TINJAUAN TEORI
2. Manifestasi Klinik
a. Manifestasi klinik yang sering muncul
1) Pusing
2) Mudah berkunang-kunang
3) Lesu
4) Aktivitas berkurang
7
5) Rasa mengantuk
6) Susah konsentrasi
7) Cepat Lelah
8) Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
b. Gejala khas masing-masing anemia
1) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan,
anemia defisiensi besi.
2) Icterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin
buncit pada anemia hemolitik.
3) Mudah infeksi pada anemia aplastic dan anemia karena keganasan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulsus celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
perbesaran jantung.
2) Manifestasi khusus pada anemia:
a) Defisiensi besi: spoon nail, glositis
b) Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai
c) Aplastic: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi
3. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease
entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar
(underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1).
Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 2). Kehilangan
darah keluar tubuh (perdarahan); 3). Proses penghancuran eritrosit oleh
tubuh sebelum waktunya (hemolisis). Gambaran lebih rinci tentang
etiologi anemia sebagai berikut:
Klasifikasi anemia menurut Etiopatogenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsung
tulang
8
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia defisiensi asam folat
c) Anemia defisiensi vitamin B12
2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sideroblastic
3) Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastic
b) Anemia mieloptisik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritropoietik
e) Anemia pada sindrom mielodisplastik
f) Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal
ginjal kronik
b. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakorpuskular
a) Gangguan membrane eritrosit (membranopati)
b) Gangguan enzim eritrosit (enzimipati): anemia akibat
defisiensi G6PD (Glukosa-6-Posfat-Dehidrogenase)
c) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
- Thalassemia
- Hemoglobinopati structural: HbS, HbE, dll.
2) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
a) Anemia hemolitik autoimun
b) Anemia hemolitik mikroangiopatik
9
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahuiatau dengan patogensis yang
komplek
10
4. Patofisiologi
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan
juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai factor penggiat. Zat besi
yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro
(sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase).
Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatic)
sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya
simpanan zat besi (ferritin) dan bertambahnya absorbs zat besi yang
digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap
yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya
kejenuhan transferrin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah
menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar faritin serum.
Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu kadar Rb.
(Guterie, 186:303)
Bila sebagian dari ferritin jaringan meninggalkan sel akan
mengakibatkan konsentrasi ferritin serum rendah. Kadar ferritin serum
dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan
demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang
tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar ferritin serumnya <12
ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar ferritin serum
normal tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal.
Karena status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar
feritin.
Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrinning dengan
cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah
(MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan acuan
batasan terendah 95%. (Dallman, 1990)
11
12
5. Klasifikasi
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel
dan haemoglobin yang dikandungnya.
a. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar
dan jumlah haemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis
anemia makrositik, yaitu:
1) Anemia megaloblastic, adalah kekurangan vitamin B12, asam
folat, dan gangguan sintesis DNA.
2) Anemia non megaloblastic, adalah eritropolesis yang dipercepat
dan peningkatan luas permukaan membran.
b. Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta
gangguan matebolisme besi lainnya.
c. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume
plasma yang berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan
endokrin, ginjal dan hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap
kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya
anemia dan bentuk morfologi pada anemia tersebut. Pemeriksaan
ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini:
kadar haemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCH, dan MCHC),
apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju
endap darah (LED), dan hitung retikulosit.
13
3) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan
informasi mengenai keadaan system hematopoesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
mengomfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini:
a) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC (Transferin Iron
Binding Capacity), saturasi transferrin, dan feritin serum.
b) Anemia megaloblastic: asam folat darah/ ertrosit, vitamin B12.
c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
d) Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik.
e. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Raction,
FISH = Fluorescence In Situ Hybridization).
7. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mancari penyebab dan
mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
a. Anemia aplastic
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosuprasif
dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur
sentral selama 7 – 10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum
tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC
randah leukosit dan platelet.
14
b. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
c. Anemis pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mandasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
d. Anemia pada defiseiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberikan sulfas ferosus 3x10mg/hari. Tranfusi darah diberikan bila
kadar Hb <5gr%.
e. Anemia megaloblastic
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila defisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak
tersedianya factor intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
3) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat
3x5mg/hari.
4) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan
absorbsi, penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat
1mg/hari secara IM.
f. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfuse darah dan plasma. Dalam keadaan
darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang
tersedia.
g. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfuse darah menggantikan darah yang
hemolisis.
15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas diri
Masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat
menjadi penunjang informasi dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien anemia biasanya
5L, lemah, letih, lesu, lemas dan lunglai.
16
e. Aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas/istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktifitas,
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan
rendah, kebutuhsan untuk istirahat dan tidur lebih banyak.
2) Makanan/cairan
Nafsu makan menurun, mual/muntah, berat badan menurun.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea,
vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
2) System pernafasan
Dispneu.
