Anda di halaman 1dari 66

Sifat pelit atau kikir adalah sifat dasar manusia yang paling mendasar.

Sifat pelit biasanya disebabkan oleh


kekhawatiran yang berlebihan akan sesuatu hal yang mungkin terjadi di masa depan. Rasa takut akan jatuh
miskin, tidak punya uang, tidak bisa mendapatkan kenikmatan hidup seperti yang didapatkan saat ini,
tabungan habis, dan lain sebagainya merupakan faktor yang cukup dominan dalam mempengaruhi sifat pelit
pada manusia. Padahal tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Allah mengisahkan tentang pemilik-pemilik kebun yang bakhil dan tidak sudi mendermakan sebagian
rejekinya kepada fakir miskin dan bagaimana kesudahan mereka dalam surat Al-Qalam ayat 17-33.

Allah kisahkan, “Ketika mereka bersumpah”, yakni berjanji diantara mereka, “Bahwa mereka sungguh-
sungguh akan memetik hasilnya pada pagi hari”. Niatan mereka melakukan supaya orang-orang fakir dan
orang yang membutuhkan tidak melihat mereka panen sehingga tidak perlu memberikan sebagian hasil
kebun itu kepadanya. Atas rencana yang didasari oleh kebakhilan ini, Allah pun menggagalkannya. Allah
menurunkan bencana kepada mereka, di mana tiba-tiba kebun itu menjadi hangus, tak ada sisa yang bisa
dipanen dan tidak bisa diambil manfaatnya sedikit pun. “Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang)
dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur, sebagian dari mereka memanggil sebagian yang lain, seraya
berkata, “Pergilah pada waktu pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya”. Yakni, berangkatlah
pagi-pagi ke kebunmu lalu petiklah hasilnya sebelum datang waktu siang dan sebelum datang pula orang
yang meminta-minta.

Baca Juga: Itsar, Akhlak yang Mulai Pudar

“Maka, pergilah mereka saling berbisik.” Mereka saling berkata di antara mereka dengan cara rahasia. “Pada
hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.” Mereka berjalan pergi ke kebun itu
dengan niat buruk, padahal sebenarnya mereka mampu memberikan sebagian hasilnya kepada orang miskin.
Ikrimah dan asy-Sya’bi mengatakan, “Dan berangkatlah mereka pada pagi hari dengan niat menghalangi
orang-orang miskin.” Artinya mereka tidak menyukai kedatangan orang-orang miskin. “Tatkala mereka
melihat kebun itu”, yakni sebelumnya mereka melihat kebun itu dengan penuh suka cita; buah-buahan yang
banyak dan bagus, lalu ternyata kebun itu berubah drastis, disebabkan jeleknya niat mereka. “Kemudian
mereka berkata, Sesungguhnya, kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan) bahkan kita dihalangi (dari
memperoleh hasilnya).”

Pailit Karena Pelit

Terdapat peringatan bagi siapapun yang pelit atau bahkan baru berniat untuk menahan pemberian kepada
yang membutuhkan, Allah akan gagalkan apa yang mereka inginkan.

Hakikatnya, orang pelit itu menganggap bahwa apa yang didapatkan itu semata karena jerih payahnya,
karenanya ia bisa menggunakan semua hasilnya untuk apa yang dia suka. Dia lupa, bahwa segala yang ia
dapatkan itu adalah karunia dari Allah, yang semestinya dikelola sesuai dengan kehendak Yang
Memberinya.

Dia juga lupa, sebagaimana Allah kuasa memberikan karunia kepada siapa yang Dia kehendaki, maka Dia
juga kuasa untuk mencabut kapan saja dari tangan siapapun. Apalagi dari orang yang telah
menyalahgunakan pemberian-Nya dan tidak menunaikan sebagaimana mestinya.
Karena balasan itu setimpal perbuatan, maka orang yang berlaku pelit akan Allah ganjar dengan pailit dan
kerugian. Maksud si pelit dengan menyimpan dan menumpuk hartanya tanpa menunaikan kepada yang
berhak adalah untuk mendapat keberuntungan, maka yang didapatkan adalah kerugian. Allah Ta’ala
berfirman,

“dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap diri nya sendiri. Dan Allahlah yang Maha
kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya). Dan Allahlah yang Maha kaya sedangkan
kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling , niscaya Dia akan mengganti
(kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (QS. Muhammad: 38)

Maknanya siapapun yang kikir, tidak mau mengeluarkan infak di jalan Allah, maka kerugian yang
diakibatkan kebakhilan itu akan kembali kepada dirinya sendiri. Karena ia sendiri yang menghalangi pahala
dan balasan dari Allah. Allah sama sekali tidak membutuhkan infak yang ia keluarkan. Bahkan dirinyalah
yang butuh terhadap kemanfaatan harta tersebut. Maka tatkala seseornag berpaling dari taat kepada Allah
dan tidak mengikuti perintah-perintah-Nya, Allah akan gantikan ia dengan kaum lain yang akan
mendapatkan manfaat lantaran lebih taat kepada Allah daripada dirinya.

Orang yang membahagiakan dirinya dengan jalan kikir terhadap hartanya, justru hartanya menjadi sebab
tersiksanya batin dengan akutnya kekhawatiran sebagian hartanya akan berpindah ke orang lain. Padahal
perpindahan itu pasti, cepat ataupun lambat.

Allah juga menjanjikan kesulitan hidup yang akan dialami oleh orang yang bakhil,

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Serta mendustakan pahala yang terbaik,
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (al Lail : 7-9)

Allah menyandingkan antara sifat bakhil dengan istighna’ (merasa tidak butuh) dan juga mendustakan
pahala. Karena ketika seseorang terjangkiti sifat bakhil, maka mereka tidak butuh kemurahan Allah, tidak
butuh arahan dan petunjuk-Nya. Ia merasa bahwa rejeki itu karena usahanya, ia merasa mampu menentukan
nasib sendiri tanpa pertolongan Allah. Ia juga disifati dengan mendustakan pahala yang terbaik, karena
seandainya ia membenarkan, tentulah dia akan bersedekah dan menunaikan hak harta agar bermanfaat
baginya di akhirat. Itulah sebabnya Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebutkan ‘wash shadaqatu burhan’,
dan sedekah adalah bukti, yakni burhan ‘ala shidqi iimaanihi, bukti akan ketulusan dan kejujuran imannya.

Baca Juga: Sedekah Terbaik Tak Harus Banyak

Lalu Allah membalas sikap mereka yang merasa mampu menentukan nasib sendiri tanpa pertolongan Allah
itu dengan kesulitan. Ibnu Abbas menjelaskan ayat tersebut, “Bakhil terhadap hartanya dan tidak sudi
menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala serta tidak percaya adanya surga dan nikmatNya, maka akan Kami
persiapkan untuknya nasib yang menjadikannya senantiasa dalam kesusahan, baik di dunia maupun di
akhirat.”

