Anda di halaman 1dari 10

I.

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan ekspansi pada bidang industri di kabupaten
Tangerang berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan tiap harinya. Sampah
berdasarkan kandungan zat kimia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sampah anorganik
yang pada umumnya tidak mengalami pembusukan, seperti plastik, logam. Sedangkan
sampah organik, seperti daun, sisa makanan. Sampah organik adalah sampah yang bisa
mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak
berbau (sering disebut dengan kompos).
Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan bahan buangan, karena
tidak ada proses konversi yang memiliki efisiensi 100%. Sebagian besar bahan buangan yang
dihasilkan oleh organisme yang ada di alam ini bersifat organik. Ditinjau dari kepentingan
kelestarian lingkungan, sampah yang bersifat organik tidak begitu bermasalah karena dengan
mudah dapat dirombak oleh mikrobia menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan
alam. Terkadang kita tidak menyadari bahwa sampah organik sangat banyak jumlahnya dan
memiliki nilai yang lebih bermanfaat seperti dijadikan biogas dan pupuk dari pada dibakar
yang hanya menghasilkan polutan bagi udara.
II. Tinjauan Pustaka

A. Prinsip Dasar Biogas


Prinsip dasar teknologi biogas adalah proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme dalam kondisi tanpa udara (anaerob) untuk menghasilkan campuran dari
beberapa gas. Biogas dihasilkan dengan bantuan bakteri metanogen atau metanogenik.
Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti
limbah ternak dan sampah organik.
Proses tersebut dikenal dengan istilah anaerobic digestion atau pencernaan secara anaerob.
Umumnya, biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut reaktor biogas (digester) yang
dirancang agar kedap udara (anaerob), sehingga proses penguraian oleh mikroorganisme
dapat berjalan secara optimal. Penguraian anaerobik (anaerobic digestion) adalah proses
dimana produk bio-degradable diproses dan dipecah menjadi biogas. Biogas ini terdiri dari
unsur-unsur seperti metana dan karbon dioksida.
Biodigester adalah suatu sistem yang mempercepat pembusukan bahan organik. Dari proses
tersebut terbentuk biogas dan senyawa-senyawa lain yang dihasilkan melalui pembusukan
anaerob. Biogas tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar memasak, memanaskan,
pembangkit listrik, juga menjalankan mesin.
Berikut beberapa keuntungan yang dihasilkan dari digester anaerob :
a) Keuntungan Pengolahan Limbah
 Digunakan untuk proses pengolahan limbah yang alami.
 Lahan yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan dengan lahan untuk proses kompos.
 Memperkecil rembesan polutan.
 Menurunkan volume limbah yang dibuang.
b) Keuntungan Energi
 Menghasilkan energi yang bersih.
 Bahan bakar yang dihasilkan berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui.
 Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk berbagai penggunaan.
c) Keuntungan Lingkungan
 Mengurangi polusi udara.
 Memaksimalkan proses daur ulang.
 Pupuk yang dihasilkan bersih dan kaya nutrisi.
 Menurunkan emisi gas metan dan CO2 secara signifikan.
 Memperkecil kontaminasi sumber air.
d) Keuntungan Ekonomi
 Ditinjau dari siklus ulang proses, digester anaerobik lebih ekonomis dibandingkan
dengan proses lainnya.

Sifat–sifat kimia dan fisika dari biogas antara lain :


1. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan tinggi pada suhu normal, biogas
hanya dapat dicairkan pada suhu –178 oC sehingga untuk menyimpannya dalam sebuah
tangki yang praktis mungkin sangat sulit. Jalan terbaik adalah menyalurkan biogas yang
dihasilkan untuk langsung dipakai baik sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan dan
lain–lain.
2. Biogas dengan udara (oksigen) dapat membentuk campuran yang mudah meledak apabila
terkena nyala api karena flash point dari metana (CH4) yaitu sebesar -188 ºC dan auto
ignition dari metana adalah sebesar 595 ºC.
3. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila dibakar sehingga aman dipakai
untuk keperluan rumah tangga.
4. Komponen metana dalam biogas bersifat narkotika pada manusia, apabila dihirup langsung
dapat mengakibatkan kesulitan bernapas dan mengakibatkan kematian(Purnama, C., 2009).

B. Proses terbentuknya biogas dalam biodigester.


Secara umum terbentuknya biogas adalah melalui proses degradasi limbah baik dari limbah
pertanian, kotoran hewan, dan kotoran manusia atau campurannya yang dicampur dengan air
dan ditempatkan dalam tempat yang tertutup atau dalam kondisi anaerob/kedap udara (Hadi
dkk., 1982). Keadaan anaerob ini dapat terjadi secara buatan yaitu dengan membuat digester
sebagai tempat terjadinya proses degradasi limbah organik (Fry dan Mevil, 1973). Kondisi
anaerob dalam bak pencerna inilah yang kemudian berkembang dengan bermaca-macam
bentuk dan bahan yang digunakan. Gas bio (methan) sebagai produk utama dari instalasi
biogas merupakan campuran dari berbagai jenis gas dan gas methan merupakan kandungan
yang paling besar. Nilai kalor gas metana murni (100%) adalah 8.900 kkal/m3.

