Anda di halaman 1dari 18

Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan

Asam Asetat)

FAKTOR RISIKO TERJADINYA LESI PRAKANKER


SERVIKS MELALUI DETEKSI DINI DENGAN METODE IVA
(INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT)

Tri Wahyuningsih1, Erry Yudhya Mulyani2


1,2
Department of Nutrition Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
erry.yudhya@esaunggul.ac.id

Abstrak
Di Indonesia 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya,
sedangkan angka kematiannya 7.500 kasus per-tahun. Pada tahun 2009, kasus
baru kanker serviks berjumlah 2.429 (25.91%) dari seluruh kanker yang
ditemukan di Indonesia. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat) merupakan
metode deteksi dini yang dianjurkan oleh pemerintah karena mudah, murah,
praktis (dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih) dan sederhana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian lesi prakanker serviks melalui deteksi dini dengan metode
IVA di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Tahun 2013. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Case-Control. Data yang
diambil adalah data sekunder Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Analisis data
menggunakan Uji Chi-Square dan Regresi Logistik. Hasil penelitian
didapatkan dari 100 responden, 48% diantaranya positif lesi prakanker serviks,
74% berumur ≥ 35 tahun, 68% memiliki paritas <3 kali, 67% berhubungan
seksual pertama kali pada umur >20 tahun, 94% memiliki partner sex 1 orang,
96% tidak merokok dan 78% menggunakan pil kontrasepsi <4 tahun. Hasil uji
didapat bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur responden, paritas,
umur seks, jumlah partner sex dan lama penggunaan pil kontrasepsi dengan
kejadian lesi prakanker serviks (p<0.05). Variabel utama yang dominan
berhubungan dengan kejadian lesi prakanker serviks adalah lama penggunaan
pil kontrasepsi, diperoleh nilai p<0.05,OR=42.00(95%CI:5,350–329,723)
artinya responden yang menggunakan pil kontrasepsi ≥ 4 tahun mempunyai
peluang 42 kali untuk mengalami kejadian lesi prakanker serviks dibandingkan
responden yang menggunakan pil kontrasepsi <4 tahun. Perlu digalakkannya
penyuluhan dan promosi kesehatan mengenai kanker serviks agar para wanita
memeriksakan kesehatan organ reproduksinya secara berkala.

Kata kunci: lesi prakanker serviks, deteksi dini, metode IVA


Pendahuluan adalah urutan pertama terbanyak yang
Pada tahun 2003, WHO menyatakan menyerang kaum wanita di Indonesia.
bahwa kanker merupakan problem (Azamris, 2006). Di seluruh dunia, kasus
kesehatan yang sangat serius karena jumlah kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4
penderitanya meningkat sekitar 20% per juta wanita. Data yang didapat dari Badan
tahun. Kanker payudara merupakan jenis Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat
kanker kedua di Indonesia yang menyerang 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker
kaum wanita setelah kanker serviks (mulut serviks baru dengan angka kematian
rahim). Dengan kata lain, kanker serviks sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. (Emilia,

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 192


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

2010). Sampai saat ini kanker serviks masih kelompok yang tidak dilakukan deteksi dini
merupakan masalah kesehatan perempuan di pada negara berkembang (India) didapatkan
Indonesia sehubungan dengan angka hasil bahwa mereka yang melakukan
kejadian dan angka kematian akibat kanker skrining IVA, 35% lebih sedikit yang
serviks yang tinggi. Keterlambatan meninggal dunia dibanding mereka yang
diagnosis pada stadium lanjut, keadaan tidak mendapat skrining IVA. Mayoritas
umum yang lemah, status sosial ekonomi perempuan yang terdiagnosa kanker serviks
yang rendah, keterbatasan sumber daya, biasanya tidak melakukan deteksi dini
keterbatasan sarana dan prasarana, jenis (skrining) atau tidak melakukan tindak
histopatologi dan derajat pendidikan ikut lanjut setelah ditemukan adanya hasil
serta dalam menentukan prognosis dari abnormal. Tidak melakukan deteksi dini
penderita. (Rasjidi, 2007). Di Indonesia, secara teratur merupakan faktor terbesar
diperkirakan 15.000 kasus baru kanker penyebab terjangkitnya kanker serviks pada
serviks terjadi setiap tahunnya, sedangkan seorang wanita, terutama karena belum
angka kematiannya diperkirakan 7.500 menjadi program wajib pelayanan
kasus per tahun. Setiap harinya diperkirakan kesehatan. (Emilia, 2010). Cakupan
terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 pemeriksaan deteksi dini kanker serviks
perempuan meninggal dunia karena dengan menggunakan metode pap smear
penyakit tersebut. Pada tahun 2009, kasus dirasakan belum dapat mencakup sasaran.
baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau Saat ini deteksi dini dengan metode IVA
sekitar 25,91% dari seluruh kanker yang merupakan praktek yang dianjurkan untuk
ditemukan di Indonesia. Dengan angka fasilitas dengan sumber daya rendah
kejadian ini, kanker serviks menduduki dibandingkan dengan jenis penapisan lain.
urutan kedua setelah kanker payudara pada Bila dikombinasikan dengan pemeriksaan
wanita usia subur 15 – 44 tahun. (Wijaya, pap smear, inspeksi visual setelah serviks
2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diusap dengan asam asetat selama satu
masalah penyakit kanker di Indonesia antara menit meningkatkan deteksi hingga 30%.
lain hampir 70% penderita penyakit ini Studi di Afrika Selatan menemukan bahwa
ditemukan dalam keadaan stadium yang IVA akan mendeteksi dini lebih dari 65%
sudah lanjut. Prevalensi tumor tertinggi lesi dan kanker invasif sehingga
berdasarkan provinsi adalah Daerah direkomendasikan peneliti sebagai alternatif
Istimewa Yogyakarta sebesar 9,66 % dan skrining sitologi. Sebagai perbandingan, di
terendah adalah Maluku Utara 1,95 %. Zimbabwe skrining IVA oleh bidan
Sedangkan urutan jenis kanker atau tumor memiliki sensitifitas sebesar 77% dan
tertinggi di Indonesia adalah kanker spesifisitas sebesar 64% sedangkan pap
ovarium dan servix uteri. (Oemiati, 2011). smear memiliki sensitifitas sebesar 43% dan
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) spesifisitas sebesar 91%. Berdasarkan hasil
adalah pemeriksaan leher rahim secara tersebut, maka dapat dilihat bahwa
visual menggunakan asam cuka dengan sensitifitas IVA lebih baik meskipun
mata telanjang untuk mendeteksi spesifisitasnya lebih rendah. (Emilia, 2010).
abnormalitas setelah pengolesan asam cuka Semua wanita berisiko untuk terserang
3-5% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan kanker serviks. Namun beberapa faktor
penelitian yang dilakukan oleh risiko yang dapat meningkatkan peluang
Sankaranarayanan, et. al tentang terjadinya kanker serviks antara lain umur,
perbandingan pasien kanker leher rahim wanita yang berumur 35 – 50 tahun dan
yang meninggal dunia pada kelompok yang masih aktif berhubungan seksual rawan
dilakukan deteksi dini dengan IVA dan pada terserang kanker serviks. Umur pertama kali

