Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Sistem

Sistem diperlukan dalam suatu unit usaha agar tujuan dapat dicapai dengan

melakukan kegiatan bersama-sama oleh berbagai unsur. Menurut Robert dan

Govindarajan (2005:7) pengertian sistem adalah sebagai berikut :

“Sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk

melaksanakan suatu atau kelompok aktivitas”.

Menurut Rommey dan Steinbart (2006:2) pengertian sistem adalah sebagai

berikut :

“Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang

saling berhubungan yang berinteraksi untuk mencapai suatu tuhuan”

Menurut Susanto (2008:22) pengertian sistem adalah sebagai berikut :

“Kumpulan/group dari sub sistem/bagian/komponen apapun baik fisik

yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis

untuk mencapai satu tujuan tertentu.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

sistem merupakan suatu jaringan yang terdiri dari rangkaian dua atau lebih

komponen-komponen yang saling berkaitan dan mempengaruhi dalam melakukan

kegiatan bersama untuk mencapai tujuan.

11
12

2.1.2 Akuntansi

Menurut Halim (2002:32) pengertian akuntansi adalah sebagai berikut :

“Suatu kegiatan jasa, yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif


terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang
dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi dan
membuat pilihan-pilihan nalar diantara berbagai alternatif arah tindakan.”

Menurut Harahap (2008:5) pengertian akuntansi adalah sebagai berikut :

“Seni pencatatan, penggolongan, dan pengiktisaran dengan cara tertentu

dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya

bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.”

Menurut Soemarso (2009:3) pengertian akuntansi adalah sebagai berikut :

“Proses mengidentifikasikan, mengukur, melaporkan informasi ekonomi,

untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas

bagi mereka yang menggunakan informasi tesebut.”

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan dan

pengikhitisarian dalam kegiatan operasional perusahaan yang bertujuan untuk

menyajikan informasi ekonomi untuk dilaporkan kepada pihak yang berhak untuk

menerimanya.

2.1.3 Pengertian Sistem Akuntansi

Menurut Mulyadi (2001:3) pengertian sistem akuntansi adalah sebagai

berikut:

“Organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan

sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan

oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.”


13

Menurut Alam (2004:8) pengertian sistem akuntansi adalah sebagai

berikut :

“Bidang akuntansi yang mengkhususkan diri dalam perencanaan dan


pelaksanaan prosedur pengumpulan, serta pelaporan data keuangan.
Akuntansi, dalam hal ini, harus menciptakan suatu cara sedemikian rupa
sehingga mempermudah pengendalian intern dan menciptakan arus
laporan yang tepat untuk kepentingan manajemen.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

sistem akuntansi merupakan organisasi formulir dan berbagai catatan transaksi

yang mana digunakan untuk keperluan penyusunan laporan keuangan untuk

tujuan pengelolaan manajemen.

2.1.4 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)

2.1.4.1 Pengertian Sitem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Pemendagri No.64 tahun 2014 pasal 1 mengenai sistem akuntansi

pemerintah daerah adalah sebagai berikut :

“Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah atau Sistem Akuntansi Daerah yang

selanjutnya disingkat SAPD / SAKD adalah rangkaian sistematik dari prosedur,

penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi

sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan

organisasi pemerintahan daerah.”

Menurut Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 pengertian sistem

akuntansi keuangan daerah adalah sebagai berikut :

“Rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan

elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analis transaksi

sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah.”


14

Menurut Darise (2008:41) pengertian sistem akuntansi keuangan daerah

adalah sebagai berikut :

“Serangkaian proses atau prosedur, yang dimulai dari pencatatan,

penggolongan dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta

pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD.”

Menurut Rasdianto (2013:6) pengertian sistem akuntansi keuangan daerah

adalah sebagai berikut :

“Sistem akuntansi keuangan daerah adalah sistem akuntansi yang meliputi


proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).”

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem

akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian prosedur yang saling

berhubungan baik menggunakan metode manual maupun secara terkomputerisasi

dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang ditujukan untuk

menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan

pihak intern dan pihak ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan

ekonomi.

2.1.4.2 Tujuan Sitem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Darise (2008:28) menyebutkan bahwa tujuan akuntansi

pemerintahan adalah sebagai berikut :


15

1. Pertanggungjawaban

Memberikan informasi keuangan yang lengkap, cermat, dalam bentuk dan

waktu yang tepat yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang

berkaitan dengan operasi unit-unit pemerintahan.

2. Manajerial

Akuntansi pemerintah harus menyediakan informasi keuangan yang

diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan,

pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, dan pengambilan

keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.

