Anda di halaman 1dari 32

MODUL PEMBELAJARAN

Nama Mata Kuliah : TEORI KOTA DAN PERMUKIMAN

Kode / SKS : 224D5102


Nama Dosen : 1. DR. IR. IDAWARNI ASMAL, MT.
2. AFIFAH HARISAH, ST., MT., PH.D
3. IMRIANTI, ST., MT.
4. DR. NURUL NADJMI, ST., MT.

Semester Penyajian : Genap

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

DESEMBER 2015

31
MODUL 3
Pertumbuhan Kota Menuju Megapolitan dan Permasalahannya

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah Teori Kota dan Permukiman adalah mata kuliah wajib yang harus diikuti
oleh semua mahasiswa prodi arsitektur. Mata kuliah ini akan memberikan banyak teori-
teori, konsep-konsep, gambaran-gambaran, dan aturan-aturan yang terkait dengan kota
dan permukiman dari waktu ke waktu, problem-problem yang dihadapi oleh kota pada
umumnya serta kota-kota yang spesifi seperti waterfront city dan permukiman, serta
bagaimana memecahkan masalah tersebut dengan baik dan benar.

B. KEGUNAAN MATA KULIAH


Mata kuliah ini sangat berguna bagi mahasiswa arsitektur karena dengan mempelajarinya
mereka akan mendapat banyak ilmu dan informasi serta memahami bagaimana pola dan
bentuk kota dan permukiman dari waktu ke waktu, mahasiswa juga dapat mengetahui
dan memahami tentang problem-problem yang dihadapi oleh kota dan permukiman dan
mampu menyelesaikan problem tersebut dengan berpedoman pada teori, konsep, dan
aturan, serta pada kondisi local. selain itu, mahasiswa juga mampu mengetahui dan
memahami tentang kota dan permukiman yang spesifik di kawasan pesisir (kota bahari).

C. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori-teori, konsep-konsep, dan
aturan-aturan tentang perkotaan dan permukiman
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan membuat problem solving
permasalahan yang dihadapi di perkotaan dan permukiman
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kota bahari

32
4. URUTAN PENYAJIAN
Adapun urutan penyajian mata kuliah ini adalah dimulai dari :
1. Kontrak kerja yang di dalamnya berisi GBRP matakuliah tersebut serta ketenatuan-
ketentuan yang harus diikuti oleh mahasiswa selama belajar.
2. Penyajian teori-teori, konsep-konsep, dan aturan-aturan terkait dengan perkotaan dan
permukiman
3. Studi lapangan untuk melihat, mempelajari, dan memahami /mengerti kondisi dan
problem yang dihadapi oleh kota Makassar.
4. Melaporkan hasil studi lapangan dan melakukan kajian tentang bagaimana
menyelesaiakan problem yang ada di lapangan dengan berpedoman pada teori-teori,
konsep-konsep, dan aturan-aturan terkait dengan kondisi kota Makassar saat ini.
5. Mempresentasikan hasil kerja

5. PETUNJUK BELAJAR BAGI MAHASISWA DALAM


MEMPELAJARI MODUL
1. Modul yang ada dapat diunggah pada laman Universitas Hasanuddin sebelum
perkuliahan di mulai
2. Membaca sasaran belajar
3. Membaca isi dari materi modul tersebut
4. Menanyakan kepada dosen pengampuh mata kuliah hal-hal yang tidak atau kurang
dimengerti dari isi modul tersebut pada saat perkuliahan berlangsung.
5. Mengemukakan hal-hal baru sebagai tambahan atau perkayaan isi modul

33
MODUL 3
Sasaran
Dengan mengikuti mata kuliah ini (modul 3), mahasiswa dapat :
 Mampu mengetahui dan memahami tentang keruangan megapolitan
dan problemnya

MATERI 3
Pola pertumbuhan dan perkembangan kota menuju megapolitan
Metropolitan. Megapolitan. Megaregion
Permasalahan kota megapolitan

34
1. Pengertian Kota Megapolitan

Megapolitan adalah kumpulan pemerintah kota besar (kota inti) dan kota-kota sekitar dalam satu
kesatuan geografis yang merupakan satu kesatuan perencanaan pembangunan dan dikelola dalam
satu koordinasi, tanpa menghilangkan kewenangan setiap pemerintah kota (kuncoro,2011:272).
Konsep megapolitan dilihat sebagai upaya pengelolaan kota yang lebih baik untuk melayani
sejumlah besar populasi penduduknya yang beraktivitas, bekerja, dan bertempat tinggal di
wilayah tersebut. Dengan demikian, konsep megapolitan yang bersifat multidisiplin mencakup
berbagai aspek, yaitu ekonomi, politik, fisik lingkungan hidup, transportasi, sosial budaya dan
aspek-aspek turunannya. Megapolitan itu terbentuk apabila terdapat suatu daerah pemerintahan
yang paling maju dan beberapa entitas pemerintahan daerah yang lebih kecil bersatu padu secara
harmonis untuk melakukan pembangunan berkelanjutan melalui satu pola perencanaan jangka
panjang yang dibuat oleh otoritas yang ditunjuk oleh pemerintah. Disamping itu, aglomerasi
industri dapat mengakibatkan suatu daerah yang maju akan bergabung dengan daerah-daerah
sekitarnya sebagai tuntutan dari tingginya populasi dan mobilitas

Menurut Gottmann, Jean (1987) …the Megapolitan concept seems to have popularized the idea
that the modern cities are better reviewed not in isolation, as centers of a restricted area only, but
rather as parts of “city systems” as participation in urban networks revolving in widening orbits.
Konsep megapolitan muncul dari adanya fakta pertumbuhan kota metropolitan yang sangat pesat
dan memacu wilayah di sekitarnya menjadi kumpulan kota mikropolitan ataupun kota
metropolitan baru. Perekonomian wilayah telah berkembang di luar batas satu kawasan
perkotaan. Atas dasar ini, konsep megapolitan terbentuk, yaitu satuan wilayah geografis yang
luas yang terhubungkan oleh aktivitas perekonomian wilayah.