3) System cardiovaskuler
Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
4) System gastrointestinal
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
Anoreksia.
5) System persyarafan
Penglihatan kabur, perdarahan retina.
Vertigo, tinitus.
Nyeri kepala, bingung, mental depresi, cemas.
6) System Integumen
Kulit kering, kuku rapuh.
7) System muskuloskletal
Nyeri pinggang, nyeri sendi.
17
2. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien anemia didapat diagnosa sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan
transfer oksigen ke paru
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi
Hb dan darah, suplai oksigen berkurang
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
yang kurang, anoreksia
d. Nyeri akut b.d perubahan frekuansi jantung
e. Deficit perawatan diri b.d kelemahan fisik
f. Resiko infeksi b.d penurunan haemoglobin
g. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, proses metabolisme yang terganggu
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan pola NOC : NIC :
nafas Respiratory status : - Airway Management
Ventilation - Buka jalan nafas, guanakan
Definisi : Pertukaran udara Respiratory status : teknik chin lift atau jaw thrust
inspirasi dan/atau ekspirasi Airway patency bila perlu
tidak adekuat Vital sign Status - Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : - Identifikasi pasien perlunya
Penurunan tekanan Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan suara buatan
Penurunan pertukaran nafas yang bersih, tidak - Pasang mayo bila perlu
udara per menit ada sianosis dan dyspneu - Lakukan fisioterapi dada jika
Menggunakan otot (mampu mengeluarkan perlu
pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas - Keluarkan sekret dengan batuk
18
Perubahan penyimpangan merasa tercekik, irama - Berikan bronkodilator bila
dada nafas, frekuensi perlu
Nafas pendek pernafasan dalam - Berikan pelembab udara Kassa
Assumption of 3-point rentang normal, tidak basah NaCl Lembab
position ada suara nafas - Atur intake untuk cairan
berlangsung sangat lama rentang normal (tekanan - Monitor respirasi dan status O2
19
Obesitas - Monitor suara paru
Posisi tubuh - Monitor pola pernapasan
Kelelahan otot pernafasan abnormal
20
ketungkai saat tungkai jelas dan sesuai dengan
diturunkan kemampuan
Kelambatan Menunjukkan perhatian,
penyembuhan luka konsentrasi dan orientasi
perifer Memproses informasi
Penurunan nadi Membuat keputusan
Edema dengan benar
Faktor Yang
Berhubungan :
Kurang pengetahuan
tentang faktor pemberat
(mis, merokok, gaya
hidup monoton, trauma,
obesitas, asupan garam,
imobilitas)
Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
(mis, diabetes,
hiperlipidemia)
Diabetes melitus
Hipertensi
Gaya hidup monoton
Merokok
21
3 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh Nutritional Status : food - Kaji adanya alergi makanan
and Fluid Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Asupan nutrisi Nutritional Status: untuk menentukan jumlah
tidak cukup untuk nutrient Intake kalori dan nutrisi yang
memenuhi kebutuhan Weight control dibutuhkan pasien.
metabolik - Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
Batasan Karakteristik: Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
Kram abdomen berat badan sesuai meningkatkan protein dan
Nyeri abdomen dengan tujuan vitamin C
Menghindari makanan Berat badan ideal sesuai - Berikan substansi gula
Berat badan 20% atau dengan tinggi badan - Yakinkan diet yang dimakan
22
Mengeluh asupan - Monitor lingkungan selama
makanan kurang dan makan
RDA (recommended - Jadwalkan pengobatan dan
daily allowance) perubahan pigmentasi
Cepat kenyang setelah - Monitor turgor kulit
makan - Monitor kekeringan, rambut
Sariawan rongga mulut kusam, dan mudah patah
menelan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
Berhubungan : konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
Faktor biologis
nutrisi
Faktor ekonomi
- Catat adanya edema, hiperemik,
Ketidakmampuan untuk
hipertonik papila lidah dan
mengabsorbsi nutrien
cavitas oral.
