Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

ACARA KORELASI DAN PENAMPANG BAWAH PERMUKAAN

1. KORELASI PENAMPANG BAWAH PERMUKAAN


A. PENAMPANG STRATIGRAFI

Berdasarkan korelasi dari data log Gamma Ray yang dilakukan pada SED – 1
hingga SED – 5, dapat di lihat bahwasanya terdapat 3 liologi yang tersebar, yang dapat
ditentukan dengan cara mennetukan shale baseline dan sand baseline, antara lain adalah
batupasir dan shale yang terdapat pada SED – 1 hingga SED – 5. Namun pada SED -1
terdapat sisipan batubara.

Dari hasil analisis dan korelasi pada well log diperoleh batas-batas LS, TS, fs, dan
MFS serta SByang digunakan untuk mengetahui batas tiap sekuen. Pada penampang
terdapt 2 sekuen utama yaitu LST dan TST. LST ditandai dengan adanya SB atau erosi
pada bagian bawah kemudian terlihat kenampakan batupasir channeling. Kemudian pada
SED – 1 terdapat sisipan batubara yang menandakan daerah transisi, artinya muka air laut
mulai naik pada saat itu dan batubara dimungkinkan terbentuk di daerah lagoon.

Kemudian setelah itu msauk ke fase TST dimana Selanjutnya terjadi proses
transgressive system tracts yang menandakan bahwasanya terjadi kenaikan muka air laut
secara perlahan dengan suplai sedimen yang tetap berjalan intensif. Pada log GR yang
dimiliki fase ini dapat dilihat dari lapisan batupasir yang menipis dan sebaliknya, lapisan
shale yang semakin menebal.
Dapat disimpulkan bahwasanya lingkungan pengendapan pada bagian bawah dari
sumur diinterpretasikan sebagai deltaik, atau flufial, atau dataran pantai dan terjadi
perubahan menjadi daerah open marine hingga mencapai titik MFS yang hasil
pengendapannya adalah marine shale.

B. PENAMPANG STRUKTUR

Dari hasil korelasi diperoleh bahwa struktur yang terbentuk adalah lipatan
dimana struktur ini juga diinterretasikan sebagai trap dari hidrokarbon sehingga
hidrokarbon yang terakumulasi tidak dapat lagi bergerak ke tampat lain.

2. INTERPRETASI SEISMIK
Terdapat 5 penampang line seismic yaitu line GM-1, 3, 4, 6 dan 8. Pada tiap
penampang mempunyai refleksi seismic yang berbeda yang mencerminkan kondisi
bawah permukaan masing – masing. Pada tiap line seismic akan dikorelasikan secara
kronostratigrafi dan dibuat penampang 3D seismic. Untuk itu maka diperlukan analisis
dan interpretasi tiap line sebagai berikut :
a. Line GM-1
Pada bagian bawah terdapat bentuk seismic chaotic hal ini menunjukkan terjadi
erosi yang cukup intens pada batuan tersebut. Batuan ini diinterpretasikan sebagai
basement rock yang menjadi alas dari cekungan. Di bagian atas ditemui bentuk yang
subparallel dimana ini merupakan hasil pengendapan dari batuan sedimen yang
menunjukkan tekstur berlapis. Batuan ini pada bagian bawah kemungkinan adalah
shale, di atasnya terbentuk batupasir.
Proses pembentukan basin ini dibagi menjadi 3 fase utama yaitu pre-rift, syn-
rift, dan post-rift. Pre-rift merupakan fase awal terbentuknya batuan dasar yang
menjadi alas dari material sedimen yang ada di atasnya. Batuan yang menjadi alas
ummnya adalah batuan kristalin baik beku atau pun metamorf. Kemudian pada saat
fase syn-rift terjadi gaya ekstensif sehingga batuan mengalami pemekarandan terjadi
sesar – sesar turun serta membentuk half graben yang menjadi sub cekungan. Saat
terjadi ekstensi material sedimen yang terendapkan akan mempunyaik enampakan
onlap pada seismic dan pada beberapa bagian tidak menerus. Ketika sub cekungan
akibat adanya graben sudah penuh maka material sedimen akan terendapkan secara
horizontal dan membentuk refleksi yang parallel.
Struktur geologi yang berkembang yaitu berupa sesar turun yang hanya terjadi
pada basement rock sedangkan batuan sedimen di astasnya tidak tekena sesar. Untuk
tatanan petroleum system pada penampang ini tidak menunjukkan elemen yang
lengkap. Hanya terdapat shale di bagian bawah sebagai source rock dan dibagian atas
sebagai seal rock serta batupasir sebagai reservoir. Tetapi tidak terdapat jalur sesar
yang mayor sebagai jalur migrasi hidrokarbon serta trap juga tidak terbentuk. Oleh
karena itu petroleum play pada penampang ini tidak akan berjalan.