Kriteria kawasan megapolitan sendiri saat ini masih menjadi perdebatan antara pemerintah,
perencana wilayah dan kota, perencana lingkungan, pakar statistik kependudukan, bahkan para
budayawan. Kawasan megapolitan dapat dipandang sebagai kawasan dengan kepadatan
penduduk tinggi, memiliki keterkaitan erat dengan wilayah di sekitarnya baik keterkaitan fisik
(transportasi, jaringan air bersih, energi dan listrik), keterkaitan lingkungan (kawasan hulu dan

35
hilir – DAS), maupun keterkaitan fungsi ekonomi (aliran uang, barang, dan jasa) dilihat dari
kondisi eksisting maupun proyeksi pertumbuhan wilayah.

2. Perbedaan mendasar antara metropolitan dan megapolitan


Kawasan megapolitan tidak identik dengan adanya komuter dari kawasan sub urban ke kawasan
urban seperti halnya kawasan metropolitan, meskipun kedua kawasan tersebut sama-sama
memperlihatkan keterkaitan ekonomi, namun karena umumnya kawasan megapolitan mencakup
wilayah yang sangat luas sehingga hampir tidak memungkinkan adanya perjalanan komuter
harian (daily trips).

Berdasarkan hasil sensus yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Metropolitan
Institute Census Report Series (MICRS) pada Juli 2005 telah teridentifikasi 10 Kawasan
Megapolitan di Amerika Serikat yang merupakan gabungan beberapa kawasan metropolitan
dengan total populasi penduduk mencapai 10 juta jiwa.

Kriteria kawasan megapolitan yang digunakan pada kegiatan sensus tersebut tidak hanya
diindikasikan oleh tingginya jumlah penduduk di satu wilayah dan wilayah sekitarnya, lebih dari
itu, dilakukan berbagai survey dan analisis secara mendalam dari aspek-aspek antara lain:
1. Terbentuk dari dua atau lebih kawasan metropolitan eksisting;
2. Jumlah penduduk kota inti lebih dari 1 juta jiwa, sementara kota-kota disekitarnya memiliki
jumlah penduduk antara 50.000 – 1 juta jiwa;
3. Karakteristik kota-kota metropolitan yang tergabung dalam satu wilayah geografis
4. Pembentukan jaringan perkotaan melalui keterkaitan ekonomi atau aktivitas manusia;
5. Keterkaitan lingkungan, keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;
6. Keterkaitan infrastruktur dan proyeksi kebutuhan infrastruktur;
7. Keterkaitan budaya yang mencakup sejarah wilayah dan masyarakatnya.
Indikator Kota Megapolitan
1. Space sebagai indicator megapolitan
Ada dua macam proses spasial yang dapat dikenali untuk terjadinya sebuah megapolitan
atau megapolitanisasi, yaitu :
- Megapolitanisasi karena meluasnya kota secara individual

36
- Megapolitanisasi yang terjadi karena proses meluasnya kota melalui penggabungan
beberapa kota yang lokasinya relative berdekatan.
A. Megapolitanisasi kaena meluasnya kota secara individual
A.1. pemekaran kota secara individual-Natural, adalah proses bertambahnya area
fisik kekotaan yang terjadi karena bertambahnya tempat tinggal manusia maupun
tempat kedudukan fungsi-fungsi kekotaan sebagai perwujudan kegiatan manusia
dalam menyelenggarakan kehidupannya, tanpa dikontrol atau luput dari control
ketentuan-ketentuan (peraturan-peraturan peruntukan) tertentu.
A.2. Pemekaran Kota secara individual-artificial, adalah proses bertambahnya
area fisik kekotaan yang terjadi karena pengarahan pemerintah, ke araha mana
suatu kota akan berkembang secara fisikdengan pertimbangan tertentu,
perkembangan fisik kota dapat diarahkan ke suatu arah dengan maksud untuk
mencapai suatu bentuk idela kota yang dikehendaki.
B. Megapolitanisasi dalam wujud pemekaran kota secara integral

B.1. Megapolitanisasi Integral-natural

Proses pengabungan beberapa kota secara fisiko-spasial menjadi satu bentuk


kenampakan kekotaan yang kompak atau menyatu karena perembetan secara
horizontal centrifugal yang terjadi secara terus-menerus dari masing-masing kota,
sehingga batas terluar dari amsing-masing kota secara morfologis tidak dapat
ditemukan lagi.

B.2. Megapolitanisasi Integral-artificial, proses perkembangan kota yang


bertentangan dengan natural, dimana ada campur tangan tertentu yang mengarahkan
pemebtukan megapolis sesuai dengan visi tata ruang dan tata wilayah pemerintah
yang bersangkutan

2. Penduduk sebagai indicator megapolitan

37
3. BENTUK-BENTUK KOTA Metropolitan, Megapolitan, Megaregion

Google Images
Metropolitan, Megapolitan, dan Megaregion adalah hal yang berbeda. Walaupun berbeda, tetapi
sesuatu yang mendasari ketiga hal tersebut tetaplah sama, yaitu kota.
Metropolitan

Google Images kota metropolitan


Metropolitan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kota yang relatif
besar, baik luas wilayahnya, aktivitas ekonomi dan sosial, maupun jumlah penduduknya.

38
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan metropolitan
adalah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan di
sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan dan dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana
wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk sekurang-kurangnya 1.000.000 jiwa.
Di Indonesia sendiri, sudah banyak kota yang tergolong kota metropolitan, diantaranya adalah
Kota DKI Jakarta, Kota Surabaya, Kota Medan, Kota Bandung, dan kota-kota lainnya.

Megapolitan

Google Images
Wilayah Jabodetabekpunjur
“Megapolitan adalah kumpulan pemerintah kota besar dan kota-kota sekitar dalam satu kesatuan
geografis yang merupakan satu kesatuan perencanaan pembangunan dan dikelola dalam satu
koordinasi, tanpa menghilangkan kewenangan setiap pemerintah kota”.(kuncoro,2011:272)
Berdasarkan kalimat diatas, dapat kita simpulkan bahwa Megapolitan merupakan gabungan dari
beberapa kota besar, jika kita lihat di negara kita, sebenarnya wilayah Megapolitan sudah ada.

