2. Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang diharapkan,
terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
1. Energi tinggi.
Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stress, aktifitas fisik dan kenaikan
suhu tubuh. Tambahkan energi sabanyak 13% untuk setiap kenaikan suhu 10 C.
2. Protein tinggi
Yaitu 1,1-1,5 g/Kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak.
Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
3. Lemak cukup
Yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien.
Apabila ada malabsorbsi lemak digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium
Chain Trigliserida/MCT). Minyak ikan (Asam Lemak Omega3) diberikan bersama minyak
MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
4. Vitamin dan mineral tinggi
Yaitu 1½ kali (150%) angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan, terutama vitamin A,
B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium.
7. Elektrolit
Kehilangan elektrolid melalui muntah dan diare perlu diganti (Natrium, Kalium dan Klorida).
8. Bentukmakanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan
dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila
terjadi penurunana berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui
pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik maupun
kimia.
Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1) Diet AIDS I
Diet ini diberikan pada pasien infeksi HIV akut, dengan gejala panas tinggi, sariawan,
kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadarn menurun, atau segera setelah
pasien dapat diberi makan.
Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan
keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap tiga jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan
diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dengan makanan
sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial
energy dan protein tinggi. Makanan ini cukup energy, zat besi, tiamin dan vitamin C. Bila
dibutuhkan lebih banyak energi dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya Poyijoule).
Kandungan Gizi
Energi (kkal) 2207
Protein (g) 73
Lemak (g) 103
Karbohidrat (g) 251
Kalsium (mg) 190
Besi (mg) 6,4
Vitamin A (RE) 1361
Tiamin (mg) 0,7
Vitamin C (mg) 12
2) Diet AIDS II
Diet ini diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi. Makanan
diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap tiga jam. Makanan ini rendah nilai gizinya
dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi diberikan makanan
enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
Pembagian Makan Sehari:
Pagi: Siang/Malam:
Tepung Beras = 50 g = 8 sdm Beras = 30 g = 1 gls bubur
Telur ayam = 50 g = 1 btr Daging = 50 g = 1 ptg sdg
Tahu = 25 g = 1/4 bh bsr Tahu = 25 g = 1/2 bh bsr
susu = 200 g = 1 gls Sayuran = 50 g = 1/2 gls
gula pasir = 10 g = 1 sdm Pepaya = 100 g = 1 ptg sdg
Margarin = 15 g = 1,5 sdm
Kandungan Gizi
Energi (kkal) 1900
Protein (g) 72
Lemak (g) 83
Karbohidrat (g) 223
Kalsium (mg) 1300
Besi (mg) 25,6
Vitamin A (RE) 2940
Tiamin (mg) 0,8
Vitamin C (mg) 176
Contoh Menu:
Pagi :Bubur sumsum, telur 1/2 masak, susu, jus tomat
Selingan 1 (10.00): telur dan susu
Siang:Bubur, Semur daging/gadon daging, semur tahu, tumis sayur, jus pepaya
Selingan 2 (16.00): Puding Maizena
Malam: Bubur, sup bola-bola ikan, perkedel tahu, sup wortel+buncis, Pisang
Kandungan Gizi
Energi (kkal) 2530
Protein (g) 90
Lemak (g) 65
Karbohidrat (g) 387
Kalsium (mg) 673
Besi (mg) 27,9
Vitamin A (RE) 29502
Tiamin (mg) 1,2
Vitamin C (mg) 145
Gambaran Umum:
AIDS (The Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan tahap akhir penyakit infeksi
yang disebabkan oleh HIV (Human Immuno Deficiency Virus) yang dapat menimbulkan
infeksi pada system organ tubuh termasuk otak sehingga menyebabkan rusaknya system
kekebalan tubuh.
