KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2
A. Identitas Buku........................................................................................................2
BAB II LAPORAN BAGIAN BUKU..............................................................................4
A. PENGERTIAN KOSAKATA DAN DIKSI........................................................................4
a. Pengertian Kosakata...........................................................................................4
b. Pengertian Diksi.................................................................................................6
B. KLASIFIKASI KOSAKATA BERDASARKAN DIKSI..........................................7
a. Klasifikasi kata berdasarkan makna........................................................................7
1. Makna denotative...............................................................................................7
2. Makna konotatif.................................................................................................7
b. Klasifikasi makna berdasarkan leksikal...................................................................9
1. Sinonim..............................................................................................................9
2. Antonim...........................................................................................................10
3. Homonim.........................................................................................................10
4. Homofon..........................................................................................................10
5. Homograf.........................................................................................................10
6. Polisemi............................................................................................................11
7. Hipernim..........................................................................................................11
8. Hiponim...........................................................................................................11
C. Syarat-Syarat Diksi................................................................................................11
BAB III KOMENTAR PENULIS....................................................................................16
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................17
A. pandangan penulis dan manfaat..........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Buku
Ermanto lahir pada februari 1969. Ia adalah seorang guru besar linguistik di
Universitas Negeri Padang sejak 1 Mei 2010 dan telah menjadi dosen di UNP
sejak tahun 1994, Ermanto berpendidikan Serjana Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia IKIP Padang tahun 1993, Magister Linguistik UGM tahun 1999, dan
Doktor Linguistik UNS tahun 2008 dengan predikat Cumlaude.
Beberapa judul buku Ermanto yang sudah di terbitkan adalah (1) menjadi
wartawan handal dan profesional tahun 2005, penerbit cinta pena yogyakarta, (2)
ii
wawasan jurnalistik praktis tahun 2005, penerbit cinta pena yogyakarta, (3) 6
langkah cepat dan efektif belajar membaca tahun 2007, penerbit wahyu
media,jakarta, (4) Morfologi derivasi dan infleksi: perspektif baru dalam bahasa
indonesia tahun 2008, penerbit cakra books, surakarta, (5) dll, masih banyak lagi
buku yang telah di tetulis oleh ermanto yaitu sebanyak 14 buku.
b) Dra. Emidar, M. Pd.
Emidar adalah dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS universitas
Negeri Padang sejak tahun 1986. Nama lengkapnya adalah Dra. Emidar, M. Pd. Ia
lahir di Bukittinggi pada 8 februari 1962.
Beberapa judul buku Emidar yang sudah di terbitkan adalah 1. Bahasa
indonesia: pengembangan kepribadian di perguruan tinggi (ermanto dan emidar)
tahun 2009, penerbit UNP Press, 2. Linguistik budaya: kajian pada etnis
minangkabau dan tionghoa di kota padang (ermanto dan emidar) tahun 2016,
penerbit FBS UNP Padang, 3. Linguistik budaya: Perbandingan komunikasi etnis
minangkabau dan tionghoa di kota padang (ermanto dan emidar cetak ke-2) tahun
2007,Penerbit Angkasa Bandung.
ii
BAB II
a. Pengertian Kosakata
Kosakata (bahasa Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata yang diketahui
oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu.
Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang
dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan
digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosa kata
seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau
tingkat pendidikannya. Karenanya banyak ujian standar, seperti SAT, yang
memberikan pertanyaan yang menguji kosakata.Penambahan kosakata seseorang
secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran
suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa
yang sudah dikuasai. Murid sekolah sering diajarkan kata-kata baru sebagai
bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang
menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan
edukatif.
Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat,
melainkanjugamemilih kata yang cocok.Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan
konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai
rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis
dan pertimbangan tertentu.
hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah
diantaranya penulis atau pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi
dan konotasi kata, mampu mengetahui kata kerja yang menggunakan kata depan
ii
yang harus digunakan secara idiomatic, mampu membedakan kata-kata yang
mirip ejaannya, menghindari kata-kata yang hampir bersinonim.
kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling
melengkapi. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih
kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya,
sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan,
sebagai contoh :
kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur,
berpulang, kembali ke haribaan tuhan.
akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa?Ada nilai
rasa dan nuansa makna yang membedakannya.
kita tidak bisa mengatakan kucing kesayanganku wafat tadi malam.
sebaliknya, kita tidak dapat mengatakan menteri fulan mati tadi malam.
itulah contoh hasil analisis dan pertimbangan tertentu.
jadi, ketepatan makna harus menuntut kesadaran penulis atau pembicara untuk
tetap mengikuti perkembangan makna kata dari waktu ke waktu.
Dari uraian diatas ada tiga hal yang dapat kita simpulkan, yaitu
Kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila sesorang menguasai
banyak kosa kata,
Pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan
secaratepat kata-kata yang memilikinuansa makna bersinonim,
Pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata yang tepat dan
cocok situasi atau konteks tertentu.
Dengan demikian bahwa pilihan kata sebenarnya berhubungan dengan tutur
dan tata tulis untuk mewadahi pikiran.Untuk memilih kata dengan tepat,
diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai.kata yang dipilih dapat
memberikan ketepatan makna karena pada masyarakat tertentu sebuah kata sering
mempunyai makna yang baik, dan pada masyakat lain memberikan makna yang
kurang baik.penggunaan kata harus sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat.
Agar tidak salah, gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan
ii
kata.Karena dalam menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya
sebatas kata, tetapi beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bias melihat dengan
tepat konteks kata tersebut.Jadi yang dimaksud dengan pilihan kata atau diksi
adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan.
Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata – kata yang kita
gunakan.Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah
menangkap maksud pembicaraan kita.
b. Pengertian Diksi
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya
ekspresi oleh penulis atau pembicara.[rujukan?] Arti kedua, arti “diksi” yang lebih
umum digambarkan dengan enunsiasi kata – seni berbicara jelas sehingga setiap
kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.
Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata
dan gaya.
Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24)
dituliskan beberapa point – point penting tentang diksi, yaitu :
Plilihan kata ataudiksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus
dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan –
ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan
yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
ii
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran – kata formal atau informal
dalam konteks sosial – adalah yang utama.Analisis diksi secara literal menemukan
bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya
penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan
karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran
menggambarkan karakter yang introspektif.Diksi juga memiliki dampak terhadap
pemilihan kata dan sintaks.
1. Makna denotative
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.Sering juga makna
denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna
memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan.Makna kata makan
seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah;
makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna
referensial, atau makna proposional (keraf,2002:2080). Disebut makna
denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu
pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi.Disebut makna
kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan
menyangkut rasio manusia.
2. Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual.Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau
pukul.Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna
ii
konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta yang bermakna
konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan
nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan
lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika.Nilai
estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif
agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman.Ia tidak tetap. Kata kamar kecil
mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga
jamban (konotatif).Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna
kata itu adalah makna denotatif atau konotaif.
Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna
konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebabnama lain untuk kata
itutidakada yang yangtepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.
Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan
pemakaian bahasa.Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu
makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang
mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa
tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum,
sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Contoh:
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan
gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis
terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek.Kata-kata
yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek dari pada
bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada
rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang
terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu
ii
dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan
dalam hal ini.
Contoh lain :
Sejak dua tahun yang lalu iamembanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan
masyarakat.
Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting
sebuah tulang) mengandung makna “berkerja keras” yang merupakan sebuah kata
kiasan.Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang
bermakna konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian
seperti ini disebut idiom atau ungkapan.Semua bentuk idiom atau ungkapan
tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:
Keras kepalaPanjang tangan,Sakit hati, dan sebagainya.
1. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak,
hanya ada kesamaan atau kemiripan.Sinonim ini dipergunakan untuk
mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak
membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan
menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang
sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal
ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk
dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
contohsinonim :
agung, besar, raya. penelitian, penyelidikan.
ii
mati, mangkat, wafat, meninggal. cahaya, sinar.
ilmu, pengetahuan.
2. Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain.
Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh antonim :
keras, lembek surga, neraka
naik, turun laki-laki, perempuan
kaya, miskin atas, bawah
3. Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal
yang sama, dan ejaannya sama.
Contoh homonim :
Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan
berbagai bahasa pemrograman (bisa = mampu).
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).
4. Homofon
Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang
sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh homofon :
Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa =
masyarakat umum)
5. Homograf
Homograf adalah satu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang
beda, dan ejaannya sama.
Contoh homograf :
ii
Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka
korupsi (teras= pejabat tinggi).
Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian
rumah).
6. Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.
Contoh polisemi :
Kepala desa Kepala surat
7. Hipernim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain.
Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata
lainnya.
Contoh hipernim:
Hantu, ikan, kue
8. Hiponim
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Contoh hiponim :
Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul,
genderuwo, dan lain-lain.
Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.
C. Syarat-Syarat Diksi
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi
yang baik harus memenuhi syarat, seperti:
ii
disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa bagi pembacanya
Contoh Paragraf:
2. Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai.
Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah
disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang
berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan
kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan
hati senang.
Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada
contoh paragraf kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi
pembacanya.
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar
ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif.
Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari
sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
ii
makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau
pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil
mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga
jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna
kata adalah makna denotatif atau konotatif.
Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum
suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam
pemaknaannya.
Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin
mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan
tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan
koki dan ikan mas.
Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat,
tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan.
Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan,
sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame,
lele, tawes, dan ikan mas.
c. Dapat memahami dengan tepat makna kata abstrak dan kata konkret
ii
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret,
seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.
Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indra, kata itu disebut kata
abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit.
Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan
khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan
dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang
sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada
kesamaan atau kemiripan.
Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata
tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan
masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum
terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi,
serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata
populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
ii
Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut
daftarnya:
ii
BAB III
KOMENTAR PENULIS
Bab III dalam makalah ini membahas tentang komentar penulis yakni penulis
melaporkan isi bacaan yang di laporkan, dan pada bagian pelapor ini penulis dapat
menggunakan rujukan lain sebagai pembanding dan penjelasannya. Penulis
mendapatkan tugas yaitu membandingkan buku wajib yang berjudul
“PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DI PERGURUAN TINGGI” yang
disusun oleh Ermanto dan Emidar yang diterbitkan oleh PT. Rajagrafindo Persada,
penulis mengambil buku perbandingan yang berjudul “DIKSI DAN GAYA
BAHASA” yang disusun oleh Dr. Gorys Keraf yang di terbitkan oleh PT
Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1999.
Didalam buku ermanto dan emidar terdapat materi penerapan diksi (pilihan
kata) dalam kalimat ragam formal sedangkan dalam buku Dr.Gorys Keraf lebih
menjelaskan tentang pengertian dan syarat-syarat ketetapan kata membandingkan
kata populer dan kata ilmiah, akan tetapi kedua buku ini mempunyai kelebihan
masing-masing untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kosakata dan diksi.
ii
BAB IV
PENUTUP
ii
perbandingan kata popular dan kata ilmiah di bandingkan dengan buku ermanto
dan emidar lebih menjelaskan keseluruhan materi.
Saran saya terhadap penulis buku “DIKSI DAN GAYA BAHASA” agar
mendalami lagi seluruh materi yang berkaitan dengan kosakata dan bahasa.selain
itu juga alangkah baik nya jika buku di dahului dengan pemberitahuan maka di
tutup dengan kata penutup atau kesimpulan agar pembaca dapat memahami
dengan jelas isi buku tersebut.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Ermanto dan Emidar. 2012. Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Padang: UNP Press.
Gorys keraf.1999. Diksi dan Gaya Bahasa, jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
ii