39
Jabodetabek punjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur) adalah
wilayah Megapolitan yang ada di Indonesia.. Jabodetabek punjur adalah karena wilayah tersebut
sudah memenuhi kriteria kawasan Megapolitan. Salah satu kriteria dari wilayah Megapolitan
adalah sedikitnya terdiri dari dua wilayah metropolitan, total penduduk yang lebih besar dari 10
juta jiwa, dihubungkan oleh infrastruktur transportasi, dan ada jaringan perkotaan fungsional
melalui aliran barang dan jasa.

Megaregion

Google Images
Sebenarnya, Megaregion sendiri di Indonesia belum terlalu dikenal. Megaregion adalah
gabungan dari beberapa kota metropolitan atau bisa disebut sebagai gabungan dari kawasan
Megapolitan. Ada lima kategori yang menghubungkan antar kota metropolitan, yaitu:
1. Sistem lingkungan dan topografi
2. Sistem infrastruktur
3. Hubungan ekonomi
4. Pola pemukiman dan penggunaan lahan
5. Budaya dan sejarah
Jika kita ingin mengkaji lebih dalam lagi, sebenarnya ada wilayah di Indonesia yang dapat
menjadi suatu wilayah megaregion yaitu wilayah jabodetabek dengan wilayah
gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). Kedua
wilayah besar tersebut sudah memenuhi beberapa kriteria dari megaregion. Seperti jumlah
penduduknya yang sudah berada diatas ketentuan dari suatu wilayah megaregion.

40
Dengan adanya kawasan megaregion, maka wilayah tersebut akan semakin mudah untuk bekerja
sama, dan diharapkan dapat terjadi pemerataan penduduk dan lapangan pekerjaan, karena
wilayah tersebut akan dihubungkan dengan infrastruktur transportasi utama sebagai penghubung
antar wilayah, dan wilayah tersebut akan meningkatkan kerjasama di segala jenis bidang.

Bentuk-bentuk Megapolitan

Google Images

41
Shang Hai (Google Images)

4. Teori Pertumbuhan Kota

Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan
bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi
dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan organik.Terdapat
dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan
Unplanned.

 Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan
dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik.
 Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana
satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan
yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang
kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan,
tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.

42
Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara biologis
seperti organ tubuh manusia, yaitu :
1. Square, open space sebagai paru-paru.
2. Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).n
3. Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.
4. Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.
5. Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.
6. Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke seluruh sistem
perkotaan.

Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang komunal dan ruang publik yang
tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara
penduduk asli dan pendatang, antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan
demi perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemnya
terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan
baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.

Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah kota yang terlihat
sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya dari
sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal, struktur
internal dan perilaku yang khas, perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan
keseimbangan yang ada, menurutnya bentuk fisik organik :

 Membentuk pola radial dengan unit terbatas.


 Memiliki focused centre.
 Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang membentuk
lengkung tak beraturan.
 Material alami.
 Kepadatan sedang sampai rendah.
 Dekat dengan alam

43
Di dalam model organik ini, organisasi ruang telah membentuk kesatuan yang terdiri dari unit-
unit yang memiliki fungsi masing-masing. Kota terbentuk organik mudah untuk mengalami
penurunan kualitas karena perkembangannya yang spontan, tidak terencana dan sepotong-
sepotong. Masyarakat penghuni kota ini bermacam-macam yang merupakan percampuran antara
berbagai macam manusia dalam suatu tempat yang memiliki keseimbangan. Masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda, saling menyimpang tetapi juga saling mendukung satu sama lain.
Kota organik memiliki ciri khas pada kerjasama pemeliharan lingkungan sosial oleh masyarakat.

Stadia Perkembangan Kota

Kota-kota di dunia ini berkembang secara bertahap. Kritenia mengenai stadia perkembangan
kota tentunya bermacam-macam. Salah satu menurut Griffith Taylor, yaitu:

 Stadia Infantile. Dalam stadia ini antara daerah domestik dan daerah-daerah perdagangan
tidak nampak ada pemisah. Demikian pula antara daerah-daerah miskin dengan daerah-
daerah yang didiami para wartawan. Batas-batas kelompok masih sukar digambarkan. Selain
daripada itu toko-toko dan perumahan pemilik toko masih menjadi satu sehingga dapat
mengganggu jalannya penjualan. Apalagi jika toko-toko itu dan perumahan itu terdapat di
sepanjang jalan yang ramai. Dalam keadaan yang demikian lalu lintas menjadi sangat
terganggu. Trotoar dan jalur jalan sempit yang ada di muka toko akan menjadi arena
permainan anak-anak kecil.

 Stadia Juvenile. Dalam situasi ini dapat dilihat bahwa kelompok perumahan tua sudah mulai
terdesak oleh kelompok perumahan-perumahan baru. Pemisah antara daerah pertokoan
dengan daerah pemukiman sudah dapat dilihat dalam stadia ini.
 Stadia Mature. Dalam stadia ini banyak timbul daerah-daerah baru, misalnya saja daerah
daerah industri, perdagangan berserta perumahannya yang sudah mengikuti suatu rencana
tertentu.

 Stadia Senile. Stadia ini dapat pula disebut stadia kemunduran kota, karena dalam stadia ini
nampak bahwa dalam tiap zone terjadi kemunduran-kemunduran karena kurang adanya
pemeliharaan yang mungkin dapat disebabkan oleh sebab ekonomis, politis, ataupun sebab-
sebab lainnya.

44
Stadia-stadia tersebut di atas mungkin untuk beberapa kota dapat berlaku, tetapi kadang-kadang
juga tidak. Kemajuan teknologi dan kemajuan budaya manusia telah dapat berusaha mengurangi
atau menghambat proses ketuaan “aging process”.

5. Pemekaran Kota dan Permasalahannya

Pemekaran kota adalah kenampakan luar dari perkembangan yang terjadi di dalam kota.
Pemekaran kota adalah suatu hasil resultante dan proses-proses kehidupan yang terjadi di dalam
kota.

Masalah-masalah yang ditimbulkan sebagai akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan,
masalah sampah, masalah lalu lintas, kekurangan gedung sekolah, terdesaknya derah persawahan
di perbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan. Masalah-masalah yang banyak
ini kemudian mendesak para perencana dan pengatur kota untuk segera dapat mengatasi
masakth-masalah tersebut. Masalah yang bersifat fisik ini ternyata juga bersangkut paut dengan
masalah sosial ekonomi.

