Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan organ sistem inetgumen yang terluar dan terluas yang
melapisi tubuhmanusia. Kulit mempunyai fungsi yang cukup penting, salah satunya
adalah berfungsisebagi proteksi atau pelindung tubuh dari bahan kimia yang merusak,
panas, dan segalamacam mikroorganisme penyebab penyakit.
Infeksi kulit merupakan salah satu jenis penyakit pada kulit yang disebabkan
oleh berbagai macam mikroorganisme diantaranya adalah oleh virus, jamur dan
bakteri.Dalam menjalankan tugasnya sebagai proteci, kulit mencegah mikroorganisme
tersebutdan agen perusak lain masuk untuk ke dalam jaringan kulit yang lebih dalam.
Pada dasarnya kelainan yang muncul pada kulit tersebut terjadi dapat terjadi secara
langsungdisebabkan mikroorganisme pada kulit, penyebaran toksin spesifik yang
dihasilkanmikroorganisme, atau penyakit sistemik berdasarkan proses imunologik.
Setiap jenis mikroorganisme menyerang kulit akan menghasilkan berbagai
macammanifestasi klinis dengan tempat dan gejala yang berbeda beda. Untuk itu,
pengetahuan perawat tentang jenis mikororganimse penyebab penyakit infeksi kulit,
proses penyakitdan klasifikasi dan manifestasi klinis penyakit infeksi kulit sangat
penting di perhatikanagar perawat dapat memberikan pelayanan keperawatn yang
tepat dan dapatmenjalankan kolaborasi dengan segera, sehingga pengobatan dan
perawatan pasiendapat diperoleh dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi dari infeksi kulit (virus, bakteri, jamur/mikotik)?
2. Apa penyebab/etiologi infeksi kulit (virus, bakteri, jamur/mikotik)?
3. Apa saja klasifikasi dan manifestasi klisnis dari infeksi kulit (virus, bakteri,
jamur/mikotik)?
4. Bagaimana perjalanan penyakit/patofisiologi dari infeksi kulit (virus, bakteri,
jamur/mikotik)?
5. Apa pemeriksaan penunjang dari infeksi kulit (virus, bakteri, jamur/mikotik)?
6. Apa penatalaksanaan dari infeksi kulit (virus, bakteri, jamur/mikotik)?
7. Apa komplikasi yang dapat timbul dari infeksi kulit (virus, bakteri,
jamur/mikotik)?

1
C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa/i dapat menegtahui defenisi dari infeksi kulit (virus, bakteri,
jamur/mikotik).
2. Agar mahasiswa/i dapat menegtahui peneyebab/etiologi dari infeksi kulit (virus,
bakteri, jamur/mikotik).
3. Agar mahasiswa/i dapat menegtahui klasifikasi dan manifestasi klisnis dari infeksi
kulit (virus, bakteri, jamur/mikotik).
4. Agar mahasiswa/i dapat menegtahui perjalanan penyakit/patofisiologi dari infeksi
kulit (virus, bakteri, jamur/mikotik).
5. Agar mahasiswa/i dapat menegtahui pemeriksaan penunjang dari infeksi kulit
(virus, bakteri, jamur/mikotik).
6. Agar mahasiswa/i dapat menegtahui penatalaksanaan dari infeksi kulit (virus,
bakteri, jamur/mikotik).
7. Agar mahasiswa/i dapat menegtahui komplikasi yang dapat timbul dari infeksi
kulit (virus, bakteri, jamur/mikotik).

2
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN
Infeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di dalam
tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005). Sedangkan infeksi
kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan karena suatu bakteri/kuman, virus,
jamur.
a. Infeksi Virus
Infeksi kulit oleh virus adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh berbagai
jenis virus yang masuk kedalam tubuh baik melalui kulit secara langsung, maupun
melawati sistem pernapasan, virus bereplikasi atau multiplikasi dan akhirnya
menyebabkan proses peradangan (Mansjoer,2000).
b. Infeksi Bakteri (Pioderma)
Infeksi kulit oleh bakteri disebut Pioderma. Pioderma adalah infeksi kulit oleh
Staphylococus aureus, streptokokus atau kedua duanya (Mansjoer,2000).
Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder, Infeksi kulit primer
berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini
disebabkan oleh satu macam mikroorganisme. Infeksi kulit sekunder terjadi akibat
kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya atau akibat disrupsi keutuhan kulit
karena cedera atau pembedahan (Brunner & Suddarth, 2002)
Pada kedua keadan ini, beberapa jenis mikroorganisme dapat terlibat,
misalnya Staphylococcus aureus atau streptokus grup A. Infeksi bakteri primer
yang paling sering terjadi, antara lain: Impetigo bulosa, Folikulitis,
Pseudofolikulitis barbae (“shaving bumps”), Furunkel (bisul), Karbunkel.
c. Infeksi Mikotik (Jamur)
Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku,
rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur ( Harahap,2000).
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korenum pada epidermis, rambut dan kuku. Yang disebabkan
oleh golongan jamur dermatofita. Disebut juga sebagai tinea, ringworm, kurap,
teigna, herpes sirsinata (Mansjoer,2000).

