Anda di halaman 1dari 8

Nama penulis.

Jurnal Amerta Nutr (Tahun) Volume Amerta Nutrition


DOI (Nomor DOI)

PERBEDAAN POLA PEMBERIAN MAKAN DAN STATUS GIZI


BATITA DIASUH IBU DAN SELAIN IBU
Difference of Toddler Feeding Pattern And Nutritional Status Between
Mother’s and Other’s Care

Putri Novita Sari*1


Abstrak
Di era sekarang, wanita semakin banyak bekerja khususnya ibu, sehingga
semakin banyak pula anak yang ditinggal bekerja orang tuanya. Tahun 2013 di
Kelurahan Mulyorejo jumlah wanita sebagai kepala keluarga sebesar 284 jiwa. Tahun
berikutnya jumlah kepala keluarga dengan jenis kelamin wanita sebesar 260 jiwa.
Ketika wanita menjadi kepala keluarga, maka mereka berpotensi besar untuk bekerja
agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Pada tahun 2015 di Kecamatan Mulyorejo
terdapat 56 balita gizi kurang dan gizi buruk, dan Kelurahan Mulyorejo menduduki
peringkat tertinggi yaitu 25 balita, dengan rincian gizi kurang 23 dan gizi buruk 2
orang. Pola pemberian makan termasuk faktor penyebab tidak langsung terjadinya
masalah gizi pada balita. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan pola
pemberian makan dan status gizi batita yang diasuh ibu dan selain ibu. Jenis penelitian
adalah observasional dengan desain cross sectional, dan teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling. Jumlah sampel penelitian adalah 74 responden.
Penelitian dilakukan di Kelurahan Mulyorejo, wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo
Surabaya. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square dengan nilai α= 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pola pemberian makan dan status
gizi antara batita diasuh ibu dan selain ibu dengan nilai p> 0,05 . Simpulan dari hasil
yaitu tidak ada perbedaan pola pemberian makan dan status gizi batita yang diasuh
ibu dan selain ibu, karena pola pemberian makan dan status gizi batita tidak hanya
dipengaruhi oleh pengasuh batita tetapi beberapa faktor seperti status ekonomi
keluarga.
Kata kunci: Pola Pemberian Makan, Status Gizi, Batita, Diasuh Ibu dan Selain Ibu
Abstract
In the present era, women are increasingly working especially mothers, therefore more
children are left to work their parents. In 2013, Mulyorejo urban village the number of women as
head of household is 284 people. The next year, the number of household head with female gender as
many as 260 people. When women become heads of families, then they have great potential to work in
order to fulfill the life needs. In 2015, Mulyorejo sub-district there were 56 children under five
malnutrition and acute malnutrition, and Mulyorejo urban village is the highest number of
malnutrition children under five, there were 23 children under five with malnutrition and 2 acute
malnutrition children. Feeding pattern is indirect causes of nutritional problems in toddler. The
objective of the study was to analyze the difference of toddler feeding pattern and nutritional status
between mother’s and other’s care. the method of this research was observational with cross
sectional design, and the sampling technique used simple random sampling. The number of samples
were 74 respondent. The research was conducted in Mulyorejo urban village Surabaya. The data
were analyzed by Chi-square test with α= 0,05. The result of the research showed that there was no
difference of toddler feeding pattern and nutritional status between mother’s and other’s care,
because the feeding pattern and nutritional status is not only influenced by caregiver but also several
factors such as economic status.
Keywords: Feeding Pattern, Nutritional Status , Toddler, Mother’s and Other’s Care
*©Tahun. Nama Penulis. Open Access. Open access under CC BY – SA license doi:
10.20473/jbe.v4i2.2017. 151–163 151 Received 4 Agustus 2016, received in revised
form 20 November 2016, Accepted 1 Januari 2017, Published online: 31 Januari
2017.
Nama penulis. Jurnal Amerta Nutr (Tahun) Volume Amerta Nutrition
DOI (Nomor DOI)

