Anda di halaman 1dari 12

Naskah Publikasi

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR


PERUT DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI
PADA SISWI SMA NEGERI 5 PALU
TAHUN 2016

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Diajukan oleh:

HASNA

N 101 13 027

Kepada

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
Maret 2017
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PERUT
DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI
PADA SISWI SMA NEGERI 5 PALU
TAHUN 2016

Hasna *, Indah Puspasari Kiay Demak**, Firman Hasan***

*Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas


Tadulako.
** Medical Education Unit, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Tadulako
***Staf Pengajar, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako

ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan menstruasi sering mempengaruhi kualitas hidup
remaja dan wanita dewasa muda serta dapat menjadi indikator masalah serius
salah satunya yaitu ketidakteraturan siklus menstruasi. Gangguan siklus
menstruasi menandakan adanya perubahan produksi hormon reproduks. pada
status gizi lebih (overweight dan obesitas) biasanya mengalami anovulatory
chronic atau menstruasi tidak teratur secara kronis, karena cenderung memiliki
sel – sel lemak yang berlebih, sehingga memproduksi estrogen yang berlebihan.
Sedangkan pada status gizi kurang (underweight) akan terjadi kekurangan berat
badan dan tidak mempunyai cukup sel lemak untuk memproduksi estrogen yang
dibutuhkan untuk ovulasi dan menstruasi sehingga bisa mengakibatkan siklus
menstruasi tidak teratur.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dan lingkar perut
dengan gangguan siklus menstruasi Siswi SMA Negeri 5 Palu
Metode: Pada penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara
probability sampling dengan stratified random sampling. Total sampel pada
penelitian ini adalah 105 orang. pengukuran indeks massa tubuh diperoleh dari
data tinggi badan dan berat badan dengan menggunakan mikrotoa dan timbangan,
sedangkan lingkar perut menggunakan pita pengukur. Data siklus menstruasi
diperoleh dari kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan
uji chi-square (α=0,05).
Hasil: Analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai probabilitas
(0,000<0,05) untuk hubungan indeks massa tubuh dengan gangguan siklus
menstruasi dan nilai probabilitas (0,000<0,05) untuk hubungan lingkar perut
dengan gangguan siklus menstruasi pada Siswi SMA Negeri 5 Palu
Kesimpulan: Adanya hubungan bermakna antara indeks massa tubuh dengan
gangguan siklus menstruasi pada Siswi SMA Negeri 5 Palu. Adanya hubungan
bermakna antara lingkar perut dengan gangguan siklus menstruasi pada Siswi
SMA Negeri 5 Palu

Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Lingkar Perut, Gangguan Siklus Menstruasi
PENDAHULUAN
Menstruasi merupakan perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan
dialami oleh sebagian besar wanitausia reproduktif.[1] Gangguan menstruasi sering
mempengaruhi kualitas hidup remaja dan wanita dewasa muda serta dapat
menjadi indikator masalah serius salah satunya yaitu ketidakteraturan siklus
menstruasi.[2] Gangguan siklus menstruasi menandakan adanya perubahan
produksi hormon reproduksi. Pemendekan masa folikular menyebabkan siklus
menstruasi menjadi lebih singkat (polimenore) berhubungan dengan penurunan
kesuburan dan keguguran, sedangkan pemanjangan siklus menstruasi
(oligomenore) berhungan dengan kejadian anovulasi, infertilitas, dan
keguguran.[3]
Berdasarkan dari depkes RI (2010), di Indonesia wanita berusia 20 – 24 tahun
yang memiliki siklus menstruasi teratur sebesar 76,7% dan yang tidak teratur
14,4%, sedangkan, di provinsi sumatera utara didapatkan 68,3% siklus yang
teratur dan 11,6% wanita dengan siklus tidak teratur.[4]
Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi yaitu kekurangan
atau kelebihan berat badan, stres secara emosional atau melakukan kegiatan fisik
secara berlebihan.[5] Pada wanita dengan indeks massa tubuh yang terlalu tinggi
(overweight atau obesitas) atau terlalu rendah (underweight), rerata panjang siklus
semakin meningkat.[6] Berdasarkan dari penelitian Juliana Sari Harahap[4] di
dapatkan bahwa menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan
bahwa massa tubuh yang berada diatas ataupun dibawah batas normal di
hubungkan dengan siklus yang tidak teratur.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas)[7] prevalensi nasional
obesitas umum pada penduduk umur ≥15 tahun adalah 10,3%. Berdasarkan
perbedaan menurut jenis kelamin menunjukkan, bahwa prevalensi nasional
obesitas umum pada laki-laki umur ≥ 15 tahun adalah 13,9%, sedangkan
prevalensi nasional obesitas umum pada wanita umur ≥15 tahun adalah
23,8%.prevalensi nasional obesitas sentral pada penduduk umur ≥15 tahun adalah
18,8%
Pada status gizi lebih (overweight dan obesitas) biasanya mengalami
anovulatory chronic atau menstruasi tidak teratur secara kronis, karena cenderung
memiliki sel – sel lemak yang berlebih, sehingga memproduksi estrogen yang
berlebihan. Sedangkan pada status gizi kurang (underweight) akan terjadi
kekurangan berat badan dan tidak mempunyai cukup sel lemak untuk
memproduksi estrogen yang dibutuhkan untuk ovulasi dan menstruasi sehingga
bisa mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur.[8]

METODE
Penelitian ini menggunakan metode observational analitik, dengan pendekatan
cross sectional (potong lintang) untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh
dan lingkar perut dengan gangguan siklus menstruasi. penelitian ini dilakukan
pada Siswi SMA Negeri 5 Palu yang berjumlah 105 orang berdasarkan kriteria
inklusi dan ekslusi dengan menggunakan teknik pengambilan sampel probability
sampling yaitu stratified random sampling.
variabel dalam penelitian ini yaitu indeks massa tubuh dan linggkar perut
sebagai variabel bebas dan ganggaun siklus menstruasi sebagai variabel terikat.
instrumen pada penelitian ini menggunakan mikrotoise dan timbangan injak untuk
pengukuran tinggi badan dan berat badan dalam memperoleh data indeks massa
tubuh, untuk data lingkar perut menggunakan pita pengukur sedangkan untuk data
gangguan siklus menstruasi menggunakan kuisioner.
Pengolahan data dilakukan secara bertahap berupa editing, coding, tabulating,
dan entry data. Lebih lanjut, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
program statistical product anf service solution (SPSS). Analisis data dilakukan
secara univariat, bivariat dengan uji chi-square (α=0,05) .

HASIL
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu dilakukan terhadap masing-masing variabel dan
disajikan secara deskriptif.
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Data Indeks Massa Tubuh
(IMT/U)
Distribusi data indeks massa tubuh responden berdasarkan IMT/U yaitu
bervariasi mulai dari status gizi kurang,normal dan lebih, seperti yang
tertera pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Distribusi Indeks Massa Tubuh Responden Pada
Siswi SMA Negeri 5 Palu

IMT Frekuensi Presentase


Kurang 8 7,6%
Normal 85 81%
Lebih 12 11,4%
Total 105 100%
Sumber: Data Primer.2016
Berdasarkan dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 105 responden,
paling banyak responden mempunyai indeks massa tubuh dalam batas
normal yaitu berjumlah 85 Siswi atau 81%. Sedangkan untuk distribusi
yang paling sedikit yaitu kelompok responden dengan indeks massa tubuh
kurang yaitu berjumlah 8 Siswi atau 7.6% dan selain itu kelompok
responden dengan indeks massa tubuh lebih yaitu berjumlah 12 Siswi atau
11,4%

B. Karakteristik Responden Berdasarkan Data Lingkar Perut


Distribusi lingkar perut responden pada saat pengukuran di dapatkan
hasil yang bervariasi sesuai dengan yang tertera pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Distribusi Lingkar Perut Responden Pada Siswi
SMA Negeri 5 Palu