3. Pengawasan

Akuntansi pemerintah harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan

oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

Menurut Halim dan Kusufi (2012:39) menyebutkan bahwa tujuan

akuntansi pemerintahan adalah sebagai berikut :

1. Pertanggungjawaban

Tujuan pertanggungjawaban memiliki arti memberikan informasi

keuangan yang lengkap, cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang

berguna bagi pihak yang bertanggung jawab yang berkaitan dengan

operasi unit-unit pemerintahan. Lebih lanjut, tujuan pertanggungjawaban

ini mengharuskan tiap orang atau badan yang mengelola keuangan negara

harus memberikan pertanggungjawaban atau perhitungan.

2. Manajerial

Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintah harus menyediakan

informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran,


16

pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan

kebijaksanaan dan pengambilan keputusan, serta penilaian kinerja

pemerintah.

3. Pengawasan

Tujuan pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi pemerintah harus

memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan

fungsional secara efektif dan efisien.

2.1.4.3 Prosedur Akuntansi

Menurut Halim dan Kusufi (2012:84) sistem akuntansi pemerintahan

daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur akuntansi yaitu sebagai

berikut :

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas adalah meliputi serangkaian proses,

baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan,

penggolongan, dan peringkasantransaksi dan/atau kejadian keuangan,

hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada SKPD

dan/atau SKPKD. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur

akuntansi penerimaan kas adalah sebagai brikut:

1) Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP)

2) Surat Tanda Setoran (STS)

3) Bukti transfer

4) Nota kredit
17

5) Bukti penerimaan kas lainnya

Menurut Pemendagri No.59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah Pasal 241 mengatakan bahwa prosedur akuntansi

penerimaan kas adalah sebagai berikut :

“Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan


pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka
pertanggungjawaban APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi computer.”

Prosedur akuntansi penerimaan kas dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola

Keuangan (PPK-SKPD).PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi

penerimaan kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas

dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal penerimaan kas

berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke buku besar.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas

adalah sebagai berikut:

1) Surat tanda bukti pembayaran

2) STS

3) Bukti transfer

4) Nota kredit Bank

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas adalah meliputi serangkaian proses,

baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan,

penggolongan, dan peringkasantransaksi dan/atau kejadian keuangan,

hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada SKPD


18

dan/atau SKPKD. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur

akuntansi pengeluaran kas adalah sebagai berikut:

1) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

2) Bukti transaksi

3) Nota debet

4) Bukti pengeluaran kas lainnya

Menurut Pemendagri No.59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah Pasal 241 mengatakan bahwa prosedur akuntansi

pengeluaran kas adalah sebagai berikut :

“Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan


pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi computer”.

Prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola

Keuangan (PPK-SKPD).PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi

pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas

dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal penerimaan kas

berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke dalam buku

besar. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi

pengeluaran kas mencakup sebagai berikut:

1) SP2D

2) Nota debet Bank

3) Bukti pengeluaran kas lainnya

3. Prosedur Akuntansi Selain Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas adalah meliputi serangkaian proses,

baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan,


19

penggolongan, dan peringkasantransaksi dan/atau kejadian keuangan,

hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan transaksi dan/atau kejadian

keuangan selain kas pada SKPD dan/atau SKPKD.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas

berupa bukti memorial yang memuat informasi sebagai berikut:

1) Berita acara penerimaan barang

2) Surat keputusan penghapusan barang

3) Surat pengiriman barang

4) Surat keputusan mutasi barang

5) Berita acara pemusnahan barang

6) Berita acara serah terima barang

7) Berita acara penilaian

Menurut Pemendagri No.59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah Pasal 259 mengatakan bahwa prosedur akuntansi selain

kas adalah sebagai berikut :

“Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan


pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian
selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi
computer.”

Prosedur akuntansi selain kas dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola

Keuangan (PPK-SKPD).PPK-SKPD berdasarkan bukti memorial

melakukan pencatatan ke dalam jurnal umum, dan secara periodik jurnal

tersebut diposting ke dalam buku besar. Bukti transaksi yang digunakan

dalam prosedur akuntansi selain kas berupa bukti memorial yang memuat

informasi sebagai berikut:


20

1) Berita acara penerimaan barang

2) Surat keputusan penghapusan barang

3) Surat keputusan mutasi barang

4) Berita acara pemusnahan barang

5) Berita acara serah terima barang;

6) Berita acara penilaian

7) Berita acara penyelesaian pekerjaan

4. Prosedur Akuntansi Aset

Prosedur akuntansi aset meliputi serangkaian proses, baik maual maupun

terkomputerisai, mulai dari pencatatan dan pelaporan akuntansi perolehan,

hingga pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan,

perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset yang

dikuasai/digunakan SKPD/SKPKD. Prosedur akuntansi aset digunakan

sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aset yang dikuasai/digunakan

SKPD dan/atau SKPKD.