*Koresponden:
Putrinovitasari0924@gmail.com
1
(Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya Kode Pos,Indonesia)
PENDAHULUAN melimpahkan tanggung jawab pengasuhan
anak kepada pengasuh lain seperti kakek-
Di era sekarang, wanita semakin
nenek, tempat Penitipan Anak (TPA),
banyak bekerja khususnya ibu, sehingga
pembantu, maupun baby sitter8.
semakin banyak pula anak yang ditinggal
Tahun 2013 di Kelurahan
bekerja orang tuanya1. Jumlah wanita yang
Mulyorejo jumlah balita gizi kurang 3
mencari pekerjaan tahun 2014 yaitu
orang dan 1 gizi buruk. Pada tahun 2015 di
626.300, dan jumlah wanita yang telah
kecamatan Mulyorejo terdapat 56 balita
bekerja sebesar 288.6142. Di Indonesia
gizi kurang dan gizi buruk, akan tetapi
terdapat 3 Provinsi dengan jumlah pekerja
Kelurahan Mulyorejo menduduki
wanita paling tinggi yaitu Jawa Timur,
peringkat tertinggi yaitu 25 balita, dengan
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jumlah
rincian gizi kurang 23 dan gizi buruk 2
pekerja di Jawa Timur sebesar 101.922.
orang. Hal tersebut menunjukkan adanya
Jumlah wanita yang mencari pekerjaan
peningkatan balita yang mengalami
pada tahun 2014 sebesar 417.3983.
Tahun 2013 di Kelurahan masalah gizi di Kelurahan Mulyorejo dari
Mulyorejo jumlah wanita sebagai kepala tahun 2013 sebesar 4 balita menjadi 25
keluarga sebesar 284 jiwa4. Tahun balita ditahun 2015, yang mana terjadi
berikutnya jumlah kepala keluarga dengan peningkatan signifikan sebesar 21%9.
jenis kelamin wanita sebesar 260 jiwa5. Balita merupakan kelompok umur
Ketika wanita menjadi kepala keluarga, yang rawan gizi dan rawan penyakit. Masa
maka mereka berpotensi besar untuk balita merupakan masa kehidupan yang
bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan sangat penting dan membutuhkan
10
hidup. perhatian serius . Pola asuh termasuk
Peran ibu sebagai pengasuh anak faktor penyebab tidak langsung terjadinya
dan pengatur konsumsi pangan anggota masalah gizi pada balita11 . Pola pemberian
keluarga, terutama balita. Semakin banyak makan yang seimbang dan sesuai dengan
ibu rumah tangga yang bekerja, terutama kebutuhan, serta pemilihan bahan makanan
mereka yang memiliki balita, maka peran yang tepat akan tercapai status gizi yang
sebagai ibu tidak bisa dikerjakan secara baik12. Status gizi adalah keadaan tubuh
optimal6. Hal tersebut bisa menimbulkan sebagai akibat konsumsi makanan dan
masalah gizi balita. Ibu bekerja cenderung penggunaan zat gizi yang dibedakan
memilih solusi praktis di tengah menjadi empat kategori status gizi buruk,
keterbatasan waktu yang dimiliki untuk kurang, baik dan lebih13.
berinteraksi dengan anak akibat tuntutan Rumusan masalah penelitian ini
pekerjaan yang dijalani7. Ketika waktu adalah “Apakah ada perbedaan pola
bersama balita semakin sedikit dan pemberian makan dan status gizi batita
berkurang, maka banyak ibu yang diasuh ibu dan selain ibu?”. Adapun tujuan
*©Tahun. Nama Penulis. Open Access. Open access under CC BY – SA license doi:
10.20473/jbe.v4i2.2017. 151–163 151 Received 4 Agustus 2016, received in revised
form 20 November 2016, Accepted 1 Januari 2017, Published online: 31 Januari
2017.
Nama penulis. Jurnal Amerta Nutr (Tahun) Volume Amerta Nutrition
DOI (Nomor DOI)

