Anda di halaman 1dari 2

Liputan6.

com, Toyohashi - Sebuah alat yang dapat membaca pikiran seseorang dengan
mendeteksi gelombang otak tengah dikembangkan. Hal tersebut memungkinkan orang yang
menderita Locked in Syndrome (LIS)--yang membuat penderitanya tidak bisa bergerak--dapat
berkomunikasi.

Pernyataan penelitian yang dikeluarkan oleh Toyohashi Univeristy of Technology di Jepang


mengatakan, instrumen tersebut akan menjadi alat yang efektif untuk membaca pikiran seseorang
dan dapat digunakan dalam waktu dekat.

Para peneliti memperkirakan, alat tersebut juga dapat dioperasikan dengan mudah melalui aplikasi
ponsel dalam lima tahun ke depan.

Instrumen tersebut didasarkan pada electroencephalogram (EEG), yakni alat untuk memonitor
gelombang otak seseorang ketika mereka berbicara.

Gelombang otak kemudian dicocokkan dengan suku kata dan angka menggunakan 'machine
learning', yakni proses yang digunakan untuk mengembangkan artificial intelligence (AI) atau
kecerdaan buatan.

Berdasarkan pernyataan Toyohashi Univeristy of Technology, para peneliti telah mengembangkan


teknologi yang dapat mengenali angka nol hingga sembilan dari gelombang otak dengan kekauratan
90 persen.

"Di saat yang sama, pengenalan 18 suku kata tunggal memiliki keakuratan 61 persen, mengalahkan
kinerja dalam penelitian sebelumnya," ujar pernyataan dari universitas tersebut seperti dikutip
dari Independent, Rabu (19/4/2017).

Namun peneliti menemui sejumlah kesulitan dalam mengembangkan alat tersebut.

"Hingga sekarang, penerjemahan sinyal EEG mengalami kesulitan dalam mengumpulkan cukup
data untuk mengizinkan penggunaan alogaritma berdasarkan 'deep learning' atau jenis mesin
belajar lain," ujar pernyataan tersebut.

"Kelompok peneliti saat ini telah mengembangkan kerangka penelitian berbeda, yang dapat meraih
performa tinggi dengan sekumpulan data pelatihan kecil."

Saat ini para peneliti juga berencana mengembangkan "brain-computer interface" yang dapat
mengenali kata-kata yang dipikirkan.

"Teknologi ini memungkinkan orang cacat, yang kehilangan kemampuan bersuara atau
berkomunikasi, memperoleh kemampuannya sekali lagi," jelas pernyataan itu.

"Lebih jauh lagi, kelompok peneliti berencana mengembangkan alat yang dapat dioperasikan
dengan mudah dengan menggunakan elektroda yang lebih sedikit dan dihubungkan dengan ponsel
dalam lima tahun ke depan."

Dalam studi terpisah yang dilakukan pada awal tahun ini, diketahui bahwa aktivitas otak masih akan
berlanjut sekitar 10 menit setelah seseorang dinyatakan meninggal.
Ilmuwan Kembangkan Alat yang Dapat
Baca Pikiran Manusia
Ilmuan sedang mengembangkan alat yang dapat membaca pikiran manusia. Hal ini bisa
membuat para penderita Locked In Sindrom (LIS) yaitu penderita yang tidak dapat bergerak
akhirnya bisa berkomunikasi.

Para peneliti yang berasal dari Jepang tepatnya oleh Toyohashi Univeristy of Technology di
Jepang mengeluarkan pernyataan bahwa alat tersebut akan sangat berguna untuk dapat membaca
pikiran seseorang dan diharapkan dapat digunakan dalam waktu dekat.

Para peneliti juga memperkirakan bahwa dalam 5 tahun kedepan alat tersebut dapat di gunakan
dengan mudah melalui aplikasi ponsel.

Alat tersebut didasarkan pada electroencephalogram (EEG), yakni alat untuk memonitor gelombang
otak seseorang ketika mereka berbicara.

Kemudian gelombang otak dicocokkan dengan suku kata dan angka menggunakan 'machine
learning', yaitu proses yang digunakan untuk mengembangkan artificial intelligence (AI) atau
kecerdaan buatan.

Berdasarkan pernyataan para peneliti dari Toyohashi Univeristy of Technology, para peneliti telah
mengembangkan teknologi yang dapat mengenali angka nol hingga sembilan dari gelombang otak
dengan keakuratan 90 persen.

Namun, ternyata peneliti menemukan berbagai sejumlah kesulitan dalam mengembangkan alat
tersebut.

"Hingga sekarang, penerjemahan sinyal EEG mengalami kesulitan dalam mengumpulkan cukup
data untuk mengizinkan penggunaan alogaritma berdasarkan 'deep learning' atau jenis mesin
belajar lain.

Kelompok peneliti saat ini telah mengembangkan kerangka penelitian berbeda, yang dapat meraih
performa tinggi dengan sekumpulan data pelatihan kecil.

Saat ini para peneliti juga berencana mengembangkan "brain-computer interface" yang dapat
mengenali kata-kata yang dipikirkan.

"Teknologi ini memungkinkan orang cacat, yang kehilangan kemampuan bersuara atau
berkomunikasi, dapat memperoleh kemampuannya.

kelompok peneliti juga berencana mengembangkan alat yang dapat dioperasikan dengan mudah
dengan menggunakan elektroda yang lebih sedikit dan dihubungkan dengan ponsel dalam lima
tahun ke depan.

Dalam studi lain yang dilakukan pada awal tahun ini, ditemukan bahwa aktivitas otak masih akan
berlanjut sekitar 10 menit setelah seseorang dinyatakan meninggal.

Anda mungkin juga menyukai