Anda di halaman 1dari 2

Pagi cerah, udara memeluk dengan kesejukan, membangkitkan semangatku seorang gadis kecil

pada hari pertama bersekolah di TK. Aku ditemani oleh Ibu yang sedari tadi menggenggam tanganku
dengan tangan lembut dan penuh kehangatan.

Aku adalah angkatan pertama di TK ini, TK Al-islah Kota Gorontalo. Bangunan TK ini tidak besar
dan tidak pula kecil, masih tampak seperti sebuah rumah pada awalnya. Wajar saja, ini adalah TK islam
yang pertama kali di dirikan di Kota Gorontalo. TK ini hanya memiliki 4 ruang minimalis, dan ruang
terbesar adalah ruang yang digunakan sebagia ruang kelas dan itu adalah ruang yang pertama kali di
jumpa saat masuk bangunan ini. Banyak hal yang membedakan TK ini dan TK lainnya di Kota Gorontalo,
terutama dalam berpakaian, TK ini telah mewajibkan siswanya untuk berjilbab.

Waktu menunjukkan keterlambatan, aku adalah murid terakhir yang datang di hari pertama
bersekolah. Walau begitu, aku tetap tersenyum bahagia dan dengan semangat aku berjalan menyusuri
taman menuju ruang kelas. Di luar kelas aku di sambut oleh sebuah lagu berjudul Muhammad-Ku dan
Shalawat Nabi, aku berhenti sejenak mendengarkan lagu dengan seksama dan senyum manis ku makin
melebar. Itu adalah lagu yang baru pertama kali ku dengar dan memberi ketenangan batin.

Mama menyuruhku untuk masuk karena ia harus segera berangkat kerja. Aku pun memasuki
kelas dan duduk rapi di sudut ruang mengikuti pelajaran dengan sangat baik. Tiba saatnya istrahat,
semua murid-murid bermain di taman Bersama orang tua mereka. Sayang nya tak ada seorang pun yang
mengajakku untuk bermain. Kepercayaan diriku menurun, aku lekas masuk kedalam ruang kelas
mengambil keranjang yang dipenuhi balok-balok berbentuk dan memainkannya di sudut ruang. Tiba-
tiba seorang anak laki-laki dengan wajah datar nya menghampiriku dan berkata,

“main bareng yuk, nanti aku kasih liat kamu gimana bikin rumah dari ini”. Sambil menunjuk balok.

“Ohiya, panggil aku hom yaa..”. Lanjutnya memperkenalkan diri.

Ia datang dari arah manapun aku bingung, yang jelas ia sama sepertiku tidak mendapat ajakan
bermain sebelumnya hingga memustuskan untuk bermain dalam kelas. Tapi aku senang karena
setidaknya telah mendapatkan teman baru yang siap bermain denganku.

“hai hom, Aku biba” aku mengangguk, menandakan setuju untuk tawarannya.

Kami bermain Bersama sepanjang istrahat, hom sangat ramah walaupun mukanya masih datar-datar
aja. Tapi ia benar-benar mengajarkanku membuat sebuah rumah hingga sebuah istana dengan
menggunakan balok-balok mainan, sesekali aku mendengar dia melantunkan lagu yang ku dengar pagi
tadi. Akhirnya bel tanda masuk kelas dibunyikan, kami kembali mengikuti pelajaran sebagaimana biasa
hingga akhirnya bel pulang dibunyikan.

Teman-teman telah banyak yang pulang, tersisa aku dan hom yang sampai saat ini masih
menunggu jemputan. Kami tidak menunggu dengan tampang kesal, tapi layaknya anak kecil kami justru
memanfaatkan waktu dengan bermain Bersama di Taman bermain. Aku sangat menyukai ayunan, aku
duduk di ayunan dan hom yang mendorong ayunan nya. Semakin tinggi capaianku, aku semakin senang
dan hom pun semakin kuat mendorong ku hingga akhirnya aku terjatuh dari ayunan tersebut, anehnya
kami hanya saling nnnbbbnbbnjl;.’p

Anda mungkin juga menyukai