Kurangnya data tampung perumahan bagi penduduk berpenghasilan kecil atau minim dan bagi
para penganggur dan luar kota dapat memperluar daerah-daerah slum dan menambah jumlah
orang-orang yang disebut para gelandangan. Kemudian timbul dan keadaan tersebut di atas
pelbagai bentuk kriminalitas dan polusi yang sangat mengganggu ketenangan kota. Dengan
demikian nampak bahwa gejala-gejala fisik, sosial, ekonomi yang negatif ini ditimbulkan karena
makin berkurangnya daya tampung kota.

Segi positif dari perkembangan kota ada, misalnya mudahnya berpegian dengan kendaraan
bermotor, mudahnya berhubungan dengan telepon, mudahnya mendapat hiburan di gedung
biskop dan masih banyak lagi. Pemekaran kota mempunyai arah yang berbeda-beda tergantung
pada kondisi kota dan kondisi sekitarnya.

Daerah perbukitan, lautan dan rintangan-rintangan alam lanilla dapat menghentikan lajunya
perkembangan kota maupun pemekaran kota. Daerah-daerah ini di anggap sebagai “daerah
lemah”. Daerah lemah pemekaran ini merupakan tempat-tempat dimana proses pemekaran kota
tidak dapat berkembang atau boleh dikatakan berhenti. Daerah-daerah yang memiliki potensi
ekonomi yang baik akan merupakan daerah yang mempunyai daya tarik yang kuat untuk

45
pemekaran kota.

Gambar 1.

Gambar 2.

46
Gambar 3.

Dari gambar 1, nampak bahwa daya tank dari luar kota adalah pada daerahdaerah dimana
kegiatan ekonomi banyak menonjol, yaitu di sekitar pelabuhan dan di sekitar hinterland yang
subur. Harga tanah di sepanjang jalan raya akan lebih tinggi daripada tanah-tanah di sekitar
pegunungan.

Pada gambar 2, nampak bahwa pusat-pusat kota lain yang mempunyai fungsi sebagai kota
industri dan kota dagang mempunyai daya tank di bidang usaha. Di samping itu juga daerah-
daerah di sekitar pusat rekreasi tidak kalah pula dalam menarik penduduk kota keluar. Bangunan
untuk peristirahatan, permainan anak-anak, lapangan olah raga dan rumah makan berkembang di
daerah tersebut.

Daerah-daerah di sekitar pegunungan dan laut yang merupakan daerah lemah, tidak berarti
bahwa mereka sama sekali tidak dapat menarik penduduk. Daerah-daerah lemah tersebut juga
masih menarik beberapa penduduk kota yang berpenghasilan kecil. Mereka mencari tanah-tanah
yang murah harganya. Pada gambar 3 menunjukkan bahwa pemekaran kota berjalan ke segala
arah. Kota-kota semacam mi cepat menjadi kota besar atau kota metropolitan, dan sekitarnya
juga dapat timbul kota-kota satelit.

47
Beberapa masalah yang menyangkut pemekaran kota:

a. Masalah migrasi ke kota.


Perpindahan penduduk dari luar kota sering disebut dengan urbanisasi. Asal mula aglomersi di
daerah kekotaan atau ”urban aglomeration” sebagai bentuk pemukiman tidak diketahui dengan
pasti. Seperti digambarkan sebelumnya, pemukiman menetap tidak terjadi pada zaman sebelum
neolitik. Desa-desa pada zaman neolitik dibatasi oleh tingkat teknologi dan budaya
penduduknya. Jumlah penduduknya baru mencapai ratusan saja dan mereka sudah mulai nampak
permanen. Nampaknya, timbulnya dan berkembangnya kota-kota tergantung pada
4 (empat) faktor:

1) Jumlah penduduk

2) Penguasaan terhadap lingkungan alam

3) Tingkat kemajuan teknologi

4) Perkembangan organisasi sosial

Perkembangan kota terutama dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah penduduk. Urbanisasi
sebagai suatu proses dari konsentrasi penduduk menurut Hope Tisdale Eldrige, mencakup dua
unsur yaitu melipatgandakan tempat-tempat konsentrasi dan bertambah luasnya pusat-pusat
pemukiman.

Dalam rangka pengertian urbanisasi secara umum adalag perpindahan penduduk dari desa
kekota. Ada juga terjadi bahwa banyak dari penduduk kota meninggalkan kota untuk bertempat
tinggal di tempat-tempat yang mempunyai suasana desa. Kebanyakan dari mereka adalah para
pensiunan yang ingin mengenyam ketenangan setelah beberapa puluh tahun hidup dengan
suasana serba cepat, serba sibuk dan penuh dengan kebisingan dan polusi lainnya. Demikian pula
,bagi mereka yang sudah mempunyai unit usaha dibidang perternakan dan pertanian diluar kota
meninggalkan kotanya.

Arus penduduk ke kota banyak disebabkan oleh daya tarik ekonomi dan kesempatan kerja yang
ada dengan upah yang cukup. Di negara-negara sedang berkembang seperti juga indonesia
mengalami urbanisasi yang semakin luas dan semakin populer. Disamping faktor-faktor yang

48
menarik ada pula sebab-sebab lain yang mendorong, antara lain menurunnya penghasilan
penduduk di daerah pedesaan sebagai akibat dari pertambahan penduduk di desa yang tidak
dapat ditampung oleh tanah-tanah pertanian di daerah pedesaan,faktor psikologis, faktor
pendidikan dan faktor budaya dapat pula menjadi sebab dari urbanisasi ini

b. Masalah sampah
Sumber utama dari sampah adalah manusia, dimana ada manusia di terdapat di situ terdapat
sampah.Sampah yang tertimbuh dan tidak di buang dengan segera akan merupakan sumber
penyakit, sumber polusi,sumber bau yang tidak enak dan tidak sehat, masalah sampah ini timbul
di kota,karena beberapa sebab, di antaranya :

 Bertambahnya penduduk
 Jumlah tempat sampah yang kurang dapat menampung sampah
 Tenaga pengangkut dan alat pengangkut yang tidak mencukupi
 Cara-cara pembuangan dan pembersihan yang tidak benar
 Kesadaran penduduk yang masih kurang terhadap kebersihan kota dan kesehatan kota

Bertambahnya penduduk kota berarti pula bertambahnya pasar–pasar, toko–toko yang


merupakan sumber asal mula sampah. Misalnya daun pembungkus, plastik, kulit buah–
buahan, kertas, karton dan sebagainya.

c. Masalah transportasi dan lalu lintas.


