Anda di halaman 1dari 7

Untuk menjawab pertanyaan diatas kita terlebih dahulu harus memahami

bahwa Konsepsi Hukum Laut Internasional pertama kali muncul di Eropa tepatnya

ketika Imperium Romawi menguasai seluruh tepian Laut Tengah Sejarah telah

mencatat bahwa Kerajaan Romawi adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah

ada di dunia. Kerajaan ini terkenal memiliki angkatan perang dan barisan

pertahanan yang sangat tangguh. Karena itu, penguasaan seluruh tepian laut

tengah pada masa itu menjadi wajar. Setelah menguasai laut tengah selanjutnya

Romawi mempersilahkan kepada bangsa lain untuk mempergunakan laut tengah

secara damai. Karena dipergunakan oleh banyak bangsa di dunia, maka laut tengah

pada saat itu menjadi jalur perdagangan yang ramai dan bebas dari bajak- bajak laut

karena pengawasan dari angkatan perang Romawi cukup ketat.

Setelah Perang Dunia Kedua, masyarakat internasional meminta agar PBB

International Commission mempertimbangkan kodifikasi hukum yang ada yang

berkaitan dengan lautan. Komisi mulai bekerja ke arah ini pada tahun 1949 dan

menyiapkan empat rancangan konvensi, yang diadopsi pada Konferensi PBB

pertama tentang Hukum Laut.

Konferensi PBB pertama tentang hukum laut bertemu di Jenewa dari 24

Februari-29 April 1958. Sebanyak 86 negara yang diwakili pada diskusi. Untuk

sebagian besar apa yang dicapai adalah kodifikasi praktek adat pada waktu itu. Ada

upaya untuk berlayar ke dalam air unchartered (sehingga-untuk-berbicara), tapi

sedikit kemajuan telah dibuat. Ketidakmampuan UNCLOS I untuk menyelesaikan

beberapa masalah menjengkelkan, termasuk khususnya lebar laut teritorial,

menyebabkan UNCLOS kedua pada tahun 1960 dan akhirnya pada UNCLOS III,
yang berlangsung dari Desember 1973 sampai Desember 1982. Kesepakatan yang

dicapai selama UNCLOS I dirangkum dalam empat konvensi berikut:

1. Konvensi tentang High Seas

Bahwa permukaan laut dibagi atas beberapa zona atau wilayah, dan zona

yang paling jauh dari pantai dinamakan laut lepas. Menurut pasal 86 Konvensi

PBB (UNCLOS) tentang Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa laut lepas

merupakan semua bagian laut yang tidak termasuk dalam zona ekonomi

eksklusif, dalam laut teritorial atau dalam perairan pedalaman suatu negara,

atau dalam perairan kepulauan suatu negara kepulauan. Pasal ini tidak

mengakibatkan pengurangan apapun terhadap kebebasan yang dinikmati

semua negara di zona ekonomi eksklusif.

2. Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan

Pengertian Zona Tambahan adalah laut yang terletak pada sisi luar dari garis

pangkal dan tidak melebihi 24 mil laut dari garis pangkal. Di Zona tambahan

ini kekuasaan negara terbatas untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran

terhadap bea cukai, fiskal, imigrasi dan perikanan.

Pengertian Laut Teritorial adalah laut yang terletak pada sisi luar dari garis

pangkal dan tidak melebihi dari 12 mil laut. Dalam laut teritorial ini kedaulatan

negara penuh termasuk atas ruang udara di atasnya. Hak lintas damai diakui

bagi kapal-kapal asing yang melintas.

3. Konvensi tentang Landas Kontinen


Pasal 76 ayat (1) Konvensi Hukum Laut 1982 memberikan batasan Landas

Kontinen sebagai berikut: ”Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi

dasar laut dan tanah dibawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang

terletak di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah

daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200

mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut teritorial diukur, dalam hal

pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut.”[3]

Jika dibandingkan dengan ketentuan Konvensi Hukum Laut 1958, perumusan

yang terdapat dalam pasal 76 Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut di atas

memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dengan memberikan kepastian

batas terluar landas kontinen. Demikian juga pengertian landas kontinen

selain mencakup pengertian yuridis juga mencakup pengertian geologis yang

merupakan penyempurnaan dari pengertian landas kontinen itu sendiri.

4. Konvensi tentang Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Laut

Tinggi.

Konvensi ini tampaknya didorong oleh dua masalah dasar. Pertama, dengan

isu-isu over-eksploitasi, diharapkan bahwa tekanan dari negara-negara pantai

untuk memperpanjang laut teritorial mereka mungkin berkurang. Kedua,

negara-negara yang sudah menandatangani perjanjian untuk melestarikan

saham tertentu ingin perjanjian tersebut harus diakui dalam konvensi

tersebut. Sayangnya konvensi memiliki banyak kekurangan dan dalam waktu

singkat digantikan oleh praktik negara.


Walaupun konferensi ini menghasilkan 4 konvensi yang bisa dibilang pada

saat ini masih tetap menjadi pacuan , namun masih banyak negara yang merasa

tidak terpuaskan dengan ketentuan yang demikian . Kesepakatan yang tidak

tercapai dan berbedanya perspekstif negara akan perairan laut dan teritorialnya

membuat konferensi ini tidak menghasilkan sesuatu yang konkret . Pada tahun 1960

PBB Kembali mengadaka konferensi yang membahas mengenai Hukum Laut yang

kedua kalinya , namun sayang konferensi inipun tidak dapat memecahkan

permasalahan kelautan .