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 193


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

berhubungan seksual juga merupakan faktor sampling maka di dapat dari masing-masing
risiko terjadinya kanker serviks, sekitar 20% sampel yang terbagi atas dua yaitu:
kanker serviks dijumpai pada wanita yang 1. Sampel Kasus sebanyak 48 orang.
aktif berhubungan seksual sebelum umur 16 2. Sampel Kontrol sebanyak 52 orang.
tahun. Jumlah pasangan seksual turut Analisis data dalam penelitian ini
berkontribusi dalam penyebaran kanker menggunakan uji Chi-Square dan Regresi
serviks, semakin banyak jumlah pasangan Logistik.
seksual maka semakin meningkat pula
risiko terjadinya kanker serviks pada wanita Hasil dan Pembahasan
tersebut. Frekuensi kehamilan juga Karakteristik Responden
meningkatkan risiko terjadinya kanker Umur responden pada penelitian ini
serviks karena memiliki riwayat infeksi di adalah 20 – 68 tahun dengan rata-rata umur
daerah kelamin. Wanita yang merokok atau responden adalah 39,23 tahun. Umur
perokok pasif juga meningkatkan risiko responden dikelompokkan menjadi dua
kanker serviks. Selain itu penggunaan pil kategori, yaitu < 35 tahun dan ≥ 35 tahun.
kontrasepsi dalam jangka waktu yang lama Dasar pengelompokan umur ini adalah
juga meningkatkan risiko terjadinya kanker penelitian yang pernah dilakukan oleh
serviks. (Wijaya, 2010). Di Puskesmas ini Setyarini (2009) dan diperkuat dengan teori
belum pernah dilakukan penelitian yang menyatakan bahwa wanita yang
mengenai faktor-faktor yang berhubungan berumur 35 – 50 tahun dan masih aktif
dengan kanker serviks, sehingga data rekam berhubungan seksual rawan terserang
medis pasien yang melakukan pemeriksaan kanker serviks. Pengelompokkan umur ini
IVA tidak pernah dianalisis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelompok
bertujuan mengetahui faktor-faktor risiko umur mana yang paling berisiko mengalami
yang berhubungan dengan kejadian lesi kejadian lesi prakanker serviks. Berdasarkan
prakanker serviks dalam deteksi dini kanker analisis univariat, didapatkan bahwa
serviks melalui metode IVA (Inspeksi responden pada kelompok umur ≥ 35 tahun
Visual dengan Asam Asetat). lebih banyak dari pada kelompok umur < 35
tahun, hal ini disebabkan karena sebagian
Metode Penelitian besar pasien yang berkunjung untuk
Penelitian ini dilaksanakan di melakukan pemeriksaan IVA adalah ibu-ibu
Puskesmas Kecamatan Jatinegara yang yang berumur ≥ 35 tahun. Infeksi HPV
beralamat di Jalan Matraman Raya No. 220, dipengaruhi faktor umur dan kondisi
Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan imunitas pasien, kedua faktor ini juga
pada tanggal 11-13 Februari 2013. mempengaruhi nilai positif palsu. Nilai
Penelitian ini termasuk jenis penelitian positif palsu adalah tes DNA HPV positif
kuantitatif menggunakan data sekunder namun setelah melalui pengujian lain seperti
dengan metode survey analitik dan desain kolposkopi, IVA dan pap smear ternyata
kasus kontrol (case control). Populasi kasus tidak ditemukan kelainan yang mengacu
dan kontrol dalam penelitian ini adalah pada kanker serviks. Nilai positif palsu
pasien wanita yang datang pertama kali menurun sampai tiga kali lipat untuk pasien
(pasien baru) ke Puskesmas Kecamatan yang berumur di atas 30 tahun. Wanita
Jatinegara untuk melakukan pemeriksaan berumur di bawah 30 tahun cenderung
IVA pada bulan Januari - Desember 2012, memiliki sistem imunitas yang cukup untuk
yaitu sebanyak 266 orang. Dengan mengurangi infeksi HPV, sedangkan wanita
menggunakan rumus besar sampel proporsi yang berumur di atas 30 tahun cenderung
mengalami infeksi HPV yang peresisten

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 194


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

atau menetap. (Novel, 2009). Risiko 35 tahun dan berdasarkan uji statistik
terjadinya kanker serviks meningkat 2 kali diketahui bahwa umur > 35 tahun
lipat pada usia 35 hingga 60 tahun. meningkatkan risiko kanker serviks sebesar
(Darwinian, 2006). Pada penelitian Suliyani 4,23 kali lebih besar dari pada umur ≤ 35
(2008) diperoleh hasil bahwa umur tahun. Hasil penelitian Mega, Suwi dan
terbanyak yang positif lesi prakanker Suastika (2008) juga menyatakan bahwa
sebesar 45,4% terdapat pada wanita rata-rata umur penderita kanker serviks
berumur > 49 tahun. Berdasarkan data dari berada di antara 30-70 tahun. Kanker
RS Cipto Mangunkusumo, pola insidens serviks stadium IA lebih sering ditemukan
kanker serviks terjadi pada awal umur 20 pada kelompok umur 30-39 tahun, sedang
tahun dan mencapai puncak serta menetap untuk stadium II lebih sering ditemukan
pada umur 35-55 tahun. (Lendawati, 2003). pada kelompok umur 40-49 tahun.
Penelitian Setyarini (2009) menyatakan Kelompok umur 60-69 tahun merupakan
60,6% kelompok kasus berada pada umur > proporsi tertinggi pada stadium III dan IV.
Tabel 1
Karakteristik Responden
Variabel N (100) %
1. Umur:
a. < 35tahun 26 (26.0)
b. ≥ 35tahun 74 (74.0)
2. Paritas:
a. < 3 kali 68 (68.0)
b. ≥ 3 kali 32 (32.0)
Variabel N (100) %
3. Umur Seks:
a. ≤ 20 tahun 33 (33.0)
b. > 20 tahun 67 (67.0)
4. Partner Seks:
a. 1 orang 94 (94.0)
b. > 1 orang 6 (6.0)
5. Merokok:
a. Tidak 96 (96.0)
b. Ya 4 (4.0)
6. Lama Pil Kontrasepsi:
a. < 4 tahun 78 (78.0)
b. ≥ 4 tahun 22 (22.0)
7. Lesi Prakanker Serviks:
a. Negatif 52 (52.0)
b. Positif 48 (48.0)
Pengelompokkan paritas pada 2010, angka paritas meningkat seiring
responden dibedakan menjadi dua kategori, dengan bertambahnya umur. Pada kelompok
yaitu melahirkan < 3 kali dan ≥ 3 kali. wanita berumur 20-24 tahun yang memiliki
Berdasarkan analisis univariat, diketahui paritas < 3 kali sebesar 98,4% dan pada
bahwa sebagian besar responden melahirkan wanita berumur 35-39 tahun sebesar 42,9%
< 3 kali, yaitu sebanyak 68 orang (68,0%). memiliki paritas ≥ 3 kali. Frekuensi
Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun kehamilan juga meningkatkan risiko

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 195


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

terjadinya kanker serviks karena memiliki Karakteristik responden berdasarkan


riwayat infeksi di daerah kelamin. Wanita umur pertama kali berhubungan seksual
dengan paritas tinggi yaitu > 3 kali berisiko dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
5,5 kali untuk terkena kanker serviks ≤ 20 tahun dan > 20 tahun.
(Setyarini, 2009). Penelitian yang dilakukan Pengelompokkan ini dilakukan berdasarkan
oleh Joeharno (2008) juga menyebutkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan
bahwa paritas merupakan faktor risiko sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan
terhadap kejadian kanker serviks dengan oleh Khasbiyah (2004) di Rumah Sakit
besar risiko 4,55 kali pada perempuan Dokter Kariadi Semarang, Melva (2008) di
dengan paritas > 3 kali. Perempuan dengan RSUP H. Adam Malik Medan dan Setyarini
paritas tinggi terkait dengan terjadinya (2009) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
eversi epitel kolumner serviks selama Pada hasil analisis univariat diketahui
kehamilan yang menyebabkan dinamika bahwa sebagian besar responden
baru epitel metaplastik imatur yang dapat berhubungan seksual pertama kali pada
meningkatkan risiko transformasi sel serta umur > 20 tahun, yaitu sebanyak 67 orang
trauma pada serviks sehingga terjadi infeksi (67.0%). Umur pertama kali berhubungan
HPV persisten. Hal ini dibuktikan pada seksual merupakan faktor risiko terjadinya
suatu studi kohort dimana didapatkan bahwa kanker serviks, sekitar 20% kanker serviks
infeksi HPV lebih mudah ditemukan pada dijumpai pada wanita yang aktif
wanita hamil dibandingkan yang tidak berhubungan seksual sebelum berumur 16
hamil. Selain itu, pada kehamilan terjadi tahun. Umur perkawinan muda 10-14 tahun
penurunan kekebalan seluler (Sawaya, sebenarnya sudah terjadi sejak dulu. Hasil
2003). Peneliti lain juga menyatakan bahwa Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan
pada kehamilan, progesteron dapat bahwa umur perkawinan pertama di
menginduksi onkogen HPV menjadi stabil Indonesia yang kurang dari 20 tahun adalah
sehingga terjadi integrasi DNA virus ke 46.7%, sedangkan yang lebih dari 20 tahun
dalam genom sel penjamu dan menurunkan adalah 47.6 %. Perkawinan pada umur yang
kekebalan mukosa zona transformasi sangat muda (10-14 tahun) banyak terjadi
(Schift, 2000). Selain itu, pada kehamilan pada perempuan di daerah perdesaan,
risiko, terjadinya infeksi dan progresi pendidikan rendah, status ekonomi
infeksi lebih tinggi terkait dengan eversi termiskin,dan kelompok petani, nelayan dan
serviks akibat pengaruh estrogen. Paritas buruh. Semakin tinggi pendidikan,
merupakan faktor risiko terhadap kejadian persentase perkawinan pertama pada umur
kanker leher rahim dengan besar risiko 4.55 yang sangat dini semakin kecil. Hal ini
kali untuk terkena kanker leher rahim pada mengindikasikan bahwa pendidikan dapat
perempuan dengan paritas > 3 dibandingkan menunda umur perkawinan pertama.
perempuan dengan paritas ≤ 3. (Mega, Suwi Perempuan yang menikah pada umur ≤ 20
dan Suastika, 2008). Menurut hasil tahun berisiko 5 kali lebih besar terkena
penelitian Khasbiyah (2004) di Rumah Sakit kanker serviks. (Setyarini, 2009). Hasil
Dokter Kariadi Semarang menunjukkan penelitian Joeharno (2008) juga mengatakan
sebagian besar penderita kanker leher rahim bahwa umur pertama kali menikah
memiliki paritas > 3(52%). Range umur merupakan faktor risiko terhadap kejadian
pertama kali berhubungan seksual kanker leher rahim dengan besar risiko 2,54
responden adalah 13 – 38 tahun dengan kali untuk mengalami kanker leher rahim
rata-rata umur pertama kali berhubungan pada perempuan yang melaksanakan
seksual adalah 22.94 tahun. perkawinan pada umur ≤ 20 tahun
dibandingkan dengan perkawinan pada