Hidup di kota adalah serba waktu, banyak dari penduduk kota mempunyai jam tangan atau bagi
mereka yang tidak memiliki selalu berusaha menanyakan waktu, berbeda dengan pedesaan, pada
umumnya di desa–desa yang masih jauh dari pengaruh kehidupan kota melihat waktu dengan
memperhatikan posisi matahari. Jarak dan waktu yang berkaitan dengan transportasi betul–betul
menjadi kebiasaan baru bagi warga kota yang dulunya tidak demikian halnya. Dengan
bertambahnya kendaraan bermobil dan kendaraan beroda dua, maka jalur jalan sudah harus pula
diperlebar agar tidak terjadi kemacetan ataupun kecelakaan–kecelakaan.Dibeberapa kota yang
sudah maju nampak adanya fly ways, sub ways yang dapat mengurangi kepadatan lalu lintas.

49
Tokyo (Google Images)

Manila : Posted by Admin, source: Daily News Monday, August 17, 2015 (Google
Images)

50
d. Masalah lingkungan
Jakarta sebagai salah satu kota megapolitan memiliki banyak masalah, salah satunya
adalah masalah lingkungan. Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan
perubahan suatu kawasan dan sekitarnya sebagai bagian dari suatu kawasan perkotaan
yang lebih luas, menurut Gallion dalam buku ¨The Urban Pattern¨ disebutkan bahwa
perubahan suatu kawasan dan sebagian kota dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap perubahan akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut,
apabila terletak di daerah pantai yang landai, pada jaringan transportasi dan jaringan
hubungan antar kota, maka kota akan cepat tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan
kota akan cepat berubah.
Dalam proses perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala perubahan cukup
besar) dalam lingkungan termasuk didalamnya perubahan penggunaan lahan secara
organik, terdapat beberapa hal yang bisa diamati yaitu :
o Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus menerus.
o Pertumbuhan yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui kapan
dimulai dan kapan akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-kekuatan yang
melatar belakanginya.
o Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang
berlangsung tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif dan
berkesinambungan.
o Perubahan yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem nilai)
yang ada dalam populasi pendukung.
o Faktor-faktor penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya
kawasan, penataan yang maksimal pada kawasan dengn fungsi-fungsi yang
mendukung, penggunaan struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi
tapak pada kawasan. (Cristoper Alexander, A New Theory Of Urban Design,
1987, 14:32-99).
e. Masalah Sosial, yang meliputi : kemiskinan, pengangguran, jumlah penduduk yang
besar, urbanisasi, kriminalistas, prostitute, anak jalanan, dsb.

51
6. Model spatial terbentuknya megapolis
Teori Desain Spasial Kota
Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara figure ground,
linkage dan palce. Figure ground menekankan adanya public civics space atau open space pada
kota sebagai figure.
Melalui figure ground plan dapat diketahui antara lain pola atau tipologi, konfigurasi solid void
yang merupakan elemtal kawasan atau pattern kawasan penelitian, kualitas ruang luar sangat
dipengaruhi oleh figure bangunan-bangunan yang melingkupinya, dimana tampak bangunan
merupakan dinding ruang luar, oleh karena itu tata letak, bentuk dan fasade sistem bangunan
harus berada dalam sistem ruang luar yang membentuknya. Komunikasi antara privat dan publik
tercipta secara langsung. Ruang yang mengurung (enclosure) merupakan void yang paling
dominan, berskala manusia (dalam lingkup sudut pandang mata 25-30 derajat) void adalah ruang
luar yang berskala interior, dimana ruang tersebut seperti di dalam bangunan, sehingga ruang
luar yang enclosure terasa seperti interior. Diperlukan keakraban antara bangunan sebagai private
domain dan ruang luar sebagai public dominan yang menyatu.
Dalam ¨lingkage theory¨ sirkulasi merupakan penekanan pada hubungan pergerakan yang
meruakan kontribusi yang sangat penting. Menurut Fumihiko Maki, Linkage secara sederhana
adalah perekat, yaitu suatu kegiatan yang menyatukan seluruh lapisan aktivitas dan
menghasilkan bentuk fisik kota, dalam teorinya dibedakan menjadi tiga tipe ruang kota formal,
yaitu : Composition form, Megaform dan groupform. Teori linkage yang dapat diterapkan dalam
kajian ini adalah group form yang merupakan ciri khas dari bentuk-bentuk spasial kota yang
mempunyai kajian sejarah. Linkage ini tidak terbentuk secara langsung tetapi selalu dihubungkan
dengan karakteristik fisik skala manusia, rentetan-rentetan space yang dipertegas oleh bangunan,
dinding, pentu gerbang, dan juga jalan yang membentuk fasade suatu lingungan perkampungan.
Linkage theory ini dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan arahan dalam penataan suatu
kawasan (lingkungan). Dalam konteks urban design, linkage menunjukkan hubungan pergerakan
yang terjadi pada beberapa bagian zone makro dan mikro, dengan atau tanpa aspek keragaman
fungsi yang berkaitan dengan fisik, historis, ekonomi, sosial, budaya dan politik (danarti
Karsono, 1996).
Menurut Shirvani (1985), linkage menggambarkan keterkaitan elemen bentuk dan tatanan masa
bangunan, dimana pengertian bentuk dan tatanan massa bangunan tersebut akan meningkatkan

52
fungsi kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Karena konfigurasi dan penampilan massa
bangunan dapat membentuk, mengarahkan, menjadi orientasi yang mendukung elemen linkage
tersebut.
Bila pada figure ground theory dan linkage theory ditekankan pada konfigurasi massa fisik ,
dalam place theory ditekankan bahwa integrasi kota tidak hanya terletak pada konfigurasi fisik
morfologi, tetapi integrasi antara aspek fisik morfologi ruang dengan masyarakat atau manusia
yang merupakan tujuan utama dari teori ini, melalui pandangan bahwa urban design pada
dasarnya bertujuan untuk memberikan wadah kehidupan yang baik untuk penggunaan ruang kota
baik publik maupun privat.
Pentingnya place theory dalam spasial design yaitu pemahaman tentang culture dan karakteristik
suatu daerah yang ada menjadi ciri khas untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan agar
penghuni (masyarakat) tidak merasa asing di dalam lingkungannya. Sebagaimana tempat
mempunyai masa lalu (linkage history), tempat juga terus berkembang pada masa berikutnya.
Artinya, nilai sejarah sangat penting dalam suatu kawasan kota. Aspek spesifik lingkungan
menjadi indikator yang sangat penting dalam menggali potensi, mengatur tingkat perubahan serta
kemungkinan pengembangan di masa datang, teori ini memberikan pengertian bahwa semakin
penting nilai-nilai sosial dan budaya, dengan kaitan sejarah di dalam suatu ruang kota.

