Anda di halaman 1dari 2

Makna Kemanusiaan Anti Diskriminatif Menurut Soekarno

Humanisme atau kemanusiaan mengandung arti bahwa akal budi nurani manusia
merupakan pengendali atau main control atas setiap pemikiran dan tindakan seseorang.
Dimana akal budi nurani (humanisme) ditopang oleh nilai-nilai ketuhanan, rasa keadilan,
kehendak untuk merdeka dan hidup berdampingan secara damai dan penuh toleransi serta
kehidupan sosial yang berkemakmuran dan berkedaulatan. Semua itu adalah nilai universal
yang terkandung dalam paham kemanusiaan.

Berkali-kali dalam berbagai pidato dan uraian politiknya, Soekarno menerangkan


tentang makna kemanusiaan dalam pidato pancasila 1 Juni, beliau mengutip ungkapan
Mahatma Gandhi bahwa “My Nationalism is Humanity”; nasionalismeku adalah
kemanusiaan.

Kutipan tersebut memastikan bahwa Soekarno setuju dengan Mahatma Gandhi dalam
hal itu, walaupun terbukti Gandhi gagal menjaga keutuhan Negara India Raya yakni
terpisahnya India Barat menjadi Pakistan dan India Timur yang menjadi Bangladesh. Namun
jelas Soekarno menentang Nasionalisme Koboi (Jinggo Nasionalisme), atau Nasionalisme
Kolot Tertutup Merasa Benar Sendiri (Chauvinism) atau Nasionalisme Isolasionis yang serba
anti barat (Xenophobia). Nasionalisme Bung Karno adalah progresif revolusioner untuk cita-
cita politiknya. Bung karno menolak paham kebangsaan yang lembek dan ‘luwes’ untuk hal
yang bersifat ideologis. Nasionalisme Bung Karno adalah nasionalisme yang beridentitas
kebangsaan dan kesadaran yang tinggi.

Walau kebebasan adalah tema terpenting dalam humanisme, tapi kebebasan yang
diperjuangkan bukanlah kebebasan mutlak dan absolut (liberalisme). Kebebasan yang
diperjuangkan Bung Karno adalah kebebasan yang berkarakter manusiawi, yang
berperikemanusiaan. Kebebasan manusia dengan batas atau kaidah alam, sejarah dan
masyarakat. Dengan kata lain humanisme yang berkaitan dengan nilai kemerdekaan sebagai
unsur Hak Asasi Manusia.

Humanisme Bung Karno juga tidak menyangkal adanya faktor metafisik atau keilahian.
Sebagai substansi kemanusiaan, hal ini menghantar kita untuk bisa menjelajahi elemen
kemanusiaan secara kosmologis dan sufistik. Sebagaimana Soekarno sering mengutip ayat
bermacam kitab suci, samawi maupun bumi, dalam uraiannya tentang pancasila.

Lewat pemikiran – pemikiran beliaulah NKRI berdiri kokoh hingga hari ini. Di atas
pondasi (Pancasila) beragam suku terikat, beragam warna kulit bersatu, beragam Agama
saling menghormati, beragam budaya saling menghargai dalam satu bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Ada marhaenisme yang mengajarkan kita akan rasa senasib sepenanggungan. Rasa
yang timbul akibat kesewenang-wenangan kolonialisme barat pada rakyat Indonesia. Dan
Soekarno menjadi motor penggerak pergerakan-pergerakan Nasionalisme.
Ada juga prinsip non blok yang memilih sikap tidak memihak pada siapapun. Gerakan
non blok bukan menggambarkan Soekarno yang plin plan, melainkan lebih kepada
menunjukan sikap untuk tidak mendukung peperangan yang terus di kobarkan dua blok
sekutu. Karena perdamaian di atas dunia harus ditegakan.

Anda mungkin juga menyukai