Berikut adalah tabel komponen penyusun biogas :


Bahan baku limbah organik, berfungsi sebagai sumber unsur karbon dan nitrogen, yang
selanjutnya digunakan untuk aktivitas reaksi kimia dan pertumbuhan mikroorganisme melalui
tiga tahap reaksi kimia (proses dekomposisi anaerob) (Noegroho Hadi, 1980, Saubolle, 1978)
hingga terbentuk gas bio yaitu :
1) Tahap Hidrolisis (Hydrolysis)

Pada tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat kompleks; protein dan
lipida menjadi senyawa rantai pendek. Contohnya polisakarida diubah menjadi
monosakarida, sedangkan protein diubah menjadi peptide dan asam amino.

2) Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis)

Pada tahap ini, bakteri (Acetobacter aceti) menghasilkan asam untuk mengubah
senyawa rantai pendek hasil proses hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen, dan
karbon dioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dan
berkembang dalam keadaan asam. Bakteri memerlukan oksigen dan karbondioksida
yang diperoleh dari oksigen yang terlarut untuk menghasilkan asam asetat.
Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentukan gas
metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga
mengubah senyawa berantai pendek menjadi alkohol, asam organik, asam amino,
karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana.Tahap ini termasuk reaksi
eksotermis yang menghasilkan energi.

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (-118 kJ per mol)


3) Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis)

Pada tahap ini, bakteri Methanobacterium omelianski mengubah senyawa hasil proses
asidifikasi menjadi metana dan CO2 dalam kondisi anaerob. Proses pembentukan gas
metana ini termasuk reaksi eksotermis.

CH3COO- + H+ CH4 + CO2 (-36 Kj per mol)

Dan berikut adalah bagan proses biologis dan kimia pada fermentasi anaerob pembentukan
biogas :
C. Parameter pada pembuatan Biodigester.
Dalam pembuatan biodigester ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:

1) Lingkungan Anaerobik
Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan anaerobik (tanpa kontak langsung dengan
Oksigen (O2)). Udara (O2) yang memasuki biodigester menyebabkan penurunan
produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya
anaerob.
2) Temperatur
Secara umum ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri yaitu:
a. Psicrophilic (suhu 4-20oC), biasanya untuk negara-negara subtropis.

b. Mesophilic (suhu 20-40 oC).

c. Thermophilic (40-60 oC), hanya untuk mencerna material, bukan untuk menghasilkan
biogas.
Untuk negara tropis seperti Indonesia digunakan unheated-digester (digester tanpa
pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20 – 30 oC.
3) Derajat keasaman (pH)
Bakteri berkembang dengan baik pada keadaan yang agak asam (pH antara 6,6 – 7,0) dan
pH tidak boleh di bawah 6,2. Oleh sebab itu kunci utama dalam kesuksesan operasional
biodigester adalah dengan menjaga temperatur konstan (tetap) dan input material sesuai.
4) Kandungan Bahan Kering
Perbedaan bahan kering yang dikandung berbagai sampah organik akan membuat
penambahan air yang berlainan.
5) Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan campuran substrat yang homogen dengan
ukuran partikel yang kecil. Pengadukan selama proses fermentasi bertujuan mencegah
adanya benda-benda mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur
metanogen dengan substrat. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang
seragam dalam biodigester.
6) Pengaruh Starter
Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses
fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain:
a. Starter alami yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau cairan
septic-tank, timbunan kotoran dan timbunan sampah organik.
b. Starter semi-buatan yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif.
c. Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium dengan media buatan
(Erawati, T., 2009).

Menurut Junaedi (2002) jenis konstruksi unit pengolah (digester) biogas yang dapat dibangun
di daerah tropis seperti di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 model yaitu:
1. Digester permanen (fixed dome digester)
2. Digester dengan tampungan gas mengapung (floating dome digester)
3. Digester dengan tutup plastik.

Prinsip pembuatan instalasi biogas adalah menampung limbah organik baik berupa kotoran
ternak, limbah tanaman maupun limbah industri pertanian, kemudian memproses limbah
tersebut dan mengambil gasnya untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi serta menampung
sisa hasil pemrosesan yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik.
III. Perancangan Biodigester