Bukti transaksi dan/atau kejadian akuntansi aset terdiri atas:

1) Berita acara penerimaan barang

2) Surat keputusan penghapusan barang

3) Surat pengiriman barang

4) Surat keputusan mutasi barang

5) Berita acara pemusnahan barang

6) Berita acara serah terima barang

7) Berita acara penilaian

8) Berita acara penyelesaian pekerjaaan


21

Menurut Pemendagri No.59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah Pasal 253 mengatakan bahwa prosedur akuntansi aset

adalah sebagai berikut :

“Serangkaian pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan,

pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi dan penyusutan terhadap

aset tetap yang dikuasai atau digunakan SKPD”.

Prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan

(PPK-SKPD) serta pejabat pengurus dan penyimpan barang Satuan

Kinerja Perangkat Daerah.PPK-SKPD berdasarkan bukti memorial

melakukan pencatatan ke dalam jurnal umum, dan secara periodik jurnal

tersebut diposting ke dalam buku besar.Setiap aset tetap kecuali tanah dan

konstruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai

dengan masa manfaatnya.Metode penyusutan yang dapat digunakan

adalah garis lurus, saldo menurun ganda, dan unit produksi. Bukti

transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset berupa bukti

memorial yang memuat informasi sebagai berikut :

1) Jenis/nama aset tetap

2) Kode rekening;

3) Klasifikasi aset tetap

4) Nilai aset tetap

5) Tanggal transaksi dan/atau kejadian.


22

2.1.4.4 Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah

Secara umum akuntansi dibedakan atas akuntansi sektor privat dan

akuntansi sektor publik. Menurut Rasdianto (2013:2) mengemukakan bahwa

akuntansi terdiri dari 2 bidang utama, yaitu sebagai berikut :

1. Akuntansi Komersial Perusahaan

Dalam akuntansi komersil, data akuntansi digunakan untuk memberikan

informasi keuangan kepada manajemen, pemilik modal, penanaman

modal, kreditor, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan penetapan

pajak. Akuntansi komersial perusahaan adalah akuntansi yang digunakan

untuk mencatat peristiwa ekonomi pada entitas bisnis (perusahaan) yang

mencari keuntungan atau laba.

2. Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik adalah yang digunakan untuk mencatat peristiwa

ekonomi pada organisasi non profit atau nirlaba. Laporan yang disajikan

sesuai dengan standar akuntansi keuangan sektor publik atau lebih dikenal

dengan standar akuntansi pemerintahan. Akuntansi sektor publik dibagi

atas :

1) Akuntansi Pemerintah

Akuntansi digunakan untuk memberi informasi mengenai transaksi

ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif,

yudikatif, dan masyarakat. Akuntansi pemerintah dibedakan atas

akuntansi pemerintah pusat dan akuntansi pemerintah daerah.

Akuntansi pemerintah daerah terdiri dari akuntansi pemerintahan

provinsi dan akuntansi pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah perlu


23

mengatur standar akuntansi pemerintahan daerah agar dapat digunakan

secara seragam diseluruh pemerintah daerah.

2) Akuntansi Sosial

Akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk diterapkan

pada lembaga dalam artian makro yang melayani perekonomian

nasional. Akuntansi sosial adalah akuntansi yang digunakan untuk

mencatat peristiwa ekonomi pada organisasi non profit atau nirlaba.

Akuntansi ini banyak dipakai oleh organisasi sektor publik, seperti

partai politik, masjid, puskesmas, rumah sakit, sekolah atau universitas,

lembaga swadaya masyarakat.

2.1.4.5 Sistem Pencatatan

Menurut Halim dan Kususfi (2012:45) terdapat beberapa sistem

pencatatan yaitu sebagai berikut :

1. Single Entry Sistem

Pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku

tunggal atau tata buku.Dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi

dilakukan dengan mencatatanya satu kali saja. Sistem pencatatan single

entry atau tata buku ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya yaitu

sederhana dan mudah dipahami. Tetapi sistem ini juga memiliki

kelemahan antara lain kurang bagus untuk pelaporan dan sulit untuk

menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi.


24

2. Double Entry Sistem

Pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku

berpasangan, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali.

Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal.Setiap

pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi.

Dengan menggunakan double entry accounting maka setiap transaksi yang

terjadi akan tercatat pada akun yang tepat, karena masing-masing akun

penyeimbang berfungsi sebagai media cross-check. Selain ketepatan

dalam pencatatan akun, double entry juga memiliki kemampuan untuk

mencatat transaksi dalam jumlah nominal akurat, karena jumlah sisi debet

harus sama dengan jumlah sisi kredit.