dan manfaat dari penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN


untuk menganalisis perbedaan pola
Berdasarkan hasil penelitian
pemberian makan dan status gizi batita tentang perbedaan pola pemberian makan
yang diasuh ibu dan batita yang diasuh dan status gizi batita diasuh ibu dan selain
selain ibu, serta mannfaatnya yaitu untuk ibu di Kelurahan Mulyorejo, wilayah kerja
mengetahui pentingnya pola pemberian Puskesmas Mulyorejo Surabaya,
makan yang tepat bagi batita agar status didapatkan karakteristik umum subyek
gizi mereka baik. penelitian yang ditunjukkan pada tabel
dibawah ini:
METODE
Tabel 1. Karakteristik Batita
Jenis penelitian yang dilakukan Karakteristik Pengasuh
Ibu Selain ibu
adalah observasional dan berdasarkan n % n %
waktunya penelitian ini menggunakan Jenis kelamin
desain cross sectional, karena variabel Laki-laki 22 52,4 20 47,6
Perempuan 15 46,9 17 53,1
independen dan dependen pada subyek
Umur (bulan)
penelitian diukur pada saat yang sama14. 12-24 22 52,4 20 47,6
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan 25-36 15 46,9 17 53,1
Mulyorejo, wilayah kerja Puskesmas
Mulyorejo Surabaya. Populasi dalam Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
penelitian yaitu 150 batita yang aktif sebagian besar batita berjenis kelamin laki-
mengikuti kegiatan Posyandu. laki yaitu sebesar 52,4% yang diasuh ibu
dan 47,6% diasuh selain ibu, dan berumur
Pengambilan sampel dilakukan
12-24 bulan sebesar 52,4% yang diasuh
dengan cara Simple Random Sampling,
ibu dan 47,6% diasuh selain ibu
setiap subyek dalam populasi memiliki
kemungkinan yang sama untuk terpilih 15. Tabel 2. Karakteristik Orang Tua Batita
Sampel dalam penelitian ini adalah 74 Pengasuh
batita, dan responden dalam penelitian ini Karakteristik Ibu Selain ibu
n % n %
adalah pengasuh batita. Penelitian ini
Pendidikan Ibu
dilakukan di Kelurahan Mulyorejo, Tidak Sekolah 1 100 0 0
wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo SD 10 100 0 0
SMP 10 47,6 11 52,4
Surabaya. SMA 13 41,9 18 58,1
Waktu penelitian mulai bulan PT 3 27,3 8 72,7
April-Mei 2017, dan pengumpulan data Pendapatan
Keluarga
menggunakan data primer dan sekunder. < UMR 25 80,6 6 19,4
Pengambilan data primer menggunakan ≥ UMR 12 27,9 31 72,1
kuisioner terstruktur mengenai pola Jumlah Anggota
Keluarga
pemberian makan batita yang telah ≤4 23 40,4 34 59,6
divalidasi. Analisis data menggunakan uji 5-6 14 82,4 3 17,6
statistic Chi-square dengan nilai α= 0,05.
Sebelum pengambilan data primer, peneliti Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
telah melakukan uji etik untuk kelayakan pendidikan ibu batita yang bekerja
sehingga batita dirawat oleh orang lain,
etika ketika pengambilan data di lapangan.
rata-rata setaraf SMA sebesar 58,1%. Rata-
*©Tahun. Nama Penulis. Open Access. Open access under CC BY – SA license doi:
10.20473/jbe.v4i2.2017. 151–163 151 Received 4 Agustus 2016, received in revised
form 20 November 2016, Accepted 1 Januari 2017, Published online: 31 Januari
2017.
Nama penulis. Jurnal Amerta Nutr (Tahun) Volume Amerta Nutrition
DOI (Nomor DOI)

