Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dalam mewujudkan cita-cita luhur yaitu terciptanya kerukunan umat bergama , hal
Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut adalah sebagai berikut :
Toleransi mengandung arti sikap saling menghargai, sikap yang pro kerukunan dan
kontra pada perpecahan. Toleransi terhadap agama – agama bukan berarti manyakini, apalagi
mengikuti ajaran agama – agama tersebut. Hal tersebut dikarenakan tiap agama mempunyai
pegangan dan keyakinan masing-masing. Masing-masing pihak tidak usah saling memaksa untuk
mengikuti kehendak masing-masing. Pada pada era modern ini masyarakat belum sepenuhnya
pemikirannya ikut modern dengan lebih bisa menghargai perbedaan. Sebagian orang
menganggap bahwa agama adalah urusan pribadi dengan Tuhannya. Namun, kesalahpahaman
sering terjadi disini. Yaitu bahwa masyarakat menganggap bentuk toleransi yang sebisanya di
aplikasikan yaitu dengan sikap cuek atau acuh tak acuh, seperti yang tidak mau tahu. Sikap
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama
sekarang ini adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana
diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung
(indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif.
Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda
satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi
menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan
2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini dapat menjadi salah satu kendala dalam mewujudkan sebuah
kerukunan terutama kerukunan antar umat beragama. Sebuah kerukunan yang telah dibangun
dengan dalam waktu lama bisa saja rusak karena dipengaruhi kepentingan politik. Kepentingan
politik dapat ikut serta memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan merusak hubungan
antaragama seperti yang sedang terjadi di Indonesia saat ini, dimana isu agama seringkali
3. Sikap Fanatisme
Sikap fanatisme timbul karena adanya kemajemukan sosial, sikap fanatik tak mungkin
ada tanpa didahului perjumpaan dua kelompok sosial. Dalam kemajemukan itu manusia
menemukan kenyataan bahwa ada orang yang segolongan dan ada yang berada di luar
"outgroup". Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk solidaritas terhadap orang-
orang yang sepaham, dan tidak menyukai kepada orang yang berbeda paham.Ketidaksukaan itu
tidak berdasar argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada sesseorang yang tidak
segolongan. Sikap fanatik itu merupakan hal yang bias dimana seseorang tidak dapat lagi
melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya masalah dalam sistem
persepsi.
2.3. SIKAP TERHADAP KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Ada beberapa sikap masyarakat dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat
beragama. Yaitu :sikap eksklusif, inklusif, dan pluralis. Tiga sikap ini dipengaruhi oleh pola
pikir, pengalaman, visi serta kemampuan memahami perwujudan kasih bagi sesama manusia.
Perbedaan pandangam dan sikap seseorang terhadap agama yang dianutnya dan dianut oleh
orang lain, potensi konflik antar umat beragama menjadi sangat besar. Karena ekspresi
keberagaman
a. Eksklusivisme
hanya ada di dalam agama Kristen, sedangkan tradisi agama lain di luar Kristen tidak
menyelamatkan, karena itu orang beragama lain harus dikristenkan. Eksklusivisme merupakan
karakteristik dari kebanyakan kelompok Kristen yang konservatif, terutama kalangan Injili. Salah
satu tokoh yang mewakili pandangan ini adalah Karl Barth. Eksklusivisme merupakan sikap
yang hanya mengakui agamanya sebagai agama yang paling benar dan baik. Sifat fanatisme
sempit seperti ini akan melahirkan berbagai konsekuensi, antara lain perpecahan, perseteruan
antar umat beragama, dan konflik. Bentuk eksklusivisme merupakan pola umum yang ada di
abad pertengahan dan makin menipis seiring dengan perkembangan paradigma berpikir dalam
masyarakat. Meskipun tak dapat disangkal bahwa sampai saat ini, sikap tersebut masih
b. Inklusivisme
Inklusivisme adalah sikap atau pandangan yang melihat bahwa agama-agama lain di luar
kekristenan juga dikarunia rahmat dari Allah dan bisa diselamatkan, namun pemenuhan
keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Kristus hadir dan berkeja juga di kalangan
mereka yang mungkin tidak mengenal Kristus secara pribadi. Dalam pandangan ini, orang-orang
dari agama lain, melalui anugerah atau rahmat Kristus, diikutsertakan dalam rencana
keselamatan Allah.