Menurut Rasdianto (2013:4) Ada tiga sistem pencatatan yang dapat

digunakan yaitu sebagai berikut :

1. Single Entry

Sistem pencatatan single entry disebut dengan sistem tata buku tunggal.

Pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali.

Transasksi yang berakibat ditambahkannya kas akan dicatat disisi

penerimaan di dalam Buku Kas Umum (BKU) sedangkan transaksi yang

berakibat kurangnnya kas akan dicatat disisi pengeluaran di dalam Buku

Kas Umum. Single entry ini disebut dengan pembukuan, sedangkan dalam

akuntansi sistem pencatatan yang digunakan adalah sistem double entry

atau triple entry.


25

2. Double Entry

Sistem pencatatan double entry disebut sistem tata buku berpasangan.

Pencatatan transaksi ekonomi dua kali, dalam arti, bahwa setiap transaksi

minimal akan mempengaruhi dua perkiraan, yaitu disisi debit dan satu

disisi kredit. Setiap Pencatatan harus menjaga keseimbangan antara sisi

debit dan sisi kredit dari persamaan dasar akuntansi. Pencatatan dengan

sistem double entry sering disebut dengan istilah menjurnal. Pada masa

sebelum reformasi, sistem pencatatan yang dilakukan oleh akuntansi

keuangan daerah adalah sistem tata buku tunggal (single entry). Tetapi

setelah reformasi yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 105/2000, sistem pencatatan yang digunakan adalah sistem

pencatatan double entry.

3. Triple Entry

Sistem pencatatan triple entry adalah sistem pencatatan yang

menggunakan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku

anggaran. Pencatatan pada buku anggaran ini merupakan pencatatan

tentang anggaran yang telah digunakan sesuai dengan pencatatan pada

double entry. Dengan adanya pencatatan ini maka dapat dilihat sisa

anggaran untuk masing-masing komponen yang ada di anggaran

pendapatan belanja daerah. Pencatatan dengan sistem triple entry ini

dilaksanakan saat pencatatan double entry dilaksanakan, maka sub bagian

keuangan pemerintah daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku

anggaran. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa Akuntansi

keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan berpasangan (double


26

entry) artinya bahwa setiap transaksi akan mempengaruhi dua perkiraan,

yaitu disisi debit dan satu disisi kredit.

2.1.4.6 Basis Akuntansi Pemerintahan

Dalam proses pencatatan dibutuhkan basis akuntansi dalam menentukan

kapan transaksi atau kejadian harus diakui. Basis akuntansi pada umumnya ada

dua yaitu basis kas dan basis akrual. Menurut Darise (2008:38) pengertian basis

akuntansi adalah sebagai berikut :

“Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan

kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan

pelaporan keuangan”.

Adapun basis akuntansi keuangan daerah mengacu pada basis akuntansi

pemerintahan. Menurut Rasdianto (2013:10) terdiri dari tiga basis yaitu sebagai

berikut :

1. Akuntansi berbasis kas

Akuntansi berbasis kas adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat

transaksi keuangan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus

pengukurannya pada saldo kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan.

Keterbatasan sistem akuntansi ini adalah keterbatasan informasi yang

dihasilkan karena terbatas pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi tidak

memperlihatkan pertanggungjawaban manajemen atas aktiva dan

kewajiban.
27

2. Akuntansi berbasis akrual

Akuntansi berbasis akrual adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat

transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat

perolehan. Fokus sistem akuntansi ini pada pengukuran sumber daya

ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas. Dalam akuntansi

akrual informasi yang dihasilkan jauh lebih lengkap dan menyediakan

informasi yang lebih rinci mengenai aktiva dan kewajiban. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan, telah mewajibkan laporan keuangan pemerintah

menggunakan basis akrual, sedangkan Peraturan Pemerintah Republik 20

Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan

masih menggunakan basis akuntansi kas menuju akrual.

3. Akuntansi berbasis kas menuju akrual

Basis akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan pemerintah,

yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan

pembiayaan, sedangkan basis akrual digunakan untuk pengakuan aset,

kewajiban, dan ekuitas dana. Berdasarkan penjelasan diatas dapat

dikatakan bahwa penyusunan laporan keuangan pada pemerintah daerah

wajib menggunakan basis akrual sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan.
28

2.1.5 Siklus Akuntansi

Menurut Rasdianto (2013:6) mengatakan akuntansi adalah suatu sistem,

suatu sistem mengelola input (masukan) dan menjadi output (keluaran). Input

sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau

formulir. Outpunya adalah laporan keuangan. Menurut Rasdianto (2013:6)

pengertian sikulus akuntansi adalah sebagai berikut :

“Sistem akuntansi keuangan daerah dapat dijelaskan secara rinci melalui

siklus akuntansi. Siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan yang ada dalam

sistem akuntansi”.