rata pendapatan keluarga batita yang


diasuh selain ibu yaitu ≥ UMR sebesar Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa
72,1%, dan rata-rata jumlah anggota status gizi batita berdasarkan Berat Badan
keluarga batita yang diasuh selain ibu yaitu Menurut Umur (BB/U), Berat Badan
≤ 4 orang sebesar 59,6%. Menurut Tinggi Badan/Panjang Badan
(BB/TB atau BB/PB), dan Tinggi Badan
Tabel 3. Karakteristik Responden atau Panjang Badan Menurut Umur (TB/U
Pengasuh atau PB/U) sebagian besar berstatus gizi
Karakteristik Ibu Selain ibu normal pada batita diasuh ibu maupun
n % n %
Umur
diasuh selain ibu. Akan tetapi masih ada
≤ 20 3 100 0 0 sebagain kecil batita yang mengalami
21-30 14 73,7 5 26,3 masalah gizi. Dari tabel 4 juga
31-40 15 78,9 4 21,1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
>40 5 15,2 28 84,8
Hubungan status gizi berdasarkan BB/U, BB/TB atau
Responden dengan BB/PB dan TB/U atau PB/U pada batita
Batita diasuh ibu dan selain ibu, karena nilai P >
Ibu 37 100 0 0
0,05.
Nenek 0 0 22 100
Kakek 0 0 1 100
Tetangga 0 0 2 100 Tabel 5. Distribusi Pola Pemberian Makan
Baby sitter 0 0 5 100 Batita
Lainnya 0 0 7 100
Pengasuh
Pola Pemberian
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa Makan Ibu
Selain Ibu
rata-rata umur pengasuh ibu batita yaitu n % n %
31-40 tahun sebesar 78,9%, dan umur Tepat 33 50 33 50
pengasuh selain ibu yaitu >40 tahun Tidak Tepat 4 50 4 50
sebesar 84,8%. Hubungan pengasuh
dengan batita yang diasuh selain ibu yaitu Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa
rata-rata sebagai nenek sebesar 100%. rata-rata pola pemberian makan batita
sudah tepat, batita yang diasuh ibu sebesar
Tabel 4. Distribusi Status Gizi Batita 50% dan selain ibu juga sebesar 50%.
Status Gizi Pengasuh P Selain itu masih ada yang tidak tepat yaitu
Ibu Selain Ibu value 50% batita yang diasuh ibu dan 50% batita
BB/U n % n %
Obesitas 1 100 0 0
diasuh selain ibu.
Gizi Lebih 1 33,3 2 66,7
0,130
Normal 27 46,6 31 53,4 Tabel 6. Hasil Uji Beda Terhadap Variabel
Gizi Kurang 7 87,5 1 12,5 Yang diteliti Antara Batita Diasuh Ibu
Sangat Kurang 1 25 3 75
BB/TB Atau
dan Selain Ibu
BB/PB
Variabel P
Sangat gemuk 2 66,7 1 33,3
Gemuk 2 66,7 1 33,3 Pendidikan Ibu Batita 0,007
Normal 29 49,2 30 50,8 0,927
Pendapatan Keluarga 0,000
Kurus 2 40 3 60 Jumlah Anggota Keluarga 0,006
Sangat Kurus 2 50 2 50 Umur Pengasuh 0,000
TB/U Atau Hubungan Responden dengan 0,000
PB/U Batita
Normal 25 45,5 30 54,5
Pendek 7 63,6 4 36,4 0,412
Sangat Pendek 5 62,5 3 37,5
*©Tahun. Nama Penulis. Open Access. Open access under CC BY – SA license doi:
10.20473/jbe.v4i2.2017. 151–163 151 Received 4 Agustus 2016, received in revised
form 20 November 2016, Accepted 1 Januari 2017, Published online: 31 Januari
2017.
Nama penulis. Jurnal Amerta Nutr (Tahun) Volume Amerta Nutrition
DOI (Nomor DOI)

