan kimia yang digunakan untuk
menurunkan kekeruhan akan bervariasi dan sangat bergantung pada konsentrasi kekeruhan
yang ada pada air baku. Hal ini menunjukkan bahwa kekeruhan merupakan parameter utama
yang menjadi acuan dalam proses pengolahan air baku menjadi air minum. Bangunan IPA
yang ada sekarang sangat bergantung pada tingkat kekeruhan dan menunjukkan bahwa desain
awal bangunan IPA didasarkan pada kekeruhan. Parameter warna juga selalu dianalisis
bersamaan dengan kekeruhan yang secara teoretis memang ada hubungan antara warna dan
kekeruhan.
Analisis faktor dilakukan terhadap semua parameter kualitas air, seperti yang tersaji
pada tabel 2 berikut ini.

28
Pendekatan Statistik (Setyo S. Moersidik)

Tabel 2. Parameter kualitas air baku yang dianalisis.

No Parameter yang Dianalisis No Parameter yang Dianalisis


1. Kekeruhan 18. BOD
2. pH 19. COD
3. Temperatur 20. Deterjen
4. Warna 21. Sulfat
5. Daya Hantar Listrik 22. Sulfida
6. Amonia 23. Air raksa
7. Besi 24. Arsen
8. Total koliform 25. Barium,
9. Kesadahan 26. Kadmium,
10 Mangan 27. Khromium
11 Nitrit 28. Selenium
12. Nitrat 29. Seng,
13. Zat Tersuspensi 30. Tembaga
14. Zat Padat Terlarut 31. Timbal
15. Zat Organik 32. Kalsium
16. DO 33. Fluorida
17. Khlorida 34. Fosfat

Beberapa parameter yang tidak terdeteksi ataupun tidak mencukupi jumlahnya, tidak
dianalisis dalam penelitian ini. Jumlah parameter kualitas air baku yang dianalisis
menggunakan uji analisis faktor adalah sebanyak 34 parameter seperti terlihat pada Tabel 20.
Uji analisis faktor bertujuan untuk menganalisis hubungan antar sejumlah variabel, kemudian
menerangkan variabel-variabel ini dalam dimensi atau variabel baru yang mendasarinya
(faktor) dan mereduksi variabel yang diamati menjadi kelompok variabel-variabel yang dapat
dianalisis dengan tetap menjaga keseluruhan informasi yang ada. Selanjutnya untuk
mengetahui pengelompokan parameter-parameter dan pembuktian sekaligus bahwa parameter
yang berada dalam satu kelompok mempunyai hubungan, maka dilakukan proses analisis
faktor.
Proses analisis faktor, yaitu mencoba menemukan hubungan (interrrelationship) antar
sejumlah variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu
atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Analisis faktor
dilakukan terhadap 34 parameter didasarkan kepada 3 kondisi yaitu:
a. lokasi di setiap bangunan IPA.
b. musim (musim kemarau dan musim hujan).
c. lokasi dan musim secara bersamaan.

Pengujian dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama yaitu pengujian untuk menentukan
parameter mana yang memadai dan parameter yang tidak memadai untuk dianalisis lebih
lanjut. Bagi parameter yang memadai untuk dianalisis lanjut, dilakukan ekstraksi dan rotasi
terhadap parameter-parameter di ke 3 kondisi tersebut di atas.
Rincian hasil perhitungan analisis faktor, pengelompokkan (clustering) dan
dendogram dapat dilihat pada lampiran 2.
Hasil uji analisis faktor utama terhadap air baku pada Bangunan IPA Buaran,
menghasilkan pengelompokan parameter seperti ditunjukkan pada tabel 3.

29
Lingkungan Tropis, vol. 3, no. 1, Maret 2009: 23-32

Tabel 3. Matriks pengelompokan komponen utama


di instalasi pengolahan air Buaran.

KOMPONEN/FAKTOR
VARIABEL/PARAMETER
1 2 3
Total Coliform 0,175 7.174E-04 0,673
Kekeruhan 0,765 2.843E-03 -7.06E-02
TDS 0,660 0.216 2.257E-03
Amonia 0,121 1.003E-02 0,840
Mangan 0,194 0,932 -5.19E-02
Besi 0,862 -4.67E-02 7.010E-02
BOD -7.59E-02 0,917 -4.25E-03
COD 0,360 0,433 8.087E-02
Padatan Tersuspensi 0,624 0,311 0,314

Komponen/faktor pada tabel 3, menggambarkan pengelompokan yang berupa


kedekatan dari parameter kualitas air yang satu dengan parameter kualitas air yang lain.
Angka-angka yang ada pada tabel tersebut adalah factor loading, yang menunjukkan besar
korelasi antar antara satu parameter yang berada dalam ke 3 (tiga) komponen atau 3 (tiga)
faktor. Penentuan parameter mana yang masuk ke salah satu faktor dilakukan dengan
melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris. Parameter yang akan dimasukan
kedalam faktor adalah yang mempunyai korelasi kuat yaitu diatas 0,5.
Total coliform berada pada setiap komponen, namun yang paling dominan yaitu
berada pada komponen 3 (tiga) karena mempunyai nilai diatas 0,5 dan berada dalam
pengelompokkan yang sama dengan parameter amonia. Parameter kekeruhan berada pada
kelompok komponen 1 (satu) bersama-sama parameter TDS, besi dan padatan tersuspensi.
Pada komponen 2 (dua) yang berada dalam satu kelompok adalah parameter mangan dan
BOD.

mangan BOD
1.0
SS COD
.5
besi total coli
turbiditas
Component 2 ammonia
0.0
tds

-.5

1.0 1.0
.5 .5
0.0 0.0
-.5 -.5
Component 1 Component 3

Gambar 1. Letak parameter pada ketiga faktor.

