Anda di halaman 1dari 31

A.

PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari jum´at tanggal 04 juni 2014 jam 09.00 WIB penulis melakukan
studi kasus dengan gangguan persepsi : sensori halusinasi pendengaran pada Ny.A di ruang
pavilliun flamboyan Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal, di dapatkan data sebagai berikut.
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny.A
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Alamat : Pemalang
Tanggal masuk : 01 Juni 2014 Jam : 13.50 WIB
No RM : 134304
Diagnosa medik : Skizofrenia paranoid

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn.S
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Ayah

B. ALASAN MASUK
Klien bicara sendiri, menyendiri, dan sering melamun.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa saat usia 25 tahun
dan klien sudah 3 kali kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan yang sama yakni klien
sering bicara kacau, marah-marah tanpa sebab, melempar barang-barang dan sering keluyuran.
Klien terakhir kali dirawat di RSJD Amino gondhohutomo Semarang pada bulan September
2012. Klien dibawa pulang oleh keluarga karena sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, tetapi
pengobatan yang dilakukan kurang berhasil karena jaraknya jauh akibatnya klien tidak rutin
kontrol. Klien dibawa ke Rumah Sakit Mitra Siaga karena klien bicara kacau, marah-marah
tanpa sebab, melempar gelas dan piring. Keluarga klien mengatakan klien merupakan orang
yang mudah tersinggung, klien mempunyai beberapa masalah yang kurang menyenangkan
yaitu ditinggal suaminya menikah lagi. Selama kurang lebih 13 tahun klien ditinggal oleh
suaminya tanpa dinafkahi, klien membesarkan kedua anaknya sendiri.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg. Suhu : 36,4
°C. Nadi : 100 x / menit. RR : 24 x / menit.
2. Pengukuran antopometri
TB : 150 cm.
BB : 68 kg.
3. Keadaan Fisik
a. Kepala : Rambut agak kriting, rapi.
b. Mata : Tidak fokus, pandangan tajam, kontak mata kurang.
c. Hidung : Bersih, kadang terlihat tarikan nafas yang keras.
d. Mulut : Klien bicara kacau, suka ngomong sendiri.
e. Muka : Ekspresi wajah tegang dan mudah tersinggung.
f. Ekstremitas : Tangan klien kadang-kadang mengepal, tidak ada cacat pada ekstremitas atas
maupun bawah, otot terlihat menegang.

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Tinggal dalam satu rumah
: Laki laki meninggal
: Perempuan meninggal
Klien adalah anak pertama dari 6 bersaudara, klien tinggal bersama ke dua anaknya dan
tinggal dengan bapaknya. Semua saudara klien sudah menikah mempunyai anak. Klien sudah
menikah dan mempunyai dua orang anak perempuan. Klien ditinggal suaminya kurang lebih
13 tahun karena suaminya menikah lagi tapi belum bercerai. Klien tinggal serumah dengan
anak dan bapaknya. Hubungan klien dengan keluarga baik.
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien menyukai semua bagian tubuhnya dan bersyukur atas semua yang diciptakan Tuhan.
Klien mengatakan kurang puas dengan bentuk tubuhnya yang gemuk dan rambutnya yang agak
kriting yang sudah mulai beruban.
b. Identitas Diri
Klien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang perempuan dan klien menerima dengan ikhlas
dia sebagai perempuan. Klien adalah anak pertama dari 6 bersaudara.
c. Peran
Klien seorang ibu rumah tangga, di rumah klien sudah terbiasa menyelesaikan semua
pekerjaan rumah seperti mencuci, masak, menyapu, mengepel dan lain-lain. Klien
adalah single parent bagi anak-anaknya. Klien tidak bekerja sehingga tidak bisa menafkahi
anaknya. Anaknya dinafkahi oleh ayah klien.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin menafkahi anaknya sendiri, tetapi klien tidak bekerja, klien tidak ingin
membebani ayahnya.
e. Harga Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya kurang percaya diri dan merasa malu karena klien dianggap
orang sakit jiwa oleh tetangga-tetanganya dan penyakit yang diderita saat ini tidak bisa sembuh,
klien lebih suka menyendiri di rumah dari pada berkumpul dengan tetangganya.
3. Hubungan Sosial
Selama klien dirawat di RS Mitra Siaga Tegal klien mengatakan tidak suka berkumpul dengan
teman-temannya maupun perawat yang ada ruangan. Klien tidak peduli dengan lingkungan
sekitar. Klien terlihat lebih suka sendiri dikamarnya dan melamun.
4. Spiritual (nilai dan keyakinan)
Klien berkeyakinan pada agama Islam, kegiatan ibadah seperti sholat dilakukan ketika belum
masuk rumah sakit. Selama klien di rawat di rumah sakit klien menyatakan jarang menjalankan
sholat 5 waktu.

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Kebersihan dan kerapihan klien cukup baik, rapi dan pakaian yang dikenakan klien juga sesuai.

