Disusun Oleh :
B. Dasar Teori
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan
dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau
nyeri minor), antipiretik (penurun demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga
memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama
untuk mencegah serangan jantung.
Sifat-sifat fisika dan kimia dari aspirin adalah sebagai berikut :
Sifat fisika aspirin :
1. Massa molekul relatif aspirin adalah 180 gram/mol
2. Titik leleh aspirin adalah 133,4°C
3. Titik didih aspirin adalah 140°C
4. Aspirin merupakan senyawa padat berbentuk kristal
5. Berat molekul aspirin adalah 180,2 gram/mol
6. Berat jenis aspirin adalah 1,4 gram/mL
Sifat kimia aspirin :
1. Sukar larut dalam air, kelarutan dalam air 10 mg/mL (20 °C)
2. Larut dalam etanol
3. Larut dalam eter
4. Merupakan senyawa polar
Kegunaan dari aspirin adalah sebagai berikut :
• Anpiretik
• Analgesik
• Antiinflamasi
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil kedalam suatu
substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana R = alkil atau aril).Sintesis
aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara
asam karboksilat dengan suatu alkohol membentuk suatu ester. Produksi ester secara
industri dilakukan dengan mereaksikan asam asetat anhidrat dengan alkohol. Esterifikasi
berkataliskan asam merupakan reaksi reversible. Asam anhidrat ialah turunan dari asam
dengan mengambil air dari dua gugus karboksil dan menghubungkan fragmen-
fragmennya. Ester yang dibuat dengan cara ini adalah asam asetil salisilat atau aspirin.
Proses sintesis aspirin harus dalam kondisi bebas air, dikarenakan aspirin yang terbentuk
akan terhidrolisis kembali menjadi asam salisilat jika dalam keadaan berair. Mengingat
sifatnya yang higroskopis, asam sulfat juga berperan sebagai penyerap air.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi yaitu (Kirk & Othmer, 1967):
a. Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Pada umumnya reaksi ini
dapat dijalankan pada suhu optimum (50-60°C) pada tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi
akan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu. Semakin tinggi suhu, berarti semakin banyak
energi yang dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi. Ini akan
b. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak produk yang dihasilkan, karena ini
akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun jika
kesetimbangan telah tercapai, tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi reaksi (Kirk
c. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Penambahan katalis bertujuan untuk
mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah
katalis asam, basa, ataupun penukar ion. Dengan katalis basa reaksi dapat berjalan pada suhu
kamar, sedangkan katalis asam pada umumnya memerlukan suhu reaksi diatas 100ºC (Kirk
Katalis yang digunakan dapat berupa katalis homogen maupun heterogen. Katalis homogen
adalah katalis yang mempunyai fase yang sama dengan reaktan dan produk, sedangkan
katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan reaktan dan produk. Katalis
homogen yang banyak digunakan adalah alkoksida logam seperti KOH dan NaOH dalam
alkohol. Selain itu, dapat pula digunakan katalis asam cair, misalnya asam sulfat, asam
dipisahkan dari produk, dan katalis tidak dapat digunakan kembali. Saat ini banyak industri
menggunakan katalis heterogen yang mempunyai banyak keuntungan dan sifatnya yang
ramah lingkungan, yaitu tidak bersifat korosif, mudah dipisahkan dari produk dengan cara
filtrasi, serta dapat digunakan berulangkali dalam jangka waktu yang lama. Selain itu katalis
heterogen meningkatkan kemurnian hasil karena reaksi samping dapat dieliminasi. Contoh-
contoh dari katalis heterogen adalah zeolit, oksida logam, dan resin ion exchange. Katalis
basa seperti KOH dan NaOH lebih efisien dibanding dengan katalis asam pada reaksi
transesterifikasi. Transmetilasi terjadi kira-kira 4000 kali lebih cepat dengan adanya katalis
basa dibanding katalis asam dengan jumlah yang sama. Untuk alasan ini dan dikarenakan
katalis basa kurang korosif terhadap peralatan industri dibanding katalis asam, maka sebagian
besar transesterifikasi untuk tujuan komersial dijalankan dengan katalis basa. Konsentrasi
katalis basa divariasikan antara 0,5-1% dari massa minyak untuk menghasilkan 94-99%
konversi minyak nabati menjadi ester. Lebih lanjut, peningkatan konsentrasi katalis tidak
meningkatkan konversi dan sebaliknya menambah biaya karena perlunya pemisahan katalis
dari produk menggunakan katalis KOH 1% dari massa minyak (Kirk & Othmer, 1967).
d. Pengadukan
Pada reaksi, reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem cairan dua fasa. Reaksi
dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang berlangsung lambat. Seiring dengan
terbentuknya produk, ia bertindak sebagai pelarut tunggalyang dipakai bersama oleh reaktan-
reaktan dan sistem dengan fase tunggal pun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat
signifikan selama reaksi sebagaimana sistem tunggal terbentuk, maka pengadukan menjadi
tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan campuran reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan mengurangi
hambatan antar massa. Untuk reaksi heterogen, ini akan menyebabkan lebih banyak reaktan
e. Perbandingan Reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil reaksi adalah rasio molar antara reaktan.
Untuk mendorong reaksi ke arah kanan, perlu untuk menggunakan reaktan berlebihan atau
dengan memindahkan salah satu produk dari campuran reaksi. Lebih banyak reaktan yang
digunakan, maka semakin memungkinkan reaktan untuk bereaksi lebih cepat (Kirk &
Othmer, 1978).
C. Metode Penelitian
1. Alat :
a. Beaker glass 250 ml (2 buah)
- Berfungsi sebagai tempat menampung larutan
b. Water bath (1 buah)
- Berfungsi untuk menciptakan suhu yang konstan
c. Batang pengaduk (2 buah)
- Berfungsi untuk mengaduk
d. Thermometer (1 buah)
- Berfungsi untuk mengukur suhu
e. Tabung reaksi (2 buah)
- Berfungsi untuk mereaksikan dalam jumlah sedikit
f. Erlenmeyer 100 ml (2 buah)
- Berfungsi untuk menampung larutan yang akan dititrasi
g. Buret 50 ml (1 buah)
- Berfungsi untuk menampung titran yang digunakan saat titrasi
h. Neraca analitis
- Berfungsii untuk menimbang suatu senyawa
Bahan :
Pada hasil praktikum pembuatan aspirin kali ini didapat hasil aspirin pada suhu 40oC
sebesar 7,2135 gram dengan kadar 79,07% dan hasil aspirin pada suhu 50oC sebesar 7,3452
gram dengan kadar 82,23%. Hal ini dapat diasumsikan bahwa dalam pembuatan aspirin, suhu
dapat mempengaruhi hasil kadar aspirin yang didapatkan. Terbukti dari hasil praktikum kali ini
adalah suhu yang lebih besar menghasilkan kadar aspirin yang besar pula.
Suhu ideal pembuatan aspirin adalah 50 sampai 60oC dikarenakan apabila dibawah suhu
50oC maka reaksi akan lambat dan tidak akan berjalan sempurna sehingga kemurnian yang
dihasilkan akan rendah sedangkan diatas 60oC aspirin yang didapat akan terurai, dikarenakan
titik leleh aspirin sekitar 70oC (Fessenden, 1987), sehingga tidak akan terbentuk Kristal aspirin
(kemurnian sangat rendah).
G. Kesimpulan
Inti proses pada pembuatan aspirin diatas adalah :
C7H6O3 + (CH3CO)2O C9H8O4 + CH3COOH
Asam salisilat asam asetat anhidrid aspirin asam asetat
Dan pada proses pembuatan aspirin didapat hasil aspirin pada suhu 40oC sebesar 7,2135
gram dengan kadar 79,07% dan hasil aspirin pada suhu 50oC sebesar 7,3452 gram dengan
kadar 82,23%.
Meningkatkan suhu reaksi akan menghasilkan kemurnian aspirin menjadi lebih rendah
karena titik leleh dari aspirin sendiri adalah sekitar 70oC sehingga harus dijaga suhu nya
agar dibawah 70oC agar menghasilkan aspirin dengan kemurnian yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Kirk, RE, dan Othmer, DF. 1967. Encyclopedia of Chemical Engineering Technology. TjauNew
York : John Wiley and Sons Inc
Ramadhani, S.U. Sindora, G. Handayani, T. Tonius, J. dan Sri. 2008. Pembuatan Aspirin (Asam
Asetil Salisilat). Program studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura.
http://www.academia.edu/11806550/Praktikum_Aspirin