Kabupaten tangerang menghasilkan 750 Ton sampah organik per hari yang terdiri dari
sampah sisa makanan, tumbuhan, kayu, kertas dan kotoran hewan. Sampah organik tersebut
dapat diolah menjadi bahan bakar gas alternatif dan pupuk kompos serta pupuk cair melalui
proses biodigester. Apabila kapasitas sampah organik yang diolah dibagi menjadi 50 Ton per
hari maka diperlukan 15 unit biodigester di Kabupaten Tangerang.
Perancangan reaktor dengan system batch dilakukan pengisian reaktor dengan sampah
dalam bentuk campuran padat – cair (slurry), kemudian membiarkan proses reaksi
berlangsung dalam reaktor sampai dengan selesai, kemudian memindahkan sebagian atau
seluruh isi dari reactor untuk proses selanjutnya. Prosedur seperti ini kemudian diulangi terus
menerus, dan terdapat opsi untuk mengaduk sampah tersebut dalam proses pengoperasian
Batch reactor.
Kelebihan Batch reactor ini antara lain : mudah dioperasikan, tidak membutuhkan campuran
mekanis, dan memiliki efisiensi tinggi dalam hal pemisahan dan pembuangan kontaminan
individual. Sampah organik padat dari satu batch dapat digunakan untuk menyemai bakteri
mikroba pada proses batch selanjutnya.
Seperti halnya proses anaerobic digestion, lumpur organic pekat dan pembentukan cairan
limbah proses biodigester (supernatant) terjadi dalam ruangan batch reactor secara simultan
dan berkelanjutan, tanpa adanya pencampuran, kecuali dalam aliran sampah masuk dan
keluar reactor dan pembentukan gelembung gas pada bagian dasar reactor yang kemudian
naik keatas dialirkan ke tanki penampungan gas (biogas).
Dengan data yang diperoleh diatas maka dapat dilakukan perancangan biodigester sebagai
berikut :
a) Kalkulasi Volume :
 Volume sampah organik : 750 Ton per hari / 15 unit biodigester = 50 Ton/ hari pada
satu unit biodigester plant.
 Nilai Dry Matter (DM) 30%, maka diperoleh volume 15 Ton/hari (DM)
 Nilai Organic Dry Matter 90 %, maka diperoleh volume 13.5 Ton/hari (ODM)
 Nilai Organic Matter Reduction 66.7 %, maka diperoleh volume 9 Ton/hari (ODMR)
 Secara teori produksi biogas setara dengan volume pengurangan limbah organik
kering (ODMR), maka hasil biogas pehari sebanyak 9 ton.
 Volume Digester (Vd) = Sampah organik perhari X HRT = 50 ton x 60 hari = 3.000
m3.
 Laju Penambahan bahan organik spesifik ( Specific Loading Rate) = ODM / Vd =
9000 kg / 3000 m3 = 3 kg/m3 perhari.
 Hydraulic Retention Time (HRT) = Vd / rata-rata sampah organik per hari = 3.000
m3/ 50 m3 per hari = 60 hari.
 Active Slurry Volume (Vs) = HRT X 2 ODM/1000= 60 x 27 = 1620 m3
 Specific Biogas Production (SBP) = produksi biogas / Vd = 9000 kg / 3000 m3= 3
kg/m3.
 Specific Methane Production = vol % CH4 / OM loading rate = (60% x 9.000 kg) /
13.500 = 0.40 m3/kg, jadi secara teori produksi biogas 9 ton setara dengan 0.40
m3/kg.

b) Kalkulasi Energi yang dihasilkan :


Perhitungan Energi yang dihasilkan pada sampah organik :
50% x ODM = 0.5 X 13500 kg = 6750 kg C.
kandungan karbon yang dapat terkonversi menjadi biogas adalah 60 % maka :
0.6 x 6750 = 4050 kg karbon terkonvesi menjadi biogas atau setara dengan 3522 m3
biogas ( 3.522.000 liter)
Dengan efisiensi konversi elektrik sebesar 35% maka 1 m3 biogas setara dengan 2.14
kWh, sehingga produksi biogas yang dapat dikonversi menjadi energi listrik :
3522 m3 X 2.14 kWh = 7537 kWh = 7. 537 MW

c) Konversi nilai ekonomi :


 Apabila asumsi prosentase biogas yang diolah menjadi Metana adalah 45% maka
perolehan energi listrik dari satu unit digester adalah : 0.45 X 7.537 MW = 3.391 MW
per unit digester / hari . atau setara dengan 3391 kWh X 2496 rupiah/kWh =
Rp.8.463.936,-
 Untuk pupuk kompos ( Dry Slurry) = 4500 kg perhari atau setara dengan nilai RP.
2.250.000,- (20 kg = Rp. 10.000)
 Untuk pupuk cair (liquid fertilizer) 150 liter / hari, setara dengan Rp.750.000,-
( harga 1 liter = Rp. 5.000)
 Total Nilai ekonomi dari pengolahan 750 Ton sampah organik per hari :

No Produk Dihasilkan Jumlah Output unit/hari Sub Total


Unit
1 Biogas (Metana) 15 Rp.8.463.936,- Rp.126.959.040
2 Pupuk Kompos 15 Rp.2.250.000,- Rp.33.750.000
3 Pupuk Cair 15 Rp.750.000,- Rp.11.250.000
Total Pendapatan per hari : Rp. 171.959.040

Apabila beroperasi penuh dalah waktu 1 tahun (365 hari) maka akan memperoleh
pendapatan sebesar Rp.62.765.049.600,-

Anda mungkin juga menyukai