3
Fungus (jamur) yang merupakan anggota dunia tanaman yang berukuran kecil
dan makan dari bahan organik, merupakan penyebab berbagai jenis infeksi kulit
yang sering ditemukan, antara lain :
1. Tinea pedis (jamur kaki/athlete’s foot), Infeksi ini sering menjangkiti para
remaja dan dewasa muda kendati dapat terjadi pada setiap kelompok usia serta
kedua jenis kelamin.
2. Tinea korporis (penyakit jamur badan). Menjangkiti bagian muka, leher,
batang tubuh dan ekstremitas. Pada bagian yg terinfeksi akan tampak lesi
berbentuk cincin atau lingkaran yang khas.
3. Tinea kapitis (penyakit jamur kulit kepala). Merupakan infeksi jamur menular
yang menyerang batang rambut dan penyebab kerontokan rambut yangs ering
ditemukan di antara anak-anak.
4. Tinea kruris (penyakit jamur lipat paha). Merupakan infeksi jamur pada lipat
paha yang meluas ke paha bagian dalam dan pantat.
5. Tinea unguiun (onikomikosis). Merupakan infeksi jamur yang kronis pada
kuku jari kaki atau kuku jari tangan.
B. ETIOLOGI
a. Infeksi Virus
Sebagian besar jenis Virus yang masuk melalui kulit dan menjadi penyebab
infeksi kulit adalah Papillomavirus / HPV pada tipe veruka dan kandiloma,
Herpesvirus pada tipe herpes simpleks, Poxvirus pada tipe molluscum
contagiosum (Price,2005).
Virus memiliki asam nukleat, karena hal ini virus harus hidup dalam inangnya.
Virus dapat menyebabkan penyakit apabila mengadakan kontak dengan sel yang
rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel. Beberapa virus yang dapat
menyebabkan penyakit antara lain : Virus Varicella Zoster menyebabkan
Varicella Zoster (Cacar Air).
b. Infeksi Bakteri
Jenis bakteri utama yang banyak menjadi penyebab infeski pada kulit adalah
Staphylococus aureus atau streptokokus group A (Brunner & Suddarth, 2002)
c. Infeksi Jamur
Kebanyakan infeksi jamur pada manusia disebabkan oleh tiga jenis jamur
yang disebut dermatofita. Tiga jenis jamur tersebut adalah Epidermophyton,
Trichopyton, dan Mocrosporum dan merupakan penyebab utama terjadinya
4
infeksi Tinea yang menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, bergantung pada
lokasi antominya (Price,2005).
C. KLASISFIKASI dan MANIFESTASI KLINIS
a. Infeksi Virus
a) Infeksi Kulit oleh HPV
Kutil atau veruka vulgaris merupakan jenis infeksi kulit yang disebabkan oleh
HPV. Veruka terlihat sebagai suatu nodul kutil yang kasar pada badan,
tungkai, tangan, lengan, genitalia dan bahkan pada membran mukosa
mulut.Pada genitalia dan membran mukosa vagina, rektum dan uretra, kutil ini
disebut dengan Kandiloma Akuminata. Penyakit ini tampak sebagai nodul
basah seperti kutil yang ditemukan dalam jumlah yang banyak. Pada pria
dapat ditemukan di daerah perineum, sulkus koronarius, anus sedangkan pada
wanita dapat ditemukan di vulva. Kelainna kulit ini berupa vegetasi bertangkai
bewarna kemerahan. apabila membesar dapat mirip dengan kembang kol
(karsinoma sel skuamosa) dan lesi ini sering kali mudah berdarah
(Price,2005).
b) Infeksi Kulit oleh Herpes virus
Varisela dan Herpes soster adalah penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh virus herpes.
Varisela atau cacar air adalah infeksi primer yang disebabkan oleh
virus DNA Herpesvirus varicellae, penyebab yang sama yang bila mengalami
reaktivasi pada pejamu yang tepat akan menyebabkan herpes zoster. Penyakit
varisela cukup menular dan ditularakan melalui udara (Goldstein,1998 ).
Varisela di tandai oleh maliase dan demam, yang di ikuti oleh erupsi multipel
makula eritametosa kecil, papula dan vesikel. Vesikel vesikel akan menjadi
purulen, berkusta dan sembuh spontan biasanya dalam waktu satu minggu.
Lesi terdapat dalam berbagai stadium, dan ini merupakan ciri khas varisela.
Lesi mula mula timbul di tubuh dan wajah dan kemudian menyebar ke perifer
menuju ekstremitas (Price, 2005).
Herpes zoster (shingles, cacar monyet) merupakan kelainan
inflamatorik viral dimana virus penyebanya menimbulka erupsi vesikuler yang
nyeri disepanjang distribusi saraf sensorik dari satu atau lebih ganglion
posterior. Herpes zoster diasumsikan sebagai keadaan yang mengambarkan
reaktivasi virus varisela yang laten dan mencerminkan penurunan imunitas.
5
Sesudah seseorang menderita varisela, virus varisela-zoster yang diyakini
sebagai penyebab penyakit ini hidup secara inaktif (dormant) di dalam sel
saraf di dekat otak dan medula spinalis. Dikemudian hari ketika virus yang
laten ini mengalami reaktivasi, virus tersebut berjalan lewat saraf periver ke
kulit. Disini virus mengadakan multiplikasi dengan warna merah dan berisi
cairan. Gejala erupsi biasanya disertai atau di dahului dengan rasa nyeri yang
menjalar keseluruh daerah yang dipersarafi oleh saraf yang terinfeksi. Rasa
nyeri bersifat terbakar/ panas, tajam (seperti tersayat), menusuk atau berupa
perasaan pegal. Sebagian pasien tidak merasakan nyeri tetapi merasa gatal dan
nyeri tekan dapat terjadi pada daerah lesi. Kadang kadang terdapat keluhan
tidak enak badan (meriang) dan gangguan gastrointestinal yang mendahului
erupsi (Brunner & Suddarth, 2002). Vesikel herpes berisi cairan yang jernih
dan kemyudian menjadi keruh (berwarba abu abu), dapat menjadi pustul dan
krusta. Kadang kadang vesikel mengadung darah, disebut herpes soster
hemoragic. Dapat timbul infeksi skunder sehingga menimbulkan ulkus dengan
penyembuhan berupa sikatriks (Mansjoer, 2000).
c) Infeksi kulit oleh Poxvirus
Moluskum kontangiosum adalah penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh Pox Virus. Gejalanya berupa papul kecil berukuran diameter
3 – 6 mm yang menyebar di muka, leher, lengan, badan, dan genitalia. Lesi
nya dapat menggerombol atau tersebar, berwarna putih seperti lilin atau merah
muda. Papul tersebut berisi benda putih seperti nasi, yang tidak lain adalah
badan moluskum (Harahap,2000).
b. Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri kulit primer yang paling sering ditemukan adalah impetigo dan
selulitis, folikulitis dapat berlanjut menjadi furunkel atau karbunkel. (Brunner &
Suddarth, 2002)
a) Impetigo
Impetigo merupakan infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh
stafilokokus, streptokokus atau lebih dari satu jenis bakteri. Daerah – daerah
tubuh, wajah, tangan, leher dan ekstremitas yang terbuka merupakan bagian
yang paling sering terkena. Impetigo merupakan penyakit menular dan dapat
menyebar ke bagian kulit pasien yang lain atau ke anggota keluarga yang
menyentuh pasien atau memakai handuk atau sisir yang tercemar oleh eksudat
6
lesi. Meskipun impetigo dijumpai pada segala usia, namun penyakit ini
terutama ditemukan di antara anak – anak yang hidup dalam kondisi higiene
yang buruk. Sering kali impetigo terjadi sekunder akibat pediculosis capitis
(tuma kepala), skabies (penyakit kudis), herpes simpleks, gigitan serangga,
getah tanaman yang beracun (poison ivy) atau ekzema. Kesehatan yang buruk,
higiene yang jelek dan malnutrisi dapat menjadi predisposisi untuk terjadinya
impetigo pada orang dewasa. Impetigo bulosa, yang merupakan infeksi
superfisial kulit akibat Staphylococus aureus, ditandai oleh pembentukan bula
dari vesikel asalnya. Bula tersebut mengalami ruptur dan meninggalkan lesi
yang merah serta basah.
 Manifestasi Klinis
Lesi dimulai dari makula yang kecil dan berwarna merah, yang
dengan cepat menjadi vesikel yang diskrit, berdinding tipis dan segera
mengalami ruptur serta tertutup oleh krusta yang melekat secara longgar
dan berwarna kuning keemasan seperti warna madu. Krusta ini mudah
terlepas dan memperlihatkan permukaan yang licin, merah serta basah, dan
pada permukaan ini segera tumbuh krusta yang baru. Jika terkena kulit
kepala, rambut menjadi kusut dan gejala ini membedakannya dengan tinea
kapitis.
b) Selulitis
Selulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan subkutan yang pada
orang – orang dengan imunitas normal biasanya disebabkan oleh
Streptococcus pyrogenes. Erisipelas adalah istilah untuk selulitis streptokokus
yang superfisial dimana tepinya berbatas tegas. Kadang – kadang, bakteri lain
ikut terlibat Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang penting dari
selulitis fasial pada anak – anak, yang sering berhubungan dengan otitis media
ipsilateral.
 Manifestasi Klinis
Selulitis sering terjadi pada tungkai walaupun bisa terdapat pada
bagian lain tubuh. Daerah yang terkena menjadi eritema, terasa panas dan
bengkak serta terdapat lepuhan – lepuhan dan daerah nekrosis. Pasien
menjadi demam dan merasa tidak enak badan bisa terjadi kekakuan dan
pada orang tua dapat terjadi penurunan kesadaran.