Menurut Darise (2008:41) pengertian sikulus akuntansi adalah sebagai

berikut:

“Untuk dapat memahami penyusunan laporan keuangan harus terlebih

dahulu memahami siklus akuntansi”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

siklus akuntansi terdiri dari tahap-tahapan dalam penyusunan laporan keuangan.

Adapun tahap-tahap siklus akuntansi pemerintahan menurut Rasdianto (2013:6)

yaitu sebagai berikut :

1. Dokumentasi transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis

transaksi keuangan tersebut

2. Pencatatan transaksi ke dalam buku jurnal

3. Meringkas (mem-posting) transaksi keuangan yang telah dijurnal dalam

buku besar

4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan memindah-kan

saldo-saldo buku besar neraca saldo


29

5. Melakukan penyesuaian buku besar pada informasi yang paling up to date

6. Menentukan saldo buku besar setelah disesuaikan

7. Menyusun laporan keuangan

8. Menutup buku besar

9. Menentukan saldo buku besar dan menuangkan dalam neraca saldo setelah

tutup buku

2.1.6 Indikator Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Pemendagri No.59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah mengatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah meliputi

1. Pencatatan

1) Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran dalam bentuk bukti

transaksi dan bukti pencatatan

2) Kegiatan pencatatan bukti transaksi dalam buku harian atau jurnal

3) Memindahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau

jenisnya ke dalam akun buku besar.

2. Pengikhtisaran

1) Penyusunan neraca saldo berdasarkan akun buku besar pada akhir

periode akuntansi yaitu suatu daftar yang memuat nama akun atau

rekening beserta jumlah saldonya selama periode tertentu, diambil dari

buku besar
30

2) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian yaitu menyesuaikan akun-akun

pada akhir periode yang belum menyajikan informasi yang paling up to

date

3) Penyusunan kertas kerja atau neraca lajur yaitu neraca lajur merupakan

alat pembantu penyusunan laporan keuangan

4) Pembuatan ayat jurnal penutup yaitu prosedur jurnal penutup diposting

ke akun-akun bersangkutan sehingga setelah diposting, akun nominal

akan nol

5) Pembuatan neraca saldo setelah penutupan yaitu neraca yang berisi

daftar akun riil yang dibuat yang dibuat setelah dilakukan penutupan

6) Pembuatan ayat jurnal pembalik yaitu apabila diperlukan setelah

pembuatan neraca saldo setelah penutupan, dibuat ayat jurnal pembalik

3. Pelaporan

Setelah proses selesai, maka dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD, entitas pelaporan menyusun laporan keuangan.

2.1.7 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.1.7.1 Pengertian Akuntabilitas

Menurut Tanjung (2008:9) pengertian akuntabilitas adalah sebagai berikut

“Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber

daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas

pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.”


31

Menurut Mardiasmo (2009:20) pengertian akuntabilitas adalah sebagai

berikut :

“Akuntablilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent)


untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut.”

Menurut PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

menyebutkan pengertian akuntabilitas adalah sebagai berikut :

“Akuntabilitas mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

akuntabilitas sektor publik memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan

kegiatan pemerintahan karena akuntabilitas itu merupakan pertanggungjawaban

kepada masyarakat yang harus dilakukan oleh pemegang amanah (agent) yang

bertujuan memberikan pertanggungjawaban.

2.1.7.2 Jenis-Jenis Akuntabilitas

Menurut Mardiasmo (2009:21) akuntabilitas publik terdiri atas dua

macam, yaitu sebagai berikut :

1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)

Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan

dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-

unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban


32

pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada

MPR.

2. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability)

Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban kepada

masyarakat luas.

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik

terdiri atas beberapa aspek. Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh

lembaga-lembaga publik tersebut antara lain menurut Mardiasmo (2009:21) terdiri

dari:

1. Akuntabilitas kejujuran dan Akuntabilitas hukum (accountibility for

probity and legality)

Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan

penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan

akuntabilitas hukum (legal accountability) terkait dengan jaminan adanya

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam

penggunaan sumber dana publik.

2. Akuntabilitas proses (process accountability)

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan

dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem

informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur

administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian

pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan

pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat dilakukan,

misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan


33

lain di luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan

pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan

kelambanan dalam pelayanan.

3. Akuntabilitas program (program accountability)

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang

ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan

alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang

minimal.