Inklusivisme terbagi dalam dua model, yakni model In Spiteof dan model By Meansof
Model In Spiteof, walaupun melihat institusi agama lain sebagai hambatan untuk
menerima keselamatan, tidak menolak bahwa ada kemungkinan bahwa orang-orang yang
beragama lain dapat diselamatkan oleh anugerah atau rahmat dari Allah. Sementara itu model By
Meansof bersikap lebih positif terhadap agama lain. Model ini melihat bahwa Allah juga
memberikan rahmat melalui Kristus di dalam agama-agama lain, dalam kepercayaan dan ritual-
ritual agama lain tersebut. Karena rahmat dan kehadiran Kristus di dalam diri dan mealalui
agama-agama lain, maka orang-orang beragama lain itu juga terorientasi ke dalam gereja
Kristen, dan disebut sebagai "Kristen Anonim". Pandangan ini dikemukakan oleh Karl
Rahner.Inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan
keselamatan.
c. Pluralisme
Pluralisme, adalah padangan bahwa Allah, yang disebut sebagai "Yang Nyata" (The
Real) dapat dikenal melalui bermacam-macam jalan.Semua agama menuju pada satu "Yang
Nyata" (The Real) yaitu Allah.[6] Yesus Kristus dilihat sebagai salah satu dari jalan keselamatan
di antara jalan-jalan keselamatan lain, bukan satu-satunya jalan keselamatan. John Hick adalah
salah satu tokoh yang menggunakan pandangan ini. Menurut Hick, "Yang Nyata" sebenarnya
adalah satu, namun7 dimaknai dalam berbagai simbol dan tradisi keagamaan yang berbeda-beda.
Pandangan ini dinilai mengesampingkan keunikan dalam agama-agama karena semua agama
disamakan. Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain
sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif pandangan seperti
ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog, dan
kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan.
KERUKUNAN
Hidup rukun di dalam suatu keluarga merupakan hal yang sangat penting karena di dalam
menjalani hidup, manusia sendiri sebagai makhluk sosial selalu memerlukan bantuan dari orang
lain, terutama dari keluarga terdekatnya. Tetapi dalam kehidupan keluarga, tidak jarang dijumpai
bahwa ada diantara anggota keluarga tersebut yang tidak rukun atau terjadi permasalahan.
Di dalam keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak ini pasti memiliki kepribadian yang
berbeda-beda. Oleh karena itu kerukunan dapat dimulai di dalam keluarga, agar tercipta
kehidupan yang harmonis, nyaman, dan tentram. Kerukunan tidak tercipta atau terpelihara begitu
saja secara tiba-tiba tapi merupakan kesadaran dan usaha dari masing-masing anggota keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kerukunan antar anggota
1. Menumbuhkan toleransi
dari adanya toleransi dari masing-masing anggota keluarga. Dengan adanya toleransi akan
membuat anggota keluarga itu dapat terhindar dari konflik. Misalnya jika ada saudara yang
berbeda keyakinan yang berkunjung maka haruslah disambut sebagaimana mestinya, terutama
Dalam keluarga juga diperlukan adanya sikap saling menghargai. Misalnya antara adik
dan kakak, orang tuanya harus mengajarkan sikap saling menghargai jika adik dan kakak ini
mempertahankan argumen mereka. Peran orang tua haruslah mengajarkan mereka, untuk dapat
Dalam hubungan antar anggota keluarga, seorang anak haruslah dapat menghormati
orang tuanya, ataupun orang lain yang lebih tua darinya. Dengan ditumbuhkannya sikap
menghormati ini di dalam keluarga, maka anak maupun orang tua tidak akan semena-mena
dalam berinteraksi. Di keluarga merupakan tempat yang paling utama untuk mengajarkan kepada
anak sikap saling menghormati. Contohnya seorang anak yang berada di sekolah wajib
menghormati gurunya, dan juga teman-temannya agar tercipta suasana yang nyaman dalam
proses belajarnya.
Di dalam lingkungan keluarga, orang tua harus dapat melindungi dan memberikan rasa
nyaman saat berada di rumah. Dengan seperti itu anak akan lebih betah dirumah dan tidak akan
mencari perhatian dari luar karena rasa aman dan nyaman itu sudah ia dapatkan di rumah.