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa sayang pembantu rumah tangga terhadap
ada perbedaan pendidikan ibu antara batita balita tidak sebesar kasih sayang ibu,
yang diasuh ibu dan selain ibu dengan sehingga status gizi balita lebih baik
tingkat sidnifikan p < α ( α= 0,05). Ada diasuh ibu17.
perbedaan tingkat pendapatan keluarga Pola pemberian makan yang
antara batita yang diasuh ibu dan selain ibu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan,
dengan tingkat signifikan p < α ( α= 0,05).
serta pemilihan bahan makanan yang tepat
Ada perbedaan jumlah anggota keluarga
akan tercapai status gizi yang baik12.
antara batita yang diasuh ibu dan selain ibu
Pertumbuhan balita dipengaruhi kualitas
dengan tingkat signifikan p < α ( α= 0,05).
Ada perbedaan umur pengasuh antara makan,yang mana tergantung dari pola
batita yang diasuh ibu dan selain ibu asuh pengasuh, sehingga akan
dengan tingkat signifikan p < α ( α= 0,05). mempengaruhi status gizi balita apabila
Ada perbedaan hubungan pengasuh pola pemberian makan pengasuh tidak
dengan batita antara batita yang diasuh ibu baik18. Hal tersebut didukung oleh
dan selain ibu dengan tingkat signifikan p penelitian Kumala yang menyatakan
< α ( α= 0,05). bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pola pemberian makan dengan
Tabel 7. Hasil Uji Beda Pola Pemberian status gizi balita umur 1-3 tahun19.
Makan Batita Diasuh Ibu Dan Pola pemberian makan merupakan
Selain Ibu
gambaran atau informasi mengenai asupan
Pengasuh
Pola P gizi yang meliputi jenis, porsi dan
Pemberian Selain Ibu value frekuensi dalam pemenuhan nutrisi20.
Ibu
Makan
n % n % Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
Tepat 33 50 33 50 1,000 akibat konsumsi makanan dan penggunaan
Tidak Tepat 4 50 4 50 zat gizi yang dibedakan menjadi empat
kategori status gizi buruk, kurang, baik dan
Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak lebih13. Faktor yang mempengaruhi pola
ada perbedaan pola pemberian makan
pemberian makan dan status gizi tidak
antara batita yang diasuh ibu dan selain
hanya penanggungjwab mengasuh batita
ibu, dengan tingkat signifikan p > α ( α=
0,05). setiap harinya, akan tetapi dipengaruhi
Hasil tersebut didukung hasil berbagai faktor seperti tingkat pendidikan
penelitian Kurniasari yang memaparkan ibu batita, tingkat pendapatan keluarga,
tidak adanya perbedaan status gizi batita jumah anggota keluarga, umur pengasuh
antara batita yang ibunya bekerja dan tidak dan hubungan pengasuh dengan batita12.
bekerja, hal ini dikarenakan baik ibu batita Hasil penelitian menunjukkan
yang bekerja dan tidak, sama-sama bahwa tingkat pendidikan ibu, yang mana
memiliki tingkat pendidikan tinggi dan batitanya diasuh selain ibu yaitu rata-rata
pendapatan keluarga batita juga tinggi16. SMA sebesar (58,1%), sehingga lebih
Akan tetapi tidak sejalan dengan penelitian mudah menerima informasi khususnya
Wijaya yang memaparkan bahwa pola terkait gizi dan mengimplementasikannya.
pemberian makan balita lebih baik yang Pendidikan ibu yang relatif rendah juga
diasuh ibu dari pada diasuh pembantu akan berkaitan dengan sikap dan tindakan
rumah tangga, hal ini dikarenakan kasih ibu dalam menangani masalah kurang gizi
*©Tahun. Nama Penulis. Open Access. Open access under CC BY – SA license doi:
10.20473/jbe.v4i2.2017. 151–163 151 Received 4 Agustus 2016, received in revised
form 20 November 2016, Accepted 1 Januari 2017, Published online: 31 Januari
2017.
Nama penulis. Jurnal Amerta Nutr (Tahun) Volume Amerta Nutrition
DOI (Nomor DOI)

pada anak balitanya begitupun Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka


21
sebaliknya . diperlukan peningkatan sosialisasi
Hasil penelitian menunjukkan mengenai pentingnya penerapan pola
bahwa tingkat pendapatan keluarga batita pemberian makan yang baik bagi batita,
yang diasuh selain ibu rata-rata ≥ UMR agar terwujud status gizi yang baik bagi
sebesar (72,1%), hal tersebut menjadi batita, karena sekalipun rata-rata pola
faktor tidak langsung pola pemberian pemberian makan pengasuh sudah tepat
makan dan status gizi batita. Hal tersebut dan status gizi batita normal, akan tetapi
didukung oleh penelitian Chelule yang masih ada yang mengalami masalah gizi.
menunjukkan hasil bahwa faktor ekonomi Pola pemberian makan yang salah akan
mempengaruhi pola pemberian makan, berdampak pada masalah status gizi batita.
karena akan mempengaruhi ketersediaan
pangan dalam rumah tangga sehingga KESIMPULAN
status gizi balita akan terganggu22.
1. Pola pemberian makan pengasuh
Jumlah anggota keluarga batita
terhadap batita di Kelurahan
yang diasuh selain ibu rata-rata ≤ 4 orang
Mulyorejo paling banyak dalam
sebesar (59,6%). Jumlah anggota keluarga
kategori tepat, pada batita yang diasuh
yang besar, akan mempengaruhi
ibu (50%) maupun batita diasuh selain
pembagian makan dalam keluarga.
ibu (50%).
Didukung penelitian Tessema yang
2. Status Gizi batita paling banyak dalam
memaparkan bahwa keluarga dengan
kategori normal. Berdasarkan BB/U
jumlah anggota >5 akan mempengaruhi
yang diasuh ibu (46,6%) dan selain
pola pemberian makan balita karena
ibu (53,4%), BB/TB atau BB/PB yang
konsumsi makanan yang tidak bervariasi23.
diasuh ibu (49,2%) dan selain ibu
Umur pengasuh rata-rata 31- > 40
(50,8%), TB/U atau PB/U yang diasuh
tahun, maka lebih berpengalaman dalam
ibu (45,5%) dan selain ibu (54,5%).
merawat balita sehingga pola pemberian
3. Tingkat pendidikan ibu batita paling
makan batita akan baik. Pernyataan
banyak yaitu setaraf SMA, pada batita
tersebut didukung oleh penelitian Sukoco
yang diasuh ibu (41,9%) maupun
yang memaparkan bahwa, semakin muda
batita diasuh selain ibu (58,1%).
umur pengasuh (17-25) akan
4. Tingkat pendapatan keluarga batita
mempengaruhi pola pemberian makan
paling banyak yaitu ≥UMR, pada
balita yang akan berdampak pada status
batita yang diasuh ibu (27,9%)
gizi kurang24.
maupun batita diasuh selain ibu
Hubungan pengasuh selain ibu
(72,1%).
dengan batita rata-rata yaitu sebagai nenek
5. Jumlah anggota keluarga batita paling
sebesar 100%. Penelitian Puspita
banyak yaitu ≤4 orang, pada batita
memaparkan bahwa pengasuh pengganti
yang diasuh ibu (40,4%) maupun
paling banyak yaitu nenek, karena
batita diasuh selain ibu (59,6%).
dianggap banyak pengalamannya dalam
6. Umur pengasuh batita paling banyak
merawat anak dan orang kepercayaan ibu,
>40 tahun, pada batita yang diasuh ibu
nenek juga menerapkan pola pemberian
(15,2%) maupun batita diasuh selain
makan yang baik pada balita25.
ibu (84,8%).
*©Tahun. Nama Penulis. Open Access. Open access under CC BY – SA license doi:
10.20473/jbe.v4i2.2017. 151–163 151 Received 4 Agustus 2016, received in revised
form 20 November 2016, Accepted 1 Januari 2017, Published online: 31 Januari
2017.
Nama penulis. Jurnal Amerta Nutr (Tahun) Volume Amerta Nutrition
DOI (Nomor DOI)