4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah,

baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil

pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

2.1.7.3 Ciri-Ciri Akuntabilitas

Menurut Sadeli (2008:104) menyatakan ciri-ciri akuntabilitas yang

berkualitas adalah sebagai berikut :

1. Akuntabilitas keuangan berisi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan

Akuntabilitas keuangan berisi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan

pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang digunakan untuk

menjalankan program dan aktivitas pemerintahan, apakah sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

2. Akuntabilitas keuangan berisi penilaian kinerja keuangan

Akuntabilitas keuangan harus berisi pengungkapan penilaian kinerja

keuangan dari aspek ekonomis, efisiensi dan efektivitas serta


34

pengungkapan penilaian pencapaian tujuan (output) yang telah dibiayai,

dengan manfaat yang dirasakan atas pencapaian tujuan tersebut (outcome).

3. Akuntabilitas keuangan dibangun berdasarkan sistem informasi yang andal

Akuntabilitas keuangan dibangun berdasarkan sistem informasi yang

andal. Informasi yang andal (reliable informasi) sangat diperlukan untuk

melakukan evaluasi terhadap kinerja dan mengidentifikasi risiko.

Reliabilitas informasi akan tumbuh dengan minimnya tingkat kesalahan

penyajian data, tingginya ketaatan terhadap peraturan yang berlaku, dan

netritas dalam pengungkapan.

4. Akuntabilitas keuangan harus dinilai secara objektif dan independen

Untuk menjamin reliabilitas informasi yang terdapat pada akuntabilitas

keuangan perlu adanya pihak ketiga yang melakukan pemeriksaan atas

keandalan informasi yang disajikan dalam akuntabilitas. Adanya penilaian

yang objektif dan independen atas akuntabilitas keuangan merupakan ciri

dari akuntabilitas yang efektif.

2.1.7.4 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi yang

telah dilakukan. Menurut Bastian (2010:9) pengertian laporan keuangan adalah

sebagai berikut :

“Hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang

berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang

berkepentingan.”
35

Menurut Mahmudi (2011:143) pengertian laporan keuangan adalah

sebagai berikut :

“Output dari sistem akuntansi yang bermanfaat untuk pemberian informasi

bagi pihak-pihak yang akan menjadikan informasi keuangan tersebut

sebagai dasar pembuatan keputusan.”

Menurut Rasdianto (2013:21) pengertian laporan keuangan adalah sebagai

berikut :

“Laporan keuangan pemerintah daerah adalah suatu hasil dari proses


pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi
(keuangan) dari entitas akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah
yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan entitas akuntansi dan pengambilan keputusan
ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukannya.”

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa laporan

keuangan adalah proses akuntansi yang terstruktur dalam suatu periode akuntansi

yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak.

2.1.7.5 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PP No.71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

dalam Rasdianto (2013:21) menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan secara

umum dan khusus adalah sebagai berikut :

“Tujuan laporan keuangan pemerintah daerah secara umum adalah


menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas
pelaporan yang bermamfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya”.

“Tujuan laporan keuangan pemerintah daerah secara khusus adalah


menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang
dipercayakannya kepadanya”.
36

Berdasarkan tujuan yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa

tujuan laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan

yang berguna untuk mengambil keputusan.

2.1.7.6 Karakteristik Laporan Keuangan

Menurut PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

mengemukakan bahwa :

“Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif

yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat

memenuhi tujuannya.”

Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang

diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang

dikehendaki, yaitu sebagai berikut :

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat

didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu

mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan

memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil

evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan

keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud

penggunaannya. Informasi yang relevan, yaitu :

1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

2) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau

mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.


37

3) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang

akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

4) Tepat waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan

berguna dalam pengambilan keputusan.

5) Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap

mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala

yang ada. Informasi yang melatar belakangi setiap butir informasi

utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas

agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,

serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau

penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut

secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi

karakteristik, yaitu:

1) Penyajian jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa

lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat

diharapkan untuk disajikan


38

2) Dapat diverifikasi (verifiability)

Informasi disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila

pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya

tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

3) Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada

kebutuhan pihak tetentu.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika

dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau

laporan keuangan entitas laporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat

dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat

dilakukan bila entitas diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi

yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat

dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan

akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan

akuntansi yang lebih baik dari pada kebijakan akuntansi sekarang

diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya

perubahan.

4. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan

dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan


39

lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna

untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

2.2 Kerangka Pemikiran

Good governace merupakan function of governing, salah satunya

mengandung prinsip untuk memberikan pelayanan masyarakat yang baik oleh

jajaran pemerintah dalam segala aspek kehidupan. Menurut Lembaga

Administrasi Negara pada dasarnya good governance merupakan

penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta

efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di

antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat (Kurniawan,

2005:16).

Otonomi daerah dilaksanakan sesuai dengan landasan hukum yang

mengaturnya yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004) dan Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999),

kedua landasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan

dengan pemerintah pusat dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat serta telah membuka

jalan bagi pelaksanaan reformasi sektor publik di Indonesia. Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 mengenai Keuangan Negara mengatur antara lain

pengelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawabannya.


