PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan profesi guru?
2. Apa saja syarat-syarat dalam profesi guru?
3. Apa yang dimaksud dengan penilaian terhadap profesi guru?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui maksud dari profesi guru
2. Agar mengetahui syarat-syarat dalam profesi guru
3. Agar mengetahui maksud dari penilaian terhadap profesi guru
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 1).
Guru professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi
maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah
keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang
diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut mendapat
pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi dan akreditasi.
Dengan keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik
secara pribadi maupun sebagai pemangku profesinya.
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
2. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
3. memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
4. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
6. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
7. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
8. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
9. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan keprofesian bagi guru.
4
bertepatan dengan acara puncak peringatan Hari Guru Nasional XII, tanggal 2
Desember 2004.
5
Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan Fakultas Keguruan di luar lembaga IKIP
lainnya.
Ada dua pendapat agak mirip yang menjelaskan syarat-syarat guru
sebagai profesi. Kedua pendapat tersebut dapat dijelaskan dalam tabel
berikut.
Tabel 2.1
Perbandingan dua pandangan tentang syarat pekerjaan disebut sebagai
profesi
No Sambas Suryadi (Westby Dedi Supriadi
. Gybon, 1965)
1 Adanya pengakuan oleh Mempunyai fungsi dan
masyarakat dan pemerintah signifikansi sosial karena
diperlukan oleh masyarakat
6
anggotanya diberikan kepada masyarakat,
mereka yang bertugas dalam
bidang pekerjaan tersebut berhak
memperoleh imbalan finansial
dengan sistem penggajian yang
memadai.
7
Pada mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki
pendidikan khusus yang ditambah dengan orang-orang yang lulus dari
Sekolah Guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo tahun
1852, karena mendesaknya keperluan guru maka Pemerintah Hindia
Belanda mengangkat lima macam guru yaitu:
a. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang
penuh.
b. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru.
c. Guru bantu. Yakni yang lulus ujian guru bantu.
d. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan
calon guru.
e. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal
dari warga yang perna mengecap pendidikan.
Dalam sejarah pendidikan guru Indonesia, guru pernah mempunyai
status yang sangat tinggi di masyarakat, mempunyai wibawah yang sangat
tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu
tidak hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik masyarakat, tempat
masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi
maupun sosial. Namun, wibawa guru mulai memudar sejalan dengan
kamajuan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
keperluan guru yang meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi satu-
satunya tempat bertanya bagi masyarakat. Pendidikan masyarakat mungkin
lebih tinggi dari guru dan kewibawaan guru berkurang antara lain karena
status guru dianggap kalah gengsi dari jabatan lainnya yang mempunyai
pendapatan yang lebih baik.
Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan
dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan
profesinya namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk
atau komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam
8
tindakan nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau
otonomi itulah yang mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi
pemberi instruksi atau penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru tidak
memiliki otonomi sama sekali. Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol
melalui keharusan membuat satuan pelajaran (SP). Padahal, seorang guru
yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya
telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap
kali mengajar membuat SP maka waktu dan energi guru banyak terbuang.
Waktu dan energi yang terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya.
Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain; (1) masih banyak guru
yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh
banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk
meningkatkan diri tidak ada; (2) belum adanya standar profesional guru
sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; (3) kemungkinan disebabkan
oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang
lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan
sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi
keguruan; (4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri
karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan
pada dosen di perguruan tinggi.
Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab
rendahnya profesionalisme guru; (1) masih banyak guru yang tidak
menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru
terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu
pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan
dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya
kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, (4) masih belum
smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
9
diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsi PGRI sebagai
organisasi profesi yang berupaya secara makssimal meningkatkan
profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang
tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa
mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para
anggo-tanya. Dengan melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan
rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari
alternatif untuk meningkatkan profesi guru.
BAB III
PENUTUP
10
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa guru
professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian
tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang
diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan
secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal
yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi dan akreditasi. Dengan
keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik secara
pribadi maupun sebagai pemangku profesinya.
National Education Associatiaon (NEA) (1948) dalam buku Profesi
Keguruan menyarankan syarat-syarat profesi guru :
1. Jabatan yang melibatkam kegiatan intelektual
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesiaonal yang laman.
4. Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang bersinambugan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permaen
6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi
8. Jabatan yang mempuyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
3.2 Saran
Dalam pembahasan ini, kami mengakui masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari segi penulisan kata maupun penjelasannya yang
kurang tepat. Oleh karena itu kami mohon kritikan dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
11
Sagala, Syaiful. 2006. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : CV
Alfabeta
Soetjipto. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta
Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru Professional Dan Implementasi Kurikulum.
Jakarta : Ciputat Pers
UU Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th 2005). Jakarta : Sinar Grafika
UU SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th 2003). Jakarta : Sinar Grafika
Guru Profesional: Untuk Pendidikan Bermutu
http://geografi.upi.edu/?mod=article/view/12]
Profesi Keguruan
http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
Penilaian Portofolio: Sertifikasi Guru dalam Jabatan
http://www.suparlan.com/pages/posts/penilaian-portofolio-sertifikasi-guru-dalam-
jabatan171.php?p=40
Profesi, Etika, Kompetensi, Tugas Dan Tanggung Jawab Keguruan Dalam
Pembelajaran
http://kirom88.blogspot.com/2009/08/profesi-etika-kompetensi-tugas-dan.html
Profesionalisme Guru Di Abad Kebangkitan Bangsa
http://lpmpjogja.diknas.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=287&Itemid=1
http://fumiki-fujita.blogspot.co.id/2013/07/makalah-etika-dan-profesi-
keguruan.html
p
12