2. Pembicaraan
Saat diajak berkomunikasi klien bicara cepat, keras, mudah dimengerti.
3. Aktvitas Motorik
Klien sehari-hari banyak menghabiskan waktu di kamarnya dan melamun, tampak gelisah dan
mondar-mandir. Klien kadang-kadang juga marah-marah tanpa sebab dan ingin memukul
orang.
4. Alam Perasaan
Klien merasa sedih karena kangen dengan kedua anaknya.
5. Afek
Afek klien labil, emosinya cepat berubah-ubah, kadang senang, sedih dan gelisah.
6. Interaksi Selama Wawancara
Klien kooperatif ketika diajak ngobrol, tapi kontak mata klien kurang, klien mengatakan mudah
tersinggung jika mengobrol dengan orang lain.
7. Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar. Klien mendengar suara-suara yang muncul saat klien
sendirian melamun. Isi suara itu adalah suara ibunya yang sudah meninggal kurang lebih 4
tahun yang lalu, yang selalu memberi nasehat pada klien agar tidak hamil dan menikah lagi.
Klien juga sering mendengar suara orang yang menyuruhnya agar dia mati, suara-suara itu
muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari, klien mendengar suara itu saat dia melamun,
sendirian dan malam hari. Lama suara-suara itu kurang lebih 7 menit. Saat klien mendengar
suara-suara itu klien merasa takut, cemas dan sangat mengganggu. Klien biasanya hanya
berdo’a dan minta perlindungan dari Allah SWT agar suara itu bisa hilang.
8. Proses Fikir
Saat berinteraksi klien mampu menjawab apa yang ditanyakan lawan bicara secara berurutan
sesuai dengan topik tanpa menunggu lama, Klien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
pembicaraan yang cepat dan lancar.
9. Isi Pikir
Klien sering curiga dan berprasangka buruk pada orang lain yang belum ia kenal. Klien juga
merasa bahwa dirinya bisa menyembuhkan orang sakit.
10. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien masih cukup baik. Klien dapat mengetahui apakah ini pagi, siang, sore
atau malam. Klien juga mengetahui kalau saat ini sedang di Rumah sakit. Klien masih ingat
siapa saja yang semalam tidur seruang dengan dia. Klien bisa mengenali perawat.
11. Memori
a. Jangka Panjang : Baik, klien dapat menyebutkan tanggal kelahiran anak pertamanya yaitu 10
September 1989.
b. Jangka Pendek : Baik, klien dapat menyebutkan nama teman-temannya yang ada diruangan.
c. Saat Ini : Baik, klien dapat mengingat nama perawat dan klien juga ingat menu makanan apa
saja yang sudah dimakan tadi.

12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung


Klien mampu berkonsentrasi dengan baik, ketika diberikan pertanyaan tidak meminta
mengulang pertanyaan yang diberikan, klien mampu melakukan penghitungan sederhana
misalnya 20+25+25 berapa ? klien menjawab 70.
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana misalnya “Apabila ibu diminta milih maka ibu
milih makan dulu atau mandi dulu ?” klien menjawab “Saya memilih makan dulu baru mandi,
karena setelah makan harus cu1ci piring nanti bisa kotor kalau pilih mandi dulu”.
14. Daya Tilik Diri
Klien menyadari bahwa klien saat ini mengalami gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSJ 3
kali.

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan 3 kali sehari (pagi, siang, sore) habis seporsi dengan menu yang berbeda yang
disediakan di rumah sakit, klien makan sendiri tanpa bantuan.
2. Minum
Klien minum 8 gelas perhari, selama klien dirawat di rumah sakit. Klien minum sesuai yang
disediakan.
3. BAB / BAK
Klien BAB 2 kali sehari dan BAK 4-6 kali sehari. Klien melakukan sendiri tanpa bantuan.
4. Mandi
Klien mandi 2 kali sehari tiap pagi dan sore dengan memakai sabun, menggosok gigi setiap
mandi dan dua hari sekali keramas.
5. Berpakaian
Klien mampu memakai pakaian sendiri tanpa bantuan, klien berpakaian cukup rapi.
6. Istirahat / Tidur
Klien dapat istirahat cukup dan tidur selama kurang lebih 8 jam tiap harinya, pada siang hari
Ny.A tidur kurang lebih 1 jam dan tidur malam dari jam 21.00 wib sampai 04.00 wib, saat tidur
malam terkadang Ny.A terbangun karena mendengar suara-suara.
7. Penggunaan Obat
Klien minum obat 2 kali sehari (pagi dan sore). Klien minum obat sesuai dosis dan anjuran
yang telah ditentukan oleh dokter secara rutin dan teratur.

H. MEKANISME KOPING
Jika klien mendapatkan masalah klien lebih memilih untuk memendamnya sendiri
(menyendiri) dengan alasan malu menceritakan masalahnya kepada orang lain.

I. MASALAH PSIKOLOGIS DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan “Saya lebih suka menyendiri dikamar dari pada berkumpul dengan teman-
teman saya yang ada diruangan”

J. ANALISA DATA

NO. DATA MASALAH


1 DS : Perubahan Persepsi Sensori
- Klien mengatakan “Saya suka Halusinasi Pendengaran
mendengar suara ibu saya yang sudah
meninggal ± 4 tahun yang lalu, ibu
menasehati saya agar tidak hamil dan
menikah lagi, kadang-kadang suara
orang yang menyuruh saya untuk mati.
Suara-suara itu muncul kadang-kadang
2 – 3 kali dalam 1 sehari biasanya
muncul kalo saya lagi menyendiri dan
melamun, lama suara itu ± 7 menit“.
DO:
- Klien tampak bingung.

- Mulut komat-kamit.

- Klien kadang bicara sendiri.

- Klien mondar-mandir.

- Koping maladaptif.

2 DS : Isolasi sosial : Menarik diri


- Klien mengatakan tidak suka berkumpul
dengan teman-temannya maupun
perawat yang ada ruangan.
- DO :

- Klien terlihat acuh dengan lingkungan


sekitar

- Klien terlihat lebih suka menyendiri di


kamarnya dan melamun.

- Kontak mata kurang.

DS :
3 Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
- Klien mengatakan “Saya merasa
terganggu jika mendengar suara-suara
itu, saya juga jengkel dan rasanya ingin
melempar barang-barang kalau suara-
suara itu muncul “.

- Klien mengatakan sebelum dibawa


kesini klien marah-marah dan melempar
gelas dan piring.

DO:
- Klien bicara kacau

- Klien marah-marah tanpa sebab.

- Pandangan mata tajam, tidak fokus,


kontak mata kurang.

- Nada suara cepat dan tinggi

K. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
2. Terapi Medis :
a. Terapi farmakologi

Nama Obat Dosis Warna Indikasi Efek Samping


Triheksilfenidil 2x2 mg/hari Putih Parkinson rileks.  Mengantuk
 Lemas
Chlorpromazine 2x100 mg/hari orange Penenang dosis  Mengantuk
tinggi.  Mata kabur
Haloperidol 2x1,5 mg/hari pink Obat halusinasi.  Tremor

b. Terapi Non-farmakologi :Klien pernah mendapatkan terapi ECT (Elektro convulsion


therapy).

L. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


(Akibat)
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

(Core
Problem)
Isolasi sosial : Menari diri

(Penyebab)

Gb 2.2 Pohon masalah halusinasi


(Sumber : Keliat, 2006)
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi : Sensori Halusinasi
2. Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain Dan Lingkungan.
N. RENCANA KEPERAWATAN

ERENCANAAN
UJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
UM : 1. Ekpresi wajah klien bersahabat. 1. Beri salam/panggil nama klien.
ien dapat 2. Klien menunjukkan rasa senang. 2. Sebutkan nama perawat sambil be
engontrol 3. Ada kontak mata. 3. Jelaskan maksud hubungan intera
lusinasinya. 4. Klien mau berjabat tangan. 4. Jelaskan tentang kontrak yang aka
UK 1 : 5. Klien mau menyebutkan nama. 5. Beri rasa aman dan sikap empati
ien dapat 6. Klien mau menjawab salam. 6. Lakukan kontak singkat tapi serin
embina 7. Klien mau duduk berdampingan dengan perawat.
bungan 8. Klien bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
ling
rcaya.
UK 2 : 1. Klien dapat menyebutkan jenis, waktu, isi, situasi, frekuensi, dan respon1. Lakukan kontak sering dan singk
ien dapat timbulnya halusinasi 2. Observasi tingkah laku klien t
engenal tertawa tanpa stimulus, mengarah
lusinasinya olah klien mendengar suara-suar
nis, waktu, 3. Bantu klien mengenal halusinasi
, situasi, a. Tanyakan apakah ada suara yang
ekuensi, dan b. Tanyakan apa yang dikatakan ha
spon saat c. Katakan perawat percaya klien m
mbulnya tidak mendengarnya.
lusinasi). d. Katakan bahwa klien lain juga ad
e. Katakan bahwa perawat akan me
4. Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/ tidak
b. Waktu dan frekuensi terjadinya h
5. Diskusikan dengan klien apa ya
takut, sedih dan senang).
6. Beri kesempatan klien untuk me
UK 3 : 1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk1. Identifikasi bersama klien car
ien dapat mengendalikan halusinasinya. halusinasi.
engontrol 2. Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasi. 2. Diskusikan manfaat cara yang di
lusinasinya.3. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah3. Diskusikan cara baru untuk m
didiskusikan dengan perawat. dengan cara :
4. Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikana. Menghardik.
halusinasi. b. Menemui orang lain untuk berca
5. Klien dapat mencoba cara menghilangkan halusinasi. c. Melakukan kegiatan yang biasa d
4. Bantu klien memilih dan mela
bertahap.
5. Beri kesempatan kepada klien
evaluasi hasilnya, dan beri pujian
UK 4 : 1. Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti1. Buat kontrak waktu, tempat,
ien dapat pertemuan dengan perawat. berkunjung.
kungan dari2. Keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan2. Diskusikan pada keluarg
luarga gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan tanda dan gejala halusinas
lam halusinasi. cara yang dapat dilakukan klien
engontrol 3. Jelaskan tentang obat-obatan hal
lusinasinya. 4. Jelaskan cara merawat anggota k
beri kegiatan, jangan biarkan s
5. Anjurakan keluarga
obatan dan cara pemberiannya
6. Beri
waktu kontrol kerumah sakit d
halusinasi tidak bisa diatasi dir
UK 5 : 1. Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat. 1. Diskusikan dengan klien dan ke
ien dapat2. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. minum obat.
emanfaatkan3. Klien dapat informasi tentang efek dan efek samping obat. 2. Anjurkan klien meminta send
at dengan4. Klien dapat memahami akibat berhentinya mengonsumsi obat-obat tanpa manfaatnya.
ik. konsultasi. 3. Anjurkan klien bicara dengan
5. Klien dapat menyebutkan prinsip 6 benar penggunaan obat minum obat yang dirasakan
4. Diskusikan akibat berhenti meng
5. Bantu klien menggunakan obat d

O. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Hari Pertama
No
Tanggal/Ja IMPLEMENTASI EVALUASI
.
Dx m
1. 05/06/2014 SP1P Halusinasi S:
10.30 WIB 1. Melakukan BHSP - Klien mengatakan senang berkenalan dengan
dengan klien. penulis.
2. Menanyakan - Klien mengatakan “Saya suka mendengar suara
tentang perasaan ibu saya yang sudah meninggal ± 4 tahun yang
klien. lalu, ibu menasehati saya agar tidak hamil dan
3. Mengidentifikasi menikah lagi, kadang-kadang suara orang yang
halusinasi yang menyuruh saya untuk mati. Suara-suara itu
dialami klien (jenis, muncul kadang-kadang 2 kali dalam 1 hari
isi, frekuensi, waktu, biasanya muncul kalau saya lagi menyendiri
situasi, dan respon). dan melamun, lama suara itu ± 7 menit, saya
4. Menjelaskan kepada merasa cemas dan takut kalau suara-suara itu
klien cara-cara untuk muncul rasanya ingin melempar barang-
mengontrol barang“.
halusinasi. - Klien mengatakan bersedia memasukan cara
5. Melatih klien cara yang telah dilatih kedalam jadwal harian.
mengontrol halusina O :
si dengan cara yang - klien kooperatif saat diajak interaksi.
pertama yaitu - Klien mau membina hubungan saling percaya
menghardik dengan penulis.
halusinasi. - Kontak mata klien ada saat interaksi.
6. Memberikan - Klien mau menjawab pertanyaan yang
kesempatan kepada diberikan oleh penulis.
klien untuk - Klien mau menceritakan masalahnya .
melakukan cara yang - Klien mau
sudah diajarkan. memperhatikan cara menghardik yang diajar
4. Memberikan kan dan mau mempraktekkannya dengan
reirforcement positif benar.
kepada klien. A:
5. Melakukan Evaluasi - SP1P Halusinasi tercapai.
terhadap perasaan P :
klien setelah latihan Klien :
mengontrol
halusinasi dengan - Motivasi klien utuk melakukan menghardik
cara menghardik. halusinasi secara mandiri sesuai jadwal yaitu
6. Memasukan latihan setiap pagi jam 09.00 , siang jam 13.00 dan sore
menghardik jam 16.00.
halusinasi dalam Perawat :
jadwal kegiatan - Evaluasi SP1P Halusinasi
harian klien. - Monitor klien latihan menghardik sesuai
dengan jadwal yang telah disusun.
- Lanjutkan SP2P Halusinasi

