Anda di halaman 1dari 20

PROTEKSI

1. Arti Proteksi

“Proteksi” berarti perlindungan yang diberikan kepada suatu sektor ekonomi atau
industri di dalam negeri terhadap persaingan dari luar negeri. Proteksi diberikan karena tanpa
itu sektor ekonomi tersebut tidak bisa bersaing dengan barang-barang buatan luar negeri,
karena misalnya barang-barang impor harganya lebih murah atau kualitasnya lebih baik atau
penampilannya lebih menarik dan banyak sebab lain.

Industri-industri domestik yang baru berdiri biasanya memiliki struktur biaya yang
masih tinggi, sehingga sulit bersaing dengan industri asing yang memiliki struktur biaya
rendah (karena sudah memiliki skala ekonomi yang besar). Proteksi ini memberi kesempatan
kepada industri domestik untuk belajar lebih efisien dan memberi kesempatan kepada tenaga
kerjanya untuk memperoleh keterampilan. Kebijakan proteksi biasanya bersifat sementara.
Jika suatu saat industri domestik dirasakan sudah cukup besar dan mampu bersaing dengan
industri asing, maka proteksi akan dicabut.

2. Sektor industri yang diberikan Proteksi

Perlindungan industri dalam negeri melalui Safeguard World Trade Organization


(WTO). Safeguard adalah tindakan pengamanan yang dilakukan oleh pemerintah negara
pengimpor untuk memulihkan kerugian serius atau mencegah ancaman kerugian serius
terhadap industri dalam negeri sebagai akibat lonjakan barang impor sejenis atau barang
yang secara langsung bersaing. Penelitian ini bersifat normatif karena meneliti sejarah
hukum serta asas-asas hukum dan penelitian ini juga mengkaji dan meneliti peraturan-
peraturan tertulis. Pengaturan safeguard mengacu pada article XIX GAAT (Emergency
Action on Imports of Particular Product) sebagaimana disempurnakan dengan agreement on
safeguard 1994. Tindakan pengamanan (safeguard) juga diatur dalam sistem hukum
Indonesia dengan Keppres Nomor 84 tahun 2002 tentang tindakan pengamanan industri
dalam negeri dari akibat kebijakan impor.
Berikut adalah sektor industri yang di berikan perlindungan (proteksi) :

1. Industri tekstil
2. Industri manufaktur
3. Industri otomotif
4. Industri logam
5. Industri migas
6. Industri perkebunan
7. Industri makanan dan minuman
8. Industri pertambangan.

3. Alasan-alasan yang mendorong diterapkannya proteksi


Dalam perdagangan luar negeri konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah yang
mematasi atau mengurangi jumlah barang yang diimpor dari Negara-negara lain denga tujuan
untuk mencapai beberapa tujuan tertentu yang penting artinya dalam pembangunan Negara
dan kemakmuran perekonomian Negara.
Ada beberapa alasan penting diterapkannya proteksi:
 Untuk melindungi industri-industri dalam negeri yang sedang bertumbuh, terhadap
persaingan industri luar negeri yang sejenis dan lebih maju serta lebih kuat
permodalannya.
 Mengurangi pengangguran. Dengan adanya proteksi, terbuka lapangan produksi
dalam negeri, sehingga dapat menampung tenaga-tenaga kerja.
 Untuk meningkatkan permintaaan terhadap produksi dalam negeri.
 Pembatasan impor berarti meningkatkan daya saing barang ekspor.
 Untuk menyehatkan neraca pembayaran. Upaya kebijakan proteksi melalui
peningkatan ekspor produksi dalam negeri akan mampu mengurangi defisit neraca
pembayaran.
 Untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan cara mengenakan tarif tertentu pada
produk impor dan ekspor sehingga negara dapat meningkatkan penerimaan.
4. Bentuk Proteksi

a. Tarif atau Bea masuk

Tarif adalah suatu pembebanan atas barang-barang yang melintasi daerah pabean
(costum area). Dan barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk.
Dengan pengenaan bea masuk yang besar atas barang-barang dan luar negeri, mempunyai
maksud untuk proteksi atas industri dalam negeri dan untuk memperoleh pendapatan negara.
Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan prosentase tertentu dari
harga barang yang diimpor tersebut. Akibat dan pengenaan tarif, sebagai berikut : Harga
barang naik, Produksi dalam negeri meningkat, Jumlah barang di pasar turun, dan Impor
barang turun.

Ada tiga macam penentuan Tarif, atau bea masuk, yaitu :

a. Bea ekspor (export duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang yang
diangkut menuju negara lain (diluar costum area).
b. Bea transito (transit duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara
lain.
c. Bea impor (import duties) adalah pajak / bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang masuk dalam suatu negara ( tom area).

Secara grafik pengenaan tarif bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik pengaruh tarif dan bea masuk


b. Pelarangan Impor

Larangan impor adalah kebijakan pemerintah yang melarang masuknya barang-


barang tertentu atau produk-produk asing (ke dalam pasar domestik) ke dalam negeri.
Kebijakan larangan impor dilakukan untuk menghindari barang-barang yang dapat
merugikan masyarakat. Misalnya suatu negara melarang impor mobil, maka industri dalam
negeri yang memproduksikan atau merakit mobil akan memperoleh proteksi. Dalam hal ini
proteksi tersebut bersifat mutlak, yaitu impor mobil sama sekali tidak diperkenankan
menyaingi mobil buatan dalam negeri. Pasar dalam negeri 100% diperuntukan bagi industri
mobil dalam negeri. Pada hakikatnya, pelarangan impor sama saja dengan menutup kembali
perekonomian kita (atau sektor tertentu dari perekonomian). Secara grafik keadaan ini bisa
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Kebijakan pelarangan impor.

Pada dasarnya ada tiga sasaran kebijakan larangan impor, yaitu:

a. Kebijakan Larangan Impor Berorientasi Lingkungan Hidup.


b. Kebijakan Larangan Impor Untuk Melindungi Industri Dalam Negeri.
c. Menjaga Balance of Payments.
Berikut ini adalah ulasan kebijakan larangan impor sesuai ketiga sasaran tersebut diatas:

Kebijakan Larangan Impor Berorientasi Lingkungan Hidup

Pemerintah suatu negara dapat melarang impor produk tertentu apabila produk
tersebut berbahaya bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan di suatu negara, atau karena
produk itu merupakan hasil eksploitasi sumber daya alam hingga merusak keseimbangan
ekologi.

Di Indonesia, terdapat beberapa produk yang dilarang masuk ke Indonesia karena


berbahaya bagi lingkungan hidup, antara lain limbah plastik (Keputusan Menteri
Perdagangan Nomor 520/MPP/Kep/8/2003), Pestisida etilen dibromida, Limbah B3 kecuali
item tertentu, Udang spesies Penaeus Vanamae (Peraturan Bersama Mendagri dan Menteri
Kelautan dan Perikanan), dan produk susu dan olahan susu dari Cina. Akan tetapi, pada
Agustus 2008 muncul berita bahwa Pemerintah akan mengizinkan impor limbah plastik
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku murah bagi industri, karena menurut data Asosiasi
Industri Plastik dan Olefin Indonesia, selama semester pertama 2008 harga bahan baku
plastik polyethylene dan polypropylene naik 100 persen dari US$ 1.100 menjadi US$ 2.200
per ton. Sedangkan pelarangan impor udang spesies Penaeus Vanamae adalah karena di pasar
internasional beredar udang jenis ini yang terserang penyakit.

Produk susu dan olahan susu dari Cina juga masuk dalam daftar larangan impor di 31
negara lain, menyusul terjadinya skandal susu bermelamin di Cina. pada akhir September
2008, dilaporkan susu bermelamin telah menimbulkan 94.000 korban, termasuk 4 bayi
meninggal karena kerusakan ginjal. Pada tahun 2004, terjadi kasus malnutrisi anak-anak di
Cina Daratan , akibat susu yang tidak mengandung protein. Oleh karena itu, Pemerintah
mengeluarkan peraturan mengenai kandungan protein. Nampaknya, perusahaan-perusahaan
susu di Cina menambahkan melamin dalam susu agar seakan-akan susunya mengandung
protein yang tinggi. WHO menyebutkan bahwa ini adalah salah satu skandal keamanan
makanan paling besar dalam beberapa tahun terakhir. Setelah terungkapnya skandal ini di
dunia Internasional, reputasi ekspor makanan asal Cina menjadi jelek, dan tercatat 11 negara
menghentikan seluruh impor produk susu dan olahan susu dari Cina Daratan.
Kebijakan Larangan Impor Untuk Melindungi Industri Dalam Negeri

Dalam kondisi normal, suatu anggota WTO dilarang untuk melakukan pembatasan
kuantitatif untuk impor dan ekspor sebagaimana diatur dalam pasal XI GATT 1994. Namun
demikian, dalam kondisi tertentu negara anggota dapat melakukan safeguard measures
sebagai langkah guna melindungi industri domestik dari kerugian yang disebabkan
peningkatan impor. Terdapat dua kondisi untuk menerapkan safeguards measures, yakni :

a. Terjadi peningkatan impor dibandingkan produksi barang sejenis di dalam negeri.


b. Peningkatan impor tersebut mengancam dan mengakibatkan kerugian yang serius
terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang serupa.

Dengan adanya ketentuan ini, diharapkan negara tersebut dapat melakukan


penyesuaian atas produk tertentu yang menghadapi tekanan yang berasal dari impor barang
yang diakibatkan terjadinya persaingan atau kompetisi secara internasional. Safeguards
measures bersifat sementara dan semata-mata dilakukan dalam rangka proses penyesuaian
bagi industri domestik yang menghadapi tekanan. Safeguards measures tidak dapat
digunakan untuk memproteksi industri domestik dalam jangka panjang.

Menjaga Balance of Payments

Apabila negara anggota WTO menghadapi kesulitan neraca pembayaran (balance of


payments/BOP difficulties), maka negara anggota tersebut dapat menerapkan pembatasan
atas perdagangan jasa yang menyebabkan timbulnya komitmen termasuk pembayaran atau
transfer yang berkitan dengan komitmen tersebut. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
agar pengecualian tersebut dapat diberlakukan adalah :

a. Perekonomian negara berkembang tersebut lemah, sehingga hanya dapat menyokong


standar kehidupan yang rendah.
b. Dalam tahap awal pembangunan
c. Mengalami kesulitan BOP sebagai akibat dari kebijakan membuka pasar domestik
dan perubahan persyaratan perdagangan (terms of trade).
Kebijakan larangan impor demi industri lokal di Negeria tidak diimbangi dengan
penyediaan infrastruktur yang memadai akan merugikan industri sendiri. Pihak industri
sendiri menyatakan bahwa seharusnya pemerintah memikirkan bagaimana menyediakan
infrastruktur bagi mereka, daripada melakukan pelarangan impor. Misalnya dalam kasus
industri baja, untuk mencegah perusahaan-perusahaan baja gulung tikar, maka pemerintah
Nigeria harus menyediakan tenaga listrik sekitar 70-80 megawatt. Dengan melakukan
pelarangan impor, pemerintah telah menciptakan pasar bagi produk lokal, tapi industri lokal
sendiri kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar. Akibatnya, terjadi kelangkaan,
rendahnya kualitas produk dan mahalnya harga barang-barang, sehingga konsumen menjadi
korban dari kebijakan ini.

Faktanya, walaupun berneraca surplus dalam perdagangan internasional, tapi Nigeria


terbelit utang, sebagai akibat dari ketergantungan yang berlebihan pada perdagangan sektor
minyak yang padat modal dan harga produknya sangat fluktuatif. Negeri ini sempat
menikmati masa kejayaan harga jual minyak pada tahun 1980-an, sehingga membuat GDP
Nigeria menembus US$81 miliar pada tahun 1985, namun angka GDP terus melorot menjadi
US$40,5 miliar saja pada 1995. Akibatnya, Nigeria menanggung beban utang luar negeri
yang tak tertanggungkan yakni US$1,7 miliar per tahun untuk mencicil utang dan bunganya
yang semakin membesar, atau sekitar separuh dari nilai yang harus dibayarkan. Selain
anjloknya harga minyak sejak tahun 1980-an, tingkat korupsi yang tinggi juga menyebabkan
keadaan ekonomi Nigeria memburuk (Transparency International mencantumkan Nigeria
sebagai negara terkorup ketiga se-dunia).

Dalam perkembangan berikutnya, WTO berhasil mendorong Nigeria untuk


menghapuskan hambatan impornya dalam delapan tahun program eliminasi. (WTO 1998).
Sebagaimana dapat dilihat pada Implementation of the Year 2008 Fiscal Policy Measures and
Tariff Amendments yang dikeluarkan Budget Office Nigeria, bahwa larangan impor
dialihkan ke hambatan tarif impor yang cukup tinggi, khususnya untuk produk-produk yang
dapat ditemukan di dalam negeri.
c. Kuota
Kuota adalah bentuk hambatan perdagangan yang menentukan jumlah maksimum
suatu jenis barang yang dapat diimpor dalam suatu periode tertentu atau kebijakan
pemerintah untuk membatasi jumlah barang yang diperdagangkan. Sama halnya tarif,
pengaruh diberlakukannya kuota mengakibatkan harga-harga barang impor menjadi tinggi
karena jumlah barangnya terbatas. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pembatasan
jumlah barang impor sehingga menyebabkan biaya rata-rata untuk masing-masing barang
meningkat. Dengan demikian, diberlakukannya kuota dapat melindungi barang-barang dalam
negeri dari persaingan barang luar negeri. Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota
produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang
diimpor, kuota produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan
kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor.

 Jenis kuota impor


a. Absolute atau uniteral kuota adalah kuota yang besar/kecilnya ditentukan sendiri
oleh suatu negara tanpa persetujuan dengan negara lain. kuota semacam ini sering
menimbulkan tindakan balasan oleh negara lain.
b. Negotiated atau bilateral kuota adalah kuota yang besar/kecilnya ditentukan
berdasarkan perjanjian antara 2 negara atau lebih.
c. Tarif kuota adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk sejjumlah tertentu
barang diizinkan masuk (impor) dengann tarif tertentu, tambahan impor ini masih
diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.

 Tujuan diberlakukannya kuota impor


a. Mencegah barang-barang yang penting berada di luar negri.
b. Menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup.
c. Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai
stabilitas harga di dalam negeri.
Tindakan untuk membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada yang
diakukan secara sukarela yang disebut sebagai pembatasan ekspor sukarela
(Voluntary Export Restriction = VER). VER adalah kesepakatan antara negara
pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke negara pengimpor.
 Tujuan diberlakukannya kuota ekspor
a. untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat memperoleh harga yang lebih
tinggi.
b. Untuk mencegah barang-barang yang penting jatuh/berada di tangan musuh
c. Untuk menjamin tersedianya barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup
d. Untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencpai
stabilisasi harga
Kuota produksi bertujuan untuk mengurangi jumlah ekspor. Dengan demikian,
diharapkan harga di pasaran dunia dapat ditingkatkan. Tujuan utama pelaksanaan
kuota adalah untuk melindungi produksi dalam negeri dari serbuan-serbuan luar
negeri.

 Dampak kebijakan kuota


Dampak kebijakan kuota bagi negara importir.
a. Harga barang melambung tinggi,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,
c. Meningktanya produksi di dalam negeri.

Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir.


a. Harga barang turun,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,
c. Produksi di dalam negeri berkurang.

Gambar 3. Kebijakan kuota atau pelarangan impor.


d. Subsidi

Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk membantu menutupi sebagian biaya


produksi perunit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri dapat
menjual barangnya yang lebih murah dan bisa bersaing dengan barang impor. Dampak
kebijakan subsidi sebagai berikut : Harga barang di pasar tetap, Produksi dalam negeri
meningkat, Jumlah barang di pasar tetap dan Impor barang turun. Dengan adanya subsidi,
produsen dalam negeri bisa menjual barangnya lebih murah, sehingga bisa bersaing dengan
barang impor.

Subsidi yang diberikan bisa dalam berbagai bentuk, misalnya:


1) Subsidi langsung berupa sejumlah uang tertentu
2) Subsidi per unit produksi.

Gambar 4. Pengaruh kebijakan subsidi.


5. Contoh bentuk-bentuk Proteksi

a. Tarif dan Bea Masuk

Tarif adalah sebuah pembebanan atas barang-barang yang melintasi daerah pabean
(costum area). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea
masuk.

Dengan penerapan bea masuk yang besar atas barang-barang dari luar negeri,
memiliki tujuan untuk memproteksi industri dalam negeri sehingga diperoleh pendapatan
negara. Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan prosentase
tertentu dari harga barang yang diimpor. Akibat dan pengenaan tarif dan bea masuk barang
impor adalah : Harga barang impor naik, Sehingga produksi dalam negeri menjadi lebih bisa
bersaing (karena lebih murah), Kemudian karena produksi dalam negeri mampu menyaingi
barang impor maka diharap impor barang menjadi turun.

Secara grafik Akibar dari kebijakan pengenaan tarif dan bea masuk akan tampak seperti
gambar dibawah ini.
b. Pelarangan Impor

larangan dan pembatasan (lartas) impor bahan baku industri seperti garam, jagung, tembakau dan
beberapa bahan baku lainnya.

Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke dalam


pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena alasan politik dan ekonomi. untuk
alasan ekonomi pelarangan impor biasanya bertujuan untuk melindungi produksi dalam
negeri dan meningkatkan produksi dalam negeri.

Dampak pelaksanaan kebijakan larangan impor:

1. Menghindari/mengurai defisit neraca pembayaran


2. Melindungi perusahan dalam negri dari kebangkrutan

Secara grafik kebijakan pelarangan impor akan tampak seperti gambar dibawah ini.
c. Kuota

Kuota pembatasan Impor

Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk dari
luar negeri. Akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi : Jumlah
barang di pasar turun, Harga barang naik, Produksi dalam negeri meningkat, dan Impor
barang turun. Secara grafik kebijakan kuota / pembatasan impor akan tampak seperti gambar
dibawah ini.
Kebijakan Kuota atau Pembatasan Impor

Tujuan diberlakukannya kebijakan kuota impor atau pembatasan impor di antaranya adalah:

1. Untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai


stabilitas harga di dalam negeri.
2. Untuk menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang
cukup.
3. Melindungi produksi dalam negeri dari serbuan produk luar negeri.

d. Subsidi

Subsidi beras
Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi sebagian
biaya produksi per unit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri bisa
memasarkan barangnya lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor. Subsidi yang
diberikan dapat berupa tenaga ahli, mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit, keringanan pajak,
dll.

Kebijakan subsidi biasanya juga diberikan untuk menurunkan biaya produksi barang
yang menjadi komoditas ekspor, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah
dan dapat bersaing di pasar internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk
mendorong jumlah ekspor, karena eksportir dapat memasarkan produknya dengan harga yang
lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun tindakan ini dianggap
sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini
karena semua negara ingin mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.
6. Kelebihan dan Kekurangan Dari Bentuk Proteksi

Tarif atau Bea Masuk

Kelebihan :

 Dapat mengikuti perkembangan tingkat harga.


 Terdapat deferencisi harga produk sesuai dengan kwalitasnya.
 Mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan perincian harga barang.
 Dapat digunakan sebagai alat control produksi industry dalam negeri.

Kekurangan :

 Memberikan beban yang cukup berat bagi administrasi pemerintah khususnya bea
cukai karena memerlukan data dan perincian harga.
 Sering menimbulkan perselisihan dalam menentukan harga untuk pertimbangan
bea masuk antaran importer dengan bea cukai

Pelarangan Impor

Kelebihan:

 Meningkatkan kesejahtraan konsumen.


 Meningkatkan industri dalam negeri.
 Menumbuhkan rasa cinta produk dalam negeri
 Mengurangi devisa ke luar negeri.

Kekurangan :

 Lesunya perdagangan internasional akibat terjadinya balas membalas kegiatan


pembatasan kuota impor.

 Kurangnya peningkatan mutu produksi akibat produsen dalam negeri merasa tidak
mempunyai pesaing.
 Hanya ada produk domestik saja.
 Jumlah barang menurun.

Kuota

Kelemahan :
 Produksi di dalam negeri berkurang.
 Konsumsi terhadap barang dalam negeri menjadi berkurang.

Kelebihan :

 Untuk melindungi hasil perindustrian di negara.


 Untuk menjaga keseimbangan balance of payment;
 Untuk melindungi kepentingan ekonomi negara.

Subsidi

Kelemahan :
 Harga ekspor barang subsidi menjadi turun.
 Tidak semua bisa mendapatkan barang subsidi.
 Banyak orang kaya ikut mendapatkan barang subsidi.
 Susah mendapatkan barang subsidi.

Kelebihan :

 Mensejahtrakan msayarakat.
 Meningkatkan devisa negara.
 Meningkatkan daya saing terhadap barang-barang impor
 Menambah produksi dalam negeri.
7. Industri Yang Menyurut

Industri adalah bagian dari proses produksi, yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi barang yang bernilai bagi
masyarakat. Bila perubahan situasi ekonomi dan perubahan dalam pola permintan dan pola
ke unggulan komparatif mengakibatkan suatu sektor mengalami penyurutan.

Industri rokok menyusut

Ada beberapa faktor yang mengakibatkan penyusutan industri, sebagi berikut :

 Pemasaran yang kurang lancar karena persaingan.


 Barang yang disediakan sudah tidak sesuai dengan selera konsumen.
 Modal relatif kurang lancar.
 Bahan baku untuk jenis-jenis barang tertentu sangat bergantung kepada impor dari
negara lain.
 Sarana dan prasarana pendukung industri yang belum merata.
 Tenaga ahli dan terampil yang terbatas.

Diversifikasi

Diverifikasi merupakan kegiatan atau tindakan untuk membaut sesuatu menjadi lebih
beragam atau tidak hanya terpaku pada satu jenis saja. Di dalam dunia bisnis, diverifikasi
sering diidektikkan dengan ungkapan “ Tidak Menaruh Telur dalam satu keranjang “.
Sebagai contoh diversifikasi pangan di bawah ini.

Berdasarkan prediksi dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, konsumsi beras
sebagai makanan pokok dari tahun ke tahun semakin meningkat. Oleh karena itu salah satu
target Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah peningkatan diversifikasi pangan,
terutama untuk mengurangi konsumsi beras dan terigu. Selama tahun 2010-2014, konsumsi
beras ditargetkan turun 1,5% per tahun yang diimbangi dengan peningkatan konsumsi umbi-
umbian, pangan hewani, buah-buahan dan sayuran. Selain itu juga diupayakan tercapainya
pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman yang tercermin oleh
meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH) dari 86,4 pada tahun 2010 menjadi 93,3 pada
tahun 2014 (Renstra Kementerian Pertanian, 2010).

Oleh karena itu pengembangan diversifikasi pangan merupakan hal yang yang sangat
penting untuk dilakukan pemerintah. Diversifikasi pangan yang dimaksud bukan berarti me-
ngantikan beras sebagai bahan makanan pokok, tetapi menggantikannya di saat tertentu. Jika
dalam sehari masyarakat dapat mengkonsumsi beras sebanyak tiga kali, maka dalam upaya
diversifikasi pangan dapat mengkonsumsinya sebanyak dua kali, lalu sekali lagi dapat
digantikan dengan ubi atau jagung. Diversifikasi pangan adalah penganekaragaman pangan
yang dikonsumsi.
Industri Anak-anak

Industri anak-anak adalah salah satu bidang ekonomi yang menyasar pasar anak-anak
dengan menghasilkan produk yang sesuai untuk anak-anak. Industri anak di benrtujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan kreativitas berbahasa anak-anak dalam menghasilkan karya-
karya kreatif bahasa anak, seperti puisi, cerita pendek, novel, skenario, baca puisi, drama, dan
sebagainya.

Sebagai contoh adalah industri mainan barbie.

Industri boneka barbie

Anda mungkin juga menyukai