b. Line GM-3
Pada line ini menunjukkan kenampakan yang lengkap pada suatu syn-rift
basin. Pada bagian bawah terdapat refleksi chaotic berupa erotional truncation yang
sangat jelas. Erotional truncation ini merefleksikan basement rock yaitu batuan
kristalin. Di atas basement ini terendapkan batuan sedimen yang dimungkinkan
adalah shale akan tetapi tidak mempunyai kemenerusan yang baik. Kenampakan dari
shale ini adalah onlap. Kemudian di atasnya terdapat kenampakan yang parallel
dimana ini diinterpretasi sebagai batupasir.
Proses pembentukan sedimen dan basin ini dibagi menjadi 3 fase utama yaitu
pre-rift, syn-rift, dan post-rift. Pre-rift merupakan fase awal terbentuknya batuan
dasar yang menjadi alas dari material sedimen yang ada di atasnya. Batuan yang
menjadi alas ummnya adalah batuan kristalin baik beku atau pun metamorf.
Kemudian pada saat fase syn-rift terjadi gaya ekstensif sehingga batuan mengalami
pemekarandan terjadi sesar – sesar turun serta membentuk half graben yang menjadi
sub cekungan. Saat terjadi ekstensi material sedimen yang terendapkan akan
mempunyai kenampakan onlap pada seismic dan pada beberapa bagian tidak
menerus. Ketika sub cekungan akibat adanya graben sudah penuh maka material
sedimen akan terendapkan secara horizontal dan membentuk refleksi yang parallel.
Pada line siemik ini banyak ditemui struktur geologi yang dominan berupa
sesar turun. Terdapat setidaknya 5 sesar turun yang mayor, sesar ini merupakan akibat
dari adanya gaya ekstensi di daerah ini yang berarah NW-SE. Gaya ekstensi ini
meyebabkan rifting sehingga daerah ini menjadi cekungan yang potensial menjadi
source rock dan reservoir dari hidrokarbon.
Tatanan petroleum system pada penampang ini cukup lengkap dimana terdapat
source rock berupa shale di bagian bawah cekungan kemudian di atasnya terdapat
batupasir sebagai reservoir kemudian terbentuk sesar-sesar turun saat rifting yang
berimplikasi juga memotong batua sedimen di atasnya sehingga mempu menjadi jalur
migrasi hidrokarbon dan pada bagian atas dimungkinkan terdapat seal rock dan trap
yang tidak terpotong oleh sesar sehingga mampu menjebak dan mengakumulasikan
hidrokarbon dalam reservoir batupasir.

c. Line GM-4
Pada bagian bawah terdapat bentuk seismic chaotic hal ini menunjukkan terjadi
erosi yang cukup intens pada batuan tersebut. Batuan ini diinterpretasikan sebagai
basement rock yang menjadi alas dari cekungan. Di bagian atas ditemui bentuk yang
subparallel dimana ini merupakan hasil pengendapan dari batuan sedimen yang
menunjukkan tekstur berlapis. Batuan ini pada bagian bawah kemungkinan adalah
shale, di atasnya terbentuk batupasir.
Proses pembentukan basin ini dibagi menjadi 3 fase utama yaitu pre-rift, syn-
rift, dan post-rift. Pre-rift merupakan fase awal terbentuknya batuan dasar yang
menjadi alas dari material sedimen yang ada di atasnya. Batuan yang menjadi alas
ummnya adalah batuan kristalin baik beku atau pun metamorf. Kemudian pada saat
fase syn-rift terjadi gaya ekstensif sehingga batuan mengalami pemekarandan terjadi
sesar – sesar turun serta membentuk half graben yang menjadi sub cekungan. Saat
terjadi ekstensi material sedimen yang terendapkan akan mempunyaik enampakan
onlap pada seismic dan pada beberapa bagian tidak menerus. Ketika sub cekungan
akibat adanya graben sudah penuh maka material sedimen akan terendapkan secara
horizontal dan membentuk refleksi yang parallel.