Hari Kedua
N Tanggal/ IMPLEMENTA EVALUASI
o. Jam SI
D
x
1. S:
06/06/20 SP2P Halusinasi
14 1.Melakukan
- Klien mengatakan perasaanya hari ini senang bertemu
10.00 BHSP dengan
lagi dengan penulis.
WIB klien dan
- Klien mengatakan “Saya masih suka mendengar suara
mengingatkan
ibu saya yang sudah meninggal ± 4 tahun yang lalu, ibu
kembali nama
menasehati saya agar tidak hamil dan menikah lagi,
penulis.
kadang-kadang suara orang yang menyuruh saya
2.Menanyakan
untuk mati. Suara-suara itu muncul kadang-kadang 2
tentang perasaan
kali dalam 1 hari biasanya muncul kalau saya lagi
klien.
menyendiri dan melamun, lama suara itu ± 7 menit“.
3. Menanyakan
- Klien mengatakan kalau kemarin sudah diajarkan
pada klien
bagaimana cara untuk menghardik halusinasi.
apakah
- Klien mengatakan setelah menghardik suara-suara
halusinasinya
yang didengarnya itu hilang.
masih muncul.
4. Validasi jenis, - Klien mengatakan mau
isi, waktu, diajari cara mengontrol halusinasi dengan menemui
frekuensi, situasi orang lain untuk bercakap-cakap dan mau
dan respon klien mempraktekanya.
O:
terkait
halusinasinya.
- Klien kooperatif
5. Mengevaluasi
- Klien mau melakukan kontak mata dengan perawat.
cara mengontrol
- Klien mampu mengajak bercakap-cakap dengan
halusinasi
perawat meskipun hanya sebentar.
dengan cara
- Klien mau memasukan kedalam jadwal harian.
pertama yang
A:
sudah diajarkan
- SP2P halusinasi tercapai.
dan
P:
mengevaluasi
Klien :
jadwal kegiatan
- Motivasi klien utuk segera menemui perawat atau klien
harian klien.
lain dan bercakap-cakap jika halusinasinya muncul.
6. Melatih klien
Perawat :
mengontrol hal
- Evaluasi SP2P Halusinasi
usinasi dengan
- Perawat selalu siap ketika klien mengajak bercakap-
cara yang kedua
cakap saat halusinasinya muncul.
yaitu bercakap-
- Lanjut SP3P Halusinasi
cakap bersama
orang lain.
7. Memberi
kesempatan
kepada klien
untuk
mempraktekan
cara bercakap-
cakap dengan
orang lain.
8. Memberikan
reirforcement
positif kepada
klien.
9. Melakukan
evaluasi terhadap
perasaan klien
setelah latihan
mengontrol
halusinasi
dengan cara yang
kedua yang telah
diajarkan.
10. Memasukan
latihan cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menemui orang
lain untuk diajak
bercakap-cakap
kedalam jadwal
kegiatan harian
klien.

Hari Ketiga
N Tang IMPLEMENTASI EVALUASI
o gal/J
. am
D
x
1 S:
06/06 SP3P Halusinasi
.
/2014 1.Melakukan BHSP dengan klien dan
- Klien mengatakan “Saya masih
11.00 mengingatkan kembali nama penulis.
suka mendengar suara ibu saya
WIB 2.Menanyakan tentang perasaan klien.
yang sudah meninggal ± 4 tahun
3.Menanyakan apakah halusinasinya masih
yang lalu, ibu menasehati saya
muncul.
agar tidak hamil dan menikah lagi,
4. Mengevaluasi cara mengontrol
kadang-kadang suara orang yang
halusinasi dengan cara pertama dan kedua
menyuruh saya untuk mati. Suara-
yang sudah diajarkan serta mengevaluasi
suara itu muncul kadang-kadang 2
jadwal kegiatan harian klien.
– 3 kali dalam 1 hari biasanya
5. Melatih klien mengontrol halusinasi
muncul kalau saya lagi menyendiri
dengan cara yang ketiga yaitu dengan
dan melamun, lama suara itu ± 7
melakukan aktifitas terjadwal yang biasa
menit“.
dilakukan.
- Klien mengatakan sudah
6. Mengidentifikasi bersama klien cara
melakukan cara yang diajarkan
atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
yaitu menghardik dan menemui
halusinasi.
orang lain untuk bercakap-cakap
7. Mendiskusikan
sesuai jadwal dan saat suara-
cara yang digunakan klien
suaranya muncul.
yaitu melakukan aktivitas dan memberi
- Klien mengatakan selalu berusaha
pujian
untuk berkumpul dan melakukan
pada Klien jika bisa melakukannya.
aktivitas.
8. Memotivasi Ny. A dalam melakukan O :
aktivitas untuk menghilangkan
- Klien masih mengingat nama
halusinasinya
perawat, dan masih ingat cara
9. Membantu membuat dan
mengontrol halusinasi dengan cara
melaksanakan jadwal kegiatan harian y
pertama dan kedua (menghardik
ang telah disusun klien.
halusinasi dan menemui orang lain
10. Meminta teman, keluarga, atau pera
untuk bercakap-cakap) yang
wat untuk menyapa klien jika sedang
sebelumnya telah diajarkan.
halusinasi.
- Klien kooperatif saat diajak bicara.
11. Membantu klien memilih cara yang - Klien mau melakukan kontak mata
sudah dianjurkan dan dilatih untuk dengan perawat.
mencobanya. - Klien mampu menyebutkan
12. Memberi kesempatan pada kegiatan apa saja yang biasa
klien untuk melakukan cara yang dipilih dilakukan yaitu menyapu, mencuci
dan dilatih piring, melipat pakaian, dan lain-
lain.
- Klien mampu melakukan kegiatan
yang sudah dipilih dan dilatih
dengan benar.
- Klien mau memasukan kegiatan
yang sudah dipilih dan dilatih
kedalam jadwal kegiatan harian.
A:
- SP3P Halusinasi tercapai.
P:
Klien :
- Motivasi klien utuk
belajar mengontrol
halusinasi dengan cara mengahar
dik, menemui orang lain untuk
bercakap cakap dan melakukan
aktivitas sesuai dengan jadwal yang
telah disusun.
Perawat :
- Monitor klien latihan menghardik,
menemui orang lain untuk
bercakap-cakap, dan melakukan
aktivitas sesuai jadwal.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan pada Ny.A dengan Gangguan Persepsi : Sensori