Matriks pengelompokan komponen utama seperti pada Tabel 3 menjadi:


a. Faktor 1, terdiri atas: kekeruhan, TDS, besi, dan padatan tersuspensi.
b.Faktor 2, terdiri atas: mangan dan BOD

30
Pendekatan Statistik (Setyo S. Moersidik)

c.Faktor 3, terdiri atas: total coli dan amonia


Gambar 1 menunjukkan letak ke 9 parameter pada masing-masing faktor dalam ruang
dan gambar 2 adalah analisis dendogram pada Bangunan IPA Buaran untuk memperjelas
pengelompokkan yang terjadi.

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 2. Analisis dendogram parameter pada bangunan


Instalasi pengolahan air Buaran.

Selanjutnya dilakukan analisis terhadap parameter-parameter tersebut. Uji statistik


dilakukan terhadap parameter yang memenuhi hasil uji statistik pada setiap kondisi yaitu yang
mempunyai:
- Angka KMO (Keiser-Meyer-Olkin) dan Bartlett’s Test > 0,5
- Signifikansi < 0,05, dengan hipotesis untuk uji di atas dengan
Ho = sampel belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut
Hi = sampel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut
Uji anti image matriks dengan memperhatikan angka MSA (Measure of Sampling Adequacy)
berkisar antara 0 sampai dengan 1, dengan kriteria:
- MSA = 1, varabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain
- MSA>0,5, varabel masih bisa diprediksi dan dianalisis lebih lanjut
- MSA<0,5, varabel tidak bisa diprediksi dan tidak dianalisis lebih lanjut.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka parameter yang dominan adalah
sembilan parameter yang ada pada air baku yaitu Kekeruhan (turbidity), Residu terlarut/zat
padat terlarut (total dissolved solid – TDS), Amonia, Besi, Mangan, COD (chemical oxygen
demand), BOD (biochemical oxygen demand), Residu tersuspensi/zat padat tersuspensi
(suspended solid-SS), dan Total coliform.
Dengan demikian kesembilan parameter indikator kualitas air baku dari air permukaan
untuk air minum menjadi acuan untuk mendesain Bangunan IPA. Pada proses sebelumnya,
pengolahan air baku menjadi air minum, berbasis pada pengolahan kekeruhan semata.
Dengan munculnya dominasi kesembilan parameter ini, lebih memperjelas parameter apa saja
yang harus diperhatikan dalam pengolahan air baku menjadi air minum. Pertimbangan
terdahulu bahwa pengolahan air minum didasarkan pada tingkat kekeruhan saja semakin

31
Lingkungan Tropis, vol. 3, no. 1, Maret 2009: 23-32

dipertajam dengan munculnya parameter-parameter baru yang ternyata mempunyai


keterkaitan terhadap tingkat kekeruhan, seperti SS, COD dan BOD.
Delapan parameter selain kekeruhan, memiliki keterkaitan yang erat dan merupakan
faktor penyebab kekeruhan sehingga kajian ini memberikan informasi yang lebih lengkap
tentang parameter-parameter yang berkaitan dengan parameter kekeruhan.
Informasi ini akan memberikan alternatif teknologi pengolahan air terutama pada efektivitas
penurunan kekeruhan dan parameter penting lainnya.
Pendekatan statistik untuk mementukan parameter dominan dalam pengelolaan kualitas air
adalah salah satu upaya untuk memberikan alternatif teknologi terhadap adanya perubahan
kualitas air baku.

Daftar Pustaka

American Water Works Association. Water Quality and Treatment, A Handbook of Community Water Supplies.
Fifth edition, McGraw Hill, 1999.
Coulibaly H.D., Rodrigueez M.J. “Development of performance indicators for small Quebec drinking water
utilities”. Journal of Environmental Management, 73, 2003.
Cunningham W.P , Saigo B.W. Environmental Science 6th Edition, McGraw Hill, 2001.
Effendi, Hefni, Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Kanisius. 2003.
Miller G.Tiller. Living In The Environment. ITP, 1996.
Newbold, P; Carlson W.L, Thorne B.M. Statistics for Business and Economics. Prentice Hall, 2003.
Odum E.P. Fundamentals of Ecolog, third edition. Toppan Company Limited, 1994.
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pratisto, Arif. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia,
Jakarta, 2004.
Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia. Penelitian Kualitas Air Pantai
Laut Jawa Barat, 2003.
Tontowi. Penelitian Kualitas Air Waduk Jatiluhur Sebagai Sumber Air Baku Air Minum, dan Penurunan
Kualitasnya Setelah Mengalir Melalui Saluran Tarum Barat. Http://Jurnal Nasional/Kesehatan
Lingkungan/Buletin Pusair/2004.

32

Anda mungkin juga menyukai