Kota Metropolitan
Metropolitan adalah istilah untuk menggambarkan suatu kawasan perkotaan yang relatif
besar, baik dari ukuran luas wilayah, jumlah penduduk, maupun skala aktivitas ekonomi dan
sosial. Secara etimogi (asal kata) kata metropolitan (kata benda) atau metropolis (kata sifat)
berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu kata meter yang berarti ibu dan kata polis yang berari
kota. (Wackerman, 2000). Pada masa itu, metropolitan memiliki makna sebagai “kota ibu” yang
memiliki kota-kota satelit sebagai anak, namun dapat juga berarti pusat dari sebuah kota, sebuah
kota negara (city-state), atau sebuah propinsi di kawasan Mediterania (Winarso, 2006).
Definisi kawasan metorpolitan yang relevan dalam konteks negara Indonesia, yaitu
berdasarkan Undang-Undang Tahun 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang
tersebut mendefinisikan kawasan metropolitan sebagai kawasan perkotaan yang terdiri atas
sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan
perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan

53
sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan
sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
Secara umum, metropolitan dapat juga didefinisikan sebagai suatu pusat permukiman besar
yang terdiri dari satu kota besar dan beberapa kawasan yang berada di sekitarnya dengan satu
atau lebih kota besar melayani sebagai titik hubung (hub) dengan kota-kota di sekitarnya
tersebut. Suatu kawasan metropolitan merupakan aglomerasi dari beberapa kawasan
permukiman, tidak harus kawasan permukiman yang bersifat kota, namun secara keseluruhan
membentuk suatu kesatuan dalam aktivitas bersifat kota dan bermuara pada pusat (kota besar
yang merupakan inti) yang dapat dilihat dari aliran tenaga kerja dan aktivitas komersial.
Menurut Goheen (dalam Bourne, ed. 1971), Kota/ Distrik Metropolitan adalah kawasan
perkotaan dengan karakteristik penduduk yang menonjol dibandingkan dengan penduduk
pedesaan di sekitarnya. Istilah ini digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih tepat
mengenai besaran dan konsentrasi penduduk dalam wilayah yang luas, yang selanjutnya dapat
menunjukkan besaran pusat-pusat permukiman yang utama di satu negara. Secara umum,
kawasan metropolitan dapat didefinisikan sebagai yang besar, dengan kesatuan ekonomi dan
sosial yang terpadu dan mencirikan aktivitas kota.
Menurut Wackerman (2000), kota metropolitan dapat dibedakan antara kota metropolitan
internasional, nasional dan regional, dengan definisi sebagai berikut :
1. Kota Metropolitan Internasional :
 Memiliki populasi yang secara kualitataif aktivitasnya berada di tingkatinternasionaldan
berada di jaringan perdagangan raksasa
 Memiliki pelayanan tingkat internasional di bidang teknologi, konsultasi dan riset
 Memiliki infrastruktur untuk penyelenggaraan aktivitas internasional seperti kongres,
festival, dll
 Memiliki komunitas tenaga kerja asing yang merepresentasikan perusahaan dan institusi
multinasional yang jumlahnya cukup untuk mempengaruhi kehidupan lokal
 Memiliki citra internasional terutama dalam bidang pariwisata dan budaya

2. Kota Metropolitan Nasional, dalam hal ini hampir seluruh kota metropolitan nasional
memiliki kriteria seperti kota metropolitan internasional, Di negara-negara berkembang, kota-
kota metropolitan secara umum adalah kota-kota yang sangat besar dari segi demografik (hingga

54
mencapai jutaan jiwa) dan Kota-kota tersebut tidak selalu memiliki karakter kota metropolitan,
namun sebagian telah masuk ke dalam proses internasionalisasi dan globalisasi
3. Kota Metropolitan Regional :
 Kota yang memilki peran besar dalam perekonomian negara Ibukota regional
 Pusat pertumbuhan wilayah dan tempat berpusatnya sebagian besar pelayanan perkotaan
 Menjadi gerbang wilayah untuk berhubungan dengan wilayah lain di tingkat nasional
dan internasional

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan Ciri-ciri
Metropolitan yang dari beberapa aspek antara lain besaran penduduk, kegiatan ekonomi,
mobilitas aktivitas penduduk, dan struktur kawasan.
1. Besaran jumlah penduduk
Besaran jumlah penduduk menjadi aspek pertimbangan utama dalam menentukan definisi
suatu metropolitan. Namun, sejumlah pakar perkotaan menetapkan batas yang berbeda-beda
untuk penetapan jumlah minimal penduduk kawasan metropolitan yaitu sebanyak 1.000.000
jiwa.
2. Kegiatan ekonomi
Pada kawasan metropolitan terjadi aglomerasi kawasan permukiman dan lapangan
pekerjaan. Dengan kata lain, kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan dengan
spesialisasi fungi aktivitas sosial ekonomi. Spesialisasi ekonomi tersebut merupakan sektor
industri dan jasa. Proses spesialisasi di kawasan metropolitan terjadi karena selalu
berkembangmya teknologi produksi, distribusi, dan komunikasi (Angotti, 1993 dalam Winarso et
al, 2006). Kegiatan industri dan jasa merupakan sektor yang dominan berkembang di kawasan
metropolitan. Kegiatan ekonomi yang berlangsung di kawasan metropolitan bersifat heterogen
dan memiliki peran sebagai sentral/pusat kegiatan-kegiatan ekonomi dalam skala regional, baik
dalam lingkup propinsi atau negara bagian maupun lingkup nasional.
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi perkotaan merupakan faktor pendorong
terjadinya metropolitan dan akan terus berpengaruh terhadap prospek metropolitan di masa
depan. Kenyataannya, metropolitan dimana saja mengemban fungsi ekonomi nasional yang
sangat berarti sumbangannya bagi seluruh negara. Metropolitan dituntut mampu berperan dan
berfungsi sesuai dengan bagiannya dalam pembangunan ekonomi nasional. Di sisi lain, peran