7
c) Folikulitis, Furunkel dan Karbunkel
1) Folikulitis merupakan infeksi stafilokokus yang timbul dalam folikel
rambut. Lesi bisa bersifat superfisial atau dalam. Papula atau pustula yang
tunggal atau multipel muncul di dekat folikel rambut. Folikulitis sering
terlihat di daerah dagu pada laki – laki yang mencukur janggutnya dan
pada tungkai wanita. Daerah lainnya adalah aksila, batang tubuh dan
bokong.
2) Furunkel (bisul) merupakan inflamasi akut yang timbul dalam pada satu
atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis di sekitarnya.
Kelainan ini lebih dalam dari pada folikulitis. (Furunkulosis mengacu
kepada lesi yang multipel atau rekuren). Furunkel dapat terjadi pada setiap
bagian tubuh kendati lebih prevalen pada daerah – daerah yang mengalami
iritasi, tekanan, gesekan dan perspirasi yang berlebihan, seperti bagian
posterior leher, aksila atau pantat (gluteus). Furunkel dapat berawal dari
jerawat yang kecil, merah, menonjol dan sakit.
3) Karbunkel merupakan abses pada kulit dan jaringan subkutan yang
menggambarkan perluasan sebuah furunkel yang telah menginvasi
beberapa buah folikel rambut, karbunkel berukuran besar dan memiliki
letak yang dalam. Biasanya keadaan ini disebabkan oleh infeksi
stafilokokus. Karbunkel paling sering ditemukan di daerah yang kulitnya
tebal dan tidak elastis. Bagian posterior leher dan bokong merupakan
lokasi yang sering. Pada karbunkel, inflamasi yang luas sering tidak diikuti
dengan pengisolasian total infeksi tersebut sehingga terjadi absorpsi yang
mengakibatkan panas tinggi, rasa nyeri, leukositosis dan bahkan
penyebaran infeksi ke dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).
c. Infeksi Jamur
Secara klinis dermatifitosis dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terkena,
yaitu tinea kapitis (rambut, alis, dan bulu mata), tinea korporis (badan dan anggota
badan, selain tangan, kaki da daerah tinea kruris), tinea kruris (genitokrural
sampai bokong, pubis, paha atas medial), tinea pedis (kaki dan telapak kaki) dan
tinea ungium (kuku). Gambarn klinis bervariasi tergantung pada lokasi kelainan,
respon imun seluler pasien terhadap penyebab, serta jenis spesies dan galur
penyebab. Morfologi khas yaitu kelainan yang terbatas tegas, terdiri atas