Memecahkan permasalahan kelautan tentu bukan hal yang mudah untuk

dicari jalan keluarnya . Karena setiap negara memiliki kepentingannya masing-

masing dalam menggunakan laut , akhirnya terjadi pertentangan kepentingan negara

terhadap perairan laut itu sendiri . Kepentingan inilah yang menjadi pemicu bagi PBB

untuk segara melanjutkan penyelesain masalah dan mencari jalan keluar .

Pada tahun 1982 PBB mengadakan konferensi Hukum Laut yang ketiga .

Konferensi ini pada akhirnya menghasilkan sebuah konvensi yang menjadi titik tolak

Hukum Laut yang digunakan hingga sekarang yaitu terwujudnya UNCLOS yang

memberikan pengaturan terhadap zona maritim yang ada dalam bentuk status

hukum yang berbeda-beda , yaitu :

1. Berlakunya kedaulatan penuh negara (sovereignty)

2. Negara memiliki hak eksklusif (sovereign rights) ;

3. Tunduk pada prinsip kebebasan di laut lepas (freedom of the high seas) ;

4. Dinyatakan sebagai milik bersama seluruh umat manusia (common

heritage of mankind)

Lahirnya Konvensi PBB tentang Hukum Laut atau UNCLOS. Dikarenakan

oleh kegagalan Konferensi Hukum Laut I Tahun 1958 dan Konferensi Hukum Laut II
Tahun 1960 untuk mengkompromiskan masalah perairan laut sesuai dengan

kepentingan negara, makadari itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus

melanjutkan upaya mereka untuk menyatukan suara negara-negara mengenai

hukum laut internasional. Setelah proses yang panjang dari tahun 1973-1982

akhirnya Konferensi Hukum Laut III Tahun 1982 menghasilkan sebuah Konvensi

yang dikenal UNCLOS yang diratifikasi oleh 119 Negara di Teluk Montego, Jamaika

tanggal 10 Desember 1982.

Hal utama dari konvensi ini adalah permasalahan maritim zones- laut

teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, landas kontinen, laut tinggi,

wilayah laut-tidur internasional dan perairan kepulauan. Konvensi juga membuat

ketentuan untuk lewatnya kapal, perlindungan lingkungan laut, kebebasan penelitian

ilmiah, dan eksploitasi sumber daya.

Setelah di sahkannya Konferensi ketiga (UNCLOS III) yang sekarang dikenal

sebagai Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (United Nations Convention on

the Law of the Sea) UNCLOS. Bagi sebuah Negara UNCLOS 1982 membagi laut

menjadi tiga jenis atau zona maritime yaitu:

1. Laut yang merupakan bagian dari wilayah kedaulatan yaitu ( di laut teritorial, laut

pedalaman)

2. Laut yang bukan merupakan wilayah kedaaulatannya namun negara tersebut

memiliki hak-hak yurisdiksi terhadap aktifitas-altifitas tertentu yaitu ( di zona

tambahan dan zona ekonomi esklusif)


3. Laut yang berada di luar dua di atas ( artinya bukan termasuk wilayah

kedaulatannya dan bukan wilayah yurisdiksi) namun negara tersebut memiliki

kepentingan ( yaitu laut bebas).

Di dalam UNCLOS 1982 selain mengatur mengenai batas-batas maritim juga

mengatur hak-hak dan kewajiban Negara pantai yang yang harus dipatuhi oleh

Negara di Dunia, terhadap Negara pantai dapat menegakkan peraturan perundang-

undangannya seperti yang telah disampaikan dalam Konvensi Hukum Laut

Internasional (UNCLOS III) dalam pasal 73.

Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), juga disebut Konvensi Hukum

Laut atau Hukum perjanjian Laut, adalah perjanjian internasional yang dihasilkan

dari Konferensi Perserikatan Bangsa ketiga United pada Hukum Laut (UNCLOS III),

yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan 1982. Hukum Konvensi Laut

mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan lautan di dunia,

menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam

kelautan. Konvensi menyimpulkan pada tahun 1982 menggantikan tempat 1.958

perjanjian.

UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994, setahun setelah Guyana menjadi

negara ke-60 untuk menandatangani perjanjian itu. Hingga saat ini 160 negara dan

Uni Eropa telah bergabung dalam Konvensi. Sementara Sekretaris Jenderal

Perserikatan Bangsa-Bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi dan PBB

menyediakan dukungan untuk pertemuan negara-negara pihak pada Konvensi, PBB

tidak memiliki peran operasional langsung dalam pelaksanaan Konvensi. Ada,

bagaimanapun, peran yang dimainkan oleh organisasi-organisasi seperti Organisasi


Maritim Internasional, Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional, dan Otoritas

Dasar Laut Internasional (yang terakhir yang dibentuk oleh Konvensi PBB).

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Tirtamulia, Tjondro.,S.H.,C.N.,M.H., 2017. UNCLOS dan Implementasinya.

Universitas Surabaya

Anda mungkin juga menyukai