Halusinasi Pendengaran yang dilaksanakan di Ruang Pavilliun Flamboyan Rumah Sakit Mitra
Siaga Tegal selama 3 hari dari tanggal 05 - 07 Juni 2014, pada bab ini penulis akan membahas
seluruh tahapan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Pengumpulan
data pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik,
psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik (Keliat, 2006). Dalam pengumpulan
data penulis menggunakan metode wawancara dengan Ny.A, observasi langsung terhadap
kemampuan dan perilaku Ny.A serta dari status Ny.A. Selain itu keluarga juga berperan
sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.A,
namun pada saat pengkajian tidak ada anggota keluarga Ny.A yang menjenguknya, sehingga
penulis tidak memperoleh informasi dari pihak keluarga.

Dari hasil pengkajian pada Ny. A didapatkan data Ny. A suka bicara sendiri, menyendiri,
dan sering melamun. Dalam pengkajian pola fungsional difokuskan pada pola persepsi Ny.
A, didapatkan data bahwa Ny. A mengalami halusinasi pendengaran. Ny.
A mendengar suara ibunya yang sudah meninggal 4 tahun yang lalu yang menasehatinya
untuk tidak hamil dan menikah menikah lagi. Ny. A juga mendengar suara orang yang
menyuruhnya agar dia mati, suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari,
klien mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan malam hari. Lama suara-suara itu
kurang lebih 7 menit. Saat klien mendengar suara-suara itu klien merasa takut, cemas
dan sangat mengganggu. Keluarga klien mengatakan klien sudah 3 kali dirawat di Rumah Sakit
Jiwa, klien merupakan orang yang mudah tersinggung, klien mempunyai beberapa masalah
yang kurang menyenangkan yaitu ditinggal suaminya menikah lagi. Selama kurang lebih 13
tahun klien ditinggal oleh suaminya tanpa dinafkahi, klien membesarkan kedua anaknya
sendiri.
Menurut Videbeck, (2008) tanda gejala halusinasi pendengaran yaitu mendengar suara-
suara, bicara sendiri, tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mulut komat-kamit, menutup
telinga, dan menyendiri.Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi pasien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga
suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi (Direja, 2011). Faktor
predisposisi gangguan halusinasi Menurut Stuart, (2007) dapat muncul sebagai proses panjang
yang berhubungan dengan kepribadian seseorang, karena itu halusinasi dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman psikologis seseorang. Sedangkan menurut Yosep, (2011) faktor
predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Faktor predisposisi dapat meliputi faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, genetik dan pola asuh.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh Aji, (2012) dalam studi kasusnya yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan Keamanan Pada Tn. E Dengan Halusinasi
Pendengaran Di Bangsal Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta” didapatkan data
klien suka bicara sendiri, menyendiri, melamun, dan kadang mondar-mandir. Dalam
pengkajian pola fungsional difokuskan pada pola persepsi klien, didapatkan data bahwa klien
mengalami halusinasi pendengaran. Klien mendengar suara orang batuk yang membuat klien
susah tidur, suara itu muncul sehari 1 kali selama 3 menit. suara itu muncul pada malam hari
saat klien tidur dan klien merasa jengkel jika mendengar suara tersebut. Klien sebelumnya
sudah 3 kali dirawat di rumah sakit jiwa, klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik,
tindakan kriminal maupun adanya penolakan dari lingkunganya. Namun, klien pernah
mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan yaitu tidak mendapat gaji selama 2 bulan
dalam pekerjaan.
Dari perbandingan data menurut teori dan data yang ditemukan pada klien tidak muncul
adanya kesenjangan dimana seperti yang dijelaskan dalam teori bahwa gangguan halusinasi
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman psikologis seseorang. Hal ini juga dialami baik Ny.
A ataupun Tn. E yang sama-sama memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu Ny. A
di tinggal suaminya menikah lagi, sehingga menyebababkan Ny. A sering menyendiri.
Sedangkan Tn. E tidak mendapatkan gaji selama 2 bulan dalam pekerjaan.
Faktor pendukung yang didapatkan penulis selama melakukan pengkajian adalah klien
cukup kooperatif dan hubungan saling percaya antara perawat dengan klien terbina dengan
baik. Faktor penghambat yang didapatkan penulis tidak dapat melakukan pengkajian dengan
maksimal karena keluarga klien pada saat pengkajian belum ada yang menjenguk.
Upaya yang dilakukan penulis untuk mengatasi kendala diatas adalah penulis melakukan
validasi kepada perawat ruangan dan melihat buku status klien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian pada Ny. A secara garis besar ditemukan data subyektif dan
data obyektif yang menunjukan karakteristik Ny. A dengan diagnosa gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran yang ditandai dengan data subyektif Ny.A mengatakan
mendengar suara ibunya yang sudah meninggal kurang lebih 4 tahun yang lalu yang
menasehatinya untuk tidak menikah dan hamil lagi, Ny.A juga mendengar suara orang yang
menyuruhnya untuk mati, suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari, Ny.A
mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan malam hari. Sedangkan data obyektif
yang didapatkan, Ny.A tampak bingung, mondar-mandir, sering bicara sendiri dan koping
maladaptif, dimana klien suka menyendiri jika ada masalah. Hal ini yang menjadi dasar bagi
penulis untuk mengangkat diagnosa tersebut.
Menurut Videbeck, (2008) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan berbeda dari
diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa keperawatan adalah respon klien terhadap masalah
medis atau bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang merupakan
perhatian utama dari diagnosa keperawatan. Menurut Keliat, (2006) pada pohon masalah
dijelaskan bahwa Halusinasi terjadi karena isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri bisa
menyebabkan masalah utama/core problem gangguan persepsi sensori : halusinasi, dari
halusinasi bisa menyebabkan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Pada studi kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E didapatkan diagnosa
keperawatan yang muncul sebagai prioritas utama adalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran. Data yang memperkuat diagnosa gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran diperoleh data subyektif yaitu klien mengatakan mendengar suara
orang batuk yang membuat klien susah tidur, suara itu muncul sehari 1 kali selama 3 menit.
suara itu muncul pada malam hari saat klien tidur dan klien merasa jengkel jika mendengar
suara tersebut. Sedangkan data obyektif yang didapatkan yaitu klien tampak bingung, mondar-
mandir, sering berbicara sendiri, konsentrasi kurang, dan koping maladaptif, dimana klien
suka menyendiri atau menghindar jika ada masalah.
Pada pembahasan tentang pohon masalah, klien dengan koping yang maladaptif dimana
klien cenderung menyendiri jika ada masalah menjadi pencetus klien mengalami halusinasi,
dari halusinasi yang dialami klien dengan respon merasa jengkel yang potensial akan
dimanifestasikan dengan perbuatan untuk mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Hal ini ditemukan baik pada Ny. A ataupun Tn. E, dimana keduanya sama-sama memiliki
koping yang maladaptif yaitu cenderung menyendiri jika ada masalah yang menyebabkan
timbulnya halusinasi, dengan respon merasa jengkel dan membanting barang-barang saat
halusinasinya muncul. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori yang ada dengan
fakta yang ditemukan pada klien.
.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan yang penulis lakukan pada Ny. A dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran yaitu dengan tujuan umum (TUM) agar klien dapat
mengontrol halusinasi yang dialaminya. Dan dengan lima tujuan khusus (TUK) gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran, antara lain : tujuan khusus pertama (TUK 1), klien
dapat membina hubungan saling percaya. Rasional dari tindakan yang dilakukan yaitu
hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik antara perawat dan klien. Tujuan