Itulah serentetan kerugian ‘maknawi’ yang diderita oleh orang bakhil selagi masih di dunia sebagaimana
mereka juga akan mengalami pailit secara materi. Bagaimana akan beruntung orang yang setiap harinya
didoakan malaikat supaya pailit dan bangkrut? Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
Nabi bersabda,

‫ اَللَّ ُه َّم أَع ِط ُمم ِس ًكا تَلَفًا‬:‫ َويَقُو ُل اآلخ َُر‬،‫ اَللَّ ُه َّم أَع ِط ُمن ِفقًا َخلَفًا‬:‫ان يَن ِزالَ ِن َفيَقُو ُل أ َ َحد ُ ُه َما‬
ِ ‫َما ِمن َيوم يُصبِ ُح ال ِعبَاد ُ فِي ِه إِالَّ َملَ َك‬

”Tiada datang pagi hari yang dilalui hamba Allah, melainkan ada dua malaikat turun. Salah satunya
berdoa, ”Ya Allah berilah ganti (yang lebih baik) baik orang yang berderma.” Sedangkan satu malaikat
lagi berdoa, ”Ya Allah, timpakanlah kebangkrutan atas orang yang menahan pemberian.” (HR. Bukhari)

Pailit di Akhirat

Sifat kikir menyebabkan seseorang menjadi fakir terhadap kebaikan, dan kaya akan dosa dan kesalahan.
Karena sifat ini mendorong seseorang untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta, lalu
berpaling dari apa yang diperintahkan kepadanya. Hasratnya hanya tertuju untuk dunia yang fana. Maka
kelak, sebagai balasannya, harta yang merka tumpuk itu menjadi malapetaka bagi mereka,

“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. at-Taubah:
35)

Kabar yang mengerikan disebutkan juga oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa diberi harta oleh Allah namun dia tidak mengeluarkan zakatnya,
maka pada hari kiamat harta itu akan diserupakan untuknya berupa ular botak yang memiliki bisa di
kedua sisi mulutnya. ia akan melilitnya pada hari kiamat kemudian mematok dengan rahangnya seraya
berkata, ‘Aku adalah hartamu, aku adalah harta yang kamu tumpuk-tumpuk, Kemudian beliau membaca,
‘Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil mengira ..hingga firman-Nya, “ harta yang mereka
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat..” (Ali Imran : 180)

Semoga Allah menjauhkan diri kita dari sifat kikir; baik yang berkaitan dengan harta, tenaga,
pikiran dan berbagai kemudahan yang Allah anugerahkan kepada kita, aamiin

refrensi 2
Kikir atau Bakhil atau Pelit (Pengertian, Larangan, Bahaya,
serta Cara Menghindari dan Doanya)
7 FEBRUARI 2015 / YULI ASTUTI

Adipala, 7 Februari 2015

Bismillahirahhmanirrahim

Assalamu’alaykum warahmatulahi wabarakatuh

Kali ini saya ingin membagikan sedikit pengetahuan tentang kikir (bakhil) serta bahayanya. Tema ini merupakan masalah yang
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari? Iya kan? Orang Indonesia sering menyebut kikir/bakhil dengan pelit, orang
Jawa kadang ada juga yang menyebutnya sebagai medit. Apapun sebutannya sifat ini merupakan sifat yang tercela, dan tidak
boleh dilakukan karena sangat buruknya sifat ini. Ada banyak sumber yang dijadikan sebagai bahan referensi untuk tema ini.
Oleh karenanya, saya juga menggunakan berbagai macam sumber mengingat keterbatasan ilmu yang saya miliki. Semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan dari para penulis aamiin ya robbal’alamin.
Pengertian Kikir
Kikir dalam bahasa Arab disebut sebagai bakhil dan menurut istilah berarti sifat seseorang yang amat tercela dan hina, tidak
hendak mengeluarkan harta yang wajib di keluarkan baik dalam ketentuan agama seperti zakat, nafkah keluarga atau menurut
ketentuan perikemanusiaan seperti sedekah, infak, dan hadiah (Aip Hanifatu Rahman, 2009:-). Imam Ibnu Jauzi dalam
kitabnya at-thibbu ar-ruhi mendefinisikan kikir sebagai sifat enggab menunaikan kewajiban, baik harta benda ajau jasa (Joko
Harismoyo, 2013).

Larangan berbuat kikir


Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 29

“dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya (sangat
pemurah) nanti kamu akan menjadi tercela dan menyesal”. Maksud dari ayat ini adalah mengingatkan kita agar tidak terlalu kikir
dan jangan pula terlalu pemurah.

Dalam tulisan milik Aip Hanifatu Rahman, 2009:- perbuatan kikir disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Karena hartanya merasa milik sendiri

2. Karena takut harta mereka berkurang. Hal ini sebagai mana tercantum dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat
268

“setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah
menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”

3. Tidak punya rasa kasih sayang


4. Merasa drinya lebih dari orang lain.

Bahayanya kikir
Bahaya dari sifat kikir tercantum dalam beberapa surat dalam Al-Qur’an seperti di bawah ini

Surat Ali-Imran ayat 180

“dan janganlah sekali-kali orang-orang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari Karunia-Nya, mengira bahwa
(kikir) itu baik bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) padahari kiamat. Milik Allah-
lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Naauzubillah mindzalik, betapa buruknya sifat kikir ini. Dalalam surat itu telah dijelaskan bahwa apa yang ada di langit dan di
bumi merupakan milik Allah semata. Allah SWt yang Mahakaya, Mahakuasa atau apa yang ada di langit dan di bumi adalah
yang Maha Pemberi yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada setiap makhluknya. Rasanya sangat tidak antas jika kita
sebagai manusia yang lemah dan hina ini mempunyai sifat yang buruk ini. Sangat tidak pantas.

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Lail ayat 8-11

“dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan (pahala)yang
terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan).
Surat ini telah jelas ancaman bagi orang-orang yang kikir bahwa mereka akan dimudahkan jalan kesukaran baginya.
Astaghfirullah jauhkanlah sifat buruk ini ya Allah

Tujuh kerugian orang bakhil (kikir)


Abu Bakar’Ashidiq RA.berkata: “orang yang bakhil atau kikir tidak bisa lepas dari salah satu tujuh perkata berikut:

1. Ketika ia mati, hatnyanya akan diwarisi oleh orang yang akan menghabiskan dan membelajnjakannya untuk sesuatu yang
tidak diperintahkan Allah
2. Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan merenggut seluruh hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu
3. Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya
4. Muncul ide padadirinya mendirikan bangunan di tempat yang rawan bencana, sehingga bangunan berikut semua harta
yang disimpan di dalamnya lalu ludes
5. Dia ditimpa musibah yang dapat menhabiskan hartanya, seperti tenggelam, etrbakar, mengalami pencurian dan
sebagainya
6. Dia tertimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat
7. Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat,kemudian ia lupa tempat itu,sehingganya hartanya hilang.”
Rasulullah SAW bersabda:”hati-hatilah dari sifat kikir kerana sesungguhnya ia telah menghancurkan umat-umat sebelum
kalian.” (H.R.muslim)

Hadist lain yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi

“tidak akan masuk surga orang-orang yang menipu,bakhil (kikir) dan orang-orang yang buruk mengurus miliknya.”
Riwayat lain yang juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi

“dan orang-orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat pada neraka”

Rasulullah SAW bersabda “ tidak ada penyakit (hati) yang lebih berbahaya dari sifat kikir”. (cari sumbernya)

Imam Ali bin Abi Thalib (ra) berkata: jadilah orang yang dermawan tapi jangan jadi pemboros. jadilah orang yang hidup
hemat,tapi jangan jadi orang yang kikir.(Al-Mukhtarah min Hikam Amiril Mukminin sa: 14 dalam akun instagram
bertahajudlah)

Cara Menghindari Sifat Kikir


Dikutip dari tulisan Aip Hanifatu Rahman, 2009:- dan Joko Harismoyo, 2013 ada beberapa cara menanggulangi sikap buruk ini
antara lain:

1. Keyakinan bahwa segala sesuatu milik Allah semata.ini seperti surat Ali-Imran ayat 180.
2. Banyak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan

3. Motivasi untuk bersedekah seperti dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261

“perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada
setiap tangkai ada seratur biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas Maha mengetahui.
4. Senantiasa merenungi bahwa mereka yang tidak mampu merupakan saudara kita