Lingkar Perut Frekuensi Presentase


Obesitas 14 13,3%
Normal 91 86,7%
Total 105 100%
Sumber: Data Primer.2016
Berdasarkan dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 105 responden,
paling banyak responden mempunyai lingkar perut normal yaitu berjumlah
91 Siswa atau 86,7%, sedangkan untuk kelompok responde lingkar perut
yang berlebih atau obesitas yaitu berjumlah 14 Siwa atau 13,3%.

C. Karakteristik Responden Berdasarkan Data Keteraturan Siklus


Menstruasi
Distribusi keteraturan siklus menstruasi responden bervariasi mulai dari
siklus menstruasi teratur,oligomenore dan polimenore sesuai dengan yang
tertera pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi Keteraturan Siklus Menstruasi Responden Pada
Siswi SMA Negeri 5 Palu

Siklus Menstruasi Frekuensi Presentase


Teratur 83 79%
Polimenore 7 6,7%
Oligomenore 15 14,3%
Total 105 100%
Sumber: Data Primer.2016
Berdasarkan dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 105 responden,
paling banyak responden memiliki siklus menstruasi teratur yaitu
berjumlah 83 Siswi atau 79%, sedangkan untuk kelompok gangguan siklus
menstruasi yaitu berjumlah 22 Siswi yaitu terdiri dari polimenore
sebanyak 7 Siswi atau 6,7% dan oligomenore sebanyak 15 Siswi atau
14,3%.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu untuk mencari besar hubungan pada masing-masing
variable bebas dan variable terikat dengan menggunakan uji Chi square.
A. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Gangguan Siklus Menstruasi
Hasil analisis hubungan antara indeks massa tubuh dengan gangguan
siklus menstruasi yaitu diperoleh data bahwa pasien dengan indeks massa
tubuh kurang yaitu berjumlah 8 Siswi, dimana diantaranya 6 orang yang
mengalami gangguan siklus menstruasi dan 2 orang yang siklus menstruasi
teratur, sedangkan untuk indeks massa tubuh normal yaitu berjumlah 85
Siswi, dimana diantaranya 7 orang yang mengalami gannguan siklus
menstruasi sedangkan 78 orang yang mengalami siklus menstruasi
teratatur, untuk kelompok indeks massa tubuh lebih didapatkan 12 Siswi,
dimana diantaranya yaitu 9 orang yang mengalami gangguan siklus
menstruasi dan 3 orang yang mengalmi siklus teratur. Dari hasil uji statistic
diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara indeks massa tubuh dengan gangguan siklus menstruasi.
Tabel 4.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Gangguan Siklus
Menstruasi

Indeks Massa Siklus Mentruasi Total Nilai P


Tubuh Gangguan Teratur
Kurang 6 2 8
Normal 7 78 85
0,000
Lebih 9 3 12
Total 22 83 105
Sumber: Data Primer.2016

B. Hubungan Lingkar Perut Dengan Gangguan Siklus Menstruasi


Hasil analisis anatara hubungan lingkar perut dengan gangguan siklus
menstruasi yaitu diperoleh data bahwa pasien dengan lingkar perut lebih
atau obesitas yaitu berjumlah 14 siswi, dimana diantaranya 9 orang yang
mengalami gangguan siklus menstruasi dan 5 orang dengan siklus teratur,
sedangkan untuk kelompok lingkar perut normal yaitu berjumlah 91 siswi,
dimana diantaranya 13 orang yang mengalami gangguan siklus menstruasi
dan 78 orang dengan siklus yang teratur. Dari hasil uji statistic diperoleh
nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkar
perut dengan gangguan siklus menstruasi.
Tabel 4.7 Hubungan Lingkar Perut Dengan Gangguan Siklus
Menstruasi

Lingkar Perut Siklus Mentruasi Total Nilai P


Gangguan Teratur
Obesitas 9 5 14
Normal 13 78 91
0,000
Total 22 83 105

PEMBAHASAN
1. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Gangguan Siklus Menstruasi
Berdasarkan dari hasil analisis data dengan program komputer SPSS
menggunakan uji korelasi chi-square diperoleh bahwa adanya hubungan
antara indeks massa tubuh dengan gangguan siklus menstruasi. Hal ini
didasarkan pada nilai p < nilai α yaitu p = 0,000. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan gangguan siklus
menstruasi pada Siswi SMA Negeri 5 Palu.
Penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yaitu dilakukan oleh
Felicia et al.[9] Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di PSIK FK
Unsrat Manado dengan p value sebesar 0,000. Berdasarkan hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa dari 67 responden, ada 9 responden (33,3%)
yang memiliki status gizi kurus dengan siklus menstruasi teratur, 6 responden
(20,7%) yang memiliki status gizi normal dengan siklus menstruasi tidak
teratur, dan 2 responden (18,2%) yang memiliki status gizi gemuk dengan
siklus menstruasi teratur. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ayudhia Pratiwi[8] Dari hasil uji statistic menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi denga p value
sebesar 0.003.
Menurut Jumiatum[10] bahwa, seorang wanita yang mengalami kekurangan
maupun kelebihan gizi akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus
yang tidak memberikan rangsangan kepada hipofisa anterior untuk
menghasilkan FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone). Dimana FSH ini berfungsi merangsang pertumbuhan sekitar 3-30
folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel
yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Sedangkan LH (luteinizing hormone)
berfungsi dalam pematangan sel telur atau ovulasi (fase sekresi) yang nantinya
jika tidak dibuahi akan mengalami peluruhan (menstruasi), sehingga apabila
produksi FSH dan LH terganggu maka siklus menstruasi juga akan terganggu.
Berhubungan dengan menstruasi, secara khusus jumlah wanita anovulasi akan
meningkat apabila berat badannya mengalami perubahan (meningkat atau
menurun).

2. Hubungan Lingkar Perut Dengan Gangguan Siklus Menstruasi


Berdasarkan dari hasil pengolahan data dengan program komputer SPSS
menggunakan uji korelasi chi-square diperoleh bahwa adanya hubungan
antara lingkar perut dengan gangguan siklus menstruasi. Hal ini didasarkan
pada nilai p < nilai α yaitu p = 0,000. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
hubungan antara lingkar perut dengan gangguan siklus menstruasi pada siswi
SMA Negeri 5 Palu.
Penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yiatu dilakukan oleh
Rofiq[11] Disebutkan bahwa persentase lemak tubuh merupakan faktor risiko
ringan bagi terjadinya ketidakteraturan siklus menstruasi, dan proporsi pada
remaja putri dengan lingkar pinggang kategori obesitas lebih tinggi yang
mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Berdasarkan hasil yang diperoleh
yaitu subyek mempunyai persentase lemak tubuh dan lingkar pinggang normal
adalah 92,3% dan 76,9% serta 23,1% dan 61,5%. Rerata persentase lemak
tubuh dan lingkar pinggang kelompok kasus dan kontrol adalah 24,9% (± 4,79)
dan 25,1% (± 6,16) serta 82,4 cm (± 7,08) dan 79,3 cm (± 6,08). Nilai OR
persentase lemak tubuh dan lingkar pinggang terhadap ketidakteraturan siklus
menstruasi adalah 6 (95% CI = 1,693 – 21,262) dan 0,5 (95% CI = 0,269 –
0,929).
Menurut Rofiq[11] bahwa Lingkar perut berhubungan secara erat dengan
jumlah lemak intraabdominal atau visceral. Wanita dengan lingkar perut dalam
kategori obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap masalah kesehatan yang
berhubungan dengan obesitas sentral. Obesitas dapat menyebabkan gangguan
siklus menstruasi melalui jaringan adiposa secara aktif mempengaruhi rasio
hormon estrogen dan androgen. Pada wanita yang mengalami obesitas terjadi
peningkatan produksi estrogen karena selain ovarium, jaringan adiposa juga
dapat memproduksi estrogen. Peningkatan kadar estrogen yang terus – menerus
secara tidak langsung menyebabkan peningkatan hormon androgen yang dapat
mengganggu perkembangan folikel sehingga tidak dapat menghasilkan folikel
yang matang.[12]

KESIMPULAN
1. Adanya hubungan bermakna antara indeks massa tubuh dengan gangguan
siklus menstruasi pada Siswi SMA Negeri 5 Palu dengan nilai.
2. Adanya hubungan bermakna antara lingkar perut dengan gangguan siklus
menstruasi pada Siswi SMA Negeri 5 Palu dengan nilai.

SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih memahami tentang
kesehatan reproduksi remaja khususnya siklus menstruasi dengan cara
membaca buku atau mencari info yang up-date dari berbagai sumber sehingga
dapat memberikan solusi yang tepat apabila menemui kasus gangguan siklus
mentruasi yang tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi.
2. Bagi Remaja
Diharapkan remaja harus mulai mengenal diri dan tubuhnya serta
perubahan – perubahan tubuh dengan cara mencatat siklus menstruasi setiap
bulannya. Dapat menjaga berat badan agar dapat mengurangi dampak dari IMT
yang berlebih atau kurang terhadap siklus menstruasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar peneliti lain menelilti lebih lanjut untuk klasifikasi indeks massa
tubuh lebih dibandingkan dengan indeks massa tubuh normal terhadap
keteraturan siklus menstruasi, sehingga didapatkan keterangan yang lebih jelas
mengenai IMT lebih bagi kesehatan reproduksi khususnya untuk gangguan
siklus menstruasi. Di upayakan untuk menambah variabel penelitia, misalnya
penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi, olahraga atletik, stress,
pengaruh rokok dll sehingga dapat mengungkap faktor – faktor resiko dalam
masalah reproduksi kewanitaan selain faktor gizi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Norwitz, E. R., Schorge, J. H. At A Glance Obstetri Dan Ginekologi. Edisi 2.
Erlangga: Surabaya; 2007
2. Karout, N., Hawai, S., Altuwajri, S. Prevalence And Patterm Of Menstrual
Disorder Among Lebanese Nursing Student. EMHJ. 2012; 18(4)
3. Suparman, E. Prmenenstrual Syndrome. EGC: Jakarta; 2011
4. Harahap, J. S. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Siklus Menstruasi
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan
2010, 2011 Dan 2012. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara;
2013
5. Brown, P., Spencer, R. F. Menopouse. Erlangga: Surabaya; 2007
6. Prawihardjo, S. Ilmu Kandungan. Edisi 3. PT Bina Pustaka: Jakarta; 2014
7. Riskesdas. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional.
BPDPK RI: Jakarta; 2007
8. Pratiwi, A. Hubungan Status Gizi Dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban Universitas Sebelas Maret:Surakarta; 2011
9. Felicia., Hutagaol, E., Kundre, R., Hubungan Status Gizi Dengan Siklus
Menstruasi Pada Remaja Putri Di PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal
Keperawatan (E-Kp). 2015; vol. 3, no.1.
10. Jumiatum. Hubungan Status Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswa Akademi Kebidanan Uniska Kendal. J.Ilmu Kesehatan. 2013; Vol
4 No 1.
11. Rofiq, H.S. Persentase Lemak Tubuh Dan Lingkar Pinggang Sebagai Faktor
Risiko Bagi Ketidakteraturan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri. Studi Di
SMA Negeri 3 Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;
2009
12. Rakhmawati, A. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Gangguan Siklus
Menstruasi Pada Wanita Dewasa Muda. Unversitas Diponegoro: Semarang;
2012

Anda mungkin juga menyukai