7. Hubungan pengasuh selain ibu dengan 4. Badan Pusat Statistik. 2014.


batita paling banyak yaitu nenek Kecamatan Mulyorejo Dalam
sebesar (100%). Angka 2014. Badan Pusat Statistik
Saran untuk penelitian selanjutnya Kota Surabaya
yaitu meneliti faktor lain yang belum 5. Badan Pusat Statistik. Kecamatan
diteliti dalam penelitian ini, antara lain Mulyorejo Dalam Angka 2015.
faktor budaya seperti food taboo, dan Badan Pusat Statistik Kota
tingkat konsumsi zat gizi, sehingga dapat Surabaya. 2015.
diketahui sudah sesuai angka Kecukupan 6. Sulistyorini E,Rahayu T.
Gizi (AKG) atau belum. Hubungan Pekerjaan Ibu Balita
Acknowledgement Terhadap Status Gizi Balita Di
Posyandu Prima Sejahtera Desa
Penulis mengucapkan terima kasih
Pandean Kecamatan Ngemplak
kepada Dr. Sri Sumarmi, SKM., M.Si.,
Kabupaten. Jurnal Kebidanan
selaku dosen pembimbing, yang telah
Indonesia. 2009; 1(2): 92-102.
membimbing dari awal hingga akhir dalam
7. Azizah NN. Perbandingan Tumbuh
penulisan artikel ini, selain itu kepada
Kembang Anak Toddler Yang
pihak instansi Puskesmas Mulyorejo
Diasuh Orang Tua Dengan Diasuh
Surabaya dan seluruh ibu kader yang telah
Selain Orang Tua. Skripsi.
membantu dalam pengambilan data di
Universitas Indonesia. Depok Jawa
lapangan.
Barat. 2012.
Detail Penulis 8. Fristi W, Indriati G, Erwin.
1
Departemen Gizi Kesehatan- Fakultas Perbandingan Tumbuh Kembang
Kesehatan Masyarakat, Universitas Anak Toddler Yang Diasuh Orang
Airlangga, Kampus C Universitas Tua Dengan Diasuh Selain Orang
Airlangga, Surabaya, Indonesia.
Tua. Jurnal Online Mahasiswa
Bidang Ilmu Keperawatan. 2014;
PUSTAKA 1(2)
9. Badan Pusat Statistik. Kecamatan
1. Saputra F, Hasanah O, Sabrian F. Mulyorejo Dalam Angka 2016.
Perbedaan Tumbuh Kembang Anak Badan Pusat Statistik Kota
Toddler Yang Diasuh Orang Tua Surabaya. 2016.
Dengan Yang Dititipkan Ditempat 10. Adriani M, Wirjatmadi B. Peranan
Penitipan Anak (TPA). JOM . Gizi Dalam Siklus Kehidupan.
2015; 2(2): 1123-1130. Jakarta: Kencana; 2012.
2. Katalog Badan Pusat Statistik. 11. Wijono D. Manajemen Perbaikan
2015. Statistik Indonesia 2015. Gizi Masyarakat. Surabaya: Duta
Badan Pusat Statistik. Indonesia. Prima Airlangga; 2009.
3. Katalog Badan Pusat Statistik. 12. Sulistyoningsih H. Gizi Untuk
Jawa Timur Dalam Angka 2015. Kesehatan Ibu Dan Anak. Graha
Badan Pusat Statistik Provinsi Ilmu: Yogyakarta; 2011. p. 52-56.
Jawa Timur. 2015

*©Tahun. Nama Penulis. Open Access. Open access under CC BY – SA license doi:
10.20473/jbe.v4i2.2017. 151–163 151 Received 4 Agustus 2016, received in revised
form 20 November 2016, Accepted 1 Januari 2017, Published online: 31 Januari
2017.
Nama penulis. Jurnal Amerta Nutr (Tahun) Volume Amerta Nutrition
DOI (Nomor DOI)

13. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu 20. Kementerian Kesehatan RI.


Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Pedoman Gizi Seimbang 2014.
Jakarta; 2004. Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan
14. Notoatmodjo S. Metodologi
Kesehatan Ibu dan Anak. 2014.
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
21. Putri FR, Sulastri D, Lestari Y.
Rineka Cipta; 2010.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
15. Pratiknya AW. Dasar-Dasar Dengan Status Gizi Anak Balita Di
Metodologi Penelitian Kedokteran Wilayah Kerja Puskesmas
dan Kesehatan. Jakarta: PT Raja Nanggalo Padang. Jurnal
Grafindo Persada; 2000. Kesehatan Andalas. 2015; 4(1):
16. Kurniasari E, Nurzina R, Mulyani 254-261
EY. Perbedaan Status Gizi Balita 22. Chelule P, Chihope CN. Feeding
Umur 12-36 Bulan Berdasarkan Practices Among The Child
Pola Asuh dan Status Pekerjaan Ibu Caregivers Of 5 Year-Old Children
di Wilayah Kerja Puskesmas Attended To For Acute
Jatimulya Kabupaten Bekasi Tahun Malnutrition At Nyangabgwe
2016. Jurnal Online Mahasiswa. Hospital, Botswana. Botswana
2016; 1(2): 85-94. Journal of African Studies. 2014;
17. Wijaya M D. Perbedaan Status Gizi 28 (1): 13-27.
Batita (1-3 Tahun)Yang Diasuh Ibu 23. Tessema MEG, Belachew T.
Dengan Yang Diasuh Pembantu Feeding Patterns And Stunting
Rumah Tangga Di Posyandu During Early Childhood In Rural
Kemala Kelurahan Barusari Communities Of Sidama, South
Kecamatan Semarang Selatan Kota Ethiopia. Pan Africa Medical
Semarang. Skripsi. Universitas Journal. 2013; 75(14): ISSN 1937-
Negeri Semarang. 2009. 8688
18. Suiraoka P, Sukraniti PD, Gumala 24. Sukoco NEW, Pambudi J, Herawati
YMN. Perbedaan Status Gizi, Pola MH. Hubungan Status Gizi Anak
Pemberian Makan, Dan Pola Asuh Balita Dengan Orang Tua Bekerja.
Balita Pada Keluarga Miskin Dan Buletin Penelitian Sistem
Tidak Miskin Di Kecamatan Kesehatan. 2015: 18(4); 387–397.
Denpasar Utara, Kota Denpasar. 25. Puspita DF. Sumber Daya
Jurnal Ilmu gizi. 2011; 2(2): 83-92. Pengasuhan Dan Status Gizi Balita
19. Kumala M. Hubungan Pola Pada Ibu Bekerja Di Wilayah Kerja
Pemberian Makan Dengan Status Puskesmas Simolawang
Gizi Anak Umur Toddler (1-3 Kecamatan Simokerto Surabaya.
Tahun) Di Posyandu Kelurahan Skripsi. Universitas Airlangga
Sidomulyo Godean Sleman 2013. Surabaya. 2012.
Naskah Publikasi. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta. 2013.

*©Tahun. Nama Penulis. Open Access. Open access under CC BY – SA license doi:
10.20473/jbe.v4i2.2017. 151–163 151 Received 4 Agustus 2016, received in revised
form 20 November 2016, Accepted 1 Januari 2017, Published online: 31 Januari
2017.

Anda mungkin juga menyukai