Doa Terhindar dari Kikir


Saya mendapatkan beberapa doa yang dapat kita panjatkan agarterhindar dari sikapkikir diantaranya dikutip dari Pusat Kajian
Hadis (-). Dari Sa’ad Ibn Abu Waqqash ra. Bahwasanya Rasulullah SAW, itu berta’awudz setiap selesai shalat dengan kalimat-
kalimat ini (yang artinya):

“ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-MU dari dikembalikkannya aku
ke masa usia yang sangat lemah, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlndung kepada-Mu dari fitnah
alam kubur. (HR Al-Bukhari)

Dikutip dari tulisan Muhammad Abduh Tuasikal, 2012 ada sebuah doa yang berisipermintaan agar kita terhindar dari kikir yang
diambil dari buku Ad Du’aa’ min Al Kitab wa As Sunnah yang disusun oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qathani
hafidzahullah. doa tersebut adalah Allahumma qinii syuhha nafsii,waj’alnii minal muflihiin “Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat
pelit (lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung”.
Doa ini diambil dari firman Allah SWT dalam surat At-Tagabun ayat 16

…… Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekkikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Demikian yang dapat saya tulis, yuk belajar berbagi jangan jadi orang yang pelit/kikir/bakhil. Jangan tunggu banyak baru kita
mau berbagi, berbagilah meskipun hanya sedikit dan juga ikhlas. Karena dengan berbagi hati kita akan menjadi bahagia dan
berbagi itu tidak akan mengurangi apapun. Sejatinya apa-apa yang ada pada diri kita semuanya hanya MilikNya semata. Allah
saja yang Maha Kaya itu Maha Pemberi, masa kita malah jadi makhluk yang enggan berbagi. yuk yuk yuk biasakan berbagi
dengan sesama makhluk

Mohon maaf apabila ada tutur kata yang kurang berkenan dan saya juga mengucapkan terimakasih sebesar-pesarnya kepada para
penulis yang saya jadikan sebagai referensi. Semoga Allah SWt membalas semua kebaikan kalian aamiin aamiin aamiin ya
rabbal’alamin.

Wassalamu’alaykum warahmarulahi wabarakatuh

refrensi 3
-Pelit adalah salah satu sifat atau sikap yang di miliki manusia dimana dia tidak mau memberikan barang yang dia punya sedikitpun kepada
orang lain
- Tidak mau membagikan sesuatu kepada orng lain
refrensi 4
Pelit adalah sipat bawaan yang susah sekali disembuhkan, meskipun sangat susah tetapi sedikit demi sedikit bisa dihilangkan
asalkan orangnya mau dan punya itikad baik untuk menghilangkan sipat sipat buruk tersebut.

Tahukah anda bahwa sebenarnya sipat pelit itu sangat merugikan ? baik untuk diri sendiri maupun orang lain. di bawah ini saya
tuliskan beberapa kerugian yang ditimbulkan karenanya :

1. Selalu Menjadi Jurang Pemisah


Seseorang yang mempunyai sipat pelit biasanya akan selalu dijauhi teman temannya, karena si pelit malas memberikan sesuatu
barang/uang ataupun berupa benda material lainnya, kalau diberi tentu saja ia mau. istilah “Take & Give” tidak ada dalam
kamusnya, ia hanya mau menerima atau mengambil saja (Take), tetapi melas sekalimemberi (Give). apalagi kalau secara
terpaksa ia harus memberikan barang yang harganya mahal, wah bisa meriang 7 hari 7 malam karenanya. kalaupun memberi
biasanya hanya berupa barang yang sudah tak terpakai lagi atau barang yang sudah tak ada nilainya sama sekali, itulah sebabnya
ia dijauhi lingkungannya.

2. Penyakit yang menggerogoti dari dalam

memelihara sipat pelit sama saja dengan memelihara penyakit atau virus jahat yang akan menggerogoti kesehatan dari dalam.
jiwanya akan selalu tidak sehat karena disaat ia harus mengeluarkan barang/uang meskipun secara terpaksa hatinya menjerit
tidak rela, ia akan selalu membayangkan sesuatu yang telah diberikannya, seakan ia dirampok atau dibegal.

3. Menghambat Jalannya Usaha

mengapa demikian ? saya ambil sebuah contoh,


Teman saya kebetulan ia mempunyai sipat pelit, ia seorang pengusaha swasta. ia selalu mengeuh karena selalu ditinggal
pegawai/pekerja nya, karena minimnya gaji yang diberikan, tidak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan.
padahal pegawai pegawainya itu sudah berpengalaman di bidangnya. sehingga terpaksa ia harus selalu mencari pegawai baru
untuk dilatih kembali dari awal, dan biasanya kalau sudah mahir pegawai baru itu pun meninggalkannya, kejadian seperti itu
terus saja berulang ulang. Kemudian ia pun selalu ditinggalkan relasi maupun pelanggannya karena malasnya ia memberikan
diskon atau korting harga. itu hanya salah satu contohnya saja.

4. Dzalim terhadap diri sendiri

ia tidak menyadari bahwa dengan sipat pelitnya itu bukan saja ia telah berbuat dzolim terhadap orang lain tetapi juga terhadap
dirinya sendiri. di saat ia menderita sakit biasanya ia malas mengeluarkan biaya untuk berobat jika itu mahal, ia hanya makan
obat murahan saja “toh nantinya sembuh sendiri!”. pola hidupnya pun biasanya sangat sederhana, seandainya ia orang kaya ia
tak mau menggunakan fasilitas kekayaannya. kerjanya cuma menghitung untung rugi.

5. Dibenci orang lain


si Pelit jika diberi sedikit kekuasaan (jabatan kecil kecilan) maka biasanya perintahnya akan bertubi tubi, ia ingin dilayani secara
prima. tidak peduli keringat orang lain segala sesuatunya tahu beres saja. dan kalau mendapat sedikit untung, tanpa rasa malu
diumpetinnya keuntungan itu untuk dirinya sendiri seakan semua itu didapat tanpa pertolongan orang lain (malas berbagi
rezeki), kalau yang namanya pekerjaan baru dibagi bagi pas giliran dapat untung dimakannya sendiri. kalaupun dengan terpaksa
ia harus membagi sedikit rezeki yang didapatkannya maka diumumkanlah pemberiannya itu, terus saja diomong omongin
kepada setiap orang seakan seluruh Indonesia wajib mengetahuinya. dan banyak lagi kasus lainnya yang tidak bisa saya uraikan
semua disini. itu sebabnya ia selalu dibenci orang.

6. Orang akan senang jika ia mendapat Celaka

Ketika si Pelit mendapat celaka maka semua mengucapkan ikut bersedih, padahal ucapan itu hanya di mulut saja sekedar untuk
menyenangkan hati si Pelit. hati mereka sebenarnya merasa senang berbunga bunga bahkan tertawa tawa dibelakangnya.
sebenarnya si Pelit berjalan dengan diikuti sejuta kutukan, setiap langkahnya, setiap geraknya.

Terus anda tentu bertanya :

“Apakah Penulis seorang yang Dermawan ? sehingga begitu mengusik kelakuan si Pelit ?”
saya jawab : “tidak juga ! saya orang wajar wajar saja, tetapi saya tidak termasuk orang Pelit !!”
refrensi 5
Pelit: orang yang sengsara, penimbun uang dan harta benda (sering kali hidp menderita).

