Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

IVENTARISASI DAN KARAKTERISTIK TUMBUHAN PAKU DI


KAWASAN WISATA ALAM GUNUNG BAWANG KALIMANTAN BARAT

DISUSUN OLEH :
RIDWAN
C101131139

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK


FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Proposal penelitian ini dengan
baik. Judul dari rencana penelitian ini adalah Iventarisasi Dan Karakteristik Tumbuhan Paku Di
Kawasan Wisata Alam Gunung Bawang Kalimantan Barat.

Proposal penelitain ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada
mata kuliah Metode Ilmiah pada Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas
Tanjungpura Pontianak.

Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran
dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan karya ilmiah yang akan
datang. Penyusun berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Pontianak, 10 Desember 2015


DAFTAR ISI
SAMPUL HALAMAN...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Masalah Penelitian................................................................................................................2

C. Perumusan Masalah..............................................................................................................2

D. Tujuan Penelitian..................................................................................................................2

E. Manfaat Penelitian................................................................................................................2

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN...........................................................................................3

A. Kerangka Teori.....................................................................................................................3

B. Kerangka Konsep..................................................................................................................8

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................................10

A. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................................................10

B. Objek dan Alat Penelitian...................................................................................................11

C. Metode Pelaksanaan Penelitian...........................................................................................11

D. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................................11

E. Pengumpulan Data..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
keanekaragaman flora , salah satunya tanaman paku. Tumbuhan paku termasuk tumbuhan
kormus berspora, artinya dapat dibedakan antara akar, batang dan daunnya,
(Tjitrosoepomo, 1994). Tumbuhan paku juga memiliki keindahan dari bentuk susunan dan bentuk
daun yang menarik dan sesuai jenisnya ( Larasaty ,2009 ) dan diperkirakan terdapat 1.500 jenis
paku yang ada di Indonesia (Hasairin, 2003).
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki hutan – hutan yang lebat
kaya akan tumbuh – tumbuhan yang luar biasa, secara geografis Kalimantan barat berada antara
garis 2o08 LU serta 3005 LS serta di antara 108o0 BT dan 114o10 BT pada peta bumi. Hal ini
secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi keaneka ragaman jenis suber daya
hutan yang ada.
Kawasan Gunung Bawang terletak di daerah Desa Madi ,kecamatan Lumar ,kabupaten
Bengkayang, Kalimantan Barat dengan ketinggian gunung ± 1460 M dpl dan memiliki panorama
pemandangan yang indah ditambah lagi dengan hutan yang masih terjaga kelestariannya.
Kawasan wisata alam Gunung Bawang memiliki jajaran pegunungan dengan panjang ± 10 Km 2
atau 1000 Ha.
Alih fungsi lahan, kerusakan hutan dan sebab – sebab lainnya merupakan ancaman bagi
kelestarian tumbuhan paku seperti Plasycerium coronarium. Berdasarkan keadaan tersebut perlu
dilakukan penelitian tentang iventarisasi dan karakterisasi tumbuhan paku di Kawasan wisata
alam Gunung Bawang Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
untuk mempublikasi tumbuhan paku yang ada didalam kawasan tersebut baik dari segi jenis
karakteristik dan manfaatnya.

B. Masalah Penelitian
Di Kalimantan Barat ketergantungan terhadap sumber hutan semakin hari semakin
meningkat terutama yang terjadi pada area Gunung Bawang. Seiring dengan pertambahan
penduduk, eksploitasi hutan seperti pembukaan lahan perkebunan, pembakaran hutan dan
penebangan liar dapat menyebabkan terjadinya penurunan keanekaragaman vegetasi di kawasan
tersebut.
Perlindungan terhadap plasma Nuftah dapat dilakukan dengan pembudidayaan atau
pemeliharaan. Usaha pemeliharaan ini tidak terlepas dari informasi yang mendalam mengenai
habitat terutama ruang lingkup habitat hidup yang berpengaruh seperti faktor iklim, geografi,
serta pengaruh berbagai organisme terhadap organisme lainnya. Kesemua faktor ini diperlukan
sebagai data awal untuk keperluan pembudidayaan.
Upaya perlindungan dan pelestarian akan berhasil dengan baik jika didukung oleh data
mengenai besarnya populasi, karakterisasi dan jenis tumbuhan paku secara lengkap dan akurat.
Kawasan wisata alam Gunung Bawang belum terdapat data – data mengenai populasi dan
karakterisasi tumbuhan paku, untuk itu perlu dilakukan penelitian di kawasan tersebut gunanya
untuk menunjang upaya pelestarian tumbuhan paku yang ada secara berkelanjutan.