8
bermacam macam efloresensi (polimorfi), bagian tepinya lebih aktif dan terasa
gatal (Mnasjoer,2000).
a) Tinea kapitis (jamur kulit kepala)
Merupakan infeksi jamur yang menyerang stratum corneum kulit kepala dan
rambut kepala, yang disebabkan oleh jamur Mycrosporum dan Trichophyton.
Gejalnya adalah rambut yang terkena tampak kusam, mudah patah dan tinggal
rambut yang pendek-pendek pada daerah yang botak. Pada infeksi yang berat
dapat menyebabkan edematous dan bernanah.
b) Tinea korporis (jamur badan)
Merupakan mikosis superfisial berbentuk bulat-bulat (cincin) dimana
terjadinya jaringan granulamatous, pengelupasan lesi kulit disertai rasa gatal.
Gejalanya bermula berupa papula kemerahan yang melebar. Gejala yang
ditimbulkan penyakit ini berupa rasa gatal terutama saat berkeringat.
Timbulnya ruam kulit yang semakin meluas terutama di daerah kulit yang
lembap.
c) Tinea kruris (jamur lipatan paha)
Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas
sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya.
Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.
d) Tinea meanus et pedis (jamur kaki)
Merupakan infeksi jamur superfisial yang kronis mengenai kulit terutama kulit
di sela-sela jari kaki. Dalam kondisi berat dapat bernanah. Penyebabnya
adalah Trichophyton sp.
e) Tinea Ungium (jamur kuku)
Tinea ungium merupakan infeksi jamur kronis pada kuku yang biasanya
diebabkan oleh oleh spesies Trichophyton (T.rubrum, T.mentagrophytes) dan
candida ablicans. Gejalanya adalah kuku menjadi tebal, rapuh dan tidak
mengkilap. Kemudian akan tertimbun debris pada ujung ujung bebas kuku dan
akhirnya lempeng kuku akan terlepas. Karena sifat kronis penyakit ini,
keseluruhan kuku dapat hancur.
f) Tinea Versikolor (panu)
Pitiriasisis versikolor juga dikenal dengan istilah Tinea Versikolor,
merupakan infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang
disebabkan oleh Pityrosporum orbiculare atau Malassezia furfur.
9
g) Pitiarisis versikolor atau Tinea versikolor, yaitu : lesi kulit berupa bercak putih
sampai cokelat, merah dan hitam serta di atas lesi terdapat sisik halus. Paling
sering ditemukan dibadan.
D. PATOFISIOLOGI
a. Infeksi Virus
Ada banyak virus yang dapat menyebabkan infeksi, salah satunya adalah
Human Papiloma Virus (HPV). HPV dapat bereplikasi pada sel-sel epidermis dan
menular kepada orang yang tidak memiliki imunitas spesifik terhadap dirinya.
Keberadaan virus ini menyebabkan munculnya Veruka vulgaris atau kutil yang
kasar pada badan, tungkai, tangan, lengan, genitalia, bahkan membran mukosa
mulut (Price dkk., 2005). Kemunculan kutil disebabkan oleh replikasi di dalam
sel-sel epidermis dengan menimbulkan penebalan yang tidak teratur pada stratum
korneum di daerah yang terinfeksi. Individu yang kehilangan imunitas yang
spesifik terhadap virus sangat mudah mengalami infeksi oleh virus tersebut
(Kowalak dkk, 2011),
b. Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri terjadi ketika terdapat inokulum bakteri yang jumlahnya
mencapai 100.000 organisme per ml eksudat, atau per gram jaringan, atau per
mm2 daerah permukaan. Itu kemudian ditunjang dengan lingkungan yang rentan
terhadap bakteri seperti air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan protein, dan
darah. Hilangnya resistensi pejamu terhadap infeksi (sawar fisik yang terganggu,
respon biokimiawi/humoral yang menurun, respon selular yang menurun).
Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa
berikut:
1. Enzim :Hemolisin, Streptokinase, Hialuronidase
2. Eksotoksin :Tetanus, Difteri yang dilepaskan bakteri intak gram positif
3. Endotoksin :Lipopolisakaridase (LPS) dilepaskan dari dinding sel saat
kematian bakteri
Setelah kulit terpapar bakteri, timbul respon inflamasi seperti rubor
(kemerahan), tumor (pembengkakan), dolor (nyeri), dan kalor (panas). Setelah
itu rekasi inflamasinya menetap, sedangkan infeksinya menghilang. Infeksi
kemudian menyebar melalui beberapa cara: (1) langsung ke jaringan sekitar;
(2) sepanjang daerah jaringan; (3) melalui sistem limfatik; dan (4) melalui
aliran darah. Setelah infeksi menyebar, muncul abses. Abses ini merupakan
10
respon kekebalan tubuh terhadap infeksi yang muncul. Jika dirawat dengan
baik, akan muncul jaringan granulasi, fibrosis, dan jaringan parut. Namun jika
tidak ditangani secara baik, akan menyebabkan infeksi kronis, yakni
menetapnya organisme pada jaringan yang menyebabkan respon inflamasi
kronis (Pierce & Borley, 2007).
c. Infeksi Jamur

