PESISIR KARNATAKA
Oleh :
Dini Ulfa 1310311057
Preseptor :
dr. Gardenia Akhyar, Sp.KK
Abstrak
Pendahuluan
penyakit menular dan 3,5% kematian di India.(1) Ekstra paru merupakan 10% dari
semua kasus tuberkulosis. Tuberkulosis kutis (TBK) menyumbang 1,5% dari
dunia, dahulunya lebih lazim di daerah beriklim dingin dan lembab, sekarang juga
terjadi di daerah tropis. Kejadian tuberkulosis di seluruh dunia bervariasi dari 0,1
sampai 1% dari semua gangguan kulit.(3) Di India TBK menyumbang 0,1% sampai
0,5%.(4) Perbedaan gambaran klinis dari TBK bisa terjadi akibat perbedaan jumlah
dan virulensi basil, rute infeksi, usia pasien, ada atau tidak adanya fokus
tuberkulosis internal dan imunitas spesifik dari penderita. Diagnosis TBK diduga
dibuat berdasarkan korelasi tanda dan riwayat klinis, fokus aktif TB lainnya,
baik di jaringan atau pemulihan in vitro. Namun hasil dari upaya ini biasanya
dan untuk menentukan frekuensi gambaran klinis serta jenis histopatologi TBK.
Pasien yang baru didiagnosis TBK mendatangi departemen kulit dan rawat
jalan IMS rumah sakit layanan tersier di pesisir Karnataka, selama periode 2005 -
2014 yang dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien yang sedang pengobatan dan
yang rinci, diikuti dengan pemeriksaan lokal lesi apakah lesi berupa papul, pustul,
primer. Semua pasien menjalani tes hematologi rutin termasuk LED, rontgen
thorax, kultur sputum dilakukan pada pasien dengan gejala dada yang positif,
dilanjutkan dengan uji mantoux dan tes HIV dengan metode ELISA. Biopsi
dilakukan pada semua kasus klinik yang dicurigai. Jaringan berformalin diproses
Hasil
Pada penelitian kami sebagian besar kasus termasuk dalam status sosial-
ekonomi rendah dan menengah. Sebagian besar pasien berada dalam 50 tahun ke
atas [17 kasus (27,42%)]. Kelompok usia terbanyak kedua yang terkena pada 10-
19 tahun (19,35%). Usia paling muda pasien dengan TBK dijumpai 4 tahun dan
yang tertua adalah di 53 tahun. Usia rata-rata pasien adalah 23-64 tahun. Laki-laki
lebih sering terkena, yaitu 42 kasus (67,74%) dan perempuan yang terkena hanya
20 kasus (32,26%), dengan M: rasio F dari 1,2: 1 [Tabel 1]. Tidak ada riwayat
keluarga tuberkulosis dalam setiap kasus yang diteliti. Lesi TBK yang sering
mengenai tungkai bawah sebanyak 23 kasus (37,10%) diikuti oleh wajah dan
leher (24,19%), punggung dan daerah bokong (20,97%) dan ekstremitas atas
(11,29%) [Tabel 2]. Lokasi yang sedikit terkena adalah dada dan perut (6,45%).
Pola klinis dari lesi kulit yang ditemukan adalah lesi plak pada 46,77% kasus,
sinus pada 22,58% kasus, lesi ulseratif pada 16,13% kasus, lesi verukosa pada
11,29% kasus dan lesi papular pada 3,23% kasus [Tabel 3]. Keterlibatan kelenjar
getah bening terlihat pada 56% kasus, dengan kelompok kelenjar getah bening
kasus, yang melibatkan kelenjar getah bening dan tulang (62,07%), TB Paru
(20,69%) dan sisanya memiliki abses dingin (17,24%). Vaksin BCG sudah didapat
oleh 79% kasus dan 20,97% kasus tidak divaksinasi karena status sosial ekonomi
rendah.
Tabel 1: Distribusi usia dan jenis kelamin pada kasus TBK
Persentase
Distribusi lesi kulit Nomor
(%)
Ekstremitas bawah 23 37,10
Wajah dan leher 15 24,19
Punggung dan selangkangan 13 20,97
Ekstremitas atas 7 11,29
Thorax dan abdomen 4 6,45
Total 62 100
kutis verukosa (TKV) sebanyak 22,58% kasus dan Tuberkulosis kulit sebanyak
yang terdiri dari kumpulan sel epiteloid, beberapa sel raksasa Langhan dan
retikular dermis yang lebih dalam. Pewarnaan AFB positif dalam 13 kasus. Di
antara 62 kasus, Lupus vulgaris (LV) merupakan TBK terbanyak dengan 22 kasus
(22,58%), tuberkulosis orofasial (4,84%) dan tuberkulid (3,23%) [Tabel 4]. Ada
korelasi klinispatologi pada 88,91% kasus, sementara tidak ada korelasi pada
11,29% kasus.
terisolasi mungkin hanya pada 2 kasus dari eksudat lesi ulseratif dari
Skrofuloderma selama 3 minggu inokulasi dalam media kultur. Tes HIV positif
pada 4% kasus. Tes mantoux positif pada 80% kasus, di antaranya 44% adalah LV,
20% adalah TVK, dan 16% memiliki Skrofuloderma. Semua pasien dirujuk ke
Rajan
Kumar, et Thakur, et Studi saat
Jenis TBK Agrawal, et
al (%) al (%) ini (%)
al (%)
Lupus
55 40,63 42,86 35,48
Vulgaris
Skrofuloderm
26,8 4,69 50 33,8
a
Tuberkulosis
Kutis
6 18,75 4,76 22,58
Verukosa
(TKV)
Tuberkulosis
- - - 4,84
Orofasial
Tuberkulosis
5,4 26,96 - -
gumma
Tuberkulid 6,8 3,13 2,38 3,23
Diskusi
TBK memiliki distribusi di seluruh dunia dan lebih banyak terjadi pada
dalam penelitian ini adalah 0,14%. Prevalensi TBK di India telah menurun yakni
0,1-0,5% selama beberapa dekade terakhir dan <0,5% dari semua penyakit kulit di
Eropa.(5,6,7)
yang sebenarnya dan tuberkulid, sejak itu peneliti lainnya telah mencoba untuk
pasien. Inokulasi eksogen, yang dapat mengakibatkan chancre TB atau TVK atau
Lupus vulgaris tergantung pada ada atau tidak adanya hipersensitivitas terhadap
protein TBC. Rute lainnya adalah penyebaran endogen yang dapat terjadi
atau LV.(12) TBK menggambarkan lupus vulgaris (tingkat imunitas tinggi) dan
posisi menengah.(13,14) Pembedaan juga harus dibuat antara infeksi TBC kulit dan
Dalam penelitian ini LV adalah jenis yang tuberkulosis kulit sering ditemui
(35,48%). Serupa dengan penelitian lain oleh Kumar et al, Patra et al, dan Ho et al
mana di lupus vulgaris adalah varian yang paling umum dalam studi mereka.
(4,16,17)
Kumar et al juga melaporkan LV lebih sering terjadi pada wanita dan TVK
adalah paling umum pada pria di India utara. (4) Di Eropa, LV dan Skrofuloderma
Skrofuloderma dan TVK mendominasi seperti di India dan juga Afrika Selatan. (18)
Di negara-negara barat, yang biasa ditemukan pada wajah dan di India dan
bokong. Hal ini digambarkan sebagai plak coklat kemerahan biasanya pada kepala
dan leher.(19)
Skrofuloderma lebih sering pada anak-anak di India, sedangkan di Eropa,
orang setengah baya atau lebih tua sering terkena.(20) Ini merupakan perluasan
yang paling sering ditemui kedua (33,8%) dari TBK. Dalam studi yang dilakukan
TVK disebabkan oleh inokulasi langsung dan tampilan klinis sebagai lesi
berkutil yang sering pada tungkai bawah dan bokong. TVK ditemui di 22,58%
kasus dalam penelitian ini. Insiden TVK telah dilaporkan dalam berbagai
et al (32%).(24)
2 kasus (3,23%) dalam penelitian kami. Tuberkulid baru-baru ini muncul sebagai
dengan TBK.(26) Kami menemukan persentase jauh lebih tinggi (46,77%), penyakit
Skrofuloderma dalam penelitian kami. Vaksin BCG sudah diterima oleh 49 kasus
(79%) dan 13 kasus (20,97%) tidak divaksinasi. Tes HIV positif di 4% kasus. Tes
mantoux positif pada 80% kasus, di antaranya 44% adalah LV, 20% adalah TVK,
ditemui pada lupus vulgaris dan TVK. Granuloma tuberculosis juga akan
Skrofuloderma.(12)
pada lesi kulit. Pewarnaan AFB positif dalam 13 kasus (20,96%). Kultur TBK
menghasilkan diagnostis kecil, itu hanya positif dalam 2 kasus setelah 3 minggu
inokulasi media. Tes berbasis PCR yang digunakan dengan akurasi diagnostik,
tetapi kurangnya bukti dari studi kualitas tinggi sehingga mereka tidak dapat
metode yang sama tuanya dengan reaksi intradermal tes derivat protein murni dan
persobaan terapi, sebagai alat diagnostik untuk TBK. Semua pasien dirujuk ke
pusat institusi DOTS untuk terapi anti-tuberkulosis. TAT adalah 2 bulan fase
intensif dengan 4 obat yaitu INH, Rifampisin, etambutol dan pirazinamid dan 4
bulan fase lanjutan dengan 2 obat yaitu INH dan Rifampicin. Semua pasien
merespon dengan baik terhadap pengobatan dan tidak ada bukti dari reaksi obat
memiliki 3 obat yaitu INH, Rifampisin dan Etambutol. Meskipun alasan di balik
untuk ini adalah untuk meminimalkan resistensi obat, untuk TBK local
Kesimpulan
Karnataka, Lupus vulgaris adalah jenis TBK yang paling umum ditemui di
Karnataka pesisir. Lokasi yang sering terkena adalah ekstremitas bawah dan
pantat. Hal ini penting untuk mengenali presentasi klinis yang bervariasi di lokasi
serologi dan identifikasi basil merupakan standar baku, namun terkadang, ketika
isolasi basil tidak mungkin meskipun menggunakan diagnostik baru-baru ini maka
tes mantoux positif dan uji coba terapeutik dapat disarankan sebagai alat