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 196


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

umur > 20 tahun. Umur saat perkawinan ≤ wanita penderita kanker serviks pernah
20 tahun erat kaitannya dengan aktivitas berhubungan seks lebih dari satu pasangan,
seksual. Berbagai penelitian menunjukkan sedangkan penelitian Suliyani (2008)
bahwa terdapat hubungan yang bermakna menyebutkan 18,2% wanita yang
antara lesi prakanker dan kanker serviks berhubungan seks lebih dari satu pasangan
dengan aktivitas seksual pada umur yang setelah di tes IVA hasilnya positif lesi
sangat muda, khususnya sebelum umur 20 prakanker. Menurut hasil penelitian
tahun. Hal ini mungkin terkait dengan Khasbiyah (2004) di Rumah Sakit Dokter
komplemen histon pada semen yang Kariadi Semarang menunjukkan sebagian
bertindak sebagai antigen. Kematangan besar penderita kanker leher rahim memiliki
sistem imun terutama mukosa serviks
paritas > 3 (52%). Kebanyakan penderita
sendiri sangat rentan, kesempatan berganti
melakukan hubungan seksual yang pertama
partner sex yang terkait dengan risiko
terkena infeksi juga tinggi. Faktor risiko ini kali pada umur dibawah 20 tahun (74%)
dihubungkan dengan karsinogen pada zona dengan satu pasangan seksual (82%)
transformasi yang sedang berkembang dan didapatkan hasil statistik bahwa ada
paling berbahaya apabila terinfeksi HPV hubungan yang bermakna antara paritas dan
usia pertama kali melakukan hubungan
pada 5-10 tahun setelah menarche (Mega,
A, Suwi, Y dan Suastika, 2008). seksual dengan kejadian kanker leher rahim.
Karakteristik responden berdasarkan
Pengelompokkan jumlah partner sex pada
kebiasaan merokok dikelompokkan menjadi
responden dibedakan menjadi 2 kategori,
dua kategori, yaitu tidak dan ya.
yaitu 1 orang dan > 1 orang. Berdasarkan Berdasarkan analisis univariat diketahui
hasil analisis univariat dapat diketahui bahwa responden yang tidak merokok
bahwa responden yang memiliki partner sex paling banyak jumlahnya, yaitu sebanyak 96
1 orang paling banyak jumlahnya, yaitu 94 orang (96,0%). Berdasarkan Riset
orang (94,0%). Jumlah pasangan seksual Kesehatan Dasar tahun 2010, data wanita
turut berkontribusi dalam penyebaran yang merokok di Indonesia sebesar 4,2%,
kanker serviks, semakin banyak jumlah sedangkan wanita yang tidak merokok
pasangan seks, maka semakin meningkat sebesar 94,4%. Berdasarkan hasil Survey
pula risiko terjadinya kanker serviks pada Sosial Ekonomi (Susenas 2004) kerjasama
wanita tersebut. Pada prinsipnya setiap pria Promkes Depkes, Litbang dan BPS tahun
memiliki protein spesifik berbeda pada 2004, didapatkan data perokok wanita
spermanya.Protein tersebut dapat sebesar 1,4% pada tahun 2001, naik menjadi
menyebabkan kerusakan pada sel epitel 1,7% pada tahun 2003 dan naik lagi menjadi
serviks. Sel epitel serviks akan mentoleransi 4,5% tahun 2004. Meskipun angka perokok
dan mengenali protein tersebut tetapi jika wanita ini masih kecil dan sebagian besar
wanita itu melakukan hubungan dengan penduduk wanita tidak merokok, namun
banyak pria maka akan banyak sperma jumlah wanita yang merokok mengalami
dengan protein spesifik berbeda yang akan peningkatan yang signifikan tiap tahunnya.
menyebabkan kerusakan tanpa perbaikan (Yayasan Jantung Indonesia, 2006).
dari sel serviks sehingga akan menghasilkan Perempuan yang merokok berisiko 7 kali
luka. Adanya luka akan mempermudah lebih besar dibanding yang tidak merokok.
infeksi HPV. Risiko terkena kanker serviks (Hidayati, 2001). Seorang epidemiologis
menjadi 10 kali lipat lebih besar pada yang ikut berpartisipasi dalam program The
wanita yang mempunyai partner seksual 6 International Agency for Research on
orang atau lebih. (Novel, 2010). Pada Cancer (IARC) Monograph 83 tahun 2002
penelitian Melva (2008) sebanyak 23,3% berpendapat bahwa telah ditemukan bukti

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 197


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

yang menunjukkan bahwa rokok tembakau (populasi sel kanker) serviks. (Novel, 2010).
adalah campuran karsinogenik multipoten Hasil penelitian bila merokok 20 batang
yang dapat menyebabkan kanker di berbagai setiap hari risiko untuk terkena kanker
organ. Beberapa penelitian kohort dan adalah 7 kali dibanding orang yang tidak
kasus kontrol menyatakan hubungan antara merokok, hasil penelitian menyimpulkan
merokok dengan insiden kanker sel bahwa semakin banyak dan lama wanita
skuamosa leher rahim invasif dan banyak merokok maka semakin tinggi risiko terkena
pula yang mengevaluasi hubungan paparan kanker leher rahim. (Hidayati, 2001). Hasil
rokok dengan bentuk neoplasma penelitian yang dilakukan di Karolinska
prainvasifnya seperti neoplasia intraepitel Institute di Swedia dan dipublikasikan
leher rahim dan kanker in situ. Kebanyakan dalam British Journal of Cancer pada 2001,
penelitian yang memperkirakan risiko, tidak zat nikotin serta racun lain yang masuk ke
memisahkan berdasarkan infeksi HPV dalam darah melalui asap rokok mampu
tertentu, melaporkan risiko relative sekitar meningkatkan kemungkinan terjadinya
2x, sehingga dengan kata lain didapatkan kondisi cervical neoplasia. Cervical
perkiraan bahwa risiko perokok dua kali neoplasia adalah kondisi awal
lebih besar dari bukan perokok. (Vineis, berkembangnya kanker serviks.
2004). Perokok aktif maupun pasif memiliki Pengelompokkan lama penggunaan
risiko untuk menderita kanker leher rahim 2 pil kontrasepsi dibedakan menjadi dua
kali lebih besar dibanding yang tidak kategori, yaitu < 4 tahun dan ≥ 4 tahun.
terpapar. (Tay SK, 2004). Ditemukan juga Pada penelitian ini, maksud penggunaan pil
hubungan antara kanker leher rahim dengan kontrasepsi ≥ 4 tahun adalah akumulasi
rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi per lama penggunaan pil KB hingga mencapai 4
hari dan lama waktu konsumsinya. tahun atau lebih. Namun pada instrumen
Mekanisme yang terjadi melibatkan (data rekam medis), variabel lama
karsinogen larut yang diduga memiliki efek penggunaan pil kontrasepsi ini tidak
langsung untuk merubah morfologi epitel dijelaskan batasan lebih detail apakah
leher rahim. (Odongua N, 2007). penggunaan pil kontrasepsi ini dilakukan
Keberadaan karsinogen dalam rokok di selama terus menerus selama ≥ 4 tahun
mukosa leher rahim dicurigai sebagai (tidak berhenti selama lima tahun atau lebih)
penjelasan biologis mengenai hubungan atau penggunaan pil kontrasepsi ini
epidemiologis antara rokok dan kanker leher dilakukan semasa hidup selama ≥ 4 tahun
rahim. (Prokopczyk, 1997). Tembakau (akumulasi menjadi 4 tahun). Hal ini
mengandung bahan-bahan karsinogenik. menyebabkan interpretasi yang berbeda
Wanita perokok memiliki konsentrasi pada masing-masing responden.
nikotin pada getah serviks 56 x lebih tinggi Berdasarkan hasil analisis univariat
dibandingkan di dalam serum. Efek diperoleh bahwa sebagian besar responden
langsung dari bahan tersebut pada leher menggunakan pil kontrasepsi < 4 tahun,
rahim adalah menurunkan status imun lokal yaitu sebanyak 78 orang (78,0%). Dengan
sehingga dapat menjadi karsinogen. panjangnya usia reproduksi pada perempuan
(Hidayati, 2001). Bahan tersebut oleh Indonesia, peran penggunaan alat
peneliti ditemukan pada serviks wanita yang kontrasepsi menjadi sangat penting untuk
aktif merokok dan menjadi kokarsinogen mengatur kehamilan. Kondisinya,
infeksi HPV karena bahan tersebut penggunaan kontrasepsi pada perempuan
diketahui dapat menyebabkan kerusakan sel usia 10-49 tahun yang berstatus kawin
epitel serviks sehingga mempermudah hanya 55,85%. Penggunaan alat kontrasepsi
infeksi HPV dan menyebabkan neoplasma tahun 2010 ini sebenenarnya terjadi