40

Bentuk pertanggungjawaban tersebut diperlukan penerapan sistem

pelaporan keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip

transparansi dan akuntabilitias. Laporan keuangan sektor pubik merupakan

komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik. Adanya

tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik

menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan

informasi kepada kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang

berupa laporan keuangan (Mardiasmo, 2005:159).

Menurut PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

menyebutkan pengertian akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan

pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada

entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Sedangkan laporan keuangan adalah pemerintah daerah adalah suatu hasil dari

proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi

(keuangan) dari entitas akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah yang

dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan entitas akuntansi dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak

yang memerlukannya (Rasdianto, 2013:21).

Dalam menyajikan laporan keuangan yang berkualitas dibutuhkan adanya

suatu standar akuntansi bagi pemerintah sebagai pedoman dalam menyusun dan

menyajikan informasi keuangan yang berkualitas. Hal ini dijelaskan dalam PP

Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang merupakan

persyaratan yang memiliki kekuatan hukum dalam upaya peningkatan kualitas

laporan keuangan pemerintah di Indonesia dan standar akuntansi pemerintahan


41

adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan pemerintahan.

Sistem akuntansi pemerintahan merupapakan pedoman dalam menyeusun

laporan keuangan pemerintah daerah. Untuk mendukung dalam proses

penyusunan laporan keuangan daerah, maka dibutuhkan suatu sistem akuntansi

keuangan daerah yang merupakan bagian dari akuntansi pemerintahan (Rasdianto,

2013:2). Menurut Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 pengertian sistem

akuntansi keuangan daerah adalah rangkaian sistematik dari prosedur,

penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi

sejak analis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi

pemerintah.

Salah satu tujuan akuntansi pemerintahan adalah pertanggungjawaban.

Dalam hal ini sistem akuntansi keuangandaerah yang merupakan bagian dari

akuntanis pemerintahan memeiliki tujuan pertanggungjawaban yaitu memberikan

informasi keuangan yang lengkap, cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat

yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan operasi

unit-unit pemerintahan (Darise, 2008:28). Dengan adnaya sistem akuntansi

keuangan daerah, maka diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas laporan

keuangan pemerintah daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud menggambarkannya

dalam suatu bagan kerangka pemikiran danm paradigma pemikiran sebagai

bentuk alur pemikiran dari peneliti yaitu sebagai berikut :


42

Sistem Akuntansi Akuntabilitas Laporan


Keuangan Daerah Keuangan Pemerintah Daerah
(X) (Y)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran
43

Otonomi Daerah

UU No 23 Tahun 2014 UU No 33 Tahun 2004

Reformasi sektor publik di Indonesia

UU No.17 Tahun 2003

Pengelolaan Kuangan Daerah dan Pertanggungjawabannya

Laporan Keuangan Daerah

PP No.71 Tahun 2010

Laporan Keuangan Yang Berkualitas

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah

Gambar 2.2

Paradigma Pemikiran
44

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang sehubungan dengan penelitian ini dapat

diikhtisarkan sebagai berikut:

Table 2.1
Riview Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Dita Tria Pengaruh Penerapan Hasil Penelitian menunjukan bahwa


Sistem Akuntabilitas penerapan sistem akuntansi keuangan
Anandita
Laporan Keuangan daerah di pemerintah Kota Bandung
(2015) Terhadap Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap
Laporan Keuangan Pada akuntabilitas laporan keuangan. Hal ini
Pemerintah Kota Bandung didasarkan dari hasil pengujian dengan
menggunakan uji t yang memberikan
hasil laporan keuangan berpengaruh
sebesar 58,2 %
2. Anggi Penerapan Sistem Berdasarkan hasil penelitian dan
Akuntansi Keuangan pembahasan yang telah dilakukan
Chyntia
Daerah Guna mewujudkan penulis yaitu sistem akuntansi
Dewi Transparansi dan keuangan daerah (SAKD) terhadap
Akuntabilitas Laporan akuntabilitas laporan keuangan yang
(2011)
Keuangan pada Dinas ditetapkan pada Dinas Pendapatan
Pendapatan Pengelolaan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Bandung Barat
Daerah di Kabupaten sudah memadai namun masih terdapat
Bandung Barat. kelemahan diantaranya dalam sistem
pencatatannya masih menggunakan
single entry accounting sehingga
apabila terjadi kesalahan dalam
pembukuan sulit untuk menemukan
kesalahan pembukuan terjadi dan sulit
untuk di kontrol.
45