khusus kedua (TUK 2), klien dapat mengenal halusinasinya dari situasi yang menimbulkan
halusinasi, isi, waktu, frekuensi halusinasi, dan respon klien terhadap halusinasinya. Rasional
dari tujuan kedua adalah peran serta aktif klien sangat menentukan efektifitas tindakan
keperawatan yang dilakukan. Tujuan khusus ketiga (TUK 3), klien dapat melatih mengontrol
halusinasinya, dengan berlatih cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
dan mengalihkan halusinasinya dengan beraktivitas secara terjadwal. Rasionalnya adalah
tindakan yang biasa dilakukan klien merupakan upaya mengatasi halusinasi. Tujuan khusus
keempat (TUK 4), klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi dengan
rasionalnya keluarga mampu merawat klien dengan halusinasi saat berada di rumah. Tujuan
khusus kelima (TUK 5), klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasi dengan
rasionalnya yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat
secara teratur. Setiap akhir tindakan strategi pelaksanaan diberikan reinforcement positif yang
rasionalnya untuk memberikan penghargaan atas keberhasilan Ny. A.
Menurut Nurjannah, (2005) rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian
tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi
perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat teratasi.
Menurut Akemat dan Keliat, (2010) tujuan umum yaitu berfokus pada penyelesaian
permasalahan dari diagnosis keperawatan dan dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus
tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian penyebab dari diagnosis keperawatan.
Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki.
Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Kemampuan
pada tujuan khusus terdiri atas tiga aspek yaitu kemampuan kognitif, kemampuan psikomor,
dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki klien untuk menyelesaikan masalahnya.
Menurut Ngadiran, (2010) Setiap akhir tindakan strategi pelaksanaan dapat diberikan
reinforcement positif yang rasionalnya untuk memberikan penghargaan atas keberhasilan
klien. Reinforcement positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung atau rewarding. Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah seperti permen, kado, atau makanan, perilaku sepeti
senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol,
atau penghargaan. Reinforcement positif memiliki power atau kemampuan yang
memungkinkan tindakan yang diberi reinforcement positif akan dilakukan secara berulang
oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu dengan kesadaran pelaku tindakan
itu sendiri.
Pada study kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E intervensi yang dilakukan
yaitu dengan tujuan umum (TUM) agar klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dan dengan lima tujuan khusus (TUK) gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran,
antara lain : tujuan khusus pertama (TUK 1), klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tujuan khusus kedua (TUK 2), klien dapat mengenal halusinasinya dari situasi yang
menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi halusinasi, dan respon klien terhadap
halusinasinya. Tujuan khusus ketiga (TUK 3), klien dapat melatih mengontrol halusinasinya,
dengan berlatih cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, dan
mengalihkan halusinasinya dengan beraktivitas secara terjadwal. Tujuan khusus keempat
(TUK 4), klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi. Tujuan khusus kelima
(TUK 5), klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasi.
Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan pada Ny. A, tidak terdapat adanya
kesenjangan antara konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus, karena penulis
mengacu pada teori yang ada, dimana tahapan – tahapan perencanaan yang dilakukan pada Ny.
A sesuai dengan keadaan dan kondisi klien, serta dalam rencana keperawatan penulis sudah
memasukkan tiga aspek dalam perencanaan, yang meliputi : tujuan umum, tujuan khusus, dan
rencana tindakan keperawatan.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi yang penulis lakukan pada Ny. A dengan gangguan persepai sensori :
halusinasi pendengaran antara lain : pada tanggal 05 juni 2014 pukul 10.30 WIB, penulis
melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu mengenal halusinasi pada Ny.A, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi, dan mengajarkan cara pertama mengontrol halusinasi dengan
menghardik halusinasi. Ny.A dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul
atau tidak memperdulikan halusinasi. Kemudian memberikan reirforcement kepada Ny.A
apabila Ny.A berhasil mempraktekan cara menghardik halusinasi. Respon Ny.A mampu
mengenal halusinasinya dan mau menggunakan cara menghardik saat halusinasinya muncul.
Implementasi kedua dilaksanakan pada tanggal 06 juni 2014, pukul 10.00 WIB. Penulis
melakukan strategi pelaksanaan 2 yaitu mengajarkan cara kedua mengontrol halusinasi dengan
menemui orang lain dan bercakap-cakap. Penulis melakukan validasi dan evaluasi cara pertama
yaitu menghardik halusinasi. Penulis melatih cara mengontrol halusinasi dengan menemui
orang lain dan bercakap-cakap. Kemudian memberikan reirforcement positif pada Ny.A
apabila Ny.A berhasil mempraktekanya. Respon dari Ny.A, Ny.A mampu menggunakan cara
pertama dengan menghardik dengan benar dan Ny.A mau untuk mengalihkan perhatian dengan
menemui orang lain dan bercakap-cakap.
Implementasi ketiga dilaksanakan pada tanggal 07 juni 2014, pukul 10.30 WIB. Penulis
melakukan strategi pelaksanaan 3 yaitu mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas terjadwal. Penulis melakukan validasi dan evaluasi strategi pelaksanaan 1
dan 2, kemudian mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
terjadwal. Penulis memberikan reirforcement positif kepada Ny.A apabila Ny.A berhasil
mempraktekanya dengan baik dan benar. Respon Ny.A, Ny.A mampu menggunakan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain. Ny.A
juga mau semua aktivitas sesuai jadwal.
Menurut Townsend, (2003) implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan
(dependent). Menurut Rasmun, (2009) implementasi yang dilakukan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi yaitu dengan melakukan pendekatan SP, yaitu : SP 1
(mengajarkan cara pertama mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi). Klien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan
halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, klien akan mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi dengan kemampuan ini, klien
tidak akan larut untuk menuruti halusinasinya. SP 2 (mengajarkan cara mengontrol halusinasi
dengan menemui orang lain untuk bercakap-cakap). Ketika klien bercakap-cakap dengan orang
lain, terjadi adanya distraksi dan fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain. SP 3 (mengajarkan cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan aktivitas terjadwal). Dengan aktivitas secara terjadwal, klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. SP 4
(mengajarkan cara minum obat dengan benar). Hal ini dapat
meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat secara teratur.
Pada studi kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E implementasi yang
dilakukan pada pertemuan pertama melakukan SP 1 yaitu mengenal halusinasi, menjelaskan
cara mengontrol halusinasi, dan mengajarkan cara pertama mengontrol halusinasi dengan
menghardik halusinasi. Pertemuan kedua melakukan SP 2 yaitu mengajarkan cara kedua
mengontrol halusinasi dengan menemui orang lain untuk bercakap-cakap. Pertemuan ketiga
melakukan SP 3 yaitu mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
terjadwal. Pertemuan keempat melakukan SP 4 yaitu mengajarkan cara minum obat dengan
benar.
Dari implementasi yang dilakukan penulis pada Ny. A dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran penulis hanya dapat melakukan SP 1 sampai SP 3, untuk SP
4 penulis mendelegasikan kepada perawat ruangan. Sedangkan pada studi
kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E implementasi yang dilakukan yaitu SP 1
sampai SP 4. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang diberikan kepada penulis oleh
instansi pendidikan dalam mengelola kasus tersebut.