Ketidakmampuan untuk
- Catat jika lidah berwarna
mencerna makanan
magenta, scarlet
Ketidakmampuan
menelan makanan
Faktor psikologis
4 Nyeri akut NOC NIC
· Pain Level, Pain Management
Definisi : Pengalaman · Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
sensori dan emosional yang· Comfort level secara komprehensif termasuk
tidak menyenangkan yang lokasi, karakteristik, durasi
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
jaringan yang aktual atau Mampu mengontrol presipitasi
potensial atau digambarkan nyeri (tahu penyebab - Observasi reaksi nonverbal dan
dalam hal kerusakan nyeri, mampu ketidaknyamanan
sedemikian rupa menggunakan tehnik - Gunakan teknik komunikasi
(International Association nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
for the study of Pain): mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
23
awitan yang tiba-tiba atau mencari bantuan) - Kaji kultur yang mempengaruhi
lambat dan intensitas ringan Melaporkan bahwa nyeri respon nyeri
hingga berat dengan akhir berkurang dengan - Evaluasi pengalaman nyeri
yang dapat diantisipasi atau menggunakan masa lampau
diprediksi dan berlangsung manajemen nyeri - Evaluasi bersama pasien dan
<6 bulan. Mampu mengenali nyeri tim kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri
Batasan Karakteristik: frekuensi dan tanda masa Iampau
Perubahan selera makan nyeri) - Bantu pasierl dan keluarga
Perubahan tekanan darah Menyatakan rasa untuk mencari dan menemukan
Perubahan frekwensi nyaman setelah nyeri dukungan
jantung berkurang - Kontrol lingkungan yang dapat
24
dengan orang dan - Cek instruksi dokter tentang
lingkungan) jenis obat, dosis, dan frekuensi
Indikasi nyeri yang dapat - Cek riwayat alergi
diamati - Pilih analgesik yang diperlukan
Perubahan posisi untuk atau kombinasi dari analgesik
menghindari nyeri ketika pemberian lebih dari satu
Sikap tubuh melindungi - Tentukan pilihan analgesik
25
mengambil perlengkapan untuk eliminasi tidur atau di kamar mandi
mandi Perawatan diri : - Menyediakan artikel pibadi yang
Ketidakmampuan Aktivitas kehidupan diinginkan (misalnya, deodoran,
menjangkau sumber air sehari-hari (ADL) sekat gigi, sabun mandi, sampo,
Ketidakmampuan mampu untuk lotion, dan produk aromaterapi)
mengatur air mandi melakukan aktivitas - Menyediakan lingkungan yang
Ketidakmampuan perawatan fisik dan terapeutik dengan memastikan
membasuh tubuh pribadi secara mandiri hangat, santai, pengalaman
Faktor Yang atau dengan alat bantu pribadi, dan personal
Berhubungan : Perawatan diri Mandi : - Memfasilitasi gigi pasien
26
verbal kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan
hygiene oral
6 Risiko Infeksi NOC NIC
Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Mengalami Knowledge : Infection infeksi)
peningkatan resiko terserang control - Bersihkan lingkungan setelah
organisme patogenik Risk control dipakai pasien lain
Faktor Resiko : - Pertahankan teknik isolasi
Penyakit kronis. Kriteria Hasil: - Batasi pengunjung bila perlu
Diabetes melitus Klien bebas dari tanda - Instruksikan pada pengunjung
Obesitas dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat
Pengetahuan yang tidak Mendeskripsikan proses berkunjung dan setelah
cukup untuk penularan penyakit, berkunjung meninggalkan
menghindari pemanjanan faktor yang pasien
patogen. mempengaruhi - Gunakan sabun antimikrobia
Pertahanan tubuh primer penularan serta untuk cuci tangan
yang tidak adekuat. penatalaksanaannya - Cuci tangan setiap sebelum dan
Gangguan peritalsis Menunjukkan sesudah tindakan keperawatan
27
imunitas didapat tidak WBC
adekuat, agen - Monitor kerentangan terhadap
farmaseutikal termasuk infeksi
imunosupresan, steroid, - Batasi pengunjung
antibodi monoklonal, - Sering pengunjung terhadap
imunomudulator) penyakit menular
Supresi respon inflamasi - Pertahankan teknik aspesis
Vaksinasi tidak adekuat pada pasien yang beresiko
Pemajanan terhadap - Pertahankan teknik isolasi k/p
patogen lingkungan - Berikan perawatan kulit pada
meningkat area epidema
Wabah - Inspeksi kulit dan membran
Prosedur invasif mukosa terhadap kemerahan,
Malnutrisi panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
7 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Energy conservation Activity Therapy
Definisi: Ketidakcukupan Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga
energi psikologis atau Self Care : ADLs rehabilitasi medik dalam
fisiologis untuk melanjutkan merencanakan program terapi
atau menyelesaikan Kriteria Hasil : yang tepat
aktifitas kehidupan sehari- Berpartisipasi dalam - Bantu klien untuk
hari yang harus atau yang aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi aktivitas yang
ingin dilakukan. disertai peningkatan mampu dilakukan
28
tekanan darah, nadi dan - Bantu untuk memilih aktivitas
Batasan Karakteristik : RR konsisten yang sesuai dengan
Respon tekanan darah Mampu melakukan kemampuan fisik, psikologi dan
abnormal terhadap aktivitas sehari-hari social
aktivitas (ADLs) secara mandiri - Bantu untuk mengidentifikasi
Respon frekwensi Tanda-tanda vital normal dan mendapatkan sumber yang
jantung abnormal Energy psikomotor diperlukan untuk aktivitas yang
terhadap aktivitas Level kelemahan diinginkan
Perubahan EKG yang Mampu berpindah: - Bantu untuk mendapatkan alat
mencerminkan aritmia dengan atau tanpa bantuan aktivitas seperti kursi
29