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 198


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

penurunan, jika dibandingkan dengan tahun Kontrasepsi oral yang digunakan secara luas
2007 (berdasarkan SDKI) pada kelompok dewasa ini umumnya merupakan kombinasi
perempuan yang sama (berstatus kawin) antara estrogen dan progestin. Kurang lebih
usia 15-49 tahun, yaitu dari 61,4 % menjadi 100 juta perempuan di seluruh dunia
55,86 %. Demikian halnya penggunaan alat menggunakan kontrasepsi oral kombinasi.
kontrasepsi pada perempuan 15-49 tahun Pil kombinasi tersebut memiliki efektivitas
berstatus pernah kawin, yaitu dari 57,9 % tinggi dalam mencegah kehamilan yaitu
(SDKI 2007) menjadi 53,73 % (Riskesdas sekitar 5 dari 100 perempuan pengguna pil
2010). Dari para pengguna KB, pilihannya kombinasi dan 1 dari 100 perempuan yang
adalah suntik dengan persentase tertinggi menggunakan kontrasepsi oral dengan
pada kelompok perempuan usia 20-24 tahun sempurna mengalami kehamilan per tahun
sebesar 42,5 %. Pilihan berikutnya adalah (Petitti, 2003). Penggunaan formula dosis
pil dengan persentase tertinggi pada tinggi tersebut berhubungan dengan
kelompok perempuan usia 35-39 tahun. peningkatan risiko stroke iskemik,
Penggunaan pil kontrasepsi dalam jangka infark miokard dan embolisme paru pada
waktu yang lama ≥ 4 tahun dapat perempuan sehat. Dosis estrogen dan
progestin diturunkan dengan cepat sekitar
meningkatkan risiko kanker serviks 2 kali
tahun 1960 hingga 1970 karena
lipat. (Wijaya, 2010). Penelitian Suliyani
kekhawatiran tentang keamanan dan di sisi
(2008) menyebutkan bahwa pada lain pengurangan dosis tidak mengurangi
pemeriksaan IVA yang dilakukan, didapat efektivitas kontrasepsi (Petitti, 2003).
18,2% wanita yang menggunakan pil Kontasepsi oral dapat berbentuk pil
kontrasepsi lebih dari 4 tahun positif lesi kombinasi, sekuensial, mini atau pasca
prakanker. Penelitian yang dilakukan Melva senggama dan bersifat reversibel.
(2008) juga menyebutkan bahwa 60% Kontrasepsi oral kombinasi merupakan
penderita kanker serviks adalah mereka campuran estrogen sintetik seperti
yang menggunakan pil kontrasepsi lebih etinilestradiol dan satu dari beberapa steroid
dari 4 tahun. Dalam penelitian Setyarini C19 dengan aktivitas progesterone seperti
(2009) Kelompok kasus yang menggunakan noretindron. Kontrasepsi ini mengandung
kontrasepsi oral kurang dari 50%. dosis estrogen dan progesteron yang tetap.
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa Pemakaian estrogen dapat berisiko karena
penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka merangsang penebalan dinding
lama yaitu > 4 tahun meningkatkan risiko endometrium dan merangsang sel-sel
kanker leher rahim sebesar 0,20 kali lebih endometrium sehingga berubah sifat
besar dari pada penggunaan kontrasepsi oral menjadi kanker. Penggunaan hormon
≤ 4 tahun. Penelitian serupa yang dilakukan estrogen harus dalam pengawasan dokter
Megadhana (2004), juga menyebutkan agar sekaligus diberikan zat anti kanker,
bahwa kontrasepsi oral yang dipakai dalam sehingga tidak berkembang menjadi kanker
jangka panjang lebih dari 4 tahun dapat (Herman, 1998).
meningkatkan risiko kanker leher rahim Kanker Serviks (Karsinoma
sebesar 1,5-2,5 kali. Risiko relatif pada Serviks) adalah kanker yang terdapat pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali serviks/leher rahim, yaitu area bagian bawah
dan meningkat sesuai dengan lamanya rahim yang menghubungkan rahim dengan
pemakaian. Wanita pemakai pil KB harus vagina. (Emilia, 2010). Perempuan yang
rutin menjalani pemeriksaan pap rawan terkena kanker serviks adalah yang
smear (minimal 1 kali/tahun), selain itu berumur 35-50 tahun dan masih aktif
wanita pemakai pil KB memiliki risiko berhubungan seksual. Berbagai macam
kanker ovarium yang lebih rendah.

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 199


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

metode dan cara telah dilakukan melalui prakanker sampai dengan kanker invasif.
upaya pengujian sehingga diperoleh metode Selain itu juga penyakit ini sifatnya
yang cukup akurat dan efektif dalam mematikan oleh karena itu perlu untuk
penatalaksanaan dan penemuan dini lesi mendapat perhatian dan tindakan untuk
prakanker serviks di negara-negara dengan pencegahan. Penelitian Wilutomo & Suyono
sumber daya terbatas. Berdasarkan hasil (1996) menyatakan bahwa karsinoma
penelitian diketahui bahwa kejadian lesi serviks uteri menempati peringkat pertama,
prakanker serviks pada 100 responden yaitu 73,52% dari 2176 kasus keganasan
sebanyak 48 kasus (48,0%) dan yang tidak ginekologi di RS Kariadi, Semarang.
mengalami lesi prakanker serviks sebanyak Sedangkan Gunadi, dkk (1996) di RSUP
52 responden (52,0%). Walaupun kejadian Malalayang, Manado menyatakan hal
lesi prakanker serviks ini lebih sedikit jika serupa, yaitu dijumpai 69,23% insiden
dibanding yang tidak mengalami lesi kanker serviks dari 182 kasus kanker
prakanker serviks, namun mengingat ginekologi. Di RS Kanker Dharmais,
insiden morbiditas maupun mortalitasnya Jakarta, distribusi kanker serviks senantiasa
cukup tinggi khususnya di negara-negara menempati urutan pertama dari keseluruhan
berkembang maka sangat penting untuk kanker ginekologik pada tahun 1993 hingga
dideteksi secara dini dalam rangka program 1995, yaitu 72,6%, 74,3% menjadi 78,9%
pencegahan kanker serviks mulai dari (Sjamsudin, 1996).

