Anda di halaman 1dari 7

Hiperlipid adalah penyakit salah satu atau lebih kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid atau

trigliserid. Hiperlipoproteinemia adalah meningkatnya konsentrasi makro moleul lipoprotein


yang membawa lipid dalam plasma. Ketidaknormalan lipid plasma dapat menyebabkan
pengaruh yang buruk (predisposition) terhadap koroner, serebro vaskular dan penyakit
pembuluh arteri perifer.

Patofisiologi

Kolesterol, trigliserid dan fosfolipid dibawa dalam darah sebagai kompleks lipid dan protein
dikenal sebagai lipoprotein. Peningkatan kolesterol total dan LDL (Low density Lipoprotein)
dan penurunan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) berhubungan dengan
perkembangan penyakit jantung koroner (PJK).

Hipotesis respon terhadap luka menyatakan bahwa faktor resiko seperti LDL teroksidasi, luka
mekanis terhadap endotelium, peningkatan homosintein, serangan imunologi atau induksi
infeksi yang menginduksi perubahan dalam ensoelial dan fungsi intima membawa kepada
disfungsi endoteliel dan serangkaian interaksi seluler yang lama kelamaan memuncak
menjadi aterosklerosis. Gejala klinis yang dapat muncul adalah angina, infark miokardiak,
aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisme pada aorta abdomen dan kematian
mendadak.

TERAPI FARMAKOLOGI

1. Resin Asam Empedu


Kerja utama dari resin asam empedu adalah mengikat asam empedu dalam lumen
saluran cerna, dengan gangguan stimulasi terhadap sirkulasi enterohepatik asam
empedu, yan menurunkan penyimpangan asam empedu dan merangsang hepatik
sintesis asam empedu dari kolesterol. Kurangnya penyimpanan kolesterol hepatik
menghasilkan peningkatan biosintesis kolesterol dan sejumlah reseptor LDL pada
membran hepatosit, yang stimulasi peningkatan kecepatan katabolisme dari plasma
dan penurunan kadar LDL. Peningkatan biosintesis hepatik kolesterol juga
berhubungan dengan peningkatan produksi VLDL hepatik dan akibatnya resin asam
empedu akan mengganggu hipertrigliseridemia pada pasien dengan kombinasi
hiperlipidemia
Resin asam empedu digunakan dalam pengobatan hiperkolesterolemia primer
(hiperkolesterolemia familial, familial dikombinasikan dengan hiperlipidemia, tipe lia
hiperlipoproteinemia). Juga digunakan untuk detoksifikasi keracunan digitalis
Keluhan gastrointestinal seperti konstipasi, mulas, penuhnya epigastrik, mual dan
kembung biasa dilaporkan. Efek samping ini dapat diatur dengan peningkatan asupan
cairan, perubahan makan untuk meningkatkan pengeluaran.
Tekstur kasar dan meruah dapat diminimalisir dengan mencampur serbuk dengan jus
jeruk. Kolestipol memiliki rasa yang lebih enak daripada cholestyramine karena tidak
berbau dan berasa. Sediaan tablet dapat meningkatkan kenyamanan dalam terapi ini.
Efek samping lain yang berpotensi timbul adalah awalnya kenaikan konsentrasi AP
(alkalifosfatase) dan transaminase, gangguan absorpsi vitamin larut lemak yaitu
vitamin A, D, E dan K, hipernatremia dan hiperkloremia, gangguan gastrointestinal
dan reduksi bioavabilitas obat jenis asam termasuk warfarin, asam nikotinat, tiroksin,
asetaminofen, hidrokortison, hidroklortiazid, loperamid dan besi. Interaksi obat
dengan jarak 6 jam atau lebih diantara resin asam empedu dan obat lain.
Kontraindikasi
kolestiramin, kolestipol : penyumbatan saluran empedu
interaksi
kolestiramin, kolestipol : mempengaruhi obat-obat oral yang lain → waktu minum
obat agar diberi sela yang pantas, obat-obat yang mengalami sirkulasi enterohepatik,
sebagian luput dari absorpsi (mis. Kumarin, digitalis)
2. Niasin
Niasin (asam nikotinat) mengurangi sintesis hepatik VLDL, yang akan mengarah
pada penguranga sintesis LDL. Niasin juga meningkatkan HDL dengan mengurangi
katabolismenya.
Prinsip dalam penggunaan niasin adalah untuk hiperlipidemia campuran atau agen
sekunder dalam terapi kombinasi untuk hiperkolesterolemia. Obat ini merupakan agen
primer atau alternatif untuk pengobatan hipertrigliserdemia dan dislipidemia diabetik.
Niasin memiliki banyak reaksi efek samping, sebagian besar gejala dan
ketidaknormalan biokimia tampak tidak meminta terapi diteruskan
Kemerahan pada kulit dan gatal tampak karena mediasi prostaglandin dan dapat
dikurangi dengan menggunakan aspirin 325 mg sebelum konsumsi niacin. Konsumsi
niasin dengan makanan dan meningkatkan dosis secara perlahan-lahan akan
meminimalisir efek-efek ini. Ketergantungan alkohol dan minuman panas dapat
memperbesar efek kemerahan dan pruritus dari niacin dan keduanya harus dihindari
pada waktu pencernaan obat. Gangguan gastrointestinal juga merupakan masalah
yang biasa.
Abnormalitas laboratorium penting yang berpotensi terjadi pada terapi niacin adalah
peningkatan uji fungsi hati, hiperurikemia dan hiperglisemia. Niacin yang
berhubungan dengan hepatitis lebih biasa terjadi pada sediaan lepas lambat dan
penggunaanya harus ditujukan pada pasien yang tidak dapat menerima sediaan lepas
reguler. Niasin dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit hati yang aktif dan
dapat memperburuk gout dan diabetes yang telah ada
Nikotinamida seharusnya tidak digunakaan dalam pengobatan hiperlipidemia karena
tidak efektif menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida.
3. Inhibitor Hmg Coa Reduktase
Statin menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) reduktase,
mengganggu konversi HMG CoA reduktase menjadi mevalonate, tahap yang
menentukan dalam biosintesis kolesterol de-novo. Pengurangan sintesis LDL dan
peningkatan katabolisme LDL dimediasi melalui reseptor LDL menjadi prinsip kerja
untuk efek penurunan lipid.
Ketika digunakan sebagai terapi tunggal, statin merupakan agen penurun kolesterol
total dan LDL yang paling poten dan ditoleransi paling baik. Kolesterol total dan LDL
direduksi hingga 30 % atau lebih dalam dosis yang berhubungan dengan penggunaan
ketika ditambahkan terapi makanan.
Kombinasi terapi statin dengan resin asam empedu masuk akal , secara terjadinya
peningkatan beberapa reseptor LDL, mengarah kepada degradasi besar-besaran
kolesterol LDL, sintesis intraselular kolesterol dihambat dan penggunaan ulang asam
empedu terinterupsi.
Konstipasi terjadi dalam kurang dari 10% pasien yang konsumsi statin. Efek samping
lain termasuk peningkatan kadar aminotransferase dalam serum (terutama alanine
aminotransferase), peningkatan kadar kreatinin kinase, miopati dan jarang
rabdomiolisis.
Efek samping :
- Keluhan abdominal ringan, ruam kulit, rangsangan gatal, nyeri kepala, lelah,
gangguan tidur
- Kenaikan konsentrasi transminase
- Nyeri otot, kejang otot, jarang : rhabdomiolisis, miopati

Kontraindikasi :

- Penyakit hati , kolestatin, miopati


- Kehamiln, masa menyusui

Interaksi

- Penguatan efek antikoagulan oral, digoksin


- Peningkatan resiko suatu miopati atau rhabdomiolisis pada pemberian bersama-
sama dengan imunosupresan, fibrat, asam nikotinat, eritromisin.
4. Asam fibrat
Terapi tunggal efektif dalam penurunan VLDL, tapi akibatnya terjadi peningkatan
LDL dan kadar kolesterol total akan cenderung berubah. Gemfibrozil mengurangi
sintesis VLDL dan khususnya apolipoprotein B yang berkelanjutan dengan
meningkatnya kecepatan pemindahan lipoprotein kaya trigliserida dari plasma.
Clofibrate kurang efektif dibandingkan gemfibrozil atau niacin dalam penurunan
produksi VLDL. Keluhan gastrointestinal terjadi dalam 3-5 % pasien, kemerahan
pada kulit (rash) 2%, pusing 2,4% dan 1,3%, klofibrat dan jarang biasanya,
gemfibrozil dapat menginduksi pembentukan batu empedu.
Gejala myositis seperti myalgia, lemah, stiffness, malaise dan peningkatan kreatinin
kinase dan aminotransferase aspartat dapat terjadi dan lebih sering pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal. Fibrat berpotensi memberi efek terhadap antikoagulan
oral, dan the international normalized ratio (NRI) harus dipantau dangat teliti pada
kombinasi ini.
Efek samping :
- Asam klofibrat atau derivatnya, keluhan abdominal ringan, ruam kulit,
kecenderungan terbentuknya batu empedu (kolesterol), miositis toksik, kenaikan
konsentrasi AP (alkalofosfatase) dan transaminase
- Asam nikotinat atau derivatnya : flush, pruritus, keluhan abdominal, kenaikan
asam urat, penurunan toleransi glukosa pada terapi jangka panjang
Kontraindikasi :

- Kehamilan, masa menyusui


- Asam klofibrat atau derivatnya : penyakit hati, insufisiensi ginjal, pengobatan
pada waktu yang sama dengan perheksilinhidrogenmaleat, penghambat MAO,
penghambat HMG-CoA-reduktase, relatif, penyakit kandung empedu,
hipalbuminemia, anak-anak
- Asam nikotinat atau derivatnya : insufisiensi kardiovaskular akut

Interaksi :

- Asam klofibrat atau derivatnya


- Penguatan efek kumarin, antidiabetik oral
- Bahaya rhabdomiolisis pada terapi bersamaan waktu dengan penghambat HMG-
CoA-reduktase
- Asam nikotinat atau derivatnya : pengurangan efek obat antidiabetik
5. Ezetimibe
Ezetimibe mengganggu absorpsi kolesterol dari membran fili saluran cerna (brush
border), mekanisme baru yang membuatnya menjadi pilihan baik untuk terapi tunggal
atau digunakan dengan statin. Dosisnya 10 mg perhari, diberikan dengan atau tanpa
makanan. Ketika digunakan tunggal, obat ini menurunkan lebih kurang 18%
kolesterol LDL. Ketika ditambahkan statin, ezetimibe menurunkan LDL dengan
penambahan sekitar 12-20 %. Produk yang dikombinasikan (Vytorin) mengandung
ezetimibe 10 mg dan simvastatin 10, 20, 40 dan 80 mg tersedia. Ezetimibe dapat
diterima dengan baik, sekitar 4 % pasien mengalami keluhan gastrointestinal. Karena
hasil kardiovaskular belum dievaluasi, obat ini dapat diberikan lagi untuk pasien tidak
dapat menerima terapi statin atau pasien yang tidak mencapai penurunan lipid yang
diharapkan pada penggunaan statin tunggal.
6. Suplemen minyak ikan
Makanan tinggi omega-3 asam lemak rantai panjang tidak jenuh (dari minyak ikan),
lebih dikenal dengan asam eikosapentanoat (EPA), mengurangi kolesterol,
trigliserida, LDL dan VLDL dan dapat meningkatkan kolesterol HDL. Pasien yang
diobati untuk gangguan sekunder, gejala penyakit jantung aterosklerosis seperti
angina atau iskemia yang menyebabkan nyeri seperti kram, dapat meningkat dari
bulan ketahun.

Evaluasi Keberhasilan Terapi

Evaluasi jangka pendek pada terapi hiperlipidemia didasarkan pada respon terhadap diet dan
terapi obat yang didapat dengan melakukan pengukuran total kolesterol, LDL, HDL dan
trigliserida. Banyak pasien yang terapi akibat hiperlipidemia primer tidak memiliki gejala
atau manifestasi klinis dari gangguan lipid secara genetik (seperti xanthomas) sehingga
pemantauan laboratorium diperlukan. Pada pasiem yang diterapi untuk intervensi sekunder,
gejala penyakit jantung atherosklerosis seperti angina, dapat membaik dalam waktu bulanan
atau tahunan. Xhantomas atau manifestasi ekternal dari hiperlipidemia dapat menurun akibat
terapi.

Perhitungan lipid seharusnya dilakukan dalam waktu puasa untuk meminimalisasi gangguan
pengukuran dari kilomikron. Pemantauan dibutuhkan selama beberapa bulan pemberian obat.
Jika kondisi pasien telah stabil, pemantauan dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun sudah
cukup. Pasien dengan terapi resin asam empedu sebaiknya melakukan pengecekan puasa
selama 4 sampai 8 minggu sampai dosis stabil tercapai, trigliserida. Niasin membutuhkan uji
awal fungsi hati (alanin aminotransferase), asam urat dan glukosa. Uji ulang sebaiknya
dilakukan pada dosis 1000-1500 mg/hari. Gejala miopati atau diabetes sebaiknya dicari
penyebabnya dan mungkin memerlukan penetapan kreatinin kinase dan glukosa. Pasien
dengan diabetes membutuhkan pemantauan lebih sering.

Pasien yang mendapatkan statin sebaiknya melakukan pengecekan puasa 4 sampai 8 minggu
setelah dosis awal atau perubahan dosis. Tes fungsi hati seharusnya didapatkan pada tahap
awal dan secara rutin setelahnya berdasarkan paket informasi yang masuk. Para ahli percaya
bahwa pemantauan untuk hepatotoksik dan miopati dapat dipicu oleh gejala-gejala tersebut.
Pasien dengan faktor resiko beragam dan penyakit jantung koroner sebaiknya dipantau dan
dievaluasi untuk kemajuan dalam pengaturan faktor resikonua seperti kontrol tekanan darah,
berhenti total merokok, kontrol terhadap olahraga dan berat badan dan kontrol glikemik (jika
diabetes). Evaluasi dari terapi diet dengan jadwal diet dan recall servey instrumens
mengizinkan informasi tentang makanan untuk dukumpulkan dalam pola sistematik dan
dapat meningkatkan ketaatan pasien terhadap diet yang direkomendasikan.

Anda mungkin juga menyukai