E. EVALUASI
Pada kasus Ny. A evaluasi yang penulis dapatkan yaitu pada pelaksanaan strategi
pelaksanaan 1 tanggal 05 juni 2014 pukul 11.00 WIB, Ny.A berhasil melakukan dengan baik
dalam mengenal halusinasi dan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
sehingga dapat dianalisis bahwa masalah teratasi. Pada pelaksanaan strategi pelaksanaan 2
tanggal 06 juni 2014 pukul 10.30 WIB Ny.A mampu mampu melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan menemui orang lain, untuk bercakap-cakap sehingga dapat dianalisis bahwa
masalah teratasi. Pada pelaksanaan strategi pelaksanaan 3 tanggal 07 juni 2014 pukul 11.30
WIB, Ny.A juga mampu melakukan aktivitas secara terjadwal, sehingga dapat dianalisis bahwa
masalah teratasi. Evaluasi sudah dilakukan penulis sesuai keadaan klien dan kekurangan
penulis tidak bisa mencapai batas maksimal pada rencana yang diharapkan.
Dalam melaksanakan strategi pelaksanaan 4, penulis mendelegasikan kepada perawat yang
sedang bertugas di ruang Pavilliun Flamboyan.
Menurut Townsend, (2006) evaluasi keperawatan adalah proses berkesinambungan yang
perlu dilakukan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan dilakukan. Menurut
Nurjannah, (2005) evaluasi adalah tahap berkelanjutan untuk menilai efek dan tindakan pada
klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respon klien dengan tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
Pada studi kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E evaluasi yang dapatkan
yaitu pada pelaksanaan strategi pelaksanaan 1 sampai strategi pelaksanaan 4. Klien berhasil
melakukan dengan baik dalam mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-
cakap, melakukan aktivitas terjadwal, serta minum obat dengan benar.
Berdasarkan evaluasi yang penulis lakukan, terdapat kesamaan antara konsep dasar teori
dengan kasus Ny. A, karena penulis mengacu pada teori yang ada, dimana penulis
menggunakan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respon klien dengan tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny.A dengan Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran di ruang Pavilliun Flamboyan Rumah Sakit Mitra Siaga
Tegal, maka pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
g. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. A dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
Pada saat pengkajian pada tanggal 04 juni 2014 pukul 08.00 WIB diruang pavilliun
flamboyant klien mengatakan mendengar suara-suara yang muncul saat klien sendirian dan
melamun. Isi suara itu adalah suara ibunya yang sudah meninggal kurang lebih 4 tahun yang
lalu, yang selalu memberikan nasehat pada klien agar tidak hamil dan menikah lagi. Klien juga
sering mendengar suara orang yang menyuruhnya agar dia mati, suara-suara itu muncul
kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari, lama suara-suara itu kurang lebih 7 menit. Saat klien
mendengar suara-suara itu klien merasa takut, cemas dan sangat menggsnggu. Mekanisme
koping dan sumber koping yang digunakan oleh klien adalah memecahkan masalah dengan
memendamnya sendiri (menyendiri).
h. Penulis mampu menentukan masalah keperawatan pada Ny. A dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
Masalah keperawatan yang muncul pada Ny. A sesuai dengan pembahasan pada pohon
masalah bahwa Halusinasi terjadi karena isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri bisa
menyebabkan masalah utama/core problem gangguan persepsi sensori : halusinasi, dari
halusinasi bisa menyebabkan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
i. Penulis mampu membuat diagnosa keperawatan pada Ny. A dengan gangguan persepsi sensori
: halusinasi Pendengaran.
Berdasarkan pengkajian pada Ny. A secara garis besar ditemukan data subyektif dan data
obyektif yang menunjukan karakteristik Ny. A dengan diagnosa gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran yang ditandai dengan data subyektif Ny.A mengatakan mendengar
suara ibunya yang sudah meninggal kurang lebih 4 tahun yang lalu yang menasehatinya untuk
tidak menikah dan hamil lagi, Ny.A juga mendengar suara orang yang menyuruhnya untuk
mati, suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari, Ny.A mendengar suara itu
saat dia melamun, sendirian dan malam hari. Sedangkan data obyektif yang didapatkan, Ny.A
tampak bingung, mondar-mandir, sering bicara sendiri dan koping maladaptif, dimana klien
suka menyendiri jika ada masalah.
j. Penulis mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada Ny. A dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi Pendengaran.
Perencanaan yang dilakukan penulis pada Ny. A dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran ditujukan untuk membina hubungan saling percaya, mengenal dan
mengontrol halusinasinya, dan dapat memanfaatkan obat dengan benar.