Infeksi jamur dapat dialami orang yang terpajan pada keadaan apa pun dalam
hidupnya. Faktor predisposisi infeksi ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas.
Tetapi seringkali orang terpajan akibat lingkungan atau perilakunya. Sebagai
contoh, seorang atlet dapat terinfeksi jamur yang tumbuh di loker dari keringat
dan mandi yang sering. Selain itu juga terjadi pada orang yang mengalami
penurunan fungsi imun, misalnya pasien diabetes, wanita hamil, dan bayi. Mereka
yang menderita imunodefisiensi berat, termasuk pengidap AIDS, berisiko
mengalami infeksi jamur yang kronik dan berat. Pada kenyataannya, infeksi ragzi
pada vagina atau mulut seringkali merupakan infeksi oportunistik yang ditemukan
pada para pengidap HIV. Pasien dengan infeksi jamur kronik harus dievaluasi
untuk mencari diabetes melitus dan AIDS.

Pengobatan dengan antibiotik untuk infeksi bakteri dapat membunuh bakteri


vagina normal yang biasanya berada dalam keseimbangan dengan ragi vagina. Hal
ini dapat menimbulkan infeksi ragi pada vagina wanita atau perempuan muda.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Infeksi Virus
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan percobaan Tzanck dengan
cara membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari
kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak ; untuk herpes
dan varisela.
Jika gambaran klinis tidak jelas dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik
melalui biopsi kulit. Gambaran histopatologis dapat membedakan bermacam –
macam papiloma ; untuk veruka dan kandiloma.
Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan
moluskum yang mengandung partikel virus ; untuk moluskum kontangiosum
(Mansjoer,2000).
11
b. Infeksi Bakteri
Pemeriksaan laboratorium :
Pada pemeriksaan darah tepi terdapat leukositosis, terutama pada infeksi yang
disebabkan oleh streptokokus. Pada pewarnaan gram dari asupan cairan vesikel
yang baru, terdapat kokus-kokus gram positif. Biakan dari darah yang
mengeluarkan sekret atau daerah dibawah krusta menghasilkan streptokokus dan
stafilokokus (Harahap, 2000).
c. Infeksi Jamur
Pada dasarnya diagnosis penyakit infeksi kulit oleh jamur dapat sangat mudah
ditegagkan berdasarkan gambaran klinis atau dengan hasil pemeriksaan fisik saja.
Pemeriksaan penunjang untuk dapat menegakkan diagnosis penyebab/ jenis
infeksi kulit oleh jamur dapat dilakukan dengan pemeriksaan kerokan kulit.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikrokopis dan pemeriksaan
lampu Wood.
Pada pemeriksaan mikroskopis langsung, dengan larutan KOH 10-20%,
tampak hifa pendek bersepta, kadang kadang bercabang, atau hifa terpotong
potong, dengan spora yang berkelompok. Pemeriksaan dengan lampu wood
memberikan florensi berwarna kuning emas ; untuk Pitiriasis Versikolor. Pada
pemeriksaan mikroskopis, akan terlihat spora diluar rambut (ectotrics) atau di
dalam rambut (endotricts) untuk tinea kapitis. Dan pada pemeriksaan kerokan
kulit dengan mikroskopis langsung dengan menggunanakan larutan KOH 10-20%
akan ditemukan elemen jamur untuk jenis pentakit infeksi kulit jamur lainnya ;
tinea kruris, tinea pedis, tinea korporis (Harahap,2000).
F. PENATALAKSANAAN
a. Infeksi Virus
1. Herpes simpleks
Analgesic dalam dosis yang kuat dalam masa serangan primer.
Kotrimoksazol oral dalam dosis 2x2 tab./hari. Zat pengering antiseptic seperti
Povidoniodine, larutan garam faali, sebagai obat kompres.
2. Herpes Zoster
Antibiotik diberikan bila ada infeksi sekunder. IDU 5-40% dalam
100% DMSO (dimetilsulfoksid) dipakai secara topikal. Lokal : diberi bedak
(lasio kalamin).
3. Varisela
12
Untuk panasnya dapat diberikan asetosal atau antipiretik lain.
Antihistamin oral diberikan bila ada gatal. Secara topikal diberikan bedak
(losio kalamin). Istirahat dan tirah baring.
4. Veruka
Bedah listrik dengan anestesi local, memakai bahan kaustik seperti
larutan perak nitrat 25%, TCA (trichlor acetic acid) jenuh dan fenol
likuefaktum. Bedak scalpel (ekstirpasi) atau bedah beku (CO2, N2, N2O).
5. Moluskum Kotangiosum
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung
badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik
atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku. Pada
orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya.
b. Infeksi Bakteri
1. Impetigo
Topikal : membersihkan lesi dengan antiseptic. Bila lesi basah, lesi
dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000. Bila lesi kering,
olesi dengan salep yang mengandung mupirosin 2%. Antibiotik topikal lain
yang dapat dipakai adalah asam fusidat dan gentamisin.
Sistemik : obat pilihan ialah penisilin V per oral. Dapat juga diberikan
irtromisin, amoksisilin, atau sefalosporin.
2. Selulitis
Topikal : jika lesi basah, kompres dengan permanganas kalikus. Jika
kering, olesi krim antibiotik.
Sistemik : berikan antibiotik per oral
3. Folikulitis
Topikal : membersihkan lesi dengan air dan desinfektan. Memberikan
salep atau krim antiniotika.
Sistemik : antibiotik per oral misal ertromisin, klindamisin atau
sefaloseforin.
4. Furunkel dan Karbunkel
Lesi permulaan yang belum berfluktuasi dan belum bermata dikompres
panas dan diberi antibiotik oral (penisilin).

13
Jika lesi telah matang dan bermata dilakukan insisi dan drainase.
Antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah basitrasin, neomisin, asam
fusidat atau muipirosin.
c. Infeksi Jamur
1. Tinea Kapitis (penyakit jamur kulit kepala)
Diberikan griseofulvin dan keramas 2-3 kali/minggu (sampo Excel, selsun).
2. Tinea Korporis (penyakit jamur badan)
Preparat griseofulvin oral diberikan pada kasus infeksi jamur yang luas.
Ketokonazol dapat diberikan pada kondisi kronis, termasuk pasien yag resisten
terhadap griseofulvin.
3. Tinea Kruris (penyakit jamur lipat paha)
Infeksi ringan : preparat topikal seperti klotrimazol, mikonazol atau
haloprogin selama 3-4 minggu. Infeksi berat : preparat griseofulvin oral.
4. Tinea Pedis (penyakit jamur kaki; Athlete’s foot;kutu air)
Fase akut (vesikuler) dilakukan perendaman bagian yang sakit dengan larutan
salin Burowi atau kalium permanganate. Preparat antifungus topikal
(mikonazol, klotrimazol) dioleskan pada daerah yang terinfeksi.
5. Tinea Unguium (Onikomikosis)
Griseofulvin oral selama 6 bulan-1 tahun kalau kuku jari ikut terkena. Losion
amfoterisin B, mikonizol, klotrimazol, nistatin (jika disebabkan oleh Candida
albicans).
G. KOMPLIKASI
a. Infeksi Virus
 Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila
timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi adalah sebagai berikut :
 Neuralgia Pasca Herpes
Merupakan komplikasi yang paling umum. Merupakan nyeri di daerah
kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena herpes zoster. Nyeri ini bisa
menetap selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya herpes
zoster. Nyeri bisa dirasakan terus menerus atau hilang-timbul dan bisa
semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun dingin.
 Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.

14
 Kelemahan otot
b. Infeksi Bakteri
Pada kasus folikulitis, furunkel dan karbunkel dapat menyebabkan terjadinya
pembentukan jaringan parut, bakteremia atau selulitis, dan penyebaran kuman
yang meluas dapat menyebabkan cacat pada katup jantung atau arthritis pada
persendian. Selulitis sendiri juga bisa mengarah pada terjadinya sepsis (selulitis
yang tidak diobati) dan juga penyebaran meluas ke lebih banyak jaringan tubuh.
Selulitis pada ekstremitas bawah lebih besar kemungkinan menjadi tromboflebitis
pada pasien lansia.
c. Infeksi Jamur
Infeksi jamur yang dalam (internal) dapat menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang bermakna. Muncul jaringan parut kulit atau alopesia (rambut
rontok) akibat tinea kapitis. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah
saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan
kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf yang terkena.
Komplikasi lain seperti infeksi otak oleh virus varisela-zoster atau penyebaran
virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang
terjadi.