Tabel 2
Analisis Hubungan Karakteristik Responden Lesi Prakanker Serviks
Variabel Lesi Prakanker Serviks OR (95% CI) p-value
N (100) Negatif Positif
1. Umur: 5,826 0, 001
a. < 35 tahun 26 21 (80.8) 5 (19.2) (1,980 – 17,140)
b. ≥ 35 tahun 74 31 (41.9) 43 (58.1)
2. Paritas: 24,930 0.000
a. < 3 kali 68 49 (72.1) 19 (27.9) (6,785 – 91,599)
b. ≥ 3 kali 32 3 (9.4) 29 (90.6)
3. Umur Seks Pertama: 0,009 0.000
a. ≤ 20 tahun 33 1 (3.0) 32 (97.0) (0,001 – 0,072)
b. > 20 tahun 67 52 (77.6) 15 (22.4)
4. Partner Seks: 6,19 0,066
a. 1 orang 94 52 (55.3) 42 (44.7) (0, 696– 55,048)
b. >1 orang 6 1 (16.7) 5 (83.3)
5. Merokok: 3,545 0,252
a. Tidak 96 52 (54.2) 44 (45.8) (0,356 – 35,310)
b. Ya 4 1 (25.0) 3 (75.0)
6. Lama Pil 42,000 0,000
KontrasepsiL 78 52 (66.7) 26 (33.3) (5,350 –
a. < 4 tahun 22 1 (4.5) 21 (95.5) 329,723)
b. ≥ 4 tahun

Analisis Hubungan Karakterisktik berumur ≥ 35 tahun berisiko 5,86 kali untuk


dengan Lesi Prakanker Serviks mengalami kejadian lesi prakanker serviks
Berdasarkan hasil penelitian pada dibanding mereka yang berumur < 35 tahun.
tabel, responden yang mengalami lesi Uji statistik menunjukkan bahwa ada
prakanker serviks pada perempuan yang hubungan yang signifikan antara umur

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 200


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

responden dengan kejadian lesi prakanker perempuan yang memiliki paritas > 3 kali.
serviks (p< 0,05). Hasil penelitian ini Paritas > 3 kali meningkatkan risiko kanker
sejalan dengan hasil penelitian Suastika dkk serviks sebesar 5,5 kali lebih besar.
(2008) yang menyatakan bahwa rata-rata Kehamilan dan melahirkan mempengaruhi
umur penderita kanker serviks berada terjadinya kanker serviks melalui berbagai
diantara 30-70 tahun. Hasil penelitian ini mekanisme, termasuk perubahan hormonal,
juga sejalan dengan penelitian Setyarini efek dari nutrisi, faktor daya tahan tubuh
(2009) yang menyatakan 60,6% penderita dan trauma pada serviks. (Colditz, 2004).
kanker leher rahim berada pada umur > 35 Perempuan dengan paritas tinggi terkait
tahun. Sebagian besar kanker banyak terjadi dengan terjadinya eversi epitel kolumner
pada usia lanjut, risikonya meningkat dua serviks selama kehamilan yang
kali lipat setelah umur 35 tahun. menyebabkan dinamika baru epitel
Meningkatnya risiko ini merupakan metaplastik imatur yang dapat
gabungan dari meningkat dan bertambah meningkatkan risiko transformasi sel serta
lamanya pemaparan terhadap karsinogen trauma pada serviks sehingga terjadi infeksi
serta makin melemahnya sistem kekebalan HPV persisten. Hal ini dibuktikan pada
tubuh karena bertambahnya umur. Menurut suatu studi kohort dimana didapatkan bahwa
Amarwati (2004), kanker serviks baru infeksi HPV lebih mudah ditemukan pada
terdeteksi pada umur 40-50 tahun wanita hamil dibandingkan yang tidak
disebabkan oleh masa pertumbuhan kanker hamil. Selain itu, pada kehamilan terjadi
yang cukup lama yaitu puluhan tahun dan penurunan kekebalan seluler (Sawaya,
gejala yang ditunjukkan baru muncul pada 2003). Pada kehamilan, progesteron dapat
stadium lanjut, antara lain berupa menginduksi onkogen HPV menjadi stabil
pendarahan sesudah senggama dan diluar sehingga terjadi integrasi DNA virus ke
siklus haid, sakit pada panggul atau bagian dalam genom sel penjamu dan menurunkan
perut bawah, keputihan yang berlebihan, kekebalan mukosa zona transformasi
berbau dan gatal. Berdasarkan tabel (Schift, 2000). Selain itu, pada kehamilan,
menunjukkan bahwa sebagian besar risiko terjadinya infeksi dan progresi infeksi
responden yang memiliki paritas ≥3 kali lebih tinggi terkait dengan eversi serviks
lebih berisiko mengalami lesi prakanker akibat pengaruh estrogen (Antara, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel,
serviks 24,930 kali lebih besar untuk
menunjukkan bahwa responden yang
mengalami lesi prakanker serviks dibanding
berhubungan seksual pertama kali pada
dengan responden yang memiliki paritas < 3
umur ≤ 20 tahun berisiko 0,009 kali untuk
kali. Hasil uji statistik menunjukkan ada
mengalami kejadian lesi prakanker serviks
hubungan yang signifikan antara paritas
dibanding kelompok responden yang
dengan kejadian lesi prakanker serviks
berhubungan seksual pertama kali pada
(p<0,05). Penelitian ini sejalan dengan
umur > 20 tahun. Hasil uji statistik
Khasbiyah (2004) yang menunjukkan
menunjukkan ada hubungan yang signifikan
sebagian besar penderita kanker serviks di
antara umur pertama kali berhubungan
RS. Dokter Kariadi Semarang memiliki
seksual dengan kejadian lesi prakanker
paritas > 3 kali. Hasil ini juga sejalan
serviks (p < 0,05). Hasil penelitian ini
dengan Joeharno (2008) yang menyebutkan
mendukung hasil penelitian yang telah
bahwa perempuan dengan paritas > 3 kali
dilakukan oleh Khasbiyah (2004) yang
berisiko 4,55 kali terkena kanker serviks.
menunjukkan bahwa 74% penderita kanker
Hasil ini diperkuat juga oleh penelitian
serviks di RS Dokter Kariadi Semarang
Setyarini (2009) yang menyatakan bahwa
melakukan hubungan seksual pertama kali
80% kasus kanker serviks terjadi pada