3. Nurul Penerapan Sisitem Bahwa sistem akuntansi keuangan


Akuntansi Keuangan daerah yang diterapkan oleh
Andayani
Daerah Dalam pemerintah daerah Kabupaten
Insani Mewujudkan Tangerang menggunakan pencatatan,
Akuntabilitas Keuangan pengakuan dan pelaporan akuntansi
(2007)
Pemerintah Daerah pada dengan metode kas modifikasi dan
Kabupaten Tanggerang. double entry accounting serta telah
mampu melaporkan laporan keuangan
sesuai periode pelaporan. Hal ini
didasarkan dari hasil pengujian dengan
menggunakan uji t yang memberikan
hasil signifikan pada tingkat
kepercayaan 95%.
4. Jeria Penerapan Sistem Hasil Penelitian mengenai
Akuntansi Keuangan permasalahan penerapan sistem
Handayani
Daerah (SAKD) dalam akuntansi keuangan daerah memiliki
(2007) mewujudkan Transparansi pengaruh yang sedang terhadap
dan Akuntabilitas Laporan transparansi dan akuntabilitas laporan
Keuangan pada keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini
Kabupaten/Kota di dikarenakan masih banyaknya
Privinsi Jawa Tengah kesulitan dalam melaksanakan sistem
sistem akuntansi keuangan daerah,
seperti di beberapa daerah yang belum
melaksanakan sistem akuntansi
keuangan daerah (SAKD) secara
keseluruhan dan belum
mempublikasikan laporan
keuangannya kepada masyarakat.
5. Merlin A. Pengaruh Penerapan Hasil Penelitian menunjukan bahwa
Sistem Akuntabilitas penerapan sistem akuntansi keuangan
Gala
Laporan Keuangan daerah di pemerintah Kabupaten
(2013) Terhadap Gorontalo berpengaruh positif
Akuntabilitas Laporan terhadap akuntabilitas laporan
Keuangan Pada keuangan. Hal ini didasarkan dari hasil
Pemerintah Kabupaten pengujian dengan menggunakan uji t
Gorontalo yang memberikan hasil signifikan pada
tingkat kepercayaan
95%.
46

2.3 Hipotesis Penelitian

Sistem akuntansi keuangan daerah adalah sistem akuntansi yang meliputi

proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian

keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan anggaran

pendapatan belanja daerah (APBD) (Rasdianto, 2013:6). Sistem akuntansi

pemerintah daerah yang disusun dalam rangka menjamin bahwa siklus akuntansi

bisa berjalan dengan baik tanpa ada gangguan dan masalah, sebab apabila ada

masalah pada salah satu bagian saja dari siklus akuntansi tersebut bisa berakibat

laporan keuangan keuangan yang dihasilkan kurang berkualitas (Mahmudi,

2010:27).

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan

dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi yang handal

(Mardiasmo, 2004:35). Jika belum memahami sistem akuntansi, maka belum

memahami penyusunan laporan keuangan, karena akuntansi pada dasarnya

merupakan sistem pengolahan informasi yang menghasilkan keluaran berupa

informasi akuntansi atau laporan keuangan (Bastian, 2007:4). Pada dasarnya

sistem akuntansi merupakan suatu kesatuan yang apabila tidak diterapkan atau ada

satu bagian sistem yang tidak diterapkan maka sulit untuk memperoleh

karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah daerah sesuai SAP yakni

relevan, andal, dapat dipahami, dan dapat dibandingkan (Mulyanto, 2009).

Akuntabilitas publik akan tercapai dengan dilaksanakannya sistem

akuntansi keuangan daerah yang baru sesuai dengan paradigma good governance

(Febriani, 2011). Sistem akuntansi keuangan daerah berdasarkan PP No.58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai substansi usaha-usaha untuk


47

meningkatkan akuntabilitas daerah dan transparansi melalui pembangunan sistem

akuntansi keuangan daerah. Selain itu, PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah tersebut juga merupakan peraturan pelaksana dari undang-

undang yang komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari paket reformasi

regulasi keuangan negara khusunya mengenai penerapannya di pemerintahan

daerah yang mencakup tentang perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan,

penatausahaan keuangan daerah, dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Oleh

karena itu, khusus mengenai akuntansi di pemerintahan daerah sistem akuntansi

keuangan daerah merupakan bagian dari akuntabilitas publik.

Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan suatu dasar yang harus

dipahami oleh aparatur pemerintah daerah dalam menysusun laporan keuuangan

yang berkualias. Dengan adanya sistem akuntansi keuangan daerah, diharapkan

pemerintah daerah dapat meningkatkan akunatbilitas laporan keuangan

pemerintah daerah. Semakin tinggi penerapan sistem akuntansi keuangan daerah,

maka semakin tinggi akunatbilitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Ho : Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap

akuntabilitas laporan keuangan daerah.

Ha : Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap

akuntabilitas laporan keuangan daerah.

Anda mungkin juga menyukai