15
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan dasar dalam menentukan proses
keperawatan selanjutnya. Kemampuan perawat dalam melakukan pengakajian pasien
dengan masalah kelainan dermatologi dapat sangat membantu pasien dalam upaya
mendapatkan diagnosis medis segera dan pengobatan yang tepat dari tenaga
medis/dokter berdasarkan hasil kolaborasi perawat.
Pengakajian keperawatan pada kelainan deramatologi meliputi :
1. Anamnesis
Anamnesis terdiri dari:
a. Data demografi : Identitas pasien ; nama, JK, usia,agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dll.
b. Keluhan utama : seperti pasien datang dengan keluhan muncul kelainan pada
kulit, seperti benjolan, bintik bintik merah, gatal, panas dan nyeri, dll.
Untuk keluhan utama ini, perawat harus menggali informasi lebih mendalam
lagi seperti :
a) Kapan ruam / kelainan mulai muncul ?
b) Tampak seperti apa ketika ruam pertama kali muncul dan bagaimana ia
berubah ?.
c) Dimana mulainya, apakah menjalar? dimana ?
d) Apakah ruamnya hilang timbul ?
e) Adakah rasa gatal, panas atau sakit?
c. Riwayat keluhan utama.
a) Adakah makanan yang di makan sebelum munculnya ruam?
b) Adakah aktivitas pekerjaan yang di curigai menjadi penyebab munculnya
ruam?
c) Apakah pernah berjumpa dengan penderita penyakit yang sama
sebelumnya?
d. Riwayat penyakit dan pengobatan
a) Apakah pernah mengalami ruam ini sebelumnya? Bila Ya, pengobatan apa
yang menyembuhkan.
b) Apakah pasien pernah atau sedang mengalami penyakit kronis?
c) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama?
16
d) Pengobatan apa yang telah dilakukan untuk mengobati ruam ini?
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kelainan dermatologi pada dasarnya bagaimana
kemampuan perawat mengidentifikasi jenis berbagai lesi yang muncul pada kulit
tersebut, seperti :
a. Lesi khas pada penyakit infeksi oleh virus :
Papula : kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, padat, berbatas
jelas, dan ukurannya tidak lebih dari 1 cm.
Nodul : sama dengan papula, ukurannya lebih dari 1 cm.
Vesikel : Kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, berisi cairan
dan ukurannya tidak lebih dari 1 cm.
b. Lesi khas pada penyakit infeksi oleh jamur :
Skuama : jaringan mati dari lapisan tanduk yang terlepas, sebagian kulit
menyerupai sisik.
Makula : kelainan kulit yang sama tinggi dengan permukaan kulit, warnanya
berubah dan berbatas jelas.
Erosio : kuit yang peidermis bagian atasnya terkelupas.
Fisura : Epidermis yang retak hingga dermis terlihat, biasnya nyeri.
Pada kulit kepala juga disertai kerusakan pada rambut seperti rambut kusam,
dan mudah patah.
c. Lesi khas pada penyakit infeksi oleh bakteri :
Sebagian besar infeksi kulit oleh bakteri akan memunculkan manifestasi klinis
udem pada area infeksi, dan terbentuknya pustula, yaitu lesi kulit yang sama
dengan vesikula tetapi berisi pus/nanah.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sering di gunakan pada kelaianan dermatologi
adalah pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksan menggunakan pemeriksaan
mikroskopis dan pemeriksaan Sinar Wood. Jadi kemampuan perawat dalam
membaca hasil pemeriksaan laboratorium sangat di harapkan sehingga
mempermudah proses kolaborasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia b.d proses inflamasi
2. Kerusakan/ resiko kerusakan integritas kulit b,d lesi dan reaksi inflamasi
3. Nyeri akut b.d penekanan serabut saraf akibat proses inflamasi
17
4. Resiko penularan infeksi b.d sifat menular dari organisme
5. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi penyakit dan perawatan.
6. Resiko harga diri rendah situasional b.d penampilan dan respon orang lain
C. INTERVENSI
1. Hipertermia b.d proses inflamasi
Tujuan :
Klien akan mempertahakan suhu tubuh dalam rentang normal selama proses
perawatan. Dengan kriteria hasil :
Klien tidak mengeluh demam, suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5ºC.
Intervensi :
1) Jelaskan pada klien tentang penyebab demam.
2) Anjurkan klien untuk intake cairan 1500 – 3000 cc/ hari.
3) Beri kompres hangat.
4) Beri antipiretik sesuai pesanan dokter.
5) Observasi perubahan suhu tubuh.
2. Kerusakan/resiko kerusakan integritas kulit b,d lesi dan reaksi inflamasi
Tujuan :
Klien akan mempertahankan keutuhan integritas kulitnya selama dalam proses
perawatan. Dengan kriteria hasil :
Lesi tidak meluas, lesi utuh sampai pada proses penyembuhannya yang optimal,
lesi tidak berubah menjadi lesi yang baru / jenis baru.
Intervensi :
1) Jelaskan pada klien tentang jenis dan sifat lesi
2) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk, memencet atau menggosok lesi.
3) Pertahankan kebersihan kulit yang terinfeksi.
4) Anjurkan klien untuk tidak menyentuh atau memegang lesi setelah memegang
sesuatu.
5) Lakukan perawatan kulit dengan teratur.
6) Pantau / observasi kemungkinan terjadi perluasan area lesi dan perubahan
bentuknya.
7) Layani pengobatan sesuai anjuran dokter ; oral atau topikal.
8) Layani pemberian obat topikal sesuai SOP keperawatan.
3. Nyeri akut b.d penekanan serabut saraf akibat proses inflamasi
18
Tujuan :
Klien akan mempertahankan rasa nyaman ; bebas dari nyeri selama proses
perawatan, dengan kriteria hasil :
Klien melaporkan nyeri yang dirasakan berkurang, klien dapat
mendemonstrasikan tekhnik mengontrol nyeri yang adaptif, klien nampak rileks.
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri (P,Q,R,S,T)
2) Jelaskan pada klien penyebab nyeri
3) Ajarkan klien tekhnik kontrol nyeri yang adaptif ; tekhnik napas dalam atau
distraksi
4) Beri kompres hangat pada area infkesi (untuk infeksi oleh bakteri), beri bedak
khusus antigatal (untuk infeksi virus) dan beri salp antigfungi sesuai resep
dokter (untuk infeksi jamur).
5) Obsevasi kemampuan klien mengontrol nyeri yang adaptif.
4. Resiko penularan infeksi ; pada diri sendiri maupun orang lain b.d sifat menular
dari organisme
Tujuan :
Klien akan menurunkan resiko penularan infeksi selama proses perawatan.
Dengan kriteria hasil : lesi tidak meluas dan menyebar, tidak ada anggota keluarga
atau klien lain yang menderita penyakit yang sama.
Intervensi :
1) Jelaskan jenis dan sifat lesi pada klien.
2) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk atau memegang megang lesi.
3) Jelaskan jenis dan sifat lesi pada keluarga.
4) Batasi kunjungan keluarga.
5) Hindari penggunaan pakaian / laken yang sama dengan klien yang lain.
6) Isolasi klien pada ruang perawatan khusus.
7) Gunakan alat pelindung diri yang tepat ; bagi perawat selama beri perawatan.
8) Gunakan alat perawatan sekali pakai jika perlu.
9) Isolasi bahan sampah medis sisa perawatan klien.
10) Beri pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang proses penyakit
dan penymbuhannya.
5. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi penyakit dan perawatan.
19
Tujuan :
Klien akan melaksanakan program terapeutik yang optimal selama proses
perawatan. Dengan kriteria hasil : klien berpartisipasi aktif dalam program
perawatan, klien dapat menjelaskan indikasi, kontra indikasi,efek samping dan
dosis obat yang di gunakannya, klien dapat mencapai kesembuhan yang optimal.
Intervensi :
1) Jelaskan jenis penyakit, penyebab, pengobatan, dan cara perawatan penyakit
pada klien dan keluarga.
2) Jelaskan tentang obat yang digunakan klien; indikasi, kontra indikasi,efek
samping dan dosis obat.
3) Motivasi klien untuk mengikuti program pengobatan dengan sunguh sungguh.
4) Yakinkan klien bahwa penyakit klien dapat disembuhkan dengan pengobatan
yang tepat dan teratur.
6. Resiko harga diri rendah situasional b.d penampilan dan respon orang lain
Tujuan :
Klien akan mempertahankan pandangan positif pada diri selama proses perawatan.
Dengan kriteria hasil : klien mengungkapkan penerimaanya terhadap keadaan
penyakit, klien mengungkapkan keyakinan terhadap kesembuhan peyakit.
Intervensi :
1) Jelaskan proses penyembuhan penyakit pada klien.
2) Motivasi klien ikuti program perawatan yang diberikan.
3) Yakinkan klien bahwa penyakit klien dapat disembuhkan dengan pengobatan
dan perawatan yang tepat.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan tahap ke ekmpat dari proses
keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan. Pada tahap ini perawat siap
untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas – aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien.
Agar implementasi perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, perlu mengidentifikasi prioritas perawatan pasien kemudian bila telah
dilaksanakan memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya
(Doenges, 1998 Hal 105).