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 201


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

di bawah umur 20 tahun, hal ini juga perbedaan yang bermakna antara lesi
didukung oleh penelitian Melva (2008) yang prakanker serviks dengan jumlah partner
menyebutkan bahwa 60% penderita kanker sex, meskipun ada kecenderungan risiko
serviks adalah mereka yang berhubungan 1,892 kali lebih besar pada responden yang
seks pertama kali pada umur < 20 tahun. memiliki partner sex > 1 orang. Hasil ini
Umur saat perkawinan ≤ 20 tahun erat juga sejalan dengan penelitian Bayo (2002)
kaitannya dengan aktivitas seksual. mengenai faktor risiko pada kanker leher
Terpaparnya rahim terhadap(HPV) akan rahim invasif yang menunjukkan bahwa
mengakibatkan pertumbuhan sel yang tidak ada perbedaan yang bermakna antara
kejadian kanker leher rahim invasif dengan
menyimpang menjadi kanker(Hendriana,
jumlah partner sex. Pada prinsipnya setiap
2008). Hubungan seksual pada umur di
pria memiliki protein spesifik berbeda pada
bawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel spermanya. Protein tersebut dapat
kanker pada alat kandungan perempuan, menyebabkan kerusakan pada sel epitel
pada rentang umur 12 hingga 17 tahun serviks. Sel epitel serviks akan mentoleransi
perubahan sel dalam mulut rahim lebih dan mengenali protein tersebut tetapi jika
aktif. Ketika sel sedang membelah secara wanita itu melakukan hubungan dengan
aktif (metaplasi) seharusnya tidak terjadi banyak pria maka akan banyak sperma
kontak atau rangsangan apapun dari luar. dengan protein spesifik berbeda yang akan
Termasuk injus (masuknya) benda asing menyebabkan kerusakan tanpa perbaikan
dalam tubuh perempuan. Adanya benda dari sel serviks sehingga akan menghasilkan
asing, termasuk alat kelamin laki-laki dan luka. Adanya luka akan mempermudah
sel sperma, akan mengakibatkan infeksi HPV. Risiko terkena kanker serviks
perkembangan sel ke arah abnormal. Infeksi menjadi 10 kali lipat lebih besar pada
dalam rahim dengan mudah terjadi apabila wanita yang mempunyai partner sex 6 orang
timbul luka akibat masuknya benda asing atau lebih. (Novel, 2010).Zat-zat karsinogen
tersebut. Sel abnormal dalam mulut rahim yang dihasilkan dari rokok sering ditemukan
tersebut dapat mengakibatkan kanker mulut pada serviks wanita yang aktif merokok dan
rahim. Kanker leher rahim menyerang alat menjadi kokarsinogen infeksi HPV, dengan
kandungan perempuan berawal dari mulut kata lain merokok akan meningkatkan risiko
rahim dan berisiko menyebar ke vagina terkena lesi prakanker serviks. Hasil
hingga ke luar di permukaan (Admin, 2008). penelitian pada tabel menunjukkan bahwa
Partner sex yang lebih dari 1 orang akan 75% responden yang merokok menderita
meningkatkan risiko terkena lesi prakanker lesi prakanker serviks. Responden yang
serviks. Berdasarkan hasil penelitian pada merokok mempunyai peluang 3,545 kali
tabel 17 menunjukkan bahwa 83,3% lebih besar untuk mengalami lesi prakanker
responden yang menderita lesi prakanker serviks dibandingkan dengan responden
serviks memiliki partner sex > 1 orang. yang tidak merokok. Namun hasil statistik
Partner sex > 1 orang akan meningkatkan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
risiko 6,19 kali lebih besar untuk mengalami yang signifikan antara kebiasaan merokok
lesi prakanker serviks dibandingkan dengan dengan kejadian lesi prakanker serviks (p-
responden yang memiliki partner sex 1 value > 0,05). Hasil penelitian ini sejalan
orang saja. Hasil statistik menunjukkan dengan Suliani (2008) mengenai faktor-
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan faktor risiko yang berhubungan dengan
antara jumlah partner sex dengan kejadian kejadian lesi prakanker leher rahim yang
lesi prakanker serviks (p-value ≤ 0,05). menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
Penelitian ini sejalan dengan Suliyani yang bermakna antara lesi prakanker serviks
(2008) yang mengatakan bahwa tidak ada

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 202


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

dengan kebiasaan merokok. Penelitian yang tahun berisiko 42 kali untuk mengalami
dilakukan oleh Thomas, et. al. (2001) kejadian lesi prakanker serviks dibanding
mengenai faktor risiko karsinoma in situ di kelompok responden yang menggunakan pil
Bangkok didapatkan bahwa tidak ada kontrasepsi < 4 tahun. Uji statistik
perbedaan yang bermakna antara karsinoma menunjukkan bahwa ada hubungan yang
in situ dan kebiasaan merokok, namun signifikan antara lama penggunaan pil
kebiasaan merokok meningkatkan risiko kontrasepsi dengan kejadian lesi prakanker
terjadi karsinoma in situ 2,2 kali lebih besar. serviks (p-value ≤ 0,05). Hasil penelitian ini
Jumlah angka perokok wanita di Indonesia sejalan dengan Megadhana (2004) yang
tergolong masih sangat sedikit, begitupula menyebutkan bahwa kontrasepsi oral yang
jumlah perokok pada ibu-ibu yang dipakai dalam jangka panjang (> 4 tahun)
melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas meningkatkan risiko kanker leher rahim
Kecamatan Jatinegara, maka belum cukup sebesar 2,5 kali. Kontrasepsi oral yang
bukti untuk menyatakan ada perbedaan digunakan secara luas dewasa ini umumnya
antara kejadian lesi prakanker serviks merupakan kombinasi antara estrogen dan
dengan kebiasaan merokok. progestin. Penggunaan hormon estrogen
harus dalam pengawasan dokter agar
Berdasarkan hasil penelitian pada
tabel, diketahui bahwa 95,5% responden sekaligus diberikan zat anti kanker,
yang menggunakan pil kontrasepsi ≥ 4 sehingga tidak berkembang menjadi kanker
tahun, dinyatakan positif lesi prakanker (Herman, 1998).
serviks. Penggunaan pil kontrasepsi ≥ 4

Tabel 3
Faktor-Faktor Risiko Kejadian Lesi Prakanker Serviks
No Variabel Β SE OR p-value
1 Umur -18,894 4942,281 0,000 0,997
2 Paritas -3,645 1,237 0,026 0,003
3 Umur Pertama kali 22,289 4942,281 4,788 0,996
berhubungan seksual
4 Jumlah Partner Sex -4,033 1,574 0,018 0,010
5 Lama Penggunaan Pil -4,480 1,489 0,011 0,003
Kontrasepsi
Constanta 8,843 2,637 6923,564 0,001
Faktor Resiko Lesi Prakanker Serviks dan lama penggunaan pil kontrasepsi
Odds Rasio (OR) terbesar adalah dengan umur pertama kali berhubungan
variabel umur pertama kali berhubungan seksual. Umur saat perkawinan ≤ 20 tahun
seksual yaitu sebesar 4,788 artinya erat kaitannya dengan aktivitas seksual. Hal
responden yang berhubungan seksual ini terjadi karena pada umur tersebut sel-sel
pertama kali pada umur ≤ 20 tahun leher rahim belum matang dan rentan
mempunyai risiko 4,788 kali lebih besar terhadap infeksi dan mutasi. (Colditz, 2004).
untuk mengalami lesi prakanker serviks Terpaparnya rahim terhadap Human
dibandingkan dengan responden yang Papilloma Virus (HPV) akan
berhubungan seksual pertama kali pada mengakibatkan pertumbuhan sel yang
umur > 20 tahun setelah dikontrol oleh menyimpang menjadi kanker (Hendriana,
variabel umur, paritas, jumlah partner sex 2008). Hubungan seksual pada umur di

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 203


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

bawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel 0,26-1,15) pada kelompok umur > 20 tahun.
kanker pada alat kandungan perempuan, Penelitian Joeharno (2008) juga menyatakan
pada rentang umur 12 hingga 17 tahun bahwa umur pertama kali menikah
perubahan sel dalam mulut rahim lebih merupakan faktor risiko terhadap kejadian
aktif. Ketika sel sedang membelah secara kanker leher rahim dengan besar risiko 2,54
aktif (metaplasi) seharusnya tidak terjadi kali pada perempuan yang melaksanakan
kontak atau rangsangan apapun dari luar. perkawinan pada umur < 20 tahun. Hasil
Termasuk injus (masuknya) benda asing penelitian Setyarini (2009) juga menyatakan
dalam tubuh perempuan. Adanya benda hal yang serupa bahwa 60% kelompok
asing, termasuk alat kelamin laki-laki dan kasus kanker serviks diderita oleh
sel sperma, akan mengakibatkan responden dengan umur menikah pertama
perkembangan sel ke arah abnormal. Infeksi kali ≤ 20 tahun dengan risiko 5 kali lebih
dalam rahim dengan mudah terjadi apabila besar dibanding responden yang menikah
timbul luka akibat masuknya benda asing pada umur > 20 tahun. Hal ini terkait
tersebut. Sel abnormal dalam mulut rahim dengan komplemen histon pada semen yang
tersebut dapat mengakibatkan kanker mulut bertindak sebagai antigen. Kematangan
rahim. Kanker leher rahim menyerang alat sistem imun terutama mukosa serviks
kandungan perempuan berawal dari mulut sendiri sangat rentan, kesempatan berganti
rahim dan berisiko menyebar ke vagina partner seksual yang terkait dengan risiko
hingga ke luar di permukaan (Admin, 2008). terkena infeksi juga tinggi. Faktor risiko ini
Hasil penelitian Herrero (1991) menyatakan dihubungkan dengan karsinogen pada zona
hubungan seksual pertama (Coitarche) pada transformasi yang sedang berkembang dan
usia dini sebagai faktor risiko untuk paling berbahaya apabila terinfeksi HPV
kejadian kanker serviks berkaitan dengan pada 5-10 tahun setelah menarche (Mega,
kondisi perubahan pada sambungan epitel A, Suwi, Y dan Suastika, 2008).
skuamosa-kolumner yang rentan pada usia
muda yang memungkinkan terjadinya Kesimpulan
infeksi penyakit menular seksual. Dalam Dalam Uji Bivariat ditemukan
penelitiannya disebutkan bahwa umur yang adanya hubungan yang signifikan antara
terlalu dini (14-15 tahun) melakukan umur,paritas, umur seks, partner seks, dan
hubungan seksual pertama memiliki risiko lama penggunaan pil kontrasepsi dengan
1,8 kali untuk menderita kanker serviks. kejadian lesi prakanker serviks (p<0.05).
Wanita yang melakukan hubungan seksual Hasil analisis multivariat menunjukkan
pertama kali pada umur < 12 tahun memiliki bahwa factor resiko terjadinyalesi prakanker
risiko 5,6 kali untuk menderita kanker adalah paritas, jumlah partner sex, dan lama
serviks dibanding umur 18 tahun. Hasil penggunaan pil (p< 0.05). Oleh karenanya,
penelitian yang dilakukan Hernandezavila, perlu meningkatkan kegiatan penyuluhan
dkk (1998) juga menyatakan hal yang dan promosi kesehatan mengenai kanker
senada yaitu wanita yang melakukan serviks dan deteksi dini tidak terbatas pada
hubungan seksual pertama kali pada umur ≤ para ibu, tetapi para suami dan remaja putri
15 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk (Wanita Usia Subur).
menderita kanker serviks (OR = 2,25, 95%
CI:1,57-3,24). Pada penelitian yang Daftar Pustaka
dilakukan oleh Ferrera, dkk. (2000) Admin, “Usia Mudapun Bisa Kena Kanker
didapatkan hasil yang sama bahwa umur Mulut Rahim Sekalipun”, 2008.
lebih tua saat coitarche menurunkan risiko Diambil dari
kanker serviks dimana OR = 0,54 (95 % Cl: http://dinkeskaltim.com/usia-