Misalnya menyediakan fasilitas yang baik untuk keperluan anak dan anggota keluarga yang
lainnya, memyempatkan diri untuk berkumpul bersama di suatu waktu senggang untuk sekedar
Seorang anak maupun orang tuanya sendiri pasti sangat senang jiga mendapat dukungan
dari orang terkasihnya. Anak pasti akan merasa memiliki tertantang untuk melakukan yang
terbaik agar dapat membahagiakan orang tuanya. Dukungan dapat memberikan motivasi untuk
sukses. Contohnya saat seorang anak akan mengikuti lomba, yang sangat diinginkannya adalah
Anak dan orang tua masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Dalam membina
keluarga, orang tua haruslah memberikan hak yang akan diterima anak secara adil. Dengan
begitu anak tidak akan merasa iri dan dengki terhadap saudaranya sendiri, mereka juga secara
sekarang komunikasi itu sudah tergantikan oleh teknologi. Banyak orang tua yang sangat sibuk
sampai melalaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua, mereka jarang mengetahui
kabar anaknya dirumah karena kesibukannya itu. Seharusnya dalam mencapai kerukunan, orang
tua harus lebih banyak waktu bersama anggota keluarganya agar komunikasi itu terjalin.
Contohnya disaat liburan mengajak anak untuk berlibur, rekreasi, piknik, ataupun mengunjungi
Kalimantan Tengah memiliki tidak hanya budaya yang sangat beragam tetapi juga
agama, suku dan bahasa, Waalaupun demikian masyarakat Dayak Penduduuk asli Kalimantan
Tengah tetap menjaga persatuan agar perbedaan yang ada tidak menjadi masalah bagi mereka.
Adanya sikap toleransi di Kalimantan Tengah karena masyarakat yang masih menjunjung dan
Huma Betang adalah rumah adat masyarakat Kalimantan Tengah. Rumah yang dibangun
dengan cara gotong royong ini berukuran besar dan panjang mencapai 30 – 150 meter , lebarnya
antara 10-30 meter , bertiang tinggi antara 3-4 meter dari tanah. Penghuni Huma Betang bisa
mencapai seratusbahkan dua ratus jiwa yang merupakan satu keluarga besar dan dipimpin oleh
seorang Bakas lewu atauKepala Suku. Huma Betang dibuat tinggi dengan maksud untuk
menghindari dari banjir, serangan musuh, dan juga binatang buas. Lantai dan dindingnya terbuat
dari kayu , sedangkan dibagian atap terbuat dari sirap. Kayu yang dipilih untuk membangun
Huma Betang ini ialah kayu ulin selain ati rayap , kayu ulin mampu bertahan hingga ratusan
tahun. Huma Betang atau rumah Betang merupakan rumah yang panjangnya rata-rata 30—150
meter, dengan material hampir seluruhnya terbuat dari kayu dengan resistensi tinggi terhadap
cuaca. Tinggi tiangnya mencapai 2—3 meter dari permukaan tanah. Ia dihuni oleh 100—200
Pada masa lalu, huma betang telah mengemban fungsi ideal sebagai tempat berlindung
(shelter) bagi masyarakat suku Dayak. Selain fungsi tersebut, ia juga merupakan sarana
pemupukan nilai-nilai budaya komunal dengan ikatan solidaritas dan toleransi yang tinggi bagi
sesama penghuninya. Didirikannya huma betang (Kalimantan Tengah) secara analitis setidaknya
atas dasar naluriah manusiawi manusia akan kebutuhan terhadap rasa aman dari berbagai
ancaman eksternal. Ancaman eksternal tersebut berupa serangan binatang buas—untuk itu
didirikan agak tinggi, 2—3m, serangan cuaca (banjir), lebih mudah memantau serangan musuh
(bdk. Coomans 1987; Depdikbud 1978) (asang dan kayau), dan pemerolehan sirkulasi udara
pada kolong rumah yang memadai. Di samping itu, pada bagian kolongnya yang tinggi tersebut
tercermin berbagai kegiatan komunal (kegiatan milik umum) yang terpadu, misalnya sebagai
tempat anak-anak bermain, para ibu bercengkerama dan sebagai tempat pengolahan hasil
pertanian manakala musim panen tiba. Proses hidup dan berkehidupan berawal dari huma
betang, yang di dalamnya telah diatur sedemikian rupa agar tercipta kehidupan yang selaras,
serasi dan seimbang, antara sesama penghuni, dengan masyarakat lainnya, dengan alam, serta
Ruang-ruang komunal (Ruang ruang milik umum atau publik) yang tercipta
mengedepankan transformasi nilai-nilai etik dan kebudayaan yang egaliter (sederajat). Hal ini
dapat dilihat dari fungsionalitas interior yang diperuntukkan bagi kebutuhan tersebut, misalnya
terdapat ruang untuk bermusyawarah dan berinteraksi (ruang publik), kamar-kamar penghuni
(ruang privat), los-los serta bagian dapur sebagai tempat pemenuhan kebutuhan penghuninya. Di
(pamali) sebagai bimbingan moral (moral guidance) yang mendorong penghuninya harus sadar
untuk melakukan dan tidak boleh melakukan sesuatu yang melanggar norma-norma yang luhur
dan menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Huma Betang tidak saja sebagai simbol kebudayaan
Dayak atas transformasi nilai-nilai dan kebudayaan yang diwarisi kepada generasi kini, Huma
Betang sekaligus merupakan kearifan tradisional masa lalu yang memberikan sumbangsih bagi
tatanan dan refleksi atas pengelolaan sistem kehidupan yang majemuk pada masa kini. Huma
Betang sebagai filosofi hidup memandang perbedaan sebagai mozaik bagi kekayaan—kekayaan
huma betang yang multidimensi dengan aneka latar belakang, agama, dan status sosial
penghuninya. Kehidupan yang tiada membeda-bedakan, egaliter, dan perspektif gender yang
dulu didengungkan. Falsafah hidup budaya Hidup Huma Betang yang diartikan sebagai ‘di mana
bumi dipijak, di situ langit dijunjung’. Falsafah hidup budaya Hidup Huma Betang tertuang
dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang
Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah, Pasal 10 Ayat 2 Huruf e yang berbunyi
“.....selalu mengingatkan dan mendorong agar seluruh warga masyarakat adat Dayak ikut
Falsafah hidup Huma Betang memiliki kedudukan penting dalam kehidupan masyarakat
suku Dayak, dimana konteks kebudayaan masa lampau dipahami bersama dan dipegang sebagai
falsafah bersama dalam kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah. Budaya Huma Betang
atau Belom Bahadat merupakan sikap hidup yang menjunjung tinggi norma, serta sifat toleran
dan saling menghargai. Hal ini sejalan dengan penjelasan Pasal 10 Ayat 2 Huruf e Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 mengenai pengertian falsafah hidup
budaya Huma Betang atau Belom Bahadat adalah perilaku hidup yang menjunjung tinggi
kejujuran, kesetaraan, kebersamaan dan toleransi serta taat pada hukum (hukum negara, hukum
adat dan hukum alam). Apabila telah mampu melaksanakan perilaku hidup Belom Bahadat,
maka akan teraktualisasi dalam wujud belom bahadat hinje simpei yaitu hidup berdampingan,
Budaya Huma Betang sebagai kearifan lokal mengandung nilai-nilai positif yang dapat
mendukung pembinaan rasa persatuan dan kesatuan bangsa di tengah masyarakat Indonesia yang
multikultural, secara khusus penduduk di Kalimantan Tengah yang juga multikultural. Huma
Betang memiliki nilai nilai kehidupan yang sangat dalam dan mendasar dalam kehidupan saat
Huma Betang dihuni oleh 1 keluarga besar yang terdiri dari berbagai agama dan
kepercayaan, namun mereka selalu hidup rukun dan damai. Perbedaan yang ada tidak dijadikan
alat pemecah diantara mereka. Seiring dengan berkembangnya zaman , masyarakat Dayak sudah
mulai meninggalkan rumah adatnya dan beralih kepada tempat tinggal yang lebih modern.
Walaupun demikian keharmonisan tidak hanya terjadi di Huma Betang. Tetapi di dalam
masyarakat yang selalu menjaga keharmonisan itu dengan cara saling hormat menghormati dan
2. Bergotong Royong.
Perbedaan yang ada tidak membuat penghuni Huma betang memikirkan kelompoknya
sendiri. Mereka salalu bahu-membahu dalam melakukan sesuatu, misalnya apabila ada
ataupun suku. Tidak hanya di Huma Betang,tetapi masyarakat juga dapat bahu-membahu dalam
Pada dasarnya setiap penghuni rumah menginginkan kedamaian dan kekeluargaan. Apabila
ada perselisihan akan di cari pemecahnya dengan cara damai dan kekeluargaan. Begitu pula di
Huma Betang , masyarakat Dayak cinta damai dan mempunyai rasa kekeluargaan yang tinggi.
4. Menghormati Leluhur.
Setelah masuknya agama-agama baru seperti Hindu, Kristen, dan Islam, banyak masyarakat
Dayak berganti kepercayaan. Walaupun demikian masih ada sebagian dari mereka yang
menganut agama nenek moyang yaitu Kaharingan. Untuk menghormati leluhur mereka ,
masyarakat suku Dayak melakukan upacara adat. Upacara adat tersebut terdiri dari ritual
membongkar makam leluhur dan membersihkan tulang belulangnya untuk kemudian disimpan di
Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia dipolakan dalam Trilogi Kerukunan yaitu:
1. Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama Ialah kerukunan di antara aliran-
aliran / paham-paham /mazhab-mazhab yang ada dalam suatu umat atau komunitas
agama.Kerukunan intern umat beragama berarti adanya kesepahaman dan kesatuan untuk
melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati adanya perbedaan
yang masih bisa ditolerir. Misal dalam protestan ada GBI, Pantekosta dsb. Dalam katolik ada
Roma dan ortodoks.Dalam islam ada NU, Muhammadiyah, dsb. Hendaknya dalam intern
agama.
2. Kerukunan di antara umat / komunitas agama yang berbeda-beda Ialah kerukunan di antara
para pemeluk agama-agama yang berbeda-beda yaitu di antara pemeluk islam dengan
pemeluk Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Kerukunan antar umat beragama
adalah menciptakan persatuan antar agama agar tidak terjadi saling merendahkan dan
menganggap agama yang dianutnya paling baik. Ini perlu dilakukan untuk menghindari
Bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog antar umat beragama yang
3. Kerukunan antar umat / komunitas agama dengan pemerintah Ialah supaya diupayakan
keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk atau pejabat agama dengan para pejabat
kerukunan umat beragama dengan pemerintah, maksudnya adalah dalam hidup beragama,
masyarakat tidak lepas dari adanya aturan pemerintah setempat yang mengatur tentang
kehidupan bermasyarakat. Masyarakat tidak boleh hanya mentaati aturan dalam agamanya
masing-masing, akan tetapi juga harus mentaati hukum yang berlaku di negara Indonesia.
Bahwasanya Indonesia itu bukan negara agama tetapi adalah negara bagi orang yang
beragama.
Menciptakan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi, maupun pemerintah
merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi pemerintah lainnya. Mulai dari
pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama bahkan
Wujud nyata sikapKerukunan antar umat beragama berdasarkan trilogi diatas adalah sebagai
berikut
agama dan umat-umat beragama dengan pemerintah yang sama-sama bertanggung jawab
3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada orang lain. Sikap
tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan indikasi dari
Dalam komunitas yang terdiri dari berbeda-beda kebudayaan dan latar belakang memang
sulit untuk mendapatkan kerukunan dan menyatukan pikiran. Juga dalam gereja, yang terdiri dari
berbagai-bagai latar belakang, sulit untuk merukunkan walaupun sama-sama percaya kepada
Yesus. Alkitab menyatakan bahwa kerukunan itu bukan berasal dari kita tapi diberikan oleh
Tuhan (karunia). Manusia yang berdosa sulit untuk rukun, tetapi oleh berkat Tuhan bisa rukun.
Jadi semua hal-hal baik dalam kehidupan Kristiani adalah pemberian Tuhan. Supaya
terwujudnya kerukunan itu kita harus: meminta kepada Tuhan dan berdoa. Kunci meminta dan
berdoa kepada Tuhan yaitu percaya, dengan iman. Dalam Alkitab, mengenai kerukunan antar
-Mazmur 133:1-3
(1) Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara
(2) Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun
Dalam Mazmur 133:1-3 ini menyatakan bahwa kerukunan itu baik dan indah. Di mana
setiap orang dapat merasakan kebaikan dari kerukunan bagi dirinya sendiri, bagi satu dengan
yang lainnya menjadi berkat bukan menjadi batu sandungan, dan kerukunan itu merupakan
berkat Tuhan yang akan menjadikan orang-orang merasakan kedamaian dan kebahagiaan.
-Amsal 10:12, Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.