-Harga dan Kualitas

Orang yang Pelit akan selalu berusaha mendapatkan harga TERMURAH tanpa peduli apakah kualitasnya
sesuai untuk keperluannya (fit for purpose)
- Uang dan Kebahagiaan
-Kesimpulan
Pelit memangkas semua pengeluaran membabi buta tanpa berpikir lebih dalam dan bahkan pada kasus
ekstrem kalau bisa si Pelit ingin mendapat semuanya gratis.
Refrensi 6
-Menurut Collins English Dictionary, definisi cheapskate (pelit) adalah “a miserly person ” atau “a stingy
hoarder of money and possessions (often living miserably) ”.

Bisa diartikan, bahwa orang pelit adalah kamu menjadi orang yang sengsara dengan menimbun uang, harta
benda yang terkadang tidak kamu butuhkan
- Orang yang pelit, akan berpikir ulang untuk membeli minum, lalu malah akhirnya meminta minum ke
teman secara paksa, sekalipun sedang kehausan, dan berada di tempat makan.

-orang yang pelit akan merugi


-orang yang pelit tidak murah hati dan sangat meminimalkan jumlah pengeluaran

Refrensi 7
- pelit dan perhitungan, memberi mungkin akan merasa menjadi miskin....
dan umumnya manusia ingin yang gratis...

nah kebanyakan manusia yang tidak berpikir...

memberi kesulitan banyak, tapi menerima kesulitan gak mau...

kalau memberi uang sukanya mengurangi, kalau menyampaikan pesan sukanya dilebihkan...

tapi memang adakalanya kita perlu meminta,, karena kalau tidak diminta kita tidak diberi...
tapi sekarang bagaimana kalau tabiat orangnya yang suka meminta-minta daripada memberi

- Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit
- Asy syuh semakna dengan al bukhl (pelit). Imam An Nawawi mengatakan:

‫ والحرص على ما ليس له‬،‫ هو البخل بأداء الحقوق‬:‫الش ُّح‬

“Asy syuh adalah al bukhl (pelit) untuk menunaikan hak-hak, dan disertai semangat untuk menguasai hal
yang bukan miliknya” (Syarah Muslim Lin Nawawi, 16/222).

Jadi asy syuh lebih parah dari al bukhl (pelit) karena asy syuh itu selain pelit juga semangat untuk
mendapatkan hak dan harta orang lain.
Adapun al bukhl, Ar Raghib Al Asfahani mendefiniskan dengan bagus:

‫ إمساك المقتنيات عما ال يحق حبسها عنه‬:ُ‫البُخل‬

“Al bukhl adalah menahan harta yang dimiliki pada keadaan yang tidak layak untuk menahannya ketika itu”
(Mufradatul Qur’an, 1/109).

Sebagian ulama juga memaknai bahwa al bukhl itu enggan mengeluarkan harta pada hal yang wajib. Al
Faiyumi mengatakan:

‫ منع الواجب‬:‫البخل في الشرع‬

“Al bukhl dalam syari’at artinya menahan harta pada hal yang wajib” (Mashabihul Munir, 1/37)
Sifat pelit termasuk akhlak tercela. Allah Ta’ala berfirman:

َ‫ش َّح نَف ِس ِه فَأُولَ ِئ َك ُه ُم ال ُمف ِل ُحون‬


ُ َ‫َو َمن يُوق‬

“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Al
Hasyr: 9)

Allah Ta’ala juga berfirman:

ِّ ِ ‫سنُ َي‬
‫س ُرهُ للعسرى‬ َ َّ‫َوأ َ َّما َمن َب ِخ َل َواستَغنَى * َو َكذ‬
َ َ‫ب بِال ُحسنَى * ف‬
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik,
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar” (QS. Al Lail: 8-10)
Refrensi 6

-Bab Bakhil (Kitab Hidayatus Salikin)

Berikut secarik catatan kecil dari Majlis Ta'lim. - Minggu ke.3

Asuhan : KH. Muhammad Fakhruddin bin Sufyan Al Bantani, SHi.

Mursyid Mahad Aly Al Arbain. Jakarta

Bab Bakhil

(Pelit atau Kikir atau amat sangat cinta harta benda).

Pasal yang ke Lima dalam menyatakan macam-macam Maksiat Batin.


Maksiat Batin ialah dosa yg timbul akibat perbuatan batin. ia dosa yg tdk terlihat, namun hanya dapat
tertangkap tanda2nya.

Bakhil atau kikir, atau pelit adalah penyakit no.5 yg tidak boleh ada dalam diri seorang muslim. Sebab pelit
adalah penyakit batin yg berbahaya lagi membinasakan. Pelit ini timbul karena dirinya menganggap harta
benda yg ada padanya, ia dapatkan karena semata-mata atas upaya dan jerih payahnya sendiri, bukan karena
kemurahan dan kasih sayangnya Allah SWT. Karena semuanyan semata dari ia, maka yg demikian membuat
ia berat mengeluarkannya.

Pemaparan...

Dalam Pasal yang ke lima ini akan diterangkan mengenai bahaya pelit dan bahaya amat sangat cinta pada
harta benda.
Ketika ditanya seorang Tabi'in besar yakni Imam Abu Hasyim; "Mad dunia" Apasih harta benda itu...?!,
Beliau berkata;"sebetulnya harta benda itu tidaklah ada nilainya, karena yg namanya harta benda itu, bila
telah kita miliki, ia laksana mimpi, yang belum dimiliki, laksana khayalan. Itulah Dunia, ia indah disaat
belum dimiliki saja, namun bila telah dimiliki, ia akan terasa biasa2 saja, tidak istimewa.

Amat sangat cinta pada harta benda itu identik dengan pelit, pelit itu diantara gara2 amat sangat cinta akan
harta benda. maka...

Pelit itu termasuk sifat, karakter, atau tabiat yg amat sangat dicela oleh Agama. Pelit pula hal yg teramat
besar membuat orang2 celaka dan binasa kelak nanti di akhirat.
Karena amat tercelanya pelit itu, maka surgapun di haramkan bagi mereka. Sebagaimana tertulis amat sangat
besar pada pintu surga itu, yakni "Anna haromun likulli bakhil" Aku itu haram bagi orang yg pelit. Atau
dalam bahasa kita, Orang pelit dilarang masuk.

Pelit merupakan Penyakit batin pada harta benda, ia laksana orang yg gemar makan namun tidak ingin
buang hajat besar. Maka tentulah yg demikian itu adalah Penyakit, dan Penyakit harus diobati, dan musti di
buang jauh2 dari diri. Sebab kelak Penyakit itu akan membawa pada celaka diri.

Oleh sebab itu, Agama menasehati kita agar orang susah mau belajar menjadi dermawan dikala ia masih
susah, supaya kelak bila kaya ia telah menjadi pandai dalam dermawan. Namun jika ia menunggu kaya, atau
belum ingin belajar dermawan di saat susah. Maka kelak setelah ia kaya, ia akan sulit menjadi dermawan,
sebab ia baru akan belajar, ...belajar,....belajar, dan tentulah jadi lama ia baru pandai menjadi dermawan.
Mari perbanyaklah niat dan upaya untuk menjadi dermawan, dimulai dari saat ini, dari apa2 yg kita mampu,
salah satunya adalah berqurban.

Ingatlah, berqurban tidaklah sama dengan ibadah haji, karena ibadah haji sekali seumur hidup minimal
sekali, serupa ibadah haji dengan hakekah, yg hanya sekali seumur hidup. sebagai bagian dari rasa syukur
kita atas nikmat hidup yg diberikan kepada kita oleh Allah SWT.

Sedangkan berqurban, ia adalah bagian dari wujud syukur kita atas nikmat harta benda yg Allah SWT
berikan atas kita pada tiap2 tahunnya. Ibadah ini serupa halnya dengan Zakat Fitrah, yg diwajibkan pada kita
untuk ditunaikan, selama kita mengalami masanya, dan telah sesuai syariat agama yg telah di tentukan.

Namun jika belum ada akan kemampuan untuk berqurban itu, maka niat dan tekadkanlah dg sungguh2
olehmu agar kelak ibadah qurban itu dpt tertunaikan sesuai syariat agama dan sesuai harapanmu juga. Sebab
insya Allah, niat dan tekad yg sungguh2 itu akan mendapat bantuan/ pertolongan dari Allah SWT. Lagipula
niat dan tekadmu yg sungguh2 itu untuk berqurban, sesungguhnya bermakna kita sedang akan meng kaya
kan diri kita dari masa dan saat2 sebelum kita mampu untuk berqurban.

Lalu bagaimana ukuran mampu itu...?!, karena hal tersebut sering ditanyakan dalam keseharian kita. Maka
contoh dan penjelasan sederhananya adalah ;

Andai engkau miliki uang saat ini sebesar 10.juta, lalu bila kau belanjakan ia untuk berqurban sebesar 2.juta,
maka akan bersisa 8.juta. Selanjutnya, dinyatakan mampu ia untuk berqurban apabila sisa dari uang nya itu
dinilai dimata umum masih cukup untuk biaya hidup pokok selama 4 hari. Yakni : 1 Hari Raya dan 3 hari
tasrik kesudahannya.Akan tetapi, ia dinyatakan belum mampu oleh Agama bila sisa setelah berqurban itu
tidaklah dinilai cukup dalam pandangan umum untuk biaya hidup pokoknya selama 4 hari sebagaimana
dijelaskan tadi. Ingatlah untuk selalu mentunaikan ibadah sesuai dg tuntunan dan syariat agama yg benar.
Demikian pula dengan berqurban, diantaranya ;

qurban kambing jawa mustilah telah berusia 2 thn, kurang 1 hari saja tidaklah sah.
qurban kambing gembel mustilah telah berusia 1 thn, atau 6 bulan namun telah kupak.

qurban sapi mustilah telah berusia 2 thn.

Semua itu mendidik kita untuk menjadi pribadi yang dermawan.

Rangkumannya : Pelit itu merupakan penyakit berbahaya yang amat besar dalam mencelakakan dan
membinasakan kita kelak di akhirat nanti.

Firman Allah SWT dalam Qur'an, yang artinya dalam bahasa keseharian kita adalah : " Jangan dikira orang
yg pelit itu, dari kurnia yg Allah berikan itu akan menguntungkannya, karena justru yang demikian itu
merugikan lagi membinasakan mereka". Karena pelit atas harta yg demikian itu kelak di akhirat berakibat
dikalungkannya harta tersebut pada lehernya dengan keadaan terbungkus api neraka.
Dikisahkan pula pada zaman dahulu di era para Tabi'in, ada seorang Ulama Besar dari kalangan Tabi'in yang
bernama Abu Sinan, ia Kyai atau Ulama Besar yang sangat dihormati, banyak orang yg datang untuk
mengaji padanya.

Suatu hari seperti hari2 biasanya, banyak masyarakat yg datang ke kediamannya untuk dapat mengaji pada
beliau, namun hari iti ia berkata ; "Pengajian hari ini libur dahulu, sebab saya punya tetangga, adiknya baru
wafat, sedangkan saya belum melayatnya. Kini saya ingin melayat, adakah dari kalian yg ingin melayat
bersama ku..", kemudian mereka berkata; "baik guru kami ikut bersamamu".

Singkat cerita, Sang Ulama Abu Sinan ini bersama para jamaahnya menyaksikan bahwa ada seorang ahli
ibadah yg wafat, lalu didapati padanya tertimpa siksa kubur yg amat mengerikan, yakni terbelitnya leher si
mayit ahli ibadah ini dg Ular besar yg wujudnya berupa api yg menyala-nyala. Hal tersebut menimpanya
hanya di karenakan si mayit mempunyai satu penyakit semasa hidupnya, yakni penyakit bakhil atau pelit.
Sekalipun ia dikenal sbagai muslim yg ahli ibadah.
Sebagaimana Firman Allah SWT, yang dalam bahasa kita "Jangan dikira orang yg pelit itu, dari kurnia yg
Allah berikan itu menguntungkan, karena sesungguhnya yg demikian itu (pelit), justru akan merugikannya
lagi membinasakannya kelak". atau perumpamaannya; "jangan dikira dengan doyan makan saja, tanpa
disertai dengan berak kesudahannya, akan membawa ia akan kebaikan atau kemakmuran. Sebab
sesungguhnya yg demikian itu bahaya baginya, dan kelak akan mencelakainya. Sebab orang2 pelit itu kelak
di akhirat, dirinya akan dikalungi dengan hartanya yg ia pelit atasnya, dan harta yg dikalungkan itu terbuat
dari api neraka yg amat panas lagi menyala-nyala.

Karenanya, jangan...jangan...janganlah kita menjadi pribadi yg pelit, tetapi belajarlah...belajar...belajarlah


dan berupaya agar dpt menjadi pribadi yg Derma, andai belum mampu untuk yg besar2, maka mulailah dari
yg kecil2, yg kita mampu. Sungguh yg demikian itu jauh lebih baik dari yg tidak memberi sama sekali.
Semoga dg niat dan upaya Derma yg sungguh2 serta istiqomah, maka kelak Insya Allah akan dimudahkan
kita jalan menuju pribadi Dermawan. Amiin.

Bakhil atau pelit ini amatlah berbahaya, hingga Nabi Muhammad SAW sangat mewanti-wanti akan hal ini
kepada umatnya, agar seorang muslim sekuat mungkin untuk tidak menjadi pribadi yg pelit. Bahkan saking
tercela dan bahayanya pelit ini, Nabi Muhammad SAW berdoa setiap harinya agar dirinya dijauhi dari sifat
pelit ini.

Bakhil atau pelit memiliki lawanannya yaitu, sakho atau murah hati, yg termasuk dlm kategori pribadi yg
Dermawan. Dermawan itu sendiri mempunyai dua tingkatan, yakni :

1. Sakho (Murah Hati), Dermawan ini maknanya ia murah hati dengan memberikan orang lain / berbagi
kepada sesama setelah kebutuhannya terpenuhi. Ini dipuji oleh agama;
2. Itsar , Dermawan ini maknanya ia murah hati dengan memberikan orang lain/ berbagi kepada sesama
tanpa mendahului kepentingannya dahulu. (hanya dalam urusan harta benda dunia). Ini pun amat sangat
dipuji agama, dan ia sifat tertingginya Dermawan.

Dermawan itsar ini dahulu dimiliki oleh para kaum anshor. Dikisahkan dahulu ada keluarga anshor yg saat
itu hanya memiliki sepiring makanan, namun mereka akan kedatangan seorang tamu dari kaum muhajirin.
Lalu berkata si orang anshor ini kepada isterinya " duhai isteriku, tolong kau siapkan makanan yg hanya
sepiring itu di meja makan nantinya, lalu kau gelapkan ruang makan itu nantinya pula, kapan? nanti setelah
kutawarkan tamu kita untuk makan bersama, dan setelah ia akan mulai makan bersama dg itu. Dengan
begitu ia tdk akan tau kalau makanan yg tersedia hanya sepiring saja untuknya, dan karena ia tdk
mengetahui yg sebenarnya, semoga ia dapat menyantapnya dengan tenang dan bahagia.

sang Isteri anshor ini menyetujui perintah sang suami, lalu ia bertanya mengenai anak2nya, lalu menjawab
sang suami seraya memberi petunjuk pada isterinya agar isterinya mengambil batu dan menggoreng-
gorengnya di dapur, agar si anak2 tenang dalam menanti makanannya yg mereka kira akan mereka makan,
sambil isterinya itupula untuk sambil merayu si anak2 untuk tidur dalam menanti masakannya itu.

Sungguh luar biasa mulianya sifat orang2 anshor ini, itulah mereka kaum anshor yg memiliki makna
pembela-pembela Islam. jauh berbeda dg kita yg lebih mengutamakan kepentingan diri dari orang lain,
bahkan kadang tdk segan merebut hak orang lain yg bukan menjadi haknya. serta suka mendahului orang
lain dalam urusan ibadah dg alasan mereka lebih tua, mereka ulama, mereka pejabat...sungguh keliru yg
demikian. Karena agama justru mengajarkan untuk mendahului orang lain untuk urusan dunia, dan
mengutamakan diri sendiri bagi urusan ibadah untuk akhirat.

Agama juga menyatakan, bahwa banyak berbagi/ Dermawannya dirimu terhadap orang2 miskin pun sesama
yg lain, nantinya akan membawamu pada banyaknya saksi dan pembela kebaikan di akhirat kelak. Dan
sungguh yg demikian itu kelak akan makin mendekatkan kita akan kemungkinan yg besar mendapat
ampunannya Allah SWT. Sebab kita sebagai manusia yg banyak akan dosa dan kesalaham sangatlah butuh
pertolongan dan bantuan dari manapun, baik dari Syafaat para Nabi2, pembelaan para wali2, ulama2, pun
orang2 soleh lainnya. terlebih mereka kaum miskin yg telah kita berbagi atasnya. Karenanya sungguh ke
Dermawanan atau ke Murah Hatian itu banyak membawa kita pada banyak kebaikan dan keselamatan.

Demikian kiranya secarik catatan Ta'lim ini di sampaikan. Bilamana catatan ini dinilai memiliki manfaat
yang baik, maka mari sebarkan kebaikan ini. Semoga niat baik dan tulus ikhlas kita pada penyebaran
kebaikan ini mendapat ganjaran terbaik disisi Allah SWT, dan semoga pula Allah masukkan kita pada
golongan hamba2x Nya yg mendapat ampunan-Nya. Serta ditetapkan-Nya kita pada akhir hayat yang palin
indah dan baik, yakni Khusnul Khotimah. Amiin Ya Rabbal Alamiin...
Namun, bila didalam catatan ini ditemukan hal-hal keliru dan menyalahi makna yang sesungguhnya, maka
sungguh hal tersebut semata-mata hanya karena kekhilafan dan kebodohan si penulis (Murid) yang telah
keliru memahami materi yang di sampaikan sang Guru, karenanya diri membuka luas segala koreksi dan
arahan yang membangun. Akan tetapi bila dirasa hal ini telah baik dan benar, maka semata-mata hal tersebut
adalah bagian dari pertolongan dan karunia dari Allah SWT.
-refrensi terbaik

KIKIR DAN BAKHIL

Dalam pembahasan ini ada dua kata dalam bahasa arab yang maknanya hampir sama yaitu kata ( ‫ ) البخل‬dan (
‫) الشح‬.

Al-buhlu atau bakhil adalah menahan sesuatu yang wajib. Sedangkan asy-syuh atau kikir adalah menahan
sesuatu yang wajib dan tamak atau rakus terhadap apa yang menjadi milik orang lain. Jadi asy-syuh lebih
buruk dan tercela dari pada al-Bukhl.
Dua sikap ini sama tercelanya. Sehingga tidak pantas dalam diri seorang muslim terdapat sifat bakhil dan
kikir. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah riwayat:

“Dua hal yang tidak akan terhimpun pada diri seorang mukmin: bakhil dan ahlak yang buruk.”

(Diriwayatkan At-Tirmidzi)

“kikir dan iman sama sekali tidak akan terhimpun di dalam diri seorang hamba.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi,

Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Al-Baghawi)

Dalil-dalil yang berkaitan dengan bakhil.


Sifat bakhil dan kikir ini sangatlah dicela dalam Islam. Hal ini bisa dilihat dalam beberapa nash syar’I, baik
dari Al Qur’an maupun As Sunnah. Kesemua dalil tersebut menunjukkan betapa jeleknya akibat dari
keduanya.

Dari Al Qur’an

Kata bakhil beberapa kali disebutkan dalam Al Qur’an. dan semua ayat tersebut mengandung celaan
terhadap sifat bakhil ini, di antaranya :

11 ( ‫ ) وَمَا يُغنِي عَنهُ مَالُهُ إِﺫَا تَرَدَِّى‬10 ( ‫ ) فَسَنُيَسِِّرُهُ لِلعُسرَى‬9 ( ‫ ) وَكَذَِّبَ بِالحُسنَى‬8 ( ‫) وَأَمَِّا مَن بَخِلَ وَاستَغنَى‬
“dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak memerlukan pertolongan Allah). Serta

mendustakan pahala yang terbaik. Maka akan kami permudahkan jalannya menuju kesukaran
(kesengsaraan). Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa (mati). (Qs. Al-Lail : 8-11)

‫ هَاأَنتُم هَﺆُالَﺀ تُدعَونَ لِتُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ فَمِنكُم مَِّن يَبخَلُ وَمَن يَبخَل فَﺈِنَِّمَا يَبخَلُ عَن نَِّفسِهِ وَاللهُ الغَنِيُِّ وَأَنتُمُ الفُقَرَاﺀ‬.

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara

kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri.
Dan Allah-lah yang maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya). (Qs. Muhammad
:38)
‫الَِّذِينَ يَبخَلُونَ وَيَأمُرُونَ النَِّاﺱَ بِالبُخلِ وَيَكتُمُونَ مَا ﺁتَاهُمُ اللهُ مِن فَﻀلِهِ وَأَعتَدنَا لِلكَافِرِينَ عَذَابًا مُِّهِينًا‬

“yaitu orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah

yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang
menghinakan.” (Qs. An-Nisa’ : 37)

Allah mencela orang-orang yang tidak mau menginfakkan hartanya di jalan yang telah diperintahkan Allah,
seperti untuk berbuat baik kepada orang tua, kerabat karib, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat, tetangga yang jauh, ibnu sabil dan hamba sahaya. Mereka pun tidak mengeluarkan hak Allah
yang terdapat dalam harta mereka, bahkan menyuruh orang lain berbuat bakhil. Rasulullah bersabda,
“Adakah penyakit yang lebih ganas dari pada bakhil?“

Firman Allah, “dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka.“ Orang bakhil
adalah orang yang mengingkari nikmat Allah. Nikmat Allah itu tidak tampak dalam pakaian, makanan atau
pemberiannya. Oleh karena itu Allah mangancam dengan firmanNya, “dan kami telah menyediakan bagi
orang-orang kafir siksa yang menghinakan.“

Dalam sebuah hadits dinyatakan,


“Sesungguhnya jika Allah menganugerahkan suatu nikmat kepada hamba-Nya, maka Dia suka jika

kenikmatan itu tampak berdampak pada dirinya.“

Konteks ayat ini adalah bakhil dalam hal harta. Namun bakhil terhadap ilmu pengetahuan tentu lebih
tercakup lagi ke dalaml ayat itu sebab konteknya mengenai infak kepada kerabat dekat dan orang-orang
lemah.

ِ‫وَالَ يَحسَبَنَِّ الَِّذِينَ يَبخَلُونَ بِمَا ﺁتَاهُمُ اللهُ مِن فَﻀلِهِ هُوَ خَيرًا لَِّهُم بَل هُوَ شَرٌِّ لَِّهُم سَيُﻄَوَِّﻗُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَومَ القِيَامَﺔ‬
“sekali-kali janganlah orang yang bakhil dengan hartan yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya

menyangka , bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelah di lehernya pada hari kiamat.” (Qs. Ali Imron :180)

Firman Allah ta’ala, “dan jangan sekali-kali mengira bahwa kekikiran orang-orang atas karunia yang telah
Allah berikan kepadanya adalah baik bagi mereka. Bukan baik tetapi buruk bagi mereka.” Maksudnya,
jangan sekali-kali orang kikir menduga bahwa harta yang dikumpulkan itu berguna baginya, justru akan
memberikan madharat bagi mereka dalam agamanya, walaupun kadang mendatangkan manfaat baginya di
dunia.”

Kemudian Allah memberitahukan ihwal kesudahan hartanya pada hari kiamat. Allah berfirman, “apa yang
mereka kikirkan itu kelak akan dikalungkan kepada mereka pada hari kiamat.”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “ barang siapa yang
diberi harta kekayaan oleh Allah namun tidak dizakatinya, maka hartanya itu akan menjelma menjadi seekor
ular yang mempunyai dua titik hitam pada sebelah atas kedua matanya. Kemudian ular itu akan dikalungkan
kepadanya pada hari kiamat lalu menggigit kedua pipinya. Ular itu berkata, ‘aku adalah hartamu dan gudang
kekayaanmu.’ Kemudian Nabi membaca ayat di atas.”

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ayat ini diturunkan berkaitan dengan ahli kitab yang
tidak mau menjelaskan isi kitab yang diturunkan kepada mereka.” Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir.
Pendapat yang shahih ialah yang sebelumnya, walaupun pendapat ini termasuk ke dalam pengertian bakhil
juga.
َ‫وَمَن يُوقَ شُحَِّ نَفسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ المُفلِحُون‬

“dan barang siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs.

Al-Hasr : 9)

Ada seorang laki-laki mendatangi Abdullah dan berkata : “wahai Abu Abdirrahman aku khawatir aku akan
celaka.” Maka beliau bertanya, “Apa yang menimpamu?” laki-laki itu menjawab, “Aku mendengar Firman
Allah, ““dan barang siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Qs. Al-Hasr : 9), sedangkan aku adalah orang yang sangat kikir, hampir-hampir tidak pernah
aku mengeluarkan sesuatu pun dari kedua tanganku ini.” Maka beliau berkata, “Bukan kikir ini yang
dimaksud dalam firman Allah tersebut, sesungguhnya kikir adalah engkau memakan harta saudaramu secara
dzalim, tetapi yang menimpamu adalah kebakhilan, dan sejelek-jeleknya sesuatu adalah kebakhilan.”
Dari As-Sunnah

Dari nabi beliau pernah berdo’a:

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari lemah hati dan bakhil (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Jabir meriwayatkan, Nabi pernah bertanya kepada banu salamah, “siapakah pemimpin kalian?“ mereka
menjawab, “jadd bin Qais. Hanya saja kami menganggapnya orang yang bakhil.“ Beliau bersabda, “Lalu
penyakit apakah yang lebih parah dari pada bakhil? Pemimpin kalian adalah Bisyr bin Barra’ bin Ma’rur“
(Riwayatkan Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad)
Dari Anas beliau berkata, Rasulullah bersabda :

ِ‫ﺛَلَاﺙٌ مُهللِكَاتٌ شُحٌِّ مُﻄَاعٌ وَهَوًى مُتبَعٌ وَإِعﺠَابُ المَرﺀِ بِنَفسِه‬

“Tiga perkara yang merusak, yaitu kikir yang dituruti, nafsu yang diikuti, dan ketaajuban seseorang terhadap

diri sendiri .“ (Riwayatkan Al-Bazzar dan Abu Nu’aim)

Dari Abu Hurairah beliau berkata, Rasulullah bersabda : “Tidaklah para hamba menjumpai waktu
subuh kecuali akan turun dua malaikat. Yang satu berkata, “ya Allah berilah orang-orang yang berinfak
ganti atas hartanya.“ Dan yang lain berkata, “ya Allah berikanlah kepada orang yang bakhil kerugian.“ (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Perkataan ulama salaf dan orang bijak

Para ulama salaf dan orang yang berilmu mereka sangat mencela sifat bakhil dan kikir. Mereka sendiri tidak
mau dirinya terjerumus dalam sifat ini. karena sifat ini hanya akan mendatangkan kerugian bagi pelakunya.
baik di dunia maupun di akhirat, serta mendatangkan kesengsaraan bagi orang lain ketika di dunia.

Al-Khaththabi berkata, “kikir yang membuat seseorang tidak mau memberi, lebih parah dari pada bakhil.“

Salman alfarisy berkata, “jika orang dermaawan meninggal dunia, maka bumi para malaikat penjaganya
berkata, ‘ya rabbi, lepaskanlah urusan dunia dari hamba-Mu karena kedermawannya’. Jika orang bakhil
meninggal dunia, maka bumi berkata, ‘ya rabbi, halangilah orang ini dari surga, sebagaimana hamba-Mu ini
menghalangi apa yang ada di tangannya dari keduniaan’.“

Di antara orang bijak ada yang berkata, “siapa yang bakhil, maka musuhnyalah yang akan mewarisi
hartanya.“

Seorang A’rabi mensifati orang lain dengan berkata, “dia menjadi hina dalam pandanganku karena
kebesaran dunia dalam pandangannya.“

Seorang A’rabi mencela suatu kaum dengan berkata, “mereka berpuasa dari yang ma’ruf dan melahap
kekejian.“
Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata :

“Orang yang bakhil atau kikir tidak bisa terlepas dari salah satu tujuh perkara berikut :

1. Ketika ia mati, hartanya akan diwarisi oleh orang yang akan menghabiskan dan membelanjakannya untuk
sesuatu yang tidak diperintahkan Allah;

2. Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan merenggut seluruh hartanya setelah menyiksanya
terlebih dahulu.
3. Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya.

4. Muncul ide pada dirinya untuk mendirikan bangunan di tempat yang rawan bencana, sehingga bangunan
tersebut semua harta yang disimpan di dalamnya lalu ludes.

5. Dia ditimpa musibah yang dapat menghabiskan hartanya, seperti tenggelam, terbakar, mengalami
pencurian, dan sebagainya.

6. Dia ditimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat.


7. Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat, kemudian ia lupa tempat itu, sehingga hartanya hilang.”

Batasan bakhil

Banyak orang yang berbicara masalah bakhil dan kedermawanan. Di antara mereka ada yang membatasi
bakhil dengan menahan yang wajib. Sedangkan orang yang berbuat sesuai dengan apa yang diwajibkan
kepadanya, maka dia tidak disebut orang bakhil. Memang pengertian ini bisa dikata cukup. Orang yang tidak
menyerahkan kepada keluarganya kecuali menurut ukuran yang ditetapkan seorang hakim, kemudian dia
membuat mereka menderita karena tidak mau menambah bagian untuk keluarganya sekalipun hanya satu
suapan atau sebuah korma saja, maka dia termasuk orang bakhil.