C. Perumusan Masalah
Bagaimanakah jenis dan karakteristik tumbuhan paku yang ada di Kawasan Wisata Alam
Gunung Bawang ?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan jenis dan karakteristik tumbuhan paku yang ada
di kawasan wisata gunung bawang Kalimantan Barat.
E. Manfaat Penelitian
Diharapakan dari hasil penelitian ini mendapatkan perhatian dari semua kalangan dan dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan referensi tentang jenis dan deskripsi tumbuhan paku
yang ada di kawasan wisata gunung bawang Kalimantan Barat dalam rangka upaya pelestarian,
perlindungan dan pemanfaatan tumbuhan paku dimasa yang akan datang agar tidak terjadi
kepunahan.
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Teori

1. Botani Tumbuhan Paku


Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan dalam kerajaan Plantae dan Divisio Pteridophyta.
Berdasarkan susunan tubuhnya, Pterydhophyta ini merupakan warga Cormophyta. Gametofit
pada Pteridhophyta berupa suatau tumbuhan kecil yang bersifat seperti talus sedangkan
tumbuhannya sendiri adalah sporofit yang pada golongan tumbuhan telah jelas dapat dibedakan
dalam akar, batang, dan daun (Tjitrosoepomo, 1981).
Pterydhophyta termasuk juga yang telah punah dan didalam taksonomi tumbuhan menjadi
empat kelas yaitu :
a. Kelas Psilophytanae (Paku purba)
Tumbuhan paku purba Meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah
dan diperkirakan hanya 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba merupakan
paku telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai daun berukuran kecil (mikrofil) dan berbentuk
sisik. Batang paku purba bercabang (dikotorin) dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 meter.
Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan spongarium yang terdapat di sepanjang
cabang batang. Paku purba termasuk tumbuhan paku homospora. Contoh paku purba yaitu
Psilotum mudum (Tjitrosoepomo, 1981).

Gambar 1.1 Psilotum mudum


(Sumber: http//: budisma.net.jenis-jenis-tumbuhan-paku-pteridophyta.html tahun 2015)
b. Kelas Lycopodiinae ( Paku Kawat)
Paku Kawat mencakup 1000 spesies dan banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan
subtropis. Paku kawat menemel dipohon atau hidup bebas di tanah. Paku kawat ini memiliki
akar, batang, dan daun sejati. Batang dan akarnya bercabang-cabang menggarpu. Daunnya
berukuran kecil-kecil (mikrofil), tidak bertangkai dan hanya bertulang satu saja. Pada bberapa
jenis, daun paku kawat mempunyai lidah-lidah (ligula). Sporofilnya hanya sedikit dan terdapat
pada ujung batang atau cabang. Paku kawat termasuk tumbuhan paku homospora, contoh paku
kawat yaitu Lycopodium clavatum (Tjitrosoepomo, 1981).

Gambar 1.2 Lycopodium clavatum


(Sumber: http//: budisma.net.jenis-jenis-tumbuhan-paku-pteridophyta.html tahun 2015)

c. Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda)


Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari dari satu genus, yaitu
Equeisetum. Equeisetum hidup pada habitat lembab didaerah subtropics. Equeisetum memiliki
tinggi mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tingginya kurang dari 1 meter. Equeisetum memiliki
akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas-ruas/ berbuku-buku dan pada sekeliling ruasnya
daun yang seperti sisik tersusun berkarang. Equeisetum disebut ekor kuda karena benuk
batangnya seperti ekor kuda. Paku ekor kuda termasuk paku peralihan. Contoh paku ekor kuda
yaitu Eucalamites (Tjitrosoepomo, 1981).
Gambar 1.3 Eucalamites
(Sumber: http//: budisma.net.jenis-jenis-tumbuhan-paku-pteridophyta.html tahun 2015)

d. Kelas Filicinae (Paku sejati)


Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paling sering kita lihat. Tempat tumbuh tumbuhan
paku sejati sebagian besar didarat pada darah tropis dan subtropics. Paku sejati diperkirrakan
berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daunsejati.
Batangnya dapat berupa batang dalam (rhizome) atau batang atas dipermukaan tanah. Daun
Filicinae umumnya berukuran besar (mesofil), bertangkai dan memiliki banyak tulang daun yang
bercabang. Waktu muda daun itu tergulung pada ujungnya. Sisi bawah daun mengandung banyak
spora. Paku sejati termasuk tumbuhan paku homospor. Contoh paku sejati yaitu Asplenium nidus
L. (Tjitrosoepomo, 1981).
Gambar 1.4 Asplenium nidus L.
(Sumber: http//: budisma.net.jenis-jenis-tumbuhan-paku-pteridophyta.html tahun 2015)

2. Morfologi Tumbuhan paku


Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji, memiliki susunan
tubuh khas yang membedakannya dengan tumbuhan yang lain. Tumbuhan paku disebut sebagai
Tracheophyta berspora, yaitu kelompok tumbuhan yang berpembuluh dan berkembang biak
dengan spora. Bagian bagian tubuh berupa akar, batang, dan daun dapat dibedakan dengan jelas.

a. Akar
Akar tumbuh dari pangkal batang, membentuk akar serabut, sehingga itu sistem perakaran paku
merupakan akar serabut. Berdasarkan poros bujurnya, embrio tumbuhan paku dapat dibedakan
menjadi kutub atas dan kutub bawah. Kutub atas berkembang membentuk rimpang dan daun,
sedangkan bagian kutub bawah membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan
tumbuh dari rimpang. (Holtum, 1959; Smith, 1971) dalam Hariyadi (2000).
b. Batang
Umumnya batang tumbuhan paku tumbuh di tanah disebut akar batang atau rizoma
(rimpang). Batang tumbuhan paku dapat berbentuk panjang, merambat atau memanjat. Rimpang
dan daun yang masih muda sering tertutup oleh rambut atau sisik sebagai pelindungnya
(Holtum ; Satrapadja dalam Hariyadi, 2000). Beberapa tumbuhan paku memiliki batang yang
muncul di atas tanah, misalnya pada genus Alsophyla, Cyathea, Psilotum.

c. Daun
Berdasarkan bentuk dan sifat daunnya tumbuhan paku dapat dibedakan atas dua golongan
menurut Smith dalam Lubis (2009) yaitu:
a) Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah dibedakan atas
batang dan daun , misalnya pada Asplenium.
b) Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupa sisik sehingga
sukar dibedakan bagian-bagiannya, misalnya pada genus Lycopodium. Berdasarkan
fungsinya daun paku Megaphyllus dibagi atas 2 kelompok yaitu tropofil dan sporofil
(Tjitrosoepomo, 1994).
c) Tropofil, yaitu daun yang berwarna hijau yang berfungsi sebagai penyelenggara
asimilasi. Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.

d. Sporangium
Tumbuhan paku berkembang biak secara vegetatif dengan perantara sporangium.
Sporangiumnya terdapat pada daun-daun yang khusus (sporofil) atau daun-daun biasa. Seringkali
sporangium terkumpul dan tertutup oleh suatu selaput yang bentuknya sangat karakteristik dan
letaknya bermacam-macam seperti diketiak daun/cabang, di ujung daun, di tulang bagian bawah
helaian daun, di urat bagian bawah daun atau ditepi bagian bawah helaian daun ( Tjitrosoepomo,
2005).
sporangium
Gambar 1.5 struktur tubuh tumbuhan paku (sumber : www.google.com 2014)
3. Ekologi Pertumbuhan Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, sehingga tidak jarang dijumpai
paku dapat hidup dimana-mana, diantaranya di daerah lembab, dibawah pohon, di pinggiran
sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan bahkan banyak yang sifatnya menempel di
bantang pohon, batu atau tumbuh diatas tanah. Jenis-jenis paku epifit yang berbeda, juga akan
berbeda kebutuhannya terhadap cahaya. Ada yang menyenangi tempat terlindung dan ada
sebagian pada tempat tertutup (wiesner ( 1907), Went (1940) dalam Hasar dan Kaban, (1997)).
4. Iventarisasi dan karakteristik
Pengertian iventarisasi tanaman menurut Balai konsevasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat
(1997) adalah suatu cara pengelompokan data tanaman untuk mengetahui ada atau tidaknya
tanaman serta melakukan pendugaan besarnya populasi tanaman. Iventarisasi tanaman
merupakan kegiatan yang bersifat kualitatif. Misalnya untuk mengetahui jenis-jenis tanaman
termasuk daerah penyebarannya dalam mempelajari lingkungan hidup seecara umum

B. Kerangka Konsep
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat banyak dan bernilai tinggi yaitu berupa
flora yang tersebar diseluruh Indonesia termasuk Kalimantan Barat. Kalimantan Barat
merupakan salah satu kawasan yang berpotensi sebagai daerah penyebaran tumbuhan paku
karena memiliki hamparan yang luas. Daerah beriklim tropis mempunyai iklim dan kondisi
geografis khusus yaitu adanya musim penghujan. Kondisi ini menyebabkan keanekaragaman
hutan yang cukup tinggi namun jumlah individu setiap jenisnya sangat rendah (Haryono, 1983).

Keanekaragaman tumbuhan paku yang di miiki Kalimantan Barat , sesuai dengan penelitian
Sopiana (2011), jenis tumbuhan paku yang ditemukan di desa mentiber kecamatan Paloh
Kabupaten Sambas yaitu 13 jenis antara lain Asplenium longissium BI., Asplenium nidus L.,
Davallia trichomanoides BI., Drymaria quersifolia J. J. Sm., Gleichenia linearis (Burn) Clarke.,
lindsaea scandens Hook var., Lygodium scandens (L.) Sw., Nherolepis hirsutula (Forst.) Pr.,
Sxhizae dichotoma L., Selliguae hetrocarpa BI., Stenochlaena palustris (Burm.) Bedd., Taenitis
Blecnoides Sw., dan Vittaria ensinformis Sw. menurut hasil penelitian Irwanto R (2007), jenis
paku yang ditemukan di Pasi Singkawang yaitu Adiaantum sp. Asplenium nidus L., Cyathea sp,
Linsaea sp, Nhephrolepis Hirstula (Forst.) C. Chr., Platycerium coronarium (Koenig.) Desv.,
Pteris sp, Selaginella sp. Pada lokasi Kawasan Gunung Bawang yang akan dilakukan penelitan
kami berharap agar mendapatkan jenis-jenis tumbuhan paku yang baru yang belum
teridentifikasi dan lebih banyak menemukan jenis-jenis tumbuhan paku dari peneliti – peneliti
sebelumnya.

Keberadaan dan informasi tentang tumbuhan paku secara umum di Kawasan Wisata
Alam Gunung Bawang sampai saat ini masih belum banyak yang diketahui sehingga perlu
dilakukan penelitian tentang iventarisasi dan identivikasi mengenai tumbuhan paku. Diharapkan
dari penelitian ini dapat di jadikan sebagai salah satu sumber informasi dan referensi untuk
pemanfaatan, pengembangan dan upaya pelestarian sumber daya alam tumbuhan paku di masa
yang akan datang.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kawasan wisata alam Gunung Bawang Kecamatan Lumar
Kabupaten Bengkayang pada ketinggian ± 1460 M dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret 2016 dengan waktu ± 1 bulan.
1. Letak dan Luas
Berdasarkan Kabupaten Bengkayang Dalam Angka (2013), daerah penelitian di Desa Madi
Kecamatan Lumar Kabupaten Bengkayang yang total luas wilayah mencapai 2751 Ha. Secara
administratif batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Serawak-Malaysia Timur dan Kabupaten Sambas

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Pontianak

c. Sebelah Barat : Laut Natuna dan Kota Singkawang

d. Sebelah Timur : Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Landak


2. Topografi
Berdasarkan informasi Dinas kehutanan Provinsi Kalimantan Barat (2007) Kawasan Wisata
Alam Gunung Bawang dalam tipe hutan hujan tropika dengan dataran tinggi dan memiliki tanah
alluvial, organosol dan podsolik merah kuning dengan komposisi jenis pohon meranti, melor,
gaharu, besi (belian) dan semak belukar. Secara geografis lokasi penelitian termasuk wilayah
kecamatan Lumar yang terletak diantara 00 52’10’’ LU - 10 02’56’’ LS serta diantara 1090 18’71’’
BT - 1090 32’10’’ BT (kantor Pertanahan Kabupaten Bengkayang, (2012) dalam Kabupaten
Bengkayang Dalam Angka 2013).
3. Iklim
Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bengkayang (2008 – 2011),
daerah di sekitar kawasan Gunung Bawang termasuk daerah yang mempunyai kelembaban
cukup tinggi yaitu berkisar antara 80-91 %. Daerah penelitian tergolong kedalam Zona
Agroklimat A yaitu daerah yang mempunyai bulan basah dengan curah hujan rata – rata 26,2-
26,9 0C.
C. Objek dan Alat Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan paku yang ada di Kawasan Gunung
Bawang Kecamatan Lumar Kabupaten Bengkayang.
2. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. peta lokasi (untuk menetukan jalur dan lokasi penelitian).
2. Kompas (untuk menentukan arah penelitian).
3. Alat tulis (untuk mencatat data pengamatan).
4. Parang dan Patok ( untuk membuat jalur penelitian)
5. Kamera (untuk mengambil dokumentasi saat penelitian)
6. Lux meter (untuk mengukur intensitas cahaya).
7. GPS (untuk mengukur ketinggian tempat dan koordinat lokasi penelitian)
8. Kantong Plastik ( untuk menyimpan sporangium)
9. kertas Karton(untuk tempat herbarium)
10. Label (untuk memberi tanda)
11. Buku identifikasi paku-pakuan salah satunya buku jenis paku Indonesia.

D. Metode Pelaksanaan Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei lapangan dengan cara menjelajah
area kawasan Gununung Bawang ± 1000 Ha. Metode pengambilan sampel dengan
menggunakan sampel tumbuhan paku menggunakan metode Straified sampling. Straified
sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memperhatikan strafied (tingkatan ) didalam
populasi.
E. Pelaksanaan Penelitian
1. Survei pendahuluan
Survei Pendahuluan dlakukan untuk menentukan lokasi penelitian dengan kriteria bahwa
pada daerah yang dijadikan lokasi penelitain memiliki berbagai jenis dan karakteristik yang
dapat mewakili habitat keseluruhan dari tumbuhan paku.
2. Membuat Jalur Penelitian
Pembuatan jalur penelitian bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan
penelitian , jalur pengamatan dibuat berdasarkan ketinggian dan dibagi menjadi empat yaitu :
100 - 400 m dpl, 400 - 800 m dpl, 800 - 1000 m dpl, 1000-1460 m dpl.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan akan dilakukan di seluruh lokasi penelitian. Data yang diambil berupa data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Adapun data yang akan di analisis dan diamati dalam penelitian meliputi faktor biotik yaitu
keragaman dan karakteristik dari masing-masing jenis tumbuhan paku yang terdapat diseluruh
lokasi penelitian, tipe hidup, pohon inang dan data ketinggian tempat.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan sebagai penunjang dalam penelitian ini meliputi data
monografi desa , curah hujan selama 4 tahun terakhir yang diambil dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Lumar dan peta kawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Konservasi Kalimantan Barat. 1997. Konservasi Sumber daya Alam In-situ dan Ex-situ
Kalimantan Barat. Sub Balai Konservasi Kalimantan Barat. Pontianak.
BDA. 2013. Letak dan Luas, Kecamatan Lumar.
BDA. 2013. Iklim (2008-2012) Kecamatan Lumar, Kabupaten Bengkayang.
Budisma. 2014. Struktur Tubuh Tumbuhan Paku. www.google.com. Akses 11-12-2015
Budisma. 2015. Jenis-Jenis Tumbuhan Paku Pteridophyta. www.google.com. Akses 10-12-2015
Dinas Kehutanan Kal-Bar. 2012. Topografi, Kecamatan Lumar.
Haryono, MS. 1983. Teknik Monitoring Keanekaragaman Tumbuhan. Pelatihan Teknik
Pengukuran Monitoring. Biodeversity di Hutan Tropika Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.
Hasairin, A. 2003. Taksonomi Tumbuhan Rendah ( Thalophyta dan Kormophyta bersora). Bahan
Ajar Biologi. FPMIPA UNIMED. Medan.
Hasar, A., & B. Kaban. 1997. Analisis Jenis Paku Epifit pada Kelapa Sawit (Elais gunensis) di
PTP Tanjung Garbus, Lubuk Pakam, Deli Serdang. Laporan Penelitian FPMIPA IKIP.
Medan.

Irwanto, R. 2007, Iventarisasi Tumbuhan Berpotensi Hias di Pasi Singkawang Kalimantan


Barat, UPT BKT Kebun Raya Purwodadi. www.google.com. Akses 10-12-2015.
Larasaty, M. 2009. Tumbuhan paku. www.google.com. Akses 29-11-2015.
Lubis S. R, 2009, Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata
Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Tesis, Medan,
Universitas Sumatera Utara.
Raven, P.H., R.F. Evert dan S.E. Eichhorn. 1992. Biology of Plant. Word Publisher . New York.
Sopiana. 2011. Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Mentiber Kecematan
Paloh Kabupaten Sambas. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak.
(Tidak Dipublikasikan).
Tjitrosoepomo, G. 1981;1994:2005. Taksonomi Tumbuhan (Scizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pterydophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lampiran. 1
Lampiran .2
Lampiran. 3
PETA GOOGLE MAPS (2015) Kawasan Kecamatan Lumar

Anda mungkin juga menyukai