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 204


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

mudapun-bisa-kena-kenker-mulut- pcontent/
rahim-sekalipun. diakses 14 Januari uploads/2012/06/stadium_kanker_c
2013 erviks.gif. diakses 11 Januari 2013

Agung, R, “Skrining Kanker Serviks dengan Colditz, G, “Handbook of Cancer Risk


Metode Skrining Alternatif :IVA”, Assessment and Prevention”, Jones
2011. Diambil dari and Bartlett Publisher Inc., United
http://analisisduniakesehatan.blogsp States of America, 2004
ot.com/2011/06/ skrining-kanker-
serviks-dengan-metode.html. Dahlan, S, “Statistik untuk Kedokteran dan
diakses 20 Desember 2012 Kesehatan”, PT. ARKANS, Jakarta,
2004
Azamris, “Analisis Faktor Risiko pada
Pasien Kanker Payudara di RS. Dr. Darwinian, A, “Gangguan Kesehatan pada
M. Djamil Padang”, Cermin Dunia Setiap Periode Kehidupan Wanita”,
Kedokteran, Vol. 152, hlm. 53-56, Smart Living, Jakarta, 2006
2006
Davidson NE, Helzlsover KJ, “Good News
Azis, M. F, “Masalah pada Kanker abaout Ora Contraceptive”, N Eng J
Serviks”, Cermin Dunia Med. Vol. 346. No. 26, 2002
Kedokteran, Vol. 133, hlm. 5-8,
2001 Depkes RI, “Penanggulangan Kanker
Serviks dengan Vaksin HPV”,
Bayo, Sine, et. Al, “Risk Factors of Invasive Depkes RI, Jakarta, 2005
Cervikal Cancer in Mali”,
International Journal of Depkes RI, “Pedoman Penemuan dan
Epidemiology. 2002: 31: 202 – 209. Penatalaksanaan Penyakit Kanker
2002. Diambil dari Tertentu di Komunitas”, Direktorat
http://ije.oxfordjournals.org. diakses Pengendalian Penyakit Tidak
10 Februari 2013 Menular PP & PL, Jakarta, 2007

Berek, J.S dan Hacker, N. F, “Practical Depkes RI, “Buku Acuan Pencegahan
Ginecologic Oncologic”, Third Kanker Leher Rahim dan Kanker
Edition, Philadelphia, Lippincott Payudara”, Direktorat Pengendalian
Wiliam. 2000 Penyakit Tidak Menular, PP&PL,
Jakarta, 2007
Budiarto, E, “Dasar-dasar Metoda Statistika
Kedokteran”, Alumni, Bandung, Depkes RI, “Pedoman Surveilans
1984 Epidemiologi Penyakit Kanker”,
Direktorat Pengendalian Penyakit
Charles B. Clayman, MD, “The American Tidak Menular, Ditjen PP & PL,
Medical Association Encyclopedia Jakarta, 2007
of Medicine”, Random House Inc.,
New York, 1989 Depkes RI, “Pencegahan Kanker Leher
Rahim dan Kanker Payudara”,
“Ciri Kanker Serviks”. Diambil dari Direktorat Pengendalian Penyakit
http://www.cirikankerserviks.com/w

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 205


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

Tidak Menular, Ditjen PP & PL, Harahap, R, “Neoplasia Intra Epite (NIS)
Jakarta, 2009 pada Serviks”, UI Press, Jakarta,
1997
Susanti, D, “Rekam Medis RSUD Arifin
Achmad”, RSUD Arifin Achmad. Hendriana, H, “Pernikahan Dini Tingkatkan
Riau, 2011 Risiko Kanker Serviks”, 2008.
Diambil dari
Diananda, R, “Panduan Lengkap Mengenal http://hendrahendriana.blogspot.co
Kanker”, Mirza Media Pustaka, m/2012/12/pernikahan-dini-
Yogyakarta, 2009 tingkatkan-risiko.html. diakses 27
Desember 2012
Dinkes Bone Bolongo, “Mengenal Kanker”,
Dinkes Bone Bolongo. Gorontalo, Herman, M. J, “Pemanfaatan Hormon dalam
2007 Kontrasepsi”, Depkes RI, Jakarta,
1998
Emilia, O, “Bebas Ancaman Kanker
Serviks”, MedPress, Yogyakarta, Hidayati, “Kanker Serviks Displasia Dapat
2010 Disembuhkan”, Medika, No.3. 2001

Evennett, K, “Pap Smear : Apa Yang Harus “HPV dan Kanker Serviks”. Diambil dari
Anda Ketahui?”, Arcan, Jakarta, http://www.indosiar.com/ragam/hpv
2003 -dan-kanker-serviks_63319.html
diakses 11 Januari 2013
Faisal, Y, “Penyakit Kandungan”, Pustaka
Populer, Jakarta, 2005 Imam, R, “Panduan Penatalaksanaan
Kanker Ginekologi Berdasarkan
Faizah, SA, “Waspada Kanker Serviks. Evidence Base”, EGC, Jakarta,
Lintang Aksara”, Yogyakarta, 2010 2007

Fauziah, R. M, Wirawan, J. P, et. al. Imam, R, “Manual Pra Kanker Serviks”,


“Deteksi Dini Kanker Serviks pada EGC, Jakarta, 2008
Pusat Pelayanan Primer di Lima Joeharno, “Analisis Faktor Risiko Kejadian
wilayah DKI Jakarta”, Journal of Kanker Serviks”, 2008. Diambil
the Indonesian Medical Association, dari
Vol. 61, No. 11 Hlm. 447-452. http://blogjoeharno.com.analisis-
2011 faktor-risiko-kejadian-kanker-
serviks. diakses 27 Desember 2012
Gunadi, B, Rarung dan Mawengkang, R. A.
A, “Tinjauan Kasus Penderita “Kanker Leher Rahim (Serviks)”. Diambil
Kanker Leher Rahim yang dirawat dari http://www.singhealth.com.sg/
di RSUP Malalayang Manado PatientCare/Overseas-
Periode 1 Januari sampai 31 Referral/bh/Conditions/Pages/Cervi
Desember 1995”, MOGI, Abstrak cal-Cancer-Cervix-Cancer. diakses
KOGI X, 1996 11 Januari 2013

“Kanker Leher Rahim”, Wikipedia Bahasa


Indonesia. Diambil dari

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 206


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker Melva, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi


_leher_rahim. diakses 11 Januari Kejadian Kanker Leher Rahim pada
2013 Penderita yang Berobat di RSUP H.
Adam Malik Medan”, Tesis
“Kanker Serviks / Rumah Sakit Tumor Pascasarjana, Program Magister
Modern Guangzhou”, Cina. Administrasi dan Kebijakan
Diambil dari Kesehatan Universitas Sumatra
http://www.asiancancer.com/indone Utara, Medan, 2008
sian/cancer-topics/cervical-cancer/.
diakses 11 Januari 2013 Muhtaram, “Penyebab Kanker Serviks dan
Pencegahannya”. Diambil dari
Khasbiyah, “Faktor Risiko Kanker Serviks http://www.Metris-
Uteri”, Karya Tulis Ilmiah Fakultas Community.Com/Penyebab-
Kesehatan Masyarakat Universitas Kanker-Serviks-Gejala Tanda-
Diponegoro, Semarang, 2004 Pencegahan/. diakses 11 Januari
2013
Lendawati, “Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Terjadinya Notoatmodjo, S, “Metodologi Penelitian
Kanker Leher Rahim di Sub Bagian Kesehatan”, Rineka Cipta, Jakarta,
Onkologi kebidanan RSUPN dr. 2005
Cipto Mangunkusumo (Analisis
Data Sekunder)”, Skripsi, Fakultas Novel, S.S, Safitri, R dan Nuswantara, S,
Kesehatan Masyarakat Universitas “Aplikasi Hybrid Capture II Sistem
Indonesia, Jakarta, 2003 dalam Deteksi Dini Kanker
Serviks”, Cermin Dunia
Lorianto, R, Fauziah, R. M, et. Al, Kedokteran, Vol. 36, hlm. 24-26,
“Kesiapan Puskesmas di Lima 2009
Wilayah DKI Jakarta dalam
Pelaksanaan Program Deteksi Dini Novel, S.S, “Kanker Serviks dan Infeksi
Kanker Serviks”, Journal of the Human Papilloma Virus Javamedia
Indonesian Medical Association. Network”, Jakarta, 2010
Vol. 59, No. 9, hlm. 425-430. 2009
Noviana, H, “Human Papilloma Virus dan
Mega, A, Suwi, Y dan Suastika, “Ekspresi Kanker Serviks”, Cermin Dunia
Pada Kanker Serviks Terinfeksi Kedokteran, Vol. 39. No. 1. hlm.
Human Papilloma Virus Tipe 16 65-66, 2012
dan 18 di RS. Sanglah, Denpasar”,
Studi Cross Sectional Fakultas Nuranna dan Prayitno, “Buku Acuan
Kedokteran Universitas Udayana, Program Pencegahan Kanker
Denpasar, 2008 Serviks See and Treat”, EGC,
Jakarta, 2007
Megadhana, “Kanker Serviks”, 2004.
Diambil dari Nurcahyo, J, “Awas Bahaya Kanker Rahim
http://himapid.blogspot.com/ dan Kanker Payudara. Wahana
2012/12/kanker-leher-rahim-kanker- Totalita Publisher”, Yogyakarta,
serviks.html. diakses 28 Desember 2010
2012

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 207


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

Odongua N, Chae YM, Kim MR, et al, Sankaranarayanan, R, et.al, “Effect of Visual
“Association between smoking, Screening on Cervical Cancer
screening and death caused by Incidence and Mortality in Tamil
cervical cancer in Korean Women”, Nadu. India: A Cluster-Randomised
Yonsei Med J, Vol. 48. Hlm 192- Trial”, Asian Pasific Journal of
200, 2007 Cancer Preventation, Volume 3, No.
2, 2007
Oemiati, R, Ekowati R dan Antonius Y. K,
“Prevalensi Tumor dan Beberapa Sawaya, G. F, Cornel, K. J dan Kulasingam,
Faktor yang Mempengaruhinya di S.L, “Risk of Cervical Cancer
Indonesia”, Buletin Penelitian Associated With Extending The
Kesehatan, Vol. 39, No.4, hlm. 193, Internal Between Cervical Cancer
2011 Screenings. Med. J. England. 2003

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Schift, M., Miller, J dan Masuk, M.
Ibukota Jakarta Nomor 75 Tahun “Contraceptive and Reproductive
2005 Tentang Kawasan Larangan Risk Factors For Cervical
Merokok Intraepithelial Neoplasia In
American Indian Women”, Int. J,
Petitti, D. B, “Combination Estrogen, 2000.
Progestin Oral Contraceptives”,
2003. Diambil dari “Servical Cancer Prevention Fact Sheet
http://www.health.org/contraceptive (ACCP)”, 2011. Diambil dari
s/oral/html. diakses 7 Januari 2013 http://www.alliancecxca.org/files/A
CCP_cxca_screening_2011.pdf.
Pike MC, Spicer OV, “Hormonal diakses 11 Januari 2013
Contraception and
Chemoprevention of Female Setyarini, E, “Faktor-faktor yang
Cancers”, Endocrine-Related Berhubungan dengan Kejadian
Cancer, Vol. 7, hlm. 73-83, 2007 Kanker Leher Rahim di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta”, Skripsi
Prokopczyk B, Cox JE, Hoffman D, Sarjana, Kesehatan Masyarakat
“Identification of Tobacco-specific Universitas Muhammadiyah,
carcinogen in the servical mucus of Surakarta, 2009
smokers and non-smokers”, J Natl
Cancer Inst: 73-89, 1997 Sjamsuddin, S, “Pencegahan dan Deteksi
Dini Kanker Serviks”, Cermin
Samra L, Wood OM, “Contraception”, Dunia Kedokteran, No. 133, hal. 9,
2008 Diambil dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
http://emedicine.medscape.com/arti PT. Kalbe Farma, Jakarta, 2001
cle/258507-overview
Sugiyono, “Statistik Nonparametris untuk
Samadi, H, “Yes, I Know Everything About Penelitian”, Alfabeta, Bandung,
Cancer Serviks!!”, Tiga Kelana, 2004
Jakarta, 2010
Suliyani. Faktor-faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kanker

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 208


Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat)

Serviks pada Pegawai Wanita dan Perilaku Manusia”, Nuha Medika,


Istri Pegawai Departemen Yogyakarta, 2010
Kesehatan RI Pusat yang Diperiksa
dengan Tes IVA. Skripsi Sarjana WHO, “Cervical Cancer Screening in
Fakultas Kesehatan Masyarakat Developing Countries : Report of a
Universitas Indonesia. Jakarta. 2008 WHO Consultation”, World Health
Organization, France, 2002
Suwiyoga,I.K, “Tes Human Papilloma
Virus sebagai Skrining Alternatif WHO, “Comprehensive Cervical Cancer
Kanker Serviks”, Cermin Dunia Control a Guide to essential
Kedokteran, No. 151. hlm. 29-32, Practice”, WHO Press, Geneva,
2006 Switzerland, 2006

Taruli R. S, “Determinan Kejadian Wijaya, D, “Pembunuh Ganas itu bernama


Karsinoma Serviks pada Peserta Kanker Serviks”, Sinar Kejora,
Program Pencegahan Kanker Yogyakarta, 2010
Serviks See and Treat Metode
Pemeriksaan IVA di Medan, Wilutomo, P dan Suyono, B, “Angka
Sumatera Utara”, Tesis Kejadian Keganasan Ginekologi
Pascasarjana, Program Magister Menurut Umur”, MOGI, Abstrak
Kesehatan Masyarakat Universitas KOGI X, 1996
Indonesia, 2009
World Health Organization, “Health Topic
Tay SK, Tay KJ, “Passive Cigarette Sexual and Reproductive Health :
Smoking is a Risk Factor in Cancer of the Servix”. Diambil dari
Cervical Neoplasia”, Gynecol www.who.int/reproductivehealth/
Oncol, Vol. 20. hlm 93-116, 2004 topics/cancer/en/index.html. diakses
20 Desember 2012
Thoma, SR, “Human Papilloma Virus”,
EGC, Jakarta, 1995. World Health Organization, “Health Topic:
Cancer”. Diambil dari
Tsuda, H dan Moore, M. A, “Cancer http://www.searo.who.int/topics/can
Screening : a Review with cer/en/. diakses 20 Desember 2012
Particular Attention to Areas for
Future International Research
Efforts”, Asian Pasific Journal of
Cancer Preventation, Volume 3, No.
2, 2002

Vineis P, Alavanja M, Buffler P, et al,


“Tobacco and Cancer Recent
Epidemiological Evidence”, J Natl
Cancer Inst: 99-106, 2004

Wawan, A dan Dewi, “Teori dan


Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Forum Ilmiah, Volume 11 Nomor 2, Mei 2014 209

Anda mungkin juga menyukai