Yang benar, orang yang terbebas dari bakhil ialah yang melaksanakan yang wajib menurut syari’at dan hal-
hal yang lazim, dengan cara yang terhormat dan disertai kerelaan hati tatkala mengeluarkannya.
Yang wajib menurut ketentuan syariat ialah mengelurkan zakat dan memberikan nafkah kepada keluarga.
Sedangkan yang lazim dengan cara yang terhormat ialah dengan tidak merasa sayang terhadap apa yang
dikeluarkannya dan menghindari hal-hal yang hina. Gambarannya berbeda-beda menurut perbedaan kondisi
dan individu. Sesuatu yang dipandang buruk pada diri orang yang kaya belum tentu dipandang buruk pada
diri orang yang miskin. Apa yang dipandang buruk pada diri seseorang karena menyusahkan keluarga,
kerabat dan tetangganya dalam urusan makanan, belum tentu dianggap buruk pada diri orang asing. Orang
bakhil ialah yang menahan apa yang mestinya dia tidak boleh menahannya, entah atas dasar ketentuan
syariat entah atas dasar menjaga kehormatan. Siapa yang melaksanakan ketentuan syariat dan kelaziman
kekesatriaan, berarti dia terlepas dari sifat bakhil. Tetapi dia tidak memiliki sifat kedermawanan selagi tidak
mau mengeluarkan lebih dari itu.
Bakhil tidak hanya terbatas kaitannya dengan harta semata. Bakhil juga termasuk dalam ilmu dan jabatan.
Orang yang tidak mau mengajarkan ilmu yang telah didapatkan kepada orang lain pun disebut bakhil. Begitu
juga orang yang tidak mau mengorbankan jabatannya baik untuk kepentingan agama ataupun untuk
kepentingan masyarakat maka dia termasuk bakhil.

Bahkan rasulullah menyatakan orang bakhil adalah orang yang tidak mau membaca shalawat kepada
beliau jika nama beliau disebut. Rasulullah bersabda :

َ‫البَخِيلُ مَن ﺫُكِرتُ عِندَهُ ﺛُمَِّ لَم يُصَلِِّ عَلَيَِّ ﺻَلَِّى اللَِّهُ عَلَيهِ وَسَلَِّم‬
“Orang bakhil adalah siapa yang mendengar namaku disebut dia tidak mau bershalawat kepadaku.“ (riwayat

At-Tirmidzi)

Akibat bakhil

Bakhil tidak hanya mendatangkan kerugian di dunia semata, namun di akhirat pun orang bakhil akan
mendapat azab karena kebakhilannyan tersebut. Di antara akibat yang ditimbulkan oleh bakhil adalah :

1. Akan sulit mendapatkan kebahagiaan.

2. Hina di hadapan orang lain.


3. Orang yang bakhil akan tersiksa jiwanya, karena selalu memikirkan bagaimana cara agar hartanya
bertambah.

4. Hartanya tidak bermanfaat karena hanya ditumpuk saja. Bahkan orang yang sangat bakhil tidak mau
hartanya berkurang sedikitpun, walau sekedar memenuhi kebutuhannya sendiri.

5. Pada hari kiamat kelak, harta yang ditumpuknya akan dikalungkan di lehernya sebagai balasan atas
kebakhilannya.
6. Harta yang ditumpuknya tidak bermanfaat sama sekali dihadapan allah, melainkan hanya akan
mendatangkan kerugian baginya.

7. Kehancuran yang disebabkan peperangan sesama manusia, sebagai mana yang telah menimpa umat-umat
terdahulu.

Cara Mengobati bakhil

Semua penyakit pasti ada obatnya. Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali juga menciptakan
obatnya. Sebagaimana penyakit yang menimpa jasad manusia yang pasti ada obatnya, penyakit hati pun
demikian.
Hal pertama untuk mengobati bakhil adalah dengan mengetahui kebaikan-kebaikan yang akan didapat dari
sifat dermawan (suka memberi) serta mengetahui kejelekan-kejelekan yang akan didapat dari sifat bakhil.

Juga perlu diketahui bahwasannya sifat bakhil itu mempunyai sebab-sebab dan motif-motif yang mendorong
seseorang bersikap demikian. dan motif yang paling kuat dalam hal ini adalah takut miskin. Maka islam
telah menerangkan hal itu dalam banyak ayat dengan ungkapan yang sangat indah dan bijaksana.

Sedangkan sebab yang lain adalah kecintaan terhadap harta. Sedangkan cinta terhadap harta itu ada dua
sebab:
1. Cinta kepada nafsu, yang tidak bisa dicapai kecuali dengan memiliki harta dan harapan yang muluk-
muluk. Sekalipun dia tidak mempunyai harapan yang muluk-muluk untuk dirinya sendiri, tetapi dia
mempunyai anak, maka dia juga termasuk orang yang mempunyai harapan yang muluk-muluk.

2. Cinta hanya semata kepada harta itu. Di antara manusia ada yang mempunyai harta melimpah, cukup
untuk kebutuhannya sepanjang hidupl andaikan dia membatasi kebutuhannya yang lazim seperti biasanya,
agar hartanya masih banyak atau bertambah banyak, sementara dia pun tidak mempunyai anak dan sudah
tua, lalu dia tidak mau membelanjakan hartanya untuk kebutuhan-kebutuhannya, termasuk pula untuk
sadaqah, maka ini termasuk penyakit bakhil yang sulit diobati. Perumpamaan orang ini ialah seperti orang
yang mencintai orang lain. Ketika utusan orang yang dicintainya datang, dia justru mencintai utusan tersebut
dan malalaikan orang yang tadinya dicintai. Dunia ini adalah utusan yang menghantarkan kepada apa yang
dibutuhkan. Dia mencintai uang dan lupa kebutuhannya. Tentu saja ini merupakan kesesatan.
Penutup

Sifat bakhil adalah pokok dari semua kehinaan. Menandakan sedikitnya akal dan jeleknya pembinaan.
Mengajak manusia kepada kebiasaan-kebiasan yang tercela. Tidak bisa bersatu dengan keimanan dalam hati
manusia.

Karena pada hakikatnya kebakhilan akan menyebabkan kehancuran dan rusaknya akhlak manusia.
Sebagaimana ia merupakan tanda berburuk sangka kepada Allah. Maka kebakhilan akan menyebabkan
seseorang terpisah dengan sahabat-sahabatnya dan jauh dari akhlak para nabi dan orang-orang sholeh.
Maka orang yang bakhil tidak diterima keberadaannya di dunia dan di akhirat akan disiksa. mereka adalah
orang yang dibenci oleh Allah dan manusia. Dari sinilah muncul perkataan :

“Kedermawanan seseorang menjadikan musuh-musuhnya cinta kepadanya, sedangkan kebakhilannya

menyebabkan anaknya sendiri benci kepadanya.”

Ada juga yang mengatakan, “Bakhil menghilangkan sifat kemanusiaan dan memunculkan kebiasaan
hewani.”
Oleh karena itu marilah kita senantiasa berusaha menjauhkan diri kita dari sifat bakhil. Karena ia hanya akan
menjauhkan manusia dari kasih sayang Allah dan akan menjadikan orang lain benci terhadap kita. Bahkan
seorang anak akan membenci ayahnya sendiri disebabkan oleh kebakhilan yang menyelimuti hati.

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari sifat bakhil dan memasukkan kita ke dalam golongan orang-
orang yang sholeh. Wallahu a’lam

Referensi

1. Al-Qur’an Terjemah
2. Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, Ibnu Katsir, Maktabah Al-Ashriyah, Beirut, Cetakan III Tahun 2000 M.

3. Syarh Riyadhus-Shalihin, Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, Darul Ulum, Mesir, Cetakan I Tahun
2002 M.

4. Kitab Al-Adab Al-Mufrad, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Maktabah Ma’arif, Riyadh, Cetakan I
Tahun 1998 M.

5. Minhajul Qosidhin jalan orang-orang yang mendapat petunjuk, Ibnu Qudamah, Pustakan Al-Kautsar,
Jakarta, Cetakan I Tahun 1997 M.
6. http:\www. Islamweb.net

Anda mungkin juga menyukai