20
E. EVALUASI
1. Klien tidak mengeluh demam, suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5ºC.
2. Lesi tidak meluas, lesi utuh sampai pada proses penyembuhannya yang optimal,
lesi tidak berubah menjadi lesi yang baru / jenis baru.
3. Lesi tidak meluas dan menyebar, tidak ada anggota keluarga atau klien lain yang
menderita penyakit yang sama selama proses perawatan.
4. Klien berpartisipasi aktif dalam program perawatan, klien dapat menjelaskan
indikasi, kontra indikasi,efek samping dan dosis obat yang di gunakannya, klien
dapat mencapai kesembuhan yang optimal.
5. Klien mengungkapkan penerimaanya terhadap keadaan penyakit, klien
mengungkapkan keyakinan terhadap kesembuhan penyakit.

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit infeksi pada kulit disebabkan oleh tiga penyebab utama yaitu infeksi
oleh virus, jamur dan bakteri.
Infeksi kulit oleh virus paling banyak adalah disebabkan oleh Papillomavirus / HPV
yaitu virus penyebab penyakit kutil/ veruka dan kandiloma, Herpesvirus penyebab
penyakit herpes zoster,herpes simpleks dan varisela, dan Poxvirus yang menyebabkan
penyakit molluscum contagiosum. Kebanyakan infeksi jamur disebabkan oleh tiga
jenis jamur yang disebut dermatofita. Tiga jenis jamur tersebut adalah
Epidermophyton, Trichopyton, dan Mocrosporum dan merupakan penyebab utama
terjadinya infeksi Tinea yang menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, bergantung
pada lokasi antominya. Sedangkan infeksi kulit oleh bakteri disebut Pioderma adalah
infeksi kulit oleh Staphylococus aureus, streptokokus atau kedua duanya.
Berbagai jenis virus, jamur dan bakteri tersbut masuk kedalam tubuh melalui
kulit maupun melewati sistem respirasi. Dengan berbagai enzim dan zat yang
dimilkinya, virus, jamur dan bakteri tersebut menimbulkan reaksi peradangan pada
lapisan kulit dan memunculkan berbagai jenis lesi sebagai manifestasi klinisnya.
Akibat proses peradangan dan proses pneyakit tersebut, muncul beberapa masalah
keperawatan yang perlu segera diatasi, diantaranya Hipertermia b.d proses inflamasi,
Kerusakan/ resiko kerusakan integritas kulit b,d lesi dan reaksi inflamasi, Resiko
penularan infeksi b.d sifat menular dari organisme, Resiko ketidakefektifan
penatalaksanaan program terapeutik b.d ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan perawatan dan Resiko harga diri rendah situasional b.d penampilan dan
respon orang lain.
Intervensi keperawatan yang tepat dan rasional pada setiap diangnosa
keparawatan tersebut merupakan pemandu utama perawat dalam melakukan dan
memberikan tindakan perawatan pada pasien. Sehingga hasil akhirnya adalah pasien
dapat memperoleh kesembuhan yang optimal sesuai yang diharapan.

22
B. SARAN
Dari makalah ini kelompok ingin menyarankan kepada teman-teman dan para
pembaca semuanya untuk sama-sama membaca lagi dan mancari lietaratur lain
sebagai penambah wawasan tentang penyakit infeksi pada kulit, khusunya informasi
tentang manifestasi klinis berbagai jenis penyakit kulit sesuai dengan faktor
penyebabnya, proses patologis, pengobatannya dan proses asuhan keperawatannya
yang mungkin sudah ada yang terbaru. Akhirnya, harapan kelompok, kita bisa
memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dan lebih profesional lagi kepada
klien sesuai harapan pasien dan keluraga.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.scribd.com/pmp/plans
2. http://nurs_farah-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-93836-Umum-
Asuhan%20Keperawatan%20infeksi%20pada%20kulit%20akibat%20jamur,%20
bakteri,%20virus.html

24

Anda mungkin juga menyukai