d. Line GM-6
Pada bagian bawah terdapat bentuk seismic chaotic hal ini menunjukkan terjadi
erosi yang cukup intens pada batuan tersebut. Batuan ini diinterpretasikan sebagai
basement rock yang menjadi alas dari cekungan. Di bagian atas ditemui bentuk yang
subparallel dimana ini merupakan hasil pengendapan dari batuan sedimen yang
menunjukkan tekstur berlapis. Batuan ini pada bagian bawah kemungkinan adalah
shale, di atasnya terbentuk batupasir.
Proses pembentukan basin ini dibagi menjadi 3 fase utama yaitu pre-rift, syn-
rift, dan post-rift. Pre-rift merupakan fase awal terbentuknya batuan dasar yang
menjadi alas dari material sedimen yang ada di atasnya. Batuan yang menjadi alas
ummnya adalah batuan kristalin baik beku atau pun metamorf. Kemudian pada saat
fase syn-rift terjadi gaya ekstensif sehingga batuan mengalami pemekarandan terjadi
sesar – sesar turun serta membentuk half graben yang menjadi sub cekungan. Saat
terjadi ekstensi material sedimen yang terendapkan akan mempunyaik enampakan
onlap pada seismic dan pada beberapa bagian tidak menerus. Ketika sub cekungan
akibat adanya graben sudah penuh maka material sedimen akan terendapkan secara
horizontal dan membentuk refleksi yang parallel.
Struktur geologi yang berkembang yaitu berupa sesar turun yang terjadi pada
basement rock serta batuan sedimen di astasnya. Untuk tatanan petroleum system
pada penampang ini tidak menunjukkan elemen yang lengkap. Hanya terdapat shale
di bagian bawah sebagai source rock dan dibagian atas sebagai seal rock serta
batupasir sebagai reservoir. Terdapat jalur sesar yang mayor sebagai jalur migrasi
hidrokarbon akan tetapi trap tidak terbentuk. Oleh karena itu petroleum play pada
penampang ini tidak akan berjalan.

e. Line GM-8
f. Pada line ini menunjukkan kenampakan yang lengkap pada suatu syn-rift basin. Pada
bagian bawah terdapat refleksi chaotic berupa erotional truncation yang sangat jelas.
Erotional truncation ini merefleksikan basement rock yaitu batuan kristalin. Di atas
basement ini terendapkan batuan sedimen yang dimungkinkan adalah shale akan
tetapi tidak mempunyai kemenerusan yang baik. Kenampakan dari shale ini adalah
onlap. Kemudian di atasnya terdapat kenampakan yang parallel dimana ini
diinterpretasi sebagai batupasir.
g. Proses pembentukan sedimen dan basin ini dibagi menjadi 3 fase utama yaitu pre-rift,
syn-rift, dan post-rift. Pre-rift merupakan fase awal terbentuknya batuan dasar yang
menjadi alas dari material sedimen yang ada di atasnya. Batuan yang menjadi alas
ummnya adalah batuan kristalin baik beku atau pun metamorf. Kemudian pada saat
fase syn-rift terjadi gaya ekstensif sehingga batuan mengalami pemekarandan terjadi
sesar – sesar turun serta membentuk half graben yang menjadi sub cekungan. Saat
terjadi ekstensi material sedimen yang terendapkan akan mempunyai kenampakan
onlap pada seismic dan pada beberapa bagian tidak menerus. Ketika sub cekungan
akibat adanya graben sudah penuh maka material sedimen akan terendapkan secara
horizontal dan membentuk refleksi yang parallel.
h. Pada line siemik ini banyak ditemui struktur geologi yang dominan berupa sesar
turun. Terdapat setidaknya 5 sesar turun yang mayor, sesar ini merupakan akibat dari
adanya gaya ekstensi di daerah ini yang berarah NW-SE. Gaya ekstensi ini
meyebabkan rifting sehingga daerah ini menjadi cekungan yang potensial menjadi
source rock dan reservoir dari hidrokarbon.
i. Tatanan petroleum system pada penampang ini cukup lengkap dimana terdapat source
rock berupa shale di bagian bawah cekungan kemudian di atasnya terdapat batupasir
sebagai reservoir kemudian terbentuk sesar-sesar turun saat rifting yang berimplikasi
juga memotong batua sedimen di atasnya sehingga mempu menjadi jalur migrasi
hidrokarbon dan pada bagian atas dimungkinkan terdapat seal rock dan trap yang
tidak terpotong oleh sesar sehingga mampu menjebak dan mengakumulasikan
hidrokarbon dalam reservoir batupasir.

Anda mungkin juga menyukai