Dalam ayat ini kita diingatkan bahwa kerukunan atau harmoni dalam kehidupan tidak
pernah terjadi dengan sendirinya atau otomatis melainkan harus diusahakan secara sengaja dan
serius. Bagaimanapun kondisi hati kita maka akan mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Hati
yang dipenuhi rasa benci, walaupun tidak kita perlihatkan, akan membawa dampak hubungan
yang rusak dengan orang lain. Sebaliknya hati yang diliputi kasih justru akan melakukan segala
hal yang diperlukan agar terjalin hubungan yang sehat. Satu hal yang dapat menciptakan
kerukunan yaitu dengan sikap saling menerima dan saling menghormati dalam keunikan dan
kepribadian masing-masing.
Dalam Ayat yang lain juga dijelaskan tentang panndangan Alkitab mengenai kerukunan yaitu
pada :
- Roma 15:7. "Oleh sebab itu terimalah satu akan yang lain sama seperti Yesus menerima kita."
Kita semua orang berdosa, kita yang seharusnya binasa tetapi Yesus merangkul kita. Tuhan
menerima semua suku, semua kaum dan bahasa. Untuk itu kita harus bisa menerima satu akan
yang lain, supaya terwujud kerukunan dan berkat-berkat-Nya Tuhan perintahkan kepada kita.
- Imamat 19:33-34 - (33) Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu
menindas dia. (34) Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel
asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa jika ada orang asing yang tinggal di dalam rumah kita
sekalipun orang itu berbeda keyakinan, maka haruslah kita berbuat baik dan hidup rukun agar
tidak terjadi perselisihan dan tidak ada perbuatan-perbuatan yang akan menyakiti perasaan orang
lain. Tuhan juga menginginkan kita unuk selalu hidup rukun dengan siapapun juga walaupun
orang itu berbeda keyakinan. Kita sebagai orang Kristen diajarkan untuk tidak memilih-milih
teman untuk berhubungan, melainkan akan selalu mencoba untu hidup rukun dan bertoleransi
dengan sesama.
Pada beberapa bagian dari Alkitab ini memberikan penjelasan mengenai bagaimana perlakuan
umat Allah yang semestinya terhadap kelompok orang yang berbeda dari mereka, yaitu dengan
menyatakan kasih persaudaraan kepada mereka. Pada contoh lain yang terdapat dalam Perjanjian
Baru yaitu Kisah orang Samaria yang murah hati (Luk 10:29-37).
Cerita ini begitu dikenal mengingat latar belakang konflik yang terjadi antara orang Yahudi
dan orang Samaria saat itu. Sejarah mencatat bahwa terjadi lebih dari satu kali konflik yang ada
kekerasan dan penindasan antara orang Yahudi dan orang Samaria. Dimana orang-orang Yahudi
tidak ingin berhubungan dengan orang-orang Samaria, mereka sama sekali tidak ingin untuk
menginjakkan kakinya di tanah orang Samaria. Bangsa Samaria dianggap sebagai bangsa yang
tidak berkenan dihadapan Tuhan. Tetapi menariknya adalah Yesus menceritakan seorang
Samaria yang menolong orang yang dirampok para penjahat yang sangat besar kemungkinan
adalah orang Yahudi, seorang yang adalah musuh bangsanya maupun agamanya. Maka di sini
jelas Tuhan Yesus mengajarkan bahwa di dalam hal menolong atau berbuat baik kepada orang
Dasar-dasar Alkitab bagi kehidupan manusia yang bertoleransi dengan orang-orang beragama
lain. Dengan demikian seorang Kristen haruslah orang yang bisa hidup bertoleransi dan rukun
B. Hukum kasih
Matius 22: 36 - 40
(36) "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" (37) Jawab Yesus
kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. (40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Hukum yang pertama dan terutama adalah :”Mengasihi Allah”. Sedangkan hukum yang kedua
adalah “Mengasihi sesamamu manusia.” Yesus menegaskan bahwa hukum yang kedua adalah
“sama dengan itu” yaitu sama dengan hukum yang pertama, jadi hukum yang kedua juga adalah
Kalau kasih sudah ada di hati kita maka kita akan mudah melaksanakan perintah-perintah
itu. Kita diajarkan Oleh Tuhan Yesus untuk saling mengasihi, termasuk mengasihi musuh kita
seperti yang terdapat dalam Matius 5:43-44: (43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah
sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah
kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang
jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar.
Dalam pengajaran Yesus tentang kasih terdapat unsur pengakuan terhadap keterikatan
manusia secara keseluruhan sebagai anak-anak Bapa. Kasih memikirkan yang baik bagi orang
lain bukan hanya mementingkan diri sendiri. Dengan demikian hubungan manusia dengan Allah