55
ekonomi nasional metropolitan harus diimbangi dengan tingkat ekonomi yang sebanding dan
mampu menberikan kehidupan yang layak bagi warga masyarakat metropolitan itu sendiri.
Metropolitan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan tingkat pendapatan yang memadai
bagi masyarakatnya untuk dapat bertahan dan bahkan menikmati kehidupan di dalam lingkungan
metropolitan. Tingkatan pendapatan di metropolitan umumnya jauh melebihi kota dan daerah
lain seta pedesaan, dan menjadi daya tarik metropolitan bagi arus penduduk yang mencari kerja
dan kehidupan yang layak. Tentunya harus diperhitungkan bahwa tingkat pengeluaran
masyarakat metropolitan pada umumnya juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kota dan
daerah lainnya.

3. Mobilitas aktivitas penduduk


Salah satu ciri kawasan metropolitan ditunjukkan dalam bentuk kemudahan mobilitas yang
menurut Angotti (1993) terlihat dalam 3 bentuk (Winarso et al, 2006), yaitu:
a. Mobilitas pekerjaan (Employment mobility), dicirikan dengan mudahnya orang
berpindah tempat kerja tanpa harus berpindah tempat tinggal karena banyaknya jenis
dan variasi pekerjaan yang tersedia.
b. Mobilitas Perumahan (Resdential Mobility), terjadi sejalan dengan mobilitas tempat
kerja.
c. Mobilitas Perjalanan (Trip Mobility), terjadi karena mobilitas tempat kerja dan
tempat tinggal.

4. Struktur Kawasan
Secara garis besar terdapat 2 macam bentuk fisik kota metropolitan yaitu bentuk
metropolis menyebar (dispersed) dan bentuk metropolis memusat (concentrated). Untuk
metropolis menyebar terdiri atas metropolis menyebar dan metropolis galaktika. Sedangkan
untuk metropolis memusat terdiri atas metropolis memusat, metropolis bintang dan metropolis
cincin (jayadinata, 1986 :221-226). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini.
a. Metropolis Menyebar
Metropolis menyebar terbentuk dengan mengembangkan pertumbuhan pada bagian. Kota
paling jarang penduduknya dan bagian kota lama dibangun kembali dengan kepadatan penduduk
yang lebih rendah, sehingga kota metropolitan itu akan cepat meluas. Prasarana sosial ekonomi

56
dari pusat kota yang lama disebar, sehingga produksi pertanian dan bahan makanan, kantor,
pabrik, museum, perguruan tinggi, rumah sakit, tersebar dimana-mana.
Kepadatan penduduk yang rendah dan kegiatan sosial ekonomi yang menyebar
memerlukan memerlukan kendaraan pribadi dalam transportasi dan juga memerlukan
komunikasi untuk menjembatani jarak seperti telepon, radio, televise, dinas pos, rumah sakit dan
lain sebagainya yang tersebar dimana-mana.

Gambar 2 Bentuk struktur kota metropolitan menyebar


http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/

b. Metropolis Galaktika
Galaktika adalah susunan bintang di dalam semesat yang meliputi jutaan bintang.
Metropolis galaktika terjadi dari permukiman kota yang kecil, berpenduduk rapat, dipisahkan
sejauh beberapa kilometer oleh kawasan pertanian yang rendah sekali kepadatan penduduknya
atau tidak berpenduduk, kegiatan sosial ekonomi terbagi menjadi berbagai unit kecil, arus lalu
lintas menyebar tetapi kemudian akan memusat menuju permukiman atau menuju pusat
kelompok permukiman kota.

Gambar 3 Bentuk struktur kota metropolitan galaktika


http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/

57
c. Metropolis Memusat
Metropolis memusat memiliki karakteristik yaitu kegiatan sosial ekonomi yang tinggi
mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, terutama dipusatnya karena kegiatan sosial
ekonomi sangat tinggi, banyak penduduk yang tinggal di apartemen, rumah susun dan
sebagainya. Sistem lalu lintas lebih khusus dengan berbagai model transportasi menurut jalur-
jalur masing-masing, alat transportasi umum lebih diperlukan daripada kendaraan pribadi dan
diperlukan juga jalan bebas kendaraan (pedestrian), jalan untuk pejalan kaki disamping jalan
raya (sidewalks) dan sabuk luncur (flying belt).
Tingkat jangkauan sangat tinggi, baik ke berbagai kegiatan khusus maupun kea lam
terbuka dan pedesaan dipinggir kota, kota sendiri sebagai tempat pertemuan secara periodic.
Metropolis memusat seperti ini member dukungan yang kuat bagi masyarakat secara
keseluruhan, tetapi partisipasi individu mendapat kesulitan dimana biaya hidup mungkin dapat
lebih rendah karena mudahnya pelayanan dan transportasi yang efisien akibat penduduk yang
banyak, tetapi terdapat suatu tingkatan tertentu dimana kepadatan penduduk yang sangat tinggi
akan menyulitkan komunikasi antar penduduk.

Gambar 4 Bentuk struktur kota metropolitan memusat


http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/

d. Metropolis Bintang
Metropolis bintang mempunyai pusat kota utama, dan pola keadatan penduduk pada
wilayah pusat berbentuk bintang dengan perpanjangan beberapa bagian kota yang linear seperti
lengan di alam terbuka. Inti kota utama sebagai pusat kota yang dikelilingi oleh banyak kota
kedua yang terletak sepanjang lengan-lengan yang linear tersebut. Lengan-lengan kota
metropolitan ini mempunyai kepadatan penduduk yang sedang, lebih tinggi daripada metropolis
menyebar tetapi lebih rendah daripada di pusat-pusat.

