Patofisiologi
Kolesterol, trigliserid dan fosfolipid dibawa dalam darah sebagai kompleks lipid dan protein
dikenal sebagai lipoprotein. Peningkatan kolesterol total dan LDL (Low density Lipoprotein)
dan penurunan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) berhubungan dengan
perkembangan penyakit jantung koroner (PJK).
Hipotesis respon terhadap luka menyatakan bahwa faktor resiko seperti LDL teroksidasi, luka
mekanis terhadap endotelium, peningkatan homosintein, serangan imunologi atau induksi
infeksi yang menginduksi perubahan dalam ensoelial dan fungsi intima membawa kepada
disfungsi endoteliel dan serangkaian interaksi seluler yang lama kelamaan memuncak
menjadi aterosklerosis. Gejala klinis yang dapat muncul adalah angina, infark miokardiak,
aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisme pada aorta abdomen dan kematian
mendadak.
TERAPI FARMAKOLOGI
Kontraindikasi :
Interaksi
Interaksi :
Evaluasi jangka pendek pada terapi hiperlipidemia didasarkan pada respon terhadap diet dan
terapi obat yang didapat dengan melakukan pengukuran total kolesterol, LDL, HDL dan
trigliserida. Banyak pasien yang terapi akibat hiperlipidemia primer tidak memiliki gejala
atau manifestasi klinis dari gangguan lipid secara genetik (seperti xanthomas) sehingga
pemantauan laboratorium diperlukan. Pada pasiem yang diterapi untuk intervensi sekunder,
gejala penyakit jantung atherosklerosis seperti angina, dapat membaik dalam waktu bulanan
atau tahunan. Xhantomas atau manifestasi ekternal dari hiperlipidemia dapat menurun akibat
terapi.
Perhitungan lipid seharusnya dilakukan dalam waktu puasa untuk meminimalisasi gangguan
pengukuran dari kilomikron. Pemantauan dibutuhkan selama beberapa bulan pemberian obat.
Jika kondisi pasien telah stabil, pemantauan dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun sudah
cukup. Pasien dengan terapi resin asam empedu sebaiknya melakukan pengecekan puasa
selama 4 sampai 8 minggu sampai dosis stabil tercapai, trigliserida. Niasin membutuhkan uji
awal fungsi hati (alanin aminotransferase), asam urat dan glukosa. Uji ulang sebaiknya
dilakukan pada dosis 1000-1500 mg/hari. Gejala miopati atau diabetes sebaiknya dicari
penyebabnya dan mungkin memerlukan penetapan kreatinin kinase dan glukosa. Pasien
dengan diabetes membutuhkan pemantauan lebih sering.
Pasien yang mendapatkan statin sebaiknya melakukan pengecekan puasa 4 sampai 8 minggu
setelah dosis awal atau perubahan dosis. Tes fungsi hati seharusnya didapatkan pada tahap
awal dan secara rutin setelahnya berdasarkan paket informasi yang masuk. Para ahli percaya
bahwa pemantauan untuk hepatotoksik dan miopati dapat dipicu oleh gejala-gejala tersebut.
Pasien dengan faktor resiko beragam dan penyakit jantung koroner sebaiknya dipantau dan
dievaluasi untuk kemajuan dalam pengaturan faktor resikonua seperti kontrol tekanan darah,
berhenti total merokok, kontrol terhadap olahraga dan berat badan dan kontrol glikemik (jika
diabetes). Evaluasi dari terapi diet dengan jadwal diet dan recall servey instrumens
mengizinkan informasi tentang makanan untuk dukumpulkan dalam pola sistematik dan
dapat meningkatkan ketaatan pasien terhadap diet yang direkomendasikan.