Memburuknya status gizi merupakan resiko tertinggi penyakit ini. Gangguan gizi pada pasien
AIDS umumnya terlihat pada penurunan berat badan. Ada dua tipe penurunan berat badan
pada AIDS, yaitu penurunan berat badan yang lambat dan yang cepat. Penurunan berat badan
yang cepat sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik. Penurunan berat badan lebih dari
20% BB sulit diperbaiki dan sering mempunyai prognosa yang buruk.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangny asupan
makanan, gangguan absorpsi dan metabolism zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya
aktifitas fisik. Kurangnya asupan makanan disebabkan oleh anoreksia, depresi, rasa lelah,
mual, muntah, sesak nafas, diare, infeksi dan penyakit saraf yang menyertai penyakit
HIV/AIDS. Karena gangguan gizi memegang peranan penting dalam pathogenesis penyakit
HIV/AIDS, terapi diet dan konsultasi gizi memegang peranan penting dalam upaya
penyembuhan.
Tujuan Diet
Tujuan Umum
Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek
dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan,
terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
3. Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.
Tujuan Khusus
Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1. Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
2. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat
membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan
kesulitan menelan.
3. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
4. Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).
5. Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan
kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.
Syarat Diet
Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
1. Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik,
dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.
2. Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh
yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
3. Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan dengan
toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai
sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan
bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
4. Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan
(AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila
perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena
dapat menekan kekebalan tubuh.
5. Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
6. Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi menelan,
pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai.
Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan
cair (thin fluid).
7. Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan
klorida).
8. Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan
dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila
terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa
atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia.
I. Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi, sariawan,
kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah
pasien dapat diberi makan.
Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan
keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan
diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan
sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial
energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila
dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
Bahan Makanan Sehari
Makanan Cair Oral
Bahan Makanan Berat(g) urt
Susu whole bubuk 200 40 sdm
Tepung maizena/kacang hijau/beras/havermount 100 20 sdm
Telut ayam 150 3 btr
Margarine/minyak 25 2 ½ sdm
Gula pasir 100 10 sdm
Nilai Gizi
Makanan Cair Oral MakananLewat Pipa/Sonde
Buatan Sendiri Komersial
Energy (kkal) 2207 2240 2100
Protein (g) 73 95 90
Lemak (g) 103 83 61
Karbohidrat (g) 251 284 306
Kalsium (mg) 190 280 320
Besi (mg) 6,4 6,3 42,5
Vitamin A (RE) 1361 1349 1800
Tiamin (mg) 0,7 1 4,1
Vitamin C (mg) 12 66 540
Nilai Gizi
Makanan Saring Oral Makanan Enteral Komersial
Energi (kkal) 1900 2100
Protein (g) 72 90
Lemak (g) 83 61
Karbohidrat (g) 223 306
Kalsium (mg) 1300 32500
Besi (mg) 25,6 42,5
Vitamin A (RE) 2940 1800
Tiamin (mg) 0,8 4,5
Vitamin C (mg) 176 540
Pukul 20.00
Susu 200 g = 1 gls
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Nilai Gizi
Makanan Biasa/Lunak Makanan Sonde
Energy (kkal) 2503 2520
Protein (g) 90 107
Lemak (g) 65 73
Karbohidrat (g) 387 367
Kalsium (g) 673 39000
Besi (mg) 27,9 50,9
Vitamin A (RE) 29502 2163
Tiamin (mg) 1,2 4,98
Vitamin C (mg) 145 644
DAFTAR PUSTAKA
1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998, Widya
Karya Pangan dan Gizi VI.
3. Food, Nutrition & Diet Therapy Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000, Krause’s
5. HIV and Infant Feeding, Revised Principles and recommendations, Rapid Advice,
November 2009
8. Makalah Ilmiah Nasional (PIN) ke III Tahun 2007, Peran Gizi dalam Kelangsungan Hidup
Manusia, ASDI, DPD Jawa Tengah, 2007
9. Materi Penatalaksanaan Gizi Medis dan Paramedis, Jaringan Epidemiologi Nasional, tahun
2008 10. Modul Pelatihan Asuhan dan Dukungan Gizi bagi ODHA, WHO dan Depkes