k. Penulis mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada Ny. A dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi Pendengaran.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari kepada Ny. A, Ny.A
mampu melakukan strategi pelaksanaan 1 sampai 3 yaitu Ny. A telah mampu mengenal
halusinasinya, Ny. A mampu mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, bercakap-
cakap dengan orang lain, dan melakukan aktivitas secara terjadwal. Dalam melaksanakan
strategi pelaksanaan 4, penulis mendelegasikan kepada perawat yang sedang bertugas di ruang
Pavilliun Flamboyan.
l. Penulis mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi Pendengaran.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Ny. A dengan diagnosa utama yaitu :
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran yang dilakukan selama tiga hari, evaluasi
tindakan yang dilakukan penulis sampai pada strategi pelaksanaan 3. Ny.A berhasil dalam
mengenal halisinasinya dan berhasil mengontrol halusinasinya dengan menghardik, bercakap-
cakap bersama orang lain, dan melakukan aktivitas terjadwal. Evaluasi sudah dilakukan penulis
sesuai keadaan klien dan kekurangan penulis tidak bisa mencapai batas maksimal pada rencana
yang diharapkan. Dalam melakukan strategi pelaksanaan 4, penulis mendelegasikan kepada
perawat yang sedang bertugas diruang Paviliun Flamboyan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk perbaikan
dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :
1. Bagi perawat di ruang rawat inap jiwa RS Mitra Siaga Tegal
a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
khususnya dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang
ditetapkan dilanjutkan dengan SOAP pada klien khususnya dengan gangguan persepsi sensori
: halusinasi pendengaran.
2. Bagi instansi pendidikan
Diharapkan pihak instansi pendidikan memberikan waktu yang cukup kepada mahasiswa
dalam mengelola studi kasus.
3. Bagi klien
Klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan oleh dokter dan perawat
untuk mempercepat proses kesembuhan klien.
4. Bagi keluarga
Keluarga diharapkan mampu memberi dukungan pada klien dalam mengontrol halusinasi baik
dirumah sakit maupun dirumah.
5. Bagi Penulis
Sebagai sarana memperoleh informasi dan pengetahuan serta pengalaman dalam melakukan
asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Wahyu Punto. 2012. “Asuhan Keperawatan Gangguan Keamanan Pada Tn. E Dengan Halusinasi
Pendengaran Di Bangsal Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta”http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=234. (Diakses tanggal 07
Agustus 2014 jam 09.00 WIB)
Akemat dan Keliat, Budi Anna. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2008. “Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Jiwa :
Halusinasi”. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk/147/jtp-supriyadin-7339-1-bab1-pdf. (Diakses
tanggal 23 Februari 2014 jam 12.00 WIB).
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. “Buku Saku Kesehatan Tahun
2012”. www.dinkesjateng.go.id. (Diakses tanggal 20 Februari 2014 jam 10.45 WIB).
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Febrida. 2007. “Pengaruh Terapi Aktifitas Stimulasi”. http://http.yasir.com/2009/10/pengaruh-terapi-
aktifitas-stimulasi.html. (Diakses tanggal 20 Februari 2014 jam 10.30 WIB).
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Ngadiran. 2010. “Studi Fenomena Pengalaman Keluarga Tentang
Beban Dan Sumber Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan Halusinasi”.
Tesis, FIK UI. www.proquest.com. (Diakses tanggal 15 Juni 2014 jam 13.15)
Nurjannah, Intansari. 2005. Aplikasi Proses Keperawatan Pada Diagnosa Resiko Kekerasan
Diarahkan Pada Orang Lain Dan Gangguan Sensori Persepsi. Yogyakarta : Moco Medika.
Rasmun. 2009. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Jakarta :
EGC.
Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. “Analisis Gejala Gangguan
Mental Emosional Penduduk Indonesia”. http://www.google.data riskesda 2007 gangguan jiwa
indonesia.digitaljournals.org. (Diakses tanggal 22 Februari 2014 jam 11.15 WIB).
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Townsend, Mary C. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Townsend, Mary C. 2003. Pedoman Dalam Keperawatan Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Volume 45, 2010-2011.
Jakarta : ISFI.
WHO. 2006. “Laporan 26 juta warga Negara Indonesia gangguan
jiwa”http://dir.groups.yahoo.com/group/karismatik/message/615 (Diakses tanggal 20 Februari
2014 jam 10.15 WIB).
WHO. 2009. “Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Jiwa :
Halusinasi”. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk/147/jtp-supriyadin-7339-1-bab1-pdf. (Diakses
tanggal 23 Februari 2014 jam 12.00 WIB).
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Revika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai