Disusun oleh:
1607101030104
Pembimbing:
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis syukuri,
keluarga yang mencintai dan teman-teman yang penuh semangat, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini.
Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad Saw,
atas semangat perjuangan dan panutan bagi ummatnya.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan
penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran
dan bekal di masa mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan masalah kesehatan dunia.1 Gagal jantung merupakan salah satu
penyakit kardiovaskuler yang menjadi masalah serius di Amerika. American Heart
Association (AHA) tahun 2004 melaporkan 5,2 juta penduduk Amerika Serikat
menderita gagal jantung. Asuransi kesehatan Medicare USA paling banyak
mengeluarkan biaya untuk diagnosis dan pengobatan gagal jantung (ACC/AHA
2005).2 Di Indonesia, data Departemen Kesehatan tahun 2008 menunjukan pasien
yang dirawat dengan diagnosis gagal jantung mencapai 14.449.3 Gagal jantung erat
kaitannya dengan penurunan kualitas hidup dan mortalitas tinggi, serta dapat
mengakibatkan ketidakmampuan fisik secara kronik sehingga menjadi beban
ekonomi yang tinggi.4
Gagal jantung merupakan sindrom kompleks dengan tampilan gejala khas:
sesak saat istirahat atau saat aktivitas, kelelahan, serta tanda retensi cairan seperti
kongesti paru atau edema pergelangan kaki, tanda khas: takikardi, takipnea, ronki,
efusi pleura, peningkatan JVP, edema perifer, hepatomegali serta bukti objektif
kelainan struktural atau fungsional jantung saat istirahat: kardiomegali, bunyi
jantung 3, murmur, kelainan pada ekokardiografi , peningkatan natriuretic peptide.
Pada gagal jantung, jantung tidak dapat menghantarkan curah jantung yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.5
Angka harapan hidup pada penderita gagal jantung di usia lanjut
sebesar <35% dalam lima tahun. Pada pasien yang dirawat dengan gagal jantung,
angka harapan hidup satu tahun dapat kurang dari 50%. Pada sebuah studi
retrospektif laki-laki usia tua (rata rata 89 tahun) yang dirawat di rumah sakit dalam
jangka lama, mortalitas satu tahun sebesar 87%. Prognosis akan memburuk dengan
meningkatnya klas fungsional NYHA. Berbagai keadaan medis (tekanan darah,
faktor komorbid, status fungsional), keadaan sosial (pernikahan, status sosial) dan
psikososial (depresi dan kesehatan jiwa) memiliki efek signifikan terhadap harapan
hidup.6
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak nafas
Keluhan Tambahan : Badan terasa lemas, kedua kaki bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak napas
yang dirasakan sejak pagi SMRS. Sesak napas muncul disaat pasien sedang
istirahat. Sesak napas dirasakan memberat saat beraktivitas. Pasien
mengaku lebih merasa nyaman jika tidur dengan posisi kepala yang lebih
tinggi dibandingkan dengan berbaring. Pasien mengeluhkan sering batuk
dan terbangun saat malam hari dikarenakan sesak napas. Keluhan sesak
tidak disertai demam dan nyeri sendi. Pasien juga mengeluhkan sering
merasa lelah. Pasien mengalami bengkak pada kedua kaki. Nyeri dada tidak
dirasakan pasien.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat DM (-), Hipertensi (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama.
2
Riwayat Penggunaan Obat :
- Inj. Furosemide 2 amp / 8 jam (iv)
- Inj. Ambacyn 1 gr / 12 jam (iv)
- Spironolacton 1 x 25 mg
- Clopidogrel 1 x 75 mg
- Ramipril 1x 2,5 mg
- ISDN 3 x 5 mg
- Curcuma 3 x 1 tab
- Sistenol 3 x 1
- Lactulac syr 3 x CI
3
Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat di ICS V linea axilaris anterior sinistra
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea axilaris anterior sinistra
Perkusi : batas jantung atas = ICS III linea parasternal sinistra
batas jantung kiri = ICS V linea axilaris anterior sinistra
batas jantung kanan = ICS IV linea parasternal dextra
Auskultasi : area aorta dan pulmonal = BJ 2 > BJ 1
area trikuspid dan mitral = BJ 1 > BJ 2, murmur sistolik (+)
terdengar di ICS V linea axilaris anterior sinistra
Abdomen
Inspeksi : tidak simetris
Palpasi : nyeri tekan (+) shifting dullness (-), hepar/renal)lien dalam
batas normal
Perkusi : cairan bebas (-)
Auskultasi : peristaltik (+) 4 kali dalam 1 menit
Ekstremitas
Superior : akral hangat (+), edema (-)
Inferior : akral hangat (+), edema (+)
Motorik
5555𝐼5555
Kekuatan otot :5555𝐼5555
Refleks patologis : - /-
Laboratorium
HEMATOLOGI
4
Hematokrit 37 45 – 55 %
MCH 32 80 – 100 fL
MCV 89 27 – 31 Pg
MCHC 36 32 – 36 %
Eosinofil 4 0–6%
Basofil 2 0 – 2%
Neutrofil segmen 65 50 – 70 %
Limfosit 18 20 – 40 %
Monosit 11 2–8%
GINJAL – HIPERTENSI
Ureum 46 13 – 43
5
Bikarbonat 30,3 23-28 mmol/L
(HCO3)
2.5 Diagnosis
Diagnosa kerja :
Congenital Heart Failure Functional Class NYHA IV
Atrial Fibrilasi Normoventricular Respon
2.6 Tatalaksana
- Bed rest
- O2 2-4 liter/menit
- Inj. Furosemide 2 ampul (iv) - extra
- Inj. Furosemide 2 ampul / 8 jam (iv)
- Ramipril 1 x 2,5 mg
- Clopidogrel 1 x 75 mg
- Digoxin 1 x 0,25 mg
- Laxadyn syrup 1 x C1 (malam)
- Diet jantung 1700 kkal / hari
6
Pemeriksaan Foto Thoraks
7
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak pagi
SMRS. Sesak napas muncul disaat pasien sedang istirahat. Sesak napas dirasakan
memberat saat beraktivitas. Pasien mengeluhkan sering batuk dan terbangun saat
malam hari dikarenakan sesak napas. Pasien juga mengeluhkan sering merasa
lelah. Pasien mengalami bengkak pada kedua kaki. Nyeri dada tidak dirasakan
pasien. Pasien tidak memiliki diabetes melitus dan hipertensi. Hasil foto thoraks
menunjukkan kardiomegali dan edema paru ditemukan pada pasien.
Pada pasien didiagnosa dengan Congestive Heart Failure Functional Class
NYHA IV. Diagnosa CHF dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik,dan pemeriksaan penunjang. Saat anamnesis bisa didapatkan gejala khas
seperti sesak saat istirahat atau saat aktivitas, kelelahan, serta tanda retensi cairan
seperti kongesti paru atau edema pergelangan kaki. Tanda khas yang dapat
ditemukan saat pemeriksaan fisik adalah seperti takikardi, takipneu, rhonki, efusi
pleura, peningkatan JVP, edema perifer, hepatomegali serta kelainan sruktural atau
fungsional jantung saat istirahat seperti kardiomegali, bunyi jantung 3, murmur,
kelainan pada ekokardiografi, peningkatan natriuretic peptide. Berdasarkan kriteria
Framingham terdapat 2 kriteria mayor dan dua kriteria minor sehingga gagal
jantung dapat ditegakkan. Klasifikasi berdasarkan gejala yang berkaitan dengan
kapasitas fungsional pada pasien ditetapkan yaitu FC NYHA IV dengan tingkatan
seperti yang tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Gagal Jantung
8
Pada pemeriksaan EKG tidak ditemukan gambaran gelombang P dan PR
interval pada semua sadapan. Sehingga disimpulkan pasien mengalami Atrial
Fibrilasi.7 Kondisi yang dapat menyebabkan AF adalah seperti gagal jantung
dekompensasi, hipotiroidisme, infeksi, dan infark miokard. Pemeriksaan EKG
harus dikerjakan pada semua pasien yang diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG
sering dijumpai pada gagal jantung. Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif
yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung. Beberapa abnormalitas yang dapat
ditemukan pada pasien gagal jantung tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Abnormalitas EKG yang umum ditemukan pada pasien gagal jantung8
9
Di IGD RSUDZA pasien ini mendapatkan obat diuretik berupa furosemide
yang diberikan secara intravena dengan dosis 5mg / jam. Diuretik merupakan obat
utama mengatasi gagal jantung akut yang selalu disertai kelebihan cairan yang
bermanifestasi sebagai edema perifer. Diuretik akan cepat menghilangkan sesak
napas dan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik. Diuretik
mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume cairan
ekstraseluler, arus balik vena dan preload. Dikarenakan pasien mengalami
hiponatremi maka retriksi cairan, pemberian diuretik loop, dan pemberian inotropik
intravena merupakan hal yang disarankan.
Pasien mendapatkan Ramipril 1 x 2,5 mg merupakan obat golongan ACE
inhibitor yang harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simptomatik. Obat
ini bekerja dengan meng-inhibisi jalur renin-angiotensin-aldosteron dan
mengurangi aktivitas simpatetik menghasilkan vasodilatasi, natriuresis dan
penurunan tekanan darah. ACE inhibitor berguna mengurangi sesak nafas dan
mengurangi frekuensi eksaserbasi akutgagal jantung. ACE inhibitor memperbaiki
fungsi ventrikel dan kualitas hidup. Obat golongan ini menjadi lini pertama
pengobatan gagal jantung dan menentukan prognosis.
Digoksin 1 x 0,25 mg diberikan pada pasien. Digoksin memiliki efek
inotropik positif dengan menahan Ca2+ intrasel sehingga kontraktilitas sel otot
jantung meningkat. Obat ini juga memiliki efek mengurangi aktivasi saraf simpatis
sehingga dapat mengurangi denyut jantung pada pasien fibrilasi atrium. Digoksin
dapat memperbaiki gejala dan mengurangi rawat inap akibat perburukan gagal
jantung. Tatalaksan umum pada pasien AF mempunyai 5 tujuan yaitu pencegahan
kejadian tromboemboli, mengatasi simptom terkait AF, tatalaksana optimal
terhadap penyakit kardiovaskular yang menyertai, mengontrol laju jantung, serta
memperbaiki gangguan irama. Pasien juga mendapatkan Clopidogrel 1 x 75 mg,
merupakan terapi yang direkomendasikan pada pasien dengan AF. Anti-trombolitik
digunakan untuk pencegahan stroke. Selain itu pasien juga mendapatkan obat
simptomatik berupa Laxadyn syrup 3 x CI. Keluhan konstipasi bisa muncul
dikarenakan pasien dalam kondisi bed rest.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12