58
Pertumbuhan dapat berlangsung ke luar dari lengan-lengan dan perubahan-perubahan dapat
dilakukan dengan mudah karena kepadatan penduduk lebih rendah daripada di bagian inti utama
serta tersedianya lahan pertanian (alam terbuka) dapat mendukung perkembangan kawasan linear
tersebut.

Gambar 5 Bentuk struktur kota metropolitan bintang


http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/

e. Metropolis Cincin
Dalam metropolis cincin kepadatan penduduk adalah sebaliknya, kawasan yang jarang
penduduknya terdapat ditengah kota (pusat kota), sedangkan kepadatan yang tinggi terdapat
disekeliling tengah kota sehingga bentuk ini menyerupai cincin.
Pergerakan lalu lintas utama juga berbentuk cincin, dimana melayani wilayah yang padat
penduduknya, dan dibantu oleh beberapa jalur yang menuju ke pusat kota. Bentuk kota seperti
ini banyak terdapat di negeri belanda, misalnya kota Haarlem, Amsterdam, Utrecht, Rotterdam
dan sebagainya.

Gambar 6 Bentuk struktur kota metropolitan cincin


http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan

59
Menurut sensus penduduk th. 1987 kepadatan penduduk megalopolis adalah 305 per-kilometer
persegi. Angka ini adalah perhitungan pukul rata dari jumlah penduduk di kota-kota
metropolitan, kota-kota kecil, dan daerah pedesaan yang tercakup dalam megalopolis. Semakin
mendekati kota jumlah penduduk menjadi semakin lebih besar. Di New York City misalnya,
kepadatan penduduk pada th. 1987 adalah lebih dari 22.600 orang per-kilometer persegi.

Sebagaimana dengan berkembang dan tumbuhnya kota modern , megalopolis juga telah tumbuh
dan berkembang menjadi sedemikian besarnya, karena kota modern adalah produk dari lokasi
kegiatan ekonomi. Kota secara ekonomi menguntungkan bagi penduduknya, sehingga mereka
bersedia untuk hidup dan tinggal berdampingan dalam jarak dekat bahkan saling berdesakan di
kota. Sebagian dari mereka memutuskan untuk pindah ke luar kota di daerah suburbia atau kota
satelit yang dibangun oleh perusahaan-perusahaan real estate atau tinggal di tempat-tempat
peristirahatan dengan berbagai fasilitas untuk kehidupan perkotaan. Sehingga wilayah
megalopolis disamping dikelilingi oleh daerah pedesaan dan pertanian juga oleh kota-kota kecil
dan kota-kota besar yang berkembang dari kota-kota kecil tersebut; yang kesemuanya
berorientasi pada ekonomi perkotaan dari kota megalopolis.

Megalopolis ini tetap bertahan hidup, tumbuh dan berkembang, dan menjanjikan kehidupan yang
lebih baik bagi para pendatang baru karena prinsip utamanya adalah interaksi dan aksesibilitas.
Interaksi melalui transportasi dan berbagai media komunikasi elektronik, terutama melalui
telepon. Interaksi melalui transportasi adalah urat nadi kehidupan perkotaaan, dan antar-kota, dan
antar-wilayah. Jalur-jalur dan jaringan-jaringan jalan yang baik, yang volumenya sesuai dengan
beranekaragam kebutuhan transportasi, akan menghemat biaya ekonomi dan karena itu
menguntungkan perkembangan kehidupan perkotaan. Prinsip yang berlaku adalah memindahkan
sesuatu berbanding langsung biayanya dengan jarak perpindahannya dan dengan kondisi jalan
untuk tarnsportasi sesuatu tersebut. Prinsip ini dipegang teguh dalam pembangunan kota-kota di
Amerika Serikat, termasuk kota-kota megalopolis.

Rangkuman
Kawasan megapolitan dapat dipandang sebagai kawasan dengan kepadatan penduduk tinggi,
memiliki keterkaitan erat dengan wilayah di sekitarnya baik keterkaitan fisik (transportasi,

60
jaringan air bersih, energi dan listrik), keterkaitan lingkungan (kawasan hulu dan hilir – DAS),
maupun keterkaitan fungsi ekonomi (aliran uang, barang, dan jasa
Kawasan megapolitan tidak identik dengan adanya komuter dari kawasan sub urban ke kawasan
urban seperti halnya kawasan metropolitan, meskipun kedua kawasan tersebut sama-sama
memperlihatkan keterkaitan ekonomi, namun karena umumnya kawasan megapolitan mencakup
wilayah yang sangat luas sehingga hampir tidak memungkinkan adanya perjalanan komuter
harian (daily trips).

Permasalahan kota-kota megapolitan adalah masalah migrasi ke kota, masalah persampahan,


masalah transportasi dan lalu lintas, msalah lingkunga, dan masalah social.

Daftar Pustaka
Alexander, Christopher.1987. A New Theory of urban Design, New York : Oxford.
University Press.

Bourne, Larry S. (ed.). (1971). Internal Structure of the City. Oxford University Press. New
York.

Gallion, A.B. and Eisner S. (1986), The Urban Pattern, Van Nostrand Reinhold. Company

Lang Robert and Dhavale, Dawn. Beyond Megalopolis: Exploring America’s New “Megapolitan”
Geography. Metropolitan Institute Census Report Series. 2005.

Trancik, Roger (1986), Finding Lost Space, Theories of Urban Design, Van Rostrand
Danarti Karsono, Pergeseran Nilai Budaya Pada Bangunan Rumah Tradisional Jawa,. Kotagede
(Yogyakarta: Arsitektur FT UGM, 1996).

Winarso, Haryo (ed), Metropolitan di Indonesia: Kenyataan dan Tantangan dalam Penataan
Ruang, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum (2006).

Undang-Undang Tahun 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang

61
Mudrajad Kuncoro, http://www.mudrajad.com
http://www.google.co.id/url?url=http://mudrajad.com/wp-content/uploads/2013/09/Silabi-
workshop-Ekonomika-Pembangunan-sem-ganjil-
2013.doc&rct=j&frm=1&q=&esrc=s&sa=U&ved=0ahUKEwiM8omFq43KAhUEj44KHT
7KAaAQFggiMAM&usg=AFQjCNHBt8ywKgpWlfhRLq-4JtMfM1KoqA

http://imazu.wordpress.com/